Anda di halaman 1dari 41

MAKALAH

TEKNOLOGI KOROSI
“Penggunaan Inhibitor dalam Menghambat Korosi”

DISUSUN OLEH :
M. Novriyanto / M1B118028
DOSEN PENGAMPU:
Aulia Sanova, S.T.,M.Pd

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
2020
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kita haturkan kepada Allah SWT sebab karena
limpahan rahmat serta anugerah dari-Nya saya mampu untuk menyelesaikan
makalah tentang penggunaan inhibitor dalam menghambat korosi.

Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi
agung kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan
Allah SWT untuk kita semua, yang merupakan sebuah pentunjuk yang paling
benar yakni Syariah agama Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya
karunia paling besar bagi seluruh alam semesta.

Selanjutnya dengan rendah hati saya meminta kritik dan saran dari
pembaca untuk makalah ini supaya selanjutnya dapat saya revisi kembali. Karena
saya sangat menyadari, bahwa makalah yang telah saya buat ini masih memiliki
banyak kekurangan.

Saya ucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada setiap pihak


yang telah mendukung serta membantu saya selama proses penyelesaian makalah
ini hingga rampungnya makalah ini.

Demikianlah yang dapat saya haturkan, kami berharap supaya makalah


yang telah saya buat ini mampu memberikan manfaat kepada setiap pembacanya.

Jambi, November 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I. PENDAHULUAN.........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang...............................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................1
1.3 Tujuan............................................................................................................................1

BAB II. PEMBAHASAN..........................................................................................................2


2.1 Pengertian Inhibitor Korosi............................................................................................2
2.2 Mekanisme Kerja...........................................................................................................4
2.3 Jenis Inhibitor.................................................................................................................5
2.3.1 Inhibitor Memasifkan Anoda.................................................................................5
2.3.2 Inhibitor Memasifkan Katoda................................................................................6
2.3.3 Inhibitor Organik...................................................................................................7
2.4 Bahan Alam sebagai Alternatif Inhibitor Korosi...........................................................7
2.5 Mekanisme Proteksi Ekstrak Bahan Alam.....................................................................9
BAB III. PENUTUP................................................................................................................11
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................11
3.2 Saran ............................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................12
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu cara untuk meminimalkan efek degradasi material yang sering
digunakan adalah dengan penggunaan inhibitor. Inhibitor berfungsi untuk
memperlambat reaksi korosi yang bekerja dengan cara membentuk lapisan
pelindung pada permukaan logam. Lapisan molekul pertama yang tebentuk
mempunyai ikatan yang sangat kuat yang disebut chemis option. Inhibitor
umumnya berbentuk cairan yang diinjeksikan pada production line. Karena
inhibitor tersebut merupakan masalah yang penting dalam menangani korosi
maka perlu dilakukan pemilihan inhibitor yang sesuai dengan kondisinya.
Penggunaan inhibitor hingga saat ini masih menjadi solusi terbaik untuk
melindungi korosi internal pada logam, dan dijadikan sebagai pertahanan utama
industri proses dan ekstraksi minyak. Inhibitor merupakan metoda perlindungan
yang fleksibel, yaitu mampu memberikan perlindungan dari lingkungan yang
kurang agresif sampai pada lingkungan yang tingkat korosifitasnya sangat tinggi,
mudah diaplikasikan dan tingkat keefektifan biayanya paling tinggi karena
lapisan yang terbentuk sangat tipis sehingga dalam jumlah kecil mampu
memberikan perlindungan yang luas (Terms dan Zahrani, 2006).
Secara umum inhibitor korosi merupakan suatu zat kimia yang bila
ditambahkan ke dalam suatu lingkungan dapat menurunkan laju serangan korosi
terhadap suatu logam. Inhibitor korosi menurut bahan dasarnya, dapat dibagi
menjadi dua, yaitu inhibitor dari senyawa organik dan dari senyawa anorganik
(Widharto,1999). Inhibitor organik pada umumnya berasal dari ekstrak bahan
alami yang mengandung atom N, O, P, S dan atom-atom yang mempunyai
pasangan eletron bebas. Inhibitor anorganik yang saat ini biasa digunakan adalah
sodium nitrit, kromat, fosfat, dan garam seng (Hatch,1984)
1.2 Rumusan Masalah
1 Apa itu inhibitor korosi?
2 Apa saja jenis-jenis dari inhibitor korosi?
3 Bagaimana mekanisme kerja dari inhibitor korosi?

1.3 Tujuan
1 Mempelajari pemakaian inhibitor dalam pencegahan korosi
2 Mengetahui mekanisme kerja inhibitor korosi
3 Mengetahui dan mempelajari bahan alam sebagai alternatif inhibitor korosi .
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Inhibitor Korosi


Inhibitor adalah zat yang menghambat atau menurunkan laju reaksi kimia.
Sifat inhibitor berlawanan dengan katalis, yang mempercepat laju reaksi. Inhibitor
korosi adalah zat yang dapat mencegah atau memperlambat korosi logam.
Inhibitor korosi sendiri didefinisikan sebagai suatu zat yang apabila
ditambahkan dalam jumlah sedikit ke dalam lingkungan akan menurunkan
serangan korosi lingkungan terhadap logam. Mekanisme penghambatannya
terkadang lebih dari satu jenis. Sejumlah inhibitor menghambat korosi melalui
cara adsorpsi untuk membentuk suatu lapisan tipis yang tidak nampak dengan
ketebalan beberapa molekul saja, ada pula yang karena pengaruh lingkungan
membentuk endapan yang nampak dan melindungi logam dari serangan yang
mengkorosi logamnya dan menghasilkan produk yang membentuk lapisan pasif,
dan ada pula yang menghilangkan konstituen yang agresif.
Dewasa ini terdapat 6 jenis inhibitor, yaitu inhibitor yang memberikan
pasivasi anodik, pasivasi katodik, inhibitor ohmik, inhibitor organik, inhibitor
pengendapan, dan inhibitor fasa uap. Pembahasan mengenai kimia dari inhibitor
korosi dapat menyangkut sifat dari inhibitor, interaksi inhibitor dengan berbagai
lingkungan yang agresif serta pengaruhnya terhadap proses korosi.
Secara umum korosi dapat digolongkan berdasarkan rupanya,
keseragaman atau keserbanekaannya,baik secara mikroskopis maupun
makroskopis. Dua jenis mekanisme utama dari korosi adalah berdasarkan reaksi
kimia secara langsung, dan reaksi elektrokimia. Korosoi dapat terjadi didalam
medium kering dan juga medium basah. Sebagai contoh korosi yang berlangsung
didalam medium kering adalah penyerangan logam besi oleh gas oksigen (O 2)
atau oleh gas belerang dioksida (SO2). Didalam medium basah, korosi dapat
terjadi secara seragam maupun secara terlokalisasi. Contoh korosi seragam
didalam medium basah adalah apabila besi terendam didalam larutan asam
klorida (HCl). Korosi didalam medium basah yang terjadi secara terlokalisasi
ada yang memberikan rupa makroskopis, misalnya peristiwa korosi galvani
sistim besi - seng, korosi erosi, korosi retakan, korosi lubang, korosi
pengelupasan, serta korosi pelumeran, sedangkan rupa yang mikroskopis
dihasilkan misalnya oleh korosi tegangan, korosi patahan, dan korosi antar butir.
Dengan demikian, apabila didalam usaha pencegahan korosi dilakukan melalui
penggunaan inhibitor korosi, maka mekanisma dari jenis-jenis korosi diatas
sangatlah penting artinya. Walaupun demikian sebagian korosi logam khususnya
besi, terkorosi di alam melalui cara elektrokimia yang banyak menyangkut
fenomena antar muka. Hal inilah yang banyak dijadikan dasar utama pembahasan
mengenai peran inhibitor korosi.

2.2 Mekanisme Kerja Inhibitor Korosi


Suatu inhibitor kimia adalah suatu zat kimia yang dapat menghambat atau
memperlambat suatu reaksi kimia. Secara khusus, inhibitor korosi merupakan
suatu zat kimia yang bila ditambahkan kedalam suatu lingkungan tertentu, dapat
menurunkan laju penyerangan lingkungan itu terhadap suatu logam. Pada
prakteknya, jumlah yang di tambahkan adalah sedikit, baik secara kontinu
maupun periodik menurut suatu selang waktu tertentu.
Adapun mekanisme kerjanya dapat dibedakan sebagai berikut :
(1) Inhibitor teradsorpsi pada permukaan logam, dan membentuk suatu
lapisan tipis dengan ketebalan beberapa molekul inhibitor. Lapisan ini
tidak dapat dilihat oleh mata biasa, namun dapat menghambat
penyerangan lingkungan terhadap logamnya.
(2) Melalui pengaruh lingkungan (misal pH) menyebabkan inhibitor dapat
mengendap dan selanjutnya teradsopsi pada permukaan logam serta
melidunginya terhadap korosi. Endapan yang terjadi cukup banyak,
sehingga lapisan yang terjadi dapat teramati oleh mata.
(3) Inhibitor lebih dulu mengkorosi logamnya, dan menghasilkan suatu zat
kimia yang kemudian melalui peristiwa adsorpsi dari produk korosi
tersebut membentuk suatu lapisan pasif pada permukaan logam.
(4) Inhibitor menghilangkan kontituen yang agresif dari lingkungannya.
Berdasarkan sifat korosi logam secara elektrokimia, inhibitor dapat
mempengaruhi polarisasi anodik dan katodik. Bila suatu sel korosi dapat dianggap
terdiri dari empat komponen yaitu: anoda, katoda, elektrolit dan penghantar
elektronik, maka inhibitor korosi memberikan kemungkinan menaikkan
polarisasi anodik, atau menaikkan polasisasi katodik atau menaikkan tahanan
listrik dari rangkaian melalui pembentukan endapan tipis pada permukaan
logam. Mekanisme ini dapat diamati melalui suatu kurva polarisasi yang
diperoleh secara eksperimentil.

2.3 Jenis Inhibitor dan Mekanisme Kerjanya


2.3.1 Inhibitor Memasifkan Anoda
Inhibitor anodik adalah zat yang ditambahkan ke dalam elektrolit,
sehingga mampu menahan terjadinya reaksi anodik dioksida. Inhibitor ini
berakbat potesial korosi bergerak ke arah positive. Cotoh: kromat, nitrat dan nitrit
yang merupakan inhibitor anodic oksidator (efektif tanpa oksigen), sedangkan
inhibitor non oksidator (efektif dengan adanya oksigen terlarut) seperti boraks,
fosfat, silikat.
Salah satu contoh inhibitor yang memasifkan anoda adalah senyawa-senyawa
kromat, misalnya Na2CrO4 Salah satu reaksi redoks yang terjadi dengan logam
besi adalah:
Oksidasi : 2 Fe + 3 H2O  Fe2O3 + 6 H(+) + 6e
Reduksi : 2 CrO42- + 10 H(+) + 6e  Cr2O3 + 5 H2O
Red-oks : 2 Fe + 2 CrO42- + 4 H(+)  Fe2O3 + Cr2O3 + 2 H2O
Padatan atau endapan Fe2O3 dan Cr2O3 inilah yang kemudian bertindak
sebagai pelindung bagi logamnya. Lapisan endapan tipis saja, namun cukup
efektif untuk melindungi permukaan logam yang lemah dari serangan zat-zat
agresif. Untuk ini diperlukan kontinuitas pembentukan lapisan endapan mengingat
lapisan tersebut bisa lepas yang disebabkan oleh adanya arus larutan. Berbagai
data penelitian dengan berbagai kondisi percobaan menganggap bahwa Cr(III)
nampak dominan pada spesimen yang didukung oleh pembentukan lapisan udara,
sementara itu Cr(IV) teramati di daerah luar dari spesimen pengamatan yang
didukung oleh suatu lapisan pelindung yang mengandung Cr(III). Ini
menunjukkan bahwa terjadinya reduksi Cr(IV) menjadi Cr(III) pada permukaan
spesimen. Secara keseluruhan tebal lapisan yang terdiri dari spesimen kromium
dan aluminium memperlihatkan lapisan dalam bentuk Cr(IV) memiliki ketebalan
sekitar satu perenam dari tebal lapisan keseluruhan. Hasil penelitian dengan
menggunakan teknik pendar fluor dari adsorpsi sinar x memperlihatkan
disagregasi lapisan yang mengandung Cr(IV) sebanding dengan pertumbuhan
Cr2O3 yang mengisi celah-celah lapisan anodik (dalam hal ini Al2O3) diatas
permukaan logam Al. Cara yang sudah lazim tentang studi pembentukan lqpisan
pasif pada permukaan logam akibat reaksi antar muka logam dengan inhibitor
dapat menggunakan diagram potensial pH dan secara kinetik dengan
menggunakan kurva polarisasi. Inhibitor jenis CrO42- dan NO2- cukup banyak
digunakan untuk perlindungan logam besi dam aluminium terhadap berbagai
medium korosif. Namun dari studi teoritis maupun eksperimentil, kedua jenis
inhibitir tersebut kurang baik digunakan dalam medium yang mengandung H2S
dan Cl- . Dengan adanya H2S, sebagian dari CrO42- bereaksi dengan H2S yang
menghasilkan belerang. Nampaknya Cr2O3 yang terbentuk tidak dapat terikat
kuat pada logamnya. Sedangkan pada medium Cl-, terjadi kompetisi reaksi dengan
logamnya. Misalnya ion klorida dapat membentuk kompleks terlarut dengan
senyawa Fe(III) yang ada pada permukaan logam besi, sehingga lapisan
pelindung Cr2O3 - Fe2O3 sukar dipertahankan keberadaannya.

2.3.2 Inhibitor Memasifkan Katoda


Inhibitor katodik adalah zat yang dapat menghambat terjadiya reaksi
dikatoda, karena pada daerah katodik terbentuk logam hidroksida (MOH) yag
sukar larut dan menempel kuat pada permukaan logam sehinga menghambat laju
korosi. Dan karena adanya inhibitor katodik maka potensial korosi bergeser ke
arah negative. Dua reaksi uatama yang umum terjadi yaitu:
2H2O + O2 + 4e  4OH-
2H- + 2e  H2 (reaksi pembentukan hidrogen dari proton)
Contoh inhibitor katodik adalah Arsen (As 3+), antimon (Sb3+), fosfor (P),
kation positive dari logam divalent (seperti Zn2+ , Pb2+ , dan Fe2+) , air sadah yang
mengandung bikarbonat, soda dan polifosfat.
Karena bagi suatu sal korosi, reaksi reduksi oksidasi terbentuk oleh
pasangan reaksi reduksi dan reaksi oksidasi dengan kecepatan yang sama, maka
apabila reaksi reduksi (pada katoda) dihambat akan menghambat pula reaksi
oksidasi (pada anoda). Inilah yang menjadi pedoman pertama di dalam usaha
menghambat korosi logam dalam medium air atau medium asam. Hal yang kedua
adalah melalui penutupan permukaan katoda oleh suatu senyawa kimia tertentu
baik yang dihasilkan oleh suatu reaksi kimia atau melalui pengaturan kondisi
larutan,misalnya pH. Secara umum terdapat 3 jenis inhibutor yang mempasifkan
katoda, yaitu jenis racun katoda, jenis inhibutor mengendap pada katoda dan
jenis penangkap oksigen. Inhibutor racun katoda pada dasarnya berperan
mengganggu rekasi pada katoda. Pada kasus pembentukan gas hidrogen, reaksi
diawali yang teradsorpsi pada permukaan katoda.

2.3.3 Inhibitor Organik


Dewasa ini sudah berpuluh bahkan mungkin ratusan jenis inhibitor
organik yang digunakan. Studi mengenai mekanisme pembentukan lapisan
lindung atau penghilangan konstituen agresif telah banyak dilakukan baik dengan
cara-cara yang umum maupun dengan cara-cara baru dengan peralatan modern.
Pada umumnya senyawa-senyawa organik yang dapat digunakan adalah senyawa-
senyawa yang mampu membentuk senyawa kompleks baik kompleks yang
terlarut maupun kompleks yang mengendap. Untuk itu diperlukan adanya gugus
gugus fungsi yang mengandung atom atom yang mampu membentuk ikatan
kovalen terkoordinasi, misalnya atom nitrogen, belerang, pada suatu senyawa
tertentu.

2.4 Bahan Alam sebagai Alternatif Inhibitor Korosi


Umumnya, inhibitor korosi berasal dari senyawa-senyawa organik dan
anorganik yang mengandung gugus-gugus yang memiliki pasangan elektron
bebas, seperti nitrit, kromat, fospat, urea, fenilalanin, imidazolin, dan senyawa-
senyawa amina. Namun demikian, pada kenyataannya bahwa bahan kimia sintesis
ini merupakan bahan kimia yang berbahaya, harganya lumayan mahal, dan tidak
ramah lingkungan, maka sering industri-industri kecil dan menengah jarang
menggunakan inhibitor pada sistem pendingin, sistem pemipaan, dan sistem
pengolahan air produksi mereka, untuk melindungi besi/baja dari serangan korosi.
Untuk itu penggunaan inhibitor yang aman, mudah didapatkan, bersifat
biodegradable, biaya murah, dan ramah lingkungan sangatlah diperlukan.
Salah satu alternatifnya adalah ekstrak bahan alam khususnya senyawa
yang mengandung atom N, O, P, S, dan atom-atom yang memiliki pasangan
elektron bebas. Unsur-unsur yang mengandung pasangan elektron bebas ini
nantinya dapat berfungsi sebagai ligan yang akan membentuk senyawa kompleks
dengan logam. Dari beberapa hasil penelitian seperti Fraunhofer (1996), diketahui
bahwa ekstrak daun tembakau, teh dan kopi dapat efektif sebagai inhibitor pada
sampel logam besi, tembaga, dan alumunium dalam medium larutan garam.
Keefektifan ini diduga karena ekstrak daun tembakau, teh, dan kopi memiliki
unsur nitrogen yang berfungsi sebagai pendonor elektron terhadap logam
Fe2+ untuk membentuk senyawa kompleks.
Sudrajat dan Ilim (2006) juga mengemukakan bahwa ekstrak daun
tembakau, lidah buaya, daun pepaya, daun teh, dan kopi dapat efektif menurunkan
laju korosimild steel dalam medium air laut buatan yang jenuh CO2. Efektivitas
ekstrak bahan alam sebagai inhibitor korosi tidak terlepas dari kandungan nitrogen
yang terdapat dalam senyawaan kimianya seperti daun tembakau yang
mengandung senyawa-senyawa kimia antara lain nikotin, hidrazin, alanin,
quinolin, anilin, piridin, amina, dan lain-lain (Reynolds, 1994). Lidah buaya
mengandung aloin, aloenin, aloesin dan asam amino. Daun pepaya mengandung
N-asetil-glukosaminida, benzil isotiosianat, asam amino (Andrade et al., 1943).
Sedangkan daun teh dan kopi banyak mengandung senyawa kafein dimana kafein
dari daun teh lebih banyak dibandingkan kopi. 
2.5 Mekanisme Proteksi Ekstrak Bahan Alam
Mekanisme proteksi ekstrak bahan alam terhadap besi/baja dari serangan
korosi diperkirakan hampir sama dengan mekanisme proteksi oleh inhibitor
organik. Reaksi yang terjadi antara logam Fe2+ dengan medium korosif seperti
CO2diperkirakan menghasilkan FeCO3, oksidasi lanjutan menghasilkan
Fe2(CO3)3 dan reaksi antara Fe2+ dengan inhibitor ekstrak bahan alam
menghasilkan senyawa kompleks. Inhibitor ekstrak bahan alam yang mengandung
nitrogen mendonorkan sepasang elektronnya pada permukaan logam mild

steel ketika ion Fe2+ terdifusi ke dalam larutan elektrolit, reaksinya adalah Fe ->


Fe2+ + 2e- (melepaskan elektron) dan Fe2+ + 2e- -> Fe (menerima elektron). 

Produk yang terbentuk di atas mempunyai kestabilan yang tinggi


dibanding dengan Fe saja, sehingga sampel besi/baja yang diberikan inhibitor
ekstrak bahan alam akan lebih tahan (ter-proteksi) terhadap korosi. Contoh
lainnya, dapat juga dilihat dari struktur senyawa nikotin dan kafein yang terdapat
dalam ekstrak daun tembakau, teh, dan kopi, dimana kafein dan nikotin yang
mengandung gugus atom nitrogen akan menyumbangkan pasangan elektron
bebasnya untuk mendonorkan elektron pada logam Fe2+ sehingga terbentuk
senyawa kompleks dengan mekanisme yang sama seperti diatas.
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

1. Inhibitor korosi adalah suatu zat yang apabila ditambahkan dalam jumlah
sedikit ke dalam lingkungan akan menurunkan serangan korosi lingkungan
terhadap logam.
2. Jenis-jenis inhibitor, yaitu inhibitor yang memberikan pasivasi anodik,
pasivasi katodik, inhibitor ohmik, inhibitor organik, inhibitor
pengendapan, dan inhibitor fasa uap.
3. Mekanisme kerja inhibitor korosi dapat dibedakan sebagai berikut :
 Inhibitor teradsorpsi pada permukaan logam, dan membentuk suatu
lapisan tipis dengan ketebalan beberapa molekul inhibitor
 Melalui pengaruh lingkungan (misal pH) menyebabkan inhibitor dapat
mengendap dan selanjutnya teradsopsi pada permukaan logam serta
melidunginya terhadap korosi. Endapan yang terjadi cukup banyak,
sehingga lapisan yang terjadi dapat teramati oleh mata
 Inhibitor lebih dulu mengkorosi logamnya, dan menghasilkan suatu
zat kimia yang kemudian melalui peristiwa adsorpsi dari produk korosi
tersebut membentuk suatu lapisan pasif pada permukaan logam
 Inhibitor menghilangkan kontituen yang agresif dari lingkungannya.
4. Ekstrak bahan alam khususnya senyawa yang mengandung atom N, O, P,
S dan atom-atom yang memiliki pasangan elektron bebas dapat digunakan
sebagai inhibitor alternatif dari bahan alam.
.
3.2 Saran
Makalah ini diharapkan menjadi bahan informasi tambahan bagi pembaca.
Kritik dan saran sangat diharapkan dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini
DAFTAR PUSTAKA

H.M. Uhlig, Corrosion & corrosion Control, John Wiley & Sons, Inc., N.Y.,
1963.

J.S. Robinson, Corrosion Inhibitors Recent Developments, Noyes Data Corp.,


USA, 1979.

Nugroho, Fajar, 2015, “penggunaan inhibitor untuk meningkatkan ketahanan


korosi pada baja karbon rendah” Teknik mesin sekolah tinggi teknologi
adisujupto, Yogyakarta,, Vol. 7, No 1.
MAKALAH
TEKNOLOGI KOROSI
“Metode Pelapisan pada Logam ataupun Non Logam dengan Bahan
organik dan Anorganik ”

DISUSUN OLEH :
M. Novriyanto / M1B118028
DOSEN PENGAMPU:
Aulia Sanova, S.T.,M.Pd

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kapada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan taufiq dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas makalah metode pelapisan logam dan non logam dengan cara
organic maupun anorganik ini sesuai dengan petunjuk, kemampuan, serta
ilmu pengetahuaan yang penulis miliki.
.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan penyusunan makalah ini, semoga
makalah ini bemanfaat khususnya bagi penulis, umumnya bagi siapa saja
yang membacanya.

Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kesempurnan. Oleh karena itu, jika ada kekurangan mohon saran
dan kritik sehingga saya bisa memperbaiki kekurangan tersebut.
Atas perhatiannya terima kasih .

Jambi, November 2020

                                                           
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I. PENDAHULUAN.........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang...............................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................2
1.3 Tujuan............................................................................................................................2

BAB II. PEMBAHASAN..........................................................................................................3


2.1 Pelapisan Logam............................................................................................................3
2.2 Macam – Macam Pelapisan Logam...............................................................................3
2.3 Syarat Bahan Pelapisan..................................................................................................6
2.4 Metode Pelapisan dengan Logam..................................................................................7
2.5 Teknik atau Cara Pelapisan............................................................................................9
BAB III. PENUTUP................................................................................................................13
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................13
3.2 Saran ............................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Logam sendiri banyak dimanfaatkan dan digunakan dibandingkan dengan
unsur-unsur bukan logam yang lain, karena logam mempunyai kelebihan
tersendiri. Logam mempunyai sifat-sifat khusus seperti ulet, dapat menghantar
panas dan dapat menghantar listrik dengan baik. Jelas sekali bahwa logam penting
sekali bagi kemajuan peradaban dunia, khususnya bagi dunia rekayasa modern.
Banyak permasalahan yang timbul dari peralatan teknologi, diantaranya adalah
korosi.
Korosi adalah proses perusakan pada permukaan logam yang disebabkan oleh
terjadinya reaksi kimia (reaksi elektro kimia) pada permukaan logam. Pada
hakikatnya korosi adalah suatu reaksi dimana suatu logam dioksidasi sebagai
akibat dari serangan kimia oleh lingkungan (uap air,oksigen di atmosfer, oksida
asam yang terlarut dalam air).
Korosi merupakan reaksi redoks antara suatu logam dengan berbagai zat di
lingkungannya yang menghasilkan senyawa-senyawa yang tak dikehendaki.
Contoh korosi yang paling lazim adalah perkaratan besi.Pada peristiwa korosi,
logam mengalami oksidasi, sedangkan oksigen (udara) mengalami reduksi. Karat
logam umumnya adalah berupa oksida dan karbonat. Rumus kimia karat besi
adalah Fe2O3. xH2O, suatu zat padat yang berwarna coklat-merah
Proses pelapisan logam ini dilakukan dengan sistem lapis listrik dimana logam
pelapis dalam hal ini Tembaga bertindak sebagai anoda, sedangkan benda kerja
yang dilapisi sebagai katoda, kedua elektroda tersebut dicelupkan dalam suatu
larutan elektrolit. Dalam operasi pelapisan, kondisi operasi perlu diperhatikan
karena Korosi pada logam merupakan penurunan mutu suatu bahan logam akibat
adanya reaksi elektrokimia antara permukaan logam dengan lingkungan
sekitarnya. Hal ini akan mengakibatkan penurunan daya guna pada
logamTerdapat beberapa kondisi operasi yang mempengaruhi, diantaranya rapat
arus, konsentrasi larutan, suhu larutan elektrolit dan lama waktu pelapisan.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini :
1. Apa itu pelapisan logam?
2. Apa saja macam - macam pelapisan ?
3. Apa saja syarat dan bahan pelapis dari logam ?
4. Apa saja metode dalam pelapisan dengan logam ?
5. Bagaimana teknik atau cara pelapisan ?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan ini :


1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pelapisan logam.
2. Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis dari pelapisan .
3. Untuk mengetahui apa saja syarat dan bahan pelapis dari logam .
4. Untuk mengetahui apa saja metode – metode pelapisan dengan logam.
5. Untuk mengetahui bagaimana teknik pelapisan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pelapisan Logam
Pelapisan logam merupakan suatu cara yang dilakukan untuk memberikan
sifat tertentu pada suatu permukaan benda kerja, diharapkan benda tersebut akan
mengalami perbaikan terhadap sifat fisiknya. Pelapisan logam merupakan bagian
akhir dari proses produksi dari suatu produk. Proses tersebut dilakukan setelah
benda kerja mencapai bentuk akhir atau setelah 6 proses pengerjaan mesin serta
penghalusan terhadap permukaan benda kerja yang dilakukan.
Adapun fungsi dan tujuan dari pelapisan logam adalah:
1. Melindungi logam dari korosi.
2. Melindungi logam besar dengan logam mulia, misalnya pelapisan besi dan
logam lain.
3. Memperbaiki tampak rupa (dekorasi) misalnya pelapisan emas, perak,
kuningan, dan tembaga.
4. Meningkatkan ketahanan produk terhadap gesekan (abrasi), misalnya
pelapisan besi.
5. Memperbaiki kehalusan/bentuk prmukaan dan toleransi logam dasar,
misalnya pelapisan nikel, chromium dan lain-lain.
6. Elektroforming yaitu membentuk benda kerja dengan cara endapan.
Teknik pelapisan merupakan teknik perlindungan logam yang berhubungan
dengan teknik pelapisan logam berdasarkan reaksi elektrokimia dengan
menggunakan meterial pelapis logam maupun non logam.

2.2 Macam-Macam Pelapisan Logam

2.2.1 Pelapisan Dekoratif


Pelapisan dekoratif bertujuan untuk menambah keindahan tampak luar
suatu benda atau produk. Sekarang ini pelapisan dengan bahan krom sedang
digemari karena warnanya yang cemerlang, tidak mudah terkorosi dan tahan lama.
Produk yang dihasilkan banyak digunakan sebagai aksesoris pada kendaraan
bermotor baik yang beroda 2 maupun pada kendaraan beroda 4. Dengan kata lain
pelapisan ini hanya untuk mendapatkan bentuk luar yang baik saja. Logam-logam
yang umum digunakan untuk pelapisan dekoratif adalah emas, perak, nikel dan
krom.
2.2.2 Pelapisan Protektif
Pelapisan protektif adalah pelapisan yang bertujuan untuk melindungi logam yang
dilapisi dari serangan korosi karena logam pelapis tersebut akan memutus
interaksi dengan lingkungan sehingga terhindar dari proses oksidasi.
2.2.3 Pelapisan Untuk Sifat Khusus Permukaan
Pelapisan ini bertujuan untuk mendapatkan sifat khusus permukaan seperti sifat
keras, sifat tahan aus dan sifat tahan suhu tinggi atau gabungan dari beberapa
tujuan diatas secara bersama-sama. Misalnya dengan melapisi bantalan dengan
logam nikel agar bantalan lebih keras dan tidak mudah aus akibat gesekan pada
saat berputar.
2.2.4 Pelapisan Logam Ditinjau Dari Sifat Elektrokimia Bahan Pelapis
2.2.4.1 Pelapisan Anodik
Pelapisan anodik merupakan pelapisan dimana potensial listrik logam pelapis
lebih anodik terhadap substrat. Contohnya pelapisan pada baja yang memiliki
potensial listrik -0,04 Volt yang dilapisi dengan logam Seng yang memiliki
potensial listrik -0,0762 Volt. Logam seng bersifat lebih anodik terhadap baja
sehingga logam Seng akan mengorbankan dirinya dalam bentuk korosi sehingga
logam yang lebih katodik terhindar dari reaksi korosi. Pelapisan ini termasuk
dalam jenis pelapisan protektif. Keunggulan dari pelapisan ini adalah sifat logam
pelapis yang bersifat melindungi logam yang dilapisi sehingga walaupun terjadi
cacat pada permukaan pelapis karena sebab seperti tergores, retak, terkelupas dan
lain-lain sehingga terjadi “eksposure” terhadap lingkungan sekitarnya, sampai
batas tertentu tetap terproteksi oleh logam pelapis.

2.2.4.2 Pelapisan Katodik


Pelapisan katodik merupakan pelapisan dimana potensial listrik logam pelapis
lebih katodik terhadap substrat. Contohnya pelapisan pada tembaga yang
memiliki potensial listrik +0,34 Volt yang dilapisi dengan logam Emas yang
memiliki potensial listrik +1,5 Volt. Logam Emas bersifat lebih mulia
dibandingkan dengan logam tembaga, maka apabila logam pelapis mengalami
cacat, logam yang dilapisi akan terekspose ke lingkungan dan bersifat anodik
sehingga akan terjadi korosi lokal yang intensif terhadap substrat. Pelapisan
katodik sangat cocok digunakan pada pelapisan dekoratif karena umumnya
aksesoris dan perhiasan dari bahan-bahan imitasi tidak dikenai gaya-gaya dari luar
sehingga kecil kemungkinan untuk mengalami cacat local pada permukaan

2.2.5 Pelapisan Organik Coating

Pelapisan organic coating atau lapis lindung adalah bahan yang di gunakan
untuk melapisi atau menutupi permukaan material dengan tujuan untuk
memisahkan material dari pengaruh interaksi dan lingkungannya. Dalam
pelapisan permukaan metal dengan cat ada beberapa faktor yang menentukan
efektifitas pelapisan tersebut. Tujuan pengecatan hanya sekedar kosmetik (demi
penampilan / keindahan saja), yang membedakan adalah tingkat ketebalan yang
menentukan mutu isolasi permukaan metal terhadap lingkungannya tidak
merupakan syarat utama.
Adapula tujuan lain dari pengecatan itu yakni sebagi tanda misalnya:

a. Colour coding mempunyai jenis indikasi material benda yang dicat.

b. Colour coding menjukan jenis fluida yang dikandung suatu peralatan,


misalnya : - Kuning untuk gas - Hijau untuk oksigen - Hijau muda untuk air
pendingin 6 - Merah untuk pemadam kebakaran - Coklat untuk minyak
pelumas - Perak untuk hidrokarbon - Putih untuk zat kimia,dll.

2.2.6 Pelapisan anorganik

Pelapisan anorganik terdiri dari lapisan :

1. Pelapisan dengan Portland cement Pelapisan dengan Portland cement


mempunyai keunggulan ekonomis karena lebih murah, lebih mudah dirawar/di
perbaiki, lebih mudah memasangnya serta memiliki koefisien muai yang hampir
sama dengan baja, yakni 1,0x10- 5 / oC dan 1,2x10-5 / oC untuk baja. Penerapan
pelapisan ini dapat dilakukan dengan pengecoran sentrifugal/untuk bagian dalam
pipa atau benda silindris, dengan troweling dan dengan disemprotkan (spraying).

2. Pelapisan vitereus enamel, glass lining dan porcelain lining Pada


hakekatnya vitereus enamel, glass lining dan porcelain lining adalah pelapisan zat
gelas yang memiliki koefisien muai yang sesuai dengan metal yang dilindunginya.
Cara penerapannya adalah bubuk gelas dikenakan pada permukaan yang
berbentuk asam atau seperti yang telah disiapkan. Melindungi permukaan logam
adalah cara pencegahan korosi tertua dan yang biasa diterapkan tetapi
perlindungan tidak terbatas dengan bahan organik saja. Contohnya timah putih
dapat digunakan sebagai lapisan "inert" pada permukaan baja. Lembaran tembaga,
lembaran nikel, lembaran perak merupakan permukaan yang tahan korosi. Logam
dapat dilapisi dengan logam lainnya dengan proses pencelupan ke dalam logam
cair proses ini disebut galvanisasi. Bahan keramik inert dapat juga digunakan
sebagai lapisan pelindung. Sebagai contoh enamel adalah lapisan oksida
berbentuk serbuk gelas dan cairan, sehingga terbentuk lapisan seperti kaca. Pada
lapisan organik misal lapisan cat mengisolir logam dibawahnya dari elektrolit
yang dapat menimbulkan korosi. Batas keampuhan cara ini ditentukan oleh
perilaku lapisan pelindung ini selama pemakaian. Lapisan organik ini tidak 7
tahan suhu tinggi dan gesekan. Pada gejala pasivasi dimana beberapa jenis logam
membentuk lapisan pelindung seperti contoh (logam alumunium dan baja tahan
karat) mungkin terpasifasi karena bereaksi dengan oksigen pada permukaan
terbentuk lapisan pelindung logam yang terisolasi listrik tidak mungkin terkorosi.

2.3 Syarat Bahan Pelapis Dari Logam :

1. Logam pelapis harus jauh lebih tahan terhadap serangan lingkungan


dibanding logam yang dilindungi.
2. Logam pelapis tidak boleh memicu korosi pada logam yang dilindungi
seandainya mengalami goresan atau pecah di permukaan.
3. Sifat-sifat fisik seperti kelenturan dan kekerasannya harus cukup
memenuhi persyaratan operational struktur atau komponen bersangkutan.
4. Metode pelapisannya harus bersesuaian dengan proses fabrikasi yang
digunakan untuk membuat produk akhir.
5. Tebal lapisan harus merata dan bebas dari pori-pori.

2.4 Metode – Metode Pelapisan Dengan Logam

1. Penyalutan listrik (Penyepuhan , Electroplating) Metode electroplating


adalah sebagai berikut:Pelapisan menggunakan arus searah. Cara kerjanya mirip
dengan elektrolisa, dimana logam pelapis bertindak sebagai anoda,sedangkan
logam dasarnya sebagai katoda. Cara terakhir ini yang disertai dengan perlakuan
awal terhadap benda kerja yang baik mempunyai berbagai keuntungan
dibandingkan dengan cara-cara yang lain. Keuntungan-keuntungan tersebut antara
lain :
A. Lapisan relatif tipis.
B. Ketebalan dapat dikontrol.
C. Permukaan lapisan lebih halus.
D. Hemat dilihat dari pemakaian logam khrom.
2. Galvanisasi Pencelupan Panas ( Hot Dipping ) Galvanisasi merupakan
proses pelapisan logam induk dengan logam lain dengan tujuan agar logam induk
mempunyai ketahanan korosi yang lebih baik. Galvanisasi umumnya
menggunakan logam yang memiliki titik cair yang lebih rendah . Galvanisasi
bersama dengan electroplating, cladding, thermal spray, aluminizing dan
sherardizing adalah metode-metode untuk melapiskan logam pada permukaan
substrat (metallic coating).
Penggunaan metallic coating memiliki dua tujuan yaitu:

1.Sebagai pelindung korosi

2.Sebagai anoda karbon Galvanisasi baja biasanya digunakan seng atau


aluminum. Pada proses galvanisasi celup panas baja dengan seng, awalnya baja
dicelupkan dalam seng cair (450475 oC). Pencelupan ini menyebabkan logam
seng akan menempel pada logam induk (baja). Pembentukan intermetallic Fe
dengan Zn dapat meningkatkan kekuatan lekat lapisan ini. Selain itu parameter
lain yang menentukan pelekatan adalah tingkat kebersihan permukaan,
temperatur, waktu, dan komposisi kimia logam induk dan pelapis. Umur pakai
tergantung pada lingkungan dan ketebalan lapisan.

Galvanisasi celup panas mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan.


Kelebihannya diantaranya memiliki umur panjang dan tidak memerlukan topcoat
untuk lingkungan pH 5-10, dapat memproteksi bentuk struktur yang komplek dan
rumit, serta sekali celup dapat melapisi permukaan luar dan dalam secara
bersamaan. Kekurangannya diantaranya besar struktur yang akan dilapisi dibatasi
dengan ukuran penampung, tidak baik untuk struktur yang selalu terendam serta
tidak cocok struktur yang diaplikasikan untuk lingkungan pH 10. Kalau akan
dilakukan topcoating, permukaan yang porous harus ditutupi dengan sealer.
Urutan proses :
A. Persiapan permukaan Untuk mendapatkan gaya pelekatan yang baik,
permukaan substrat harus bersih dari kontaminan seperti welding slag, mill
scale, cat, oli, debu dan grease. Oli, debu dan grease dihilangkan dengan
solven cleaning (SSPC SP 1), yaitu dengan mencelupkan ke dalam causatic
panas. Karat, mill scale dan kontaminan organik dihilangkan dengan hot
mineral acid pickling (SSPC SP 8).
B.Fluxing Merupakan pembersihan lapisan oksida dengan pencelupan ke
dalam larutan preflux seperti zinc ammonium chloride pada temperatur 40-
60 oC.
C. Dipping Proses ini adalah proses utama. Pencelupan pada logam cair dapat
dilakukan selama 8 detik hingga 8 jam tergantung pada jenis logam dan
ketebalan.

D. Postdipping treatment Setelah dilakukan pencelupan, logam yang telah


dilapisi didinginkan dengan udara atau dicelupkan ke dalam air. Tampilan
dapat diperbaiki dengan chromating atau phosphating.

3. Pelapisan dengan penyemprotan Pemakaian suatu lapisan metalik dengan


proses penempatan cairan logam atau yang telah dilakukan dengan pemanasan
yang disemprotkan ke bahan dasar.
4. Pelapisan dengan penempelan (clad coating) Penerapan lapisan logam
terhadap logam lainnya dengan cara las, rol atau ledak.

5. Pelapisan Difusi Penerapan suatu lapisan bahan metalik dengan


menumbukkan benda berbentuk bola terhadap permukaan benda kerja pada saat
pelapisan serbuk logam dan bahanbahan kimia.

2.5 Teknik atau Cara Pelapisan

2.5.1. Pelapisan logam dengan cara listrik (elektroplating)

Pelapisan secara listrik (elektroplating) adalah proses pelapisan logam yang


menggunakan arus listrik searah (DC) melalui metode elektrolisa. Lapis listrik
memberikan suatu perlindungan logam memanfaatkan logam-logam tertentu
sebagai lapis lindung atau korban misalnya copper, nickel, zinc, chromium, emas,
perak, kuningan, perunggu dan lain sebagainya .Beberapa contoh pelapisan logam
yang dilakukan dengan metode elektroplating antara lain :
a. Pelapisan Tembaga Pelapisan tembaga merupakan pelapisan yang disebut
pelapisan pendahuluan sebelum dilakukan pelapisan selanjutnya, yang tebalnya
berkisaran 1-3 mikron. Bilamana logam yang dilapisi terbuat dari baja ( dan
paduannya ), biasanya pelapisan perantara perlu dilakukan. Sedangkan untuk
logam yang dilapisi tembaga (dan paduannya), tidak perlu dilakukan karena unsur
tembaga sudah ada. Pelapisan tembaga banyak digunakan antara lian untuk
memperoleh lapisan logam, dengan tujuan antara lain:

1. Sebagai lapisan prantara (dasar/strike)


2. Sebagai lapisan dengan daya hantar panas dan arus listrik yang baik
b. Pelapisan Nikel Pelapisan Nikel merupakan pelapisan lanjutan dari lapisan
tembaga dan diakhiri dengan lapisan seperti chromium, emas dan lainnya. Tebal
lapisan nikel biasanya ditingkatkan sampai 20 mikron. Proses pelapisan nikel
terjadi karena adanya perpindahan ion-ion logam nikel dari anoda dan ionion
nikel didalam larutan secara kontiyu sesuai dengan arus listrik yang dialirkan. Ion-
ion tadi mengendap pada katoda dan membentuk suatu lapisan nikel pada
permukaan bahan yang akan dilapis.

c. Pelapisan Chromium Pelapisan Chromium merupakan lapis lindung atau


pengerjaan permukaan (surface treatment/metal finishing) pada tahun 1930 dan
merupakan lapisan yang mempunyai sifat-sifat yang keras, warna putih kebiru- 11
biruan, tahan korosi, tidak berubah warna terhadap pengaruh cuaca dan tahan
terhadap efek kekusaman yang tinggi.

2.5.2 Pelapisan logam dengan cara celup panas (hot dip)

Pelapisan secara celup panas adalah suatu proses pelapisan di mana logam
pelapis dipanaskan hingga mencair/meleleh, kemudian logam yang akan dilapis
disebut logam yang disebut logam dasar dicelupkan kedalam logam cair tersebut,
sehingga pada permukaan logam dasar akan terbentuk lapisan berupa paduan
(alloying) antara logam pelapis dan logam dasar dalam bentuk ikatan metalurgis
yang kuat dan tersusun secara belapis-lapis yang disebut fasa (Azhar, 1999).
2.5.3. Pelapisan logam dengan cara semprot (metal sparaying)

Proses pelapisan logam dengan semprot (metal spraying) adalah suatu proses
pelapisan logam dengan cara penyemprotan pratikel-pratikel halus dari logam cair
atau bukan dengan disertai gas bertekanan tinggi dan panas pada logam yang akan
dilapisi/logam dasar 2.6 Proses pelapisan logam Sebelum proses pelapisan
dilakukan, permukaan benda kerja yang akan dilapisi harus dalam kondisi benar-
benar bersih, bebas dari bermacam-macam pengotor. Hal ini mutlak agar bisa
didapat hasil lapisan yang baik. Untuk mendapatkan kondisi seperti tersebut perlu
dilakukan pengerjaan pendahuluan dengan tujuan sebagai berikut :
1. Menghilangkan semua penggotor yang ada di permukaan benda kerja
seperti pengotor organik, anorganik/oksida dan lain-lainnya.

2. Mendapatkan kondisi fisik benda kerja yang lebih baik. Teknik pengerjan
persiapan ini tergantung dari pengotornya, tetapi secara umum dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Pembersihan Secara Mekanik Pengerjaan ini bertujuan
untuk menghapuskan permukaan dan menghilangkan goresangoresan
serta geram-geram yang masih melekat pada benda kerja. biasanya
untuk 12 menghilangkan goresan-goresan dan geram-geram tersebut
dilakukan di mesin gerinda, sedangkan penghalusannya dilakukan
dengan proses buffing. Prinsipnya sama dengan mesin gerinda, tetapi
roda/wheel polesnya yang berbeda yaitu terbuat dari bahan katun,
kulit, laken dan sebagainya. Selain dari pengerjaan seperti tersebut di
atas, kadang-kadang diperlukan proses lain misalnya brushing,
brigthening dan lain sebagainya.

b. Pembersihan / pencucian dengan pelarut (solvent) Proses


ini bertujuan untuk membersihkan lemak, minyak, garam dan kotoran-
kotoran lainnya dengan menggunakan pelarut organik. Pembersihan
dilakukan dengan cara vapour degreasing yaitu proses pembersihan
dengan pelarut yang tidak mudah terbakar. Prinsipnya, benda kerja
diuapkan dengan pelarut tersebut dalam keadaan panas, kemudian
kotoran akan mengembun atau menguap karena adanya reaksi dari
bahan pelarut. Proses pembersihan pada temperatur kamar
menggunakan pelarut organik, tetapi dilakukan pada temperatur kamar
dengan cara dioleskan.

c. Pembersihan / Pencucian Dengan Alkalin (Degreasing)


Pekerjaan ini bertujuan untuk membersihkan benda kerja dari lemak
atau minyak-minyak yang menempel. Pembersihan ini perlu sekali,
karena lemak maupun minyak akan mengganggu pada proses
pelapisan, karena mengurangi kontak antara lapisan dengan logam
dasar / benda kerja. Pencucian dengan alkalin digolongkan dalam dua
cara yaitu dengan cara biasa (alkalin degreasing) dan dengan cara
elektro (elektrolitic degreasing). Pembersihan secara biasa adalah
merendamkan benda kerja ke dalam larutan alkalin dalam keadaan
panas selama 5–10 menit. Lamanya perendaman harus disesuaikan
dengan kondisi permukaan benda kerja. Seandanya lemak atau minyak
yang menempel lebih banyak, maka diajukan lamanya perendaman
ditambah hingga permukaan bersih dari noda-noda tersebut.
Pembersihan secara elektro bertujuan selain akan didapatkan hasil
pembersihan yang lebih bersih juga meningkatkan kecepatan
pencucian dengan lempengan karbo. Bila benda kerja yang akan
dibersihkan ditempatkan pada arus listrik positif, maka prosesnya
disebut anoda clening/degreasing, begitu pula sebaliknya.

d. Pembersihan / Pencucian Dengan Asam (Pickiing) 13


Pencucian dengan asam adalah bertujuan untuk membersihakan benda
kerja dari oksida atau karat dan sejenisnya secara kimia melalui
perendaman. Larutan asam ini terbuat dari pencampuan air bersih
dengan asam antara lain : 1. Asam klorida (HCl) 2. Asam sulfat
(H₂SO₄) 3. Asam sulfat dan asam fluorida (HF) Reaksi proses
pickiing sebetulnya adalah proses elektro kimia dalam sel galvanis
antara logam dasar (anoda) dan oksida katoda. Gas H₂ yang timbul
dapat mereduksi ferrioksida menjadi ferro oksida yang mudah larut.
Dalam reaksi ini biasanya diberikan indikator agar reaksi tedak terlalu
cepat dan menghasilkan pembersihan yang merata. Pada benda kerja
dari besi/baja cor yang masih mengandung pasir maka pelarut yang
digunakan asam sulfat dan asam fluorida.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Pelapisan logam merupakan suatu cara yang dilakukan untuk memberikan


sifat tertentu pada suatu permukaan benda kerja, diharapkan benda tersebut
akan mengalami perbaikan terhadap sifat fisiknya.

2. Pencegahan korosi dapat dilakukan dengan cara pelapisan bahan organik


dan anorganik sebagai salah satu metode penanggulangannya.

3. Metode-metode pelapisan dengan logam yaitu Penyalutan listrik


(Penyepuhan , Electroplating), Galvanisasi Pencelupan Panas ( Hot
Dipping ), Pelapisan dengan penyemprotan, Pelapisan dengan penempelan
(clad coating), dan Pelapisan Difusi

4. Proses pelapisan bertujuan untuk memberikan sifat tertentu pada suatu


permukaan benda kerja.

3.2 Saran
Makalah ini diharapkan menjadi bahan informasi tambahan bagi pembaca.
Kritik dan saran sangat diharapkan dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini
DAFTAR PUSTAKA

Made, Sudana dkk. 2014. “Alat Simulasi Pelapisan Logam Dengan Metode
Elektroplating” . Politeknik Negeri Bali.
Azwar,2010, ‘’Modul ajar Korosi Logam’’, Jurusan Teknik Mesin politeknik
Negeri Lhokseumawe, Lhokseumawe Azhar A. Saleh.1999. Pelapisan
Logam. Balai Besar Pengembangan Industri Logam Dan Mesin
.
PENGGUNAAN INHIBITOR UNTUK MENINGKATKAN
KETAHANAN KOROSI PADA BAJA KARBON RENDAH
Fajar Nugroho
Jurusan Teknik Mesin Sekolah Tinggi Teknologi Adisutjipto Jl.
Janti Blok - R Lanud Adisutjipto Yogyakarta.
e-mail : mas_noeg@yahoo.com

Abstract
Mild steels are the most versatile, least expensive and most widely applied
of the engineering metals. They are unequaled in the range of mechanical and
physical properties with which they can be endowed by alloying and heat-
treatment. Their main disadvantage is that iron and most alloys based on it have
poor resistance to corrosion in even relatively mild service environments and
usually need the protection of coatings or environment conditioning. An inhibitor
is a chemical substance that, when added in small concentration to an
environment, effectively decreases the corrosion rate. This paper explained about
corrosion attack protection of mild steel using a variety of unorganic inhibitors.
Keywords : Corrosion , mild steel , Inhibitor

Abstrak
Baja karbon rendah merupakan material multiguna, sedikit lebih mahal dan
paling
banyak diterapkan pada rekayasa material logam. Baja karbon rendah keunggulan
pada sifat mekanik dan sifat fisiknya yang dapat ditingkatkan dengan proses
penambahan unsur paduan dan perlakuan panas. Kekurangan dari baja karbon
rendah dan paduannya adalah ketahanan terhadap korosi yang buruk meskipun
bekerja dalam media korosi yang ringan, dan biasanya membutuhkan lapisan
perlindungan atau pengkondisian lingkungan. Inhibitor adalah zat kimia yang
ditambahkan dalam konsentrasi kecil pada suatu media, yang efektif untuk
menurunkan laju korosi. Makalah ini menjelaskan tentang perlindungan serangan
korosi pada baja karbon rendah dengan menggunakan berbagai inhibitor
anorganik
Kata kunci : Korosi, Baja Karbon Rendah, Inhibitor

Pendahuluan
Logam dan paduannnya telah banyak digunakan secara luas di dalam berbagai
bidang industri, meskipun material ini mudah terkorosi di dalam media korosif.
Baja karbon rendah merupakan salah satu jenis logam tersebut. Namun demikian
baja karbon rendah ini memiliki kelemahan terutama terhadap ketahanan korosi
terutama jika diaplikasikan pada lingkungan korosif.
Masalah korosi merupakan suatu gejala degradasi kualitas permukaaan suatu
material yang prosesnya berjalan lambat. Namun demikian tidak ditangani akan
menyebabkan banyak kerugian. Peristiwa korosi dapat terjadi dimana saja. Dari
peristiwa korosi yang terjadi, dapat menimbulkan kerusakan yang mengakibatkan
kerugian baik secara ekonomi ataupun keamanan. Menurut Jones (1997), dalam
banyak hal, korosi tidak dapat dihindarkan. Hampir semua material apabila
berinteraksi dengan lingkungannya secara perlahan tapi pasti, akan mengalami
degradasi mutu bahan, pengertian ini didefinisikan sebagai korosi. Proses korosi
merupakan suatu gejala alamiah yang merupakan konsekuensi dari siklus hidup.

Inhibitor
Salah satu cara untuk meminimalkan efek degradasi material yang sering
digunakan adalah dengan penggunaan inhibitor. Inhibitor berfungsi untuk
memperlambat reaksi korosi yang bekerja dengan cara membentuk lapisan
pelindung pada permukaan logam. Lapisan molekul pertama yang tebentuk
mempunyai ikatan yang sangat kuat yang disebut chemis option. Inhibitor
umumnya berbentuk cairan yang diinjeksikan pada production line. Karena
inhibitor tersebut merupakan masalah yang penting dalam menangani korosi
maka perlu dilakukan pemilihan inhibitor yang sesuai dengan kondisinya.
Inhibitor digunakan untuk melindungi bagian dalam struktur dari serangan korosi
yang diakibatkan oleh fluida yang mengalir atau tersimpan di dalamnya. Inhibitor
biasanya ditambahkan sedikit dalam lingkungan asam, air pendingin, uap,
maupun lingkungan lain. Keuntungan menggunakan inhibitor antara lain ;
menaikan umur struktur atau bahan, mencegah berhentinya suatu proses produksi,
mencegah kecelakaan akibat korosi, menghindari kontaminasi produk dan lain
sebagainya.
Penggunaan inhibitor hingga saat ini masih menjadi solusi terbaik untuk
melindungi korosi internal pada logam, dan dijadikan sebagai pertahanan utama
industri proses dan ekstraksi minyak. Inhibitor merupakan metoda perlindungan
yang fleksibel, yaitu mampu memberikan perlindungan dari lingkungan yang
kurang agresif sampai pada lingkungan yang tingkat korosifitasnya sangat tinggi,
mudah diaplikasikan dan tingkat keefektifan biayanya paling tinggi karena
lapisan yang terbentuk sangat tipis sehingga dalam jumlah kecil mampu
memberikan perlindungan yang luas (Terms dan Zahrani, 2006).
Secara umum inhibitor korosi merupakan suatu zat kimia yang bila ditambahkan
ke dalam suatu lingkungan dapat menurunkan laju serangan korosi terhadap suatu
logam. Fontana (1987) menjelaskan sejumlah inhibitor menghambat korosi
melalui cara modifikasi polarisasi katodik dan anodik, mengurangi pergerakan
ion ke permukaan logam, menambah hambatan listrik pada permukaan logam dan
menangkap atau menjebak zat korosif dalam larutan melalui pembentukan
senyawa tidak agresif.
Inhibitor korosi menurut bahan dasarnya, dapat dibagi menjadi dua, yaitu
inhibitor dari senyawa organik dan dari senyawa anorganik (Widharto,1999).
Inhibitor organik pada umumnya berasal dari ekstrak bahan alami yang
mengandung atom N, O, P, S dan atom-atom yang mempunyai pasangan eletron
bebas. Inhibitor anorganik yang saat ini biasa digunakan adalah sodium nitrit,
kromat, fosfat, dan garam seng (Hatch,1984) . Dewasa ini banyak dikembangkan
berbagai jenis inhibitor baik yang organik maupun anorganik. Berbagai jenis
inhibitor baru ini diharapkan akan mampu mengurangi laju korosi terhadap suatu
material khususnya maerial baja karbon rendah. Ada berbagai jenis inhibitor
sintetis yang sekarang banyak digunakan untuk menggantikan inhibitor anorganik
konvensional seperti HBTT (Hydroxy-Benzylidene-amino-Thioxo-Thiazolidin),
DHBTPH (Dihydroxybenzylidenetrifluoromethyl quinolin-Thio-Propano-
Hydrazide), BMIC (Alkaloid, ButylMethylimidazolium chlorides), [BMIM]HSO 4
(Butyl-Methylimidazolium hydrogen sulfate), Calcium Gluconate, PEGME
(Polyethylene Glycol Methyl Ether) dan lain-lain.

Mekanisme Inhibitor
Korosi baja adalah penurunan kualitas baja karena terjadinya reaksi kimia atau
elektrokimia, antara baja dengan lingkungannya, sebagai contoh; apabila baja
dicelupkan dalam air akan terlihat bagian baja yang terkorosi (berkarat). Bagian
baja yang terkorosi disebut anodik dan bagian baja yang tidak terkorosi disebut
katodik. Proses terbentuknya korosi dapat dijelaskan dalam gambar 1 dan reaksi
kimia dibawah ini:
Gambar 1. Korosi dari baja

Reaksi-reaksi elektrokimiawi terjadi dalam lingkungan netral


Pada anoda : Fe Fe2+ + 2e- (reaksi oksidasi)
Pada katoda : H2O + ½ O2 + 2e 2OH
- -
(reaksi reduksi)
Reaksi total : Fe + ½ O2 + H2O Fe2+ + 2OH
Fe2++ 4OH- 2Fe(OH)2

2Fe(OH) + ½ O2 2FeO (OH) H2O


(2H2O+Fe3O4) Dimana senyawa Fe3O4 merupakan produk
karat.
Sejumlah inhibitor menghambat korosi melalui cara adsorpsi untuk membentuk
suatu lapisan tipis yang tidak nampak dengan ketebalan beberapa molekul saja,
ada pula yang karena pengaruh lingkungan membentuk endapan yang nampak
dan melindungi logam dari serangan yang mengkorosi logamnya dan
menghasilkan produk yang membentuk lapisan pasif, dan ada pula yang
menghilangkan konstituen yang agresif.
Sementara itu mekanisme inhibitor anodik dalam mempertahankan lapisan pasif
dapat dilihat pada Gambar 2. Pada Gambar 2(a) terlihat korosi terjadi pada
bagian selaput oksida yang terkelupas. Selaput pelindung kemudian akan
bertindak sebagai katoda, sedangkan logam yang tersingkap sebagai anoda.
Kemudian anion dalam inhibitor anodik bereaksi dengan ion logam dalam
larutan dan menutup bagian yang bersifat anodik, sehingga laju korosi menjadi
terhenti kembali ditunjukkan pada Gambar 2(b).

Gambar 2. Efek konsentrasi terhadap inhibitor anodic


pada laju korosi ( Trethewey, 1991)

Saat telah banyak dikembangkan berbagai jenis inhibitor baik organik maupun
anorganik. Salah jenis inhibor yang banyak digunakan adalha inhibitor anorganik
dengan berbagai bahan dasar. Ada berbagai jenis inhibitor sintetis yang sekarang
banyak digunakan untuk menggantikan inhibitor anorganik konvensional seperti
HBTT (hydroxy-benzylidene)amino]-2-thioxo-thiazolidin-4-one), DHBTPH (N-
(3,4-dihydroxybenzylidene)-3-{[8(trifluoromethyl)quinolin-4-
yl]thio}propanohydrazide), BMIC (Alkaloid, 1-butyl-3methylimidazolium
chlorides), [BMIM]HSO4 (1-butyl-3-methylimidazolium hydrogen sulfate),
Calcium Gluconate, PEGME (Polyethylene Glycol Methyl Ether) dan lain-lain.
Bahan inhibitor dengan menggunakan HIBTT, dimaksudkan untuk memperbaiki
efisiensi dari bahan Rhodanine beserta turunannya yang telah memberikan haasil
yang cukup baik ketika diaplikasikan pada material baja karbon rendah. Molekul
inhibitor HIBTT yang pertama kali akan diserap pada permukaan baja karbon
rendah dan menahan reaksi kimia yang terjadi pada permukaan material dengan
fluida yang mengalir (Doner dkk, 2012).
Gambar 3. Struktur Molekul HIBTT atau
Hydroxy-Benzylideneamino-Thioxo-Thiazolidin

Molekul inhibitor HIBTT (Hydroxy-Benzylideneamino-Thioxo-Thiazolidin)


tersebut akan terserap pada permukaan baja karbon rendah baik pada reaksi
anodik maupun katodik. Reaksi yang timbul dari HIBTT pada baja karbon
rendah seperti pengunaan dua jenis inhibitor yang digunakan secara bersama-
sama. Namun demikian penggunaan inhibitor jenis ini menunjukan hasil yang
lebih baik jika digunakan dengan konsentrasi yang tinggi dan akan menurun
seriring dengan lamanya waktu penggunaan HIBTT. Ditinjau dari ada energi
Gibbs antara molekul HIBTT dengan permukaan baja karbon rendah juga
menunjukkan adanya interaksi yang kuat, sehingga dengan penambahan inhibitor
ini dengan konsentrasi larutan yang tepat akan menghasilkan lapisan pelindung
terhadap korosi pada permukaan baja karbon rendah (Done dkk, 2012).
Selanjutnya DHBTPH (Dihydroxybenzylidene-Trifluoromethyl-Thio Propano
Hydrazide) merupakan jenis bahan inhbitor jenis baru yang digunakan utuk
menahan serangan korosi pada baja karbon rendah. Dari pengamatan reaksi baik
pada katodik dan anodik terlihat bahwa reaksi kimia pada reaksi anodik lebih
besar daripada reaksi kathodik. Penggunaan DHBTPH sebagai inhibitor
tergantung pada temperatur operasional dan jumlah kandungan zat tambahan
untuk mengurangi laju korosi. Reaksi inhibitor ini baik jika dilakukan dalam
reaksi yang isothermis (Saliyan dan Adhikari, 2008).

Gambar 4. Struktur Molekul DHBTPH atau


(Dihydroxybenzylidene-Trifluoromethyl-Thio Propano Hydrazide)

Jenis inhibitor korosi yang lain adalah BMIC (Alkaloid, 1-butyl-3-


methylimidazolium chlorides) dan [BMIM]HSO4 (1-butyl-3-methylimidazolium
hydrogen sulfate) yang digunakan secara bersama-sama. Kedua jenis inhibitor ini
semakin baik dan efektif untuk mencegah terjadinya korosi jika konsentrasinya
dinaikan. Namun dalam aplikasinya konsentrasi BMIC harus lebih tinggi jika
dibandingkan dengan [BMIM]HSO4. Reaksi yang terjadi antara larutan inhibitor
dan pemrmukaan baja karbon rendah berlangsung secara spontan dan
exothermis.( Zhang dan Hua, 2008)
Gambar 5. Struktur Molekul BIMC dan [BMIM]HSO4

Calcium Gluconate juga dapat digunakan sebagai inhibitor untuk mencegah


korosi pada baja karbon rendah. Namun dalam aplikasinya jenis inhibitor ini
harus digunakan kondisi pH netral. Aktivitas inhibitor akan semakin naik
meningkat dengan meningkatnya konsentrasi gluconate pada pH 6 dan akan
semakin menurun dengan menurunnya kadar pH fuida. Dalam kondisi bassa,
efektivitas Calcium Gluconate menunjukan hasil yang semakin baik terutama jika
digunakan dalam waktu yang cukup lama. Penggunaan jenis inhibitor ini
menunjukan baik untuk fluida berbasis air. (Karim dkk, 2010).
Bahan kimia lainnya yang bisa digunakan sebagai larutan inhibitor untuk
mencegah korosi pada baja karbon rendah adalah Poly Ethylene Glycol Methyl
Ether (PEGME) yang memiliki rumus kimia CH 3(OCH2CH2)n\OH. Penggunaan
PEGME sebagai larutan inhibitor dalam lingkungan asam menunjukan hasil yang
sangat baik dan sangat efektif untuk mengatasi masalah korosi pada material baja
karbon rendah (Dubey dan Singh, 2007). Efisiensi inhibitor korosi dengan
menggunkan bahan PEGME ini akan semakin baik dengan meningkatnya
konsentrasi PEGME yang digunakan.
Penutup
Dalam sudut pandang pengembangan alternatif inhibitor korosi, perlu adanya
eksplorasi terhadap berbagai kimia yang mengandung atom N, O, P, S, dan atom-
atom yang memiliki pasangan elektron bebas. Pemakaian jenis inhibitor korosi
jenis baru akan semakin memberikan perlindungan terhadap kegagalan material
akibat menurunnya kualitas bahan baja karbon rendah terhadap korosi. Inhibitor
korosi yang digunakan untuk meningkatkan ketahanan korosi pada baja karbon
rendah dapat digunakan sebagai inhibitor tunggal atau merupakan reaksi
gabungan dengan jenis inhibor lainnya. Penelitian lebih lanjut tentang
pemanfaatan inhibitor korosi ini dapat dikembangkan lebih lanjut sehingga
nantinya dapat dibuat database referensi yang berisi tentang berbagai jenis
inhibitor yang tepat untuk berbagai kondisi dan jenis fluida pada bahan baja
karbon rendah.
Daftar Pustaka

ASM Handbook, 1992, “ Corrosion”, Metal Handbook, Vol.13.


ASTM, 2003, “Metal Test Methods and Analitycal Procedurs”, Anual
Book of ASTM Standard, sc.3 Vol 03.01,E647-00, pp.615-657,
Bar Harbor Drive Weat Conshohocken.
Doner,A.dkk, 2012,”Investigation of corrosion inhibition effect of 3-[(2-
hydroxybenzylidene)-amino]-2-thioxo-thiazolidin-4-one on corrosion of
mild steel in the acidic medium”, Corrosion Science.
Dubeya, A.K. and Singh, G., 2007,”Corrosion Inhibition of Mild Steel in
Sulphuric Acid
Solution by Using Polyethylene Glycol Methyl Ether (PEGME)”,
Portugaliae Electrochimica Acta,
Hatch GB, Nathan CC, 1984, Corrosion Inhibitor. National Association for
Corrosion Engineers”. page : 126-147.
Jones. Denny A., 1997,” Principles and Prevention of Corrosion”, 2nd Ed,
Singapore : Prentice Hall International, Inc.,
Karim, S, dkk., 2010, “Corrosion Inhibition of Mild Steel by Calcium Gluconate
in Simulated Cooling Water”, Leonardo Electronic Journal of Practices
and Technologies,.
Saliyan, VR. and Adhikari, AV, 2008 “Inhibition of corrosion of mild steel in
acid media by
Nƍ-benzylidene-3-(quinolin-4-ylthio )propanohydrazide”, Indian
Academy of Sciences, Bull. Mater. Sci., Vol. 31, No. 4,
Trethewey, K.R., & Chamberlain, J., “Korosi Untuk Mahasiswa dan Rekayasa”,
PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Tems, R &. Al-Zahrani., A.M, 2006,”Cost of Corrosionin Oil Production &
Refining:, Saudi Aramco Journal of Technology.
Widharto. Sri., 1999,” Karat dan Pencegahannya”, Cet.1, Jakarta : Pradnya
Paramitha,
Zhang, Q.B, Hua, Y.X, 2008 , “Corrosion inhibition of mild steel by
alkylimidazolium ionic liquids In hydrochloric acid”, Electrochimica Acta
Elsevier.,

Anda mungkin juga menyukai