Anda di halaman 1dari 22

PENGGUNAAN INHIBITOR BENZOTRIAZOL

MENEKAN LAJU KOROSI BAJA ST 60 DENGAN


METODE SPEKTROFOTOMETER FTI

Oleh :

Nama : Alfi Hidayati

Nim : 161810301051

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2017
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................i

HALAMAN PERSETUJUAN................................................................................ii

HALAMAN PENGESAHAN................................................................................iii

HALAMAN PERNYATAAN................................................................................iv

HALAMAN MOTTO..............................................................................................v

HALAMAN PERSEMBAHAN.............................................................................vi

ABSTRAK ............................................................Error! Bookmark not defined.

ABSTRACT ..........................................................Error! Bookmark not defined.

KATA PENGANTAR ...........................................Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA ............................................Error! Bookmark not defined.

DAFTAR TABEL.................................................................................................xiv

DAFTAR GAMBAR.............................................................................................xv

DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xvii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1 Latar Belakang......................................................................................1


1.2 RumusanMasalah..................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian...................................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian.................................................................................5
1.5 Batasan Masalah....................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................6
2.1 Baja Karbon.........................................................................................6
2.2 Korosi Baja Karbon dalam Larutan Natrium Klorida.........................7

2.3 Inhibitor Korosi..................................................................................8

2.4 Benzotriazol......................................................................................10

2.5 Spektroskopi Inframerah...................................................................13

2.6 Laju Korosi.......................................................................................14

BAB III METODE PENELITIAN.........................................................................17

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian............................................................17


3.2 Alat dan Bahan Penelitain..................................................................17
3.2.1 Alat Penelitian..................................................................17
3.2.2 Bahan Penelitian............................................................18
3.3 Tahapan Penelitian..............................................................................19
3.3.1 Pembuatan Media.............................................................21

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................23

4.1 Laju Korosi Baja Karbon ST 60 dalam Larutan NaCl 1M dengan


Penambahan Benzotriazol pada suhu 55oC dan Berbagai
Waktu..................................................................................................23

4.2 Efisiensi Inhbisi Benzotriazol pada Korosi Baja ST 60 dalam larutan


NaCl 1 M pada Suhu 550C dan BerbagaiWaktu................................28

4.3 Karakterisasi dengan Spektrofotometer Inframerah(FTIR)...............28

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................42

5.1 Kesimpulan.........................................................................................42
5.2 Saran...................................................................................................42

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................44
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kerusakan logam dalam kehidupan sehari hari banyak ditemui yaitu pada
bangunan-bangunan, peralatan elektronik dan peralatan rumah tangga. Korosi
tersebut disebabkan secara alami dan terjadi perubahan-perubahan energi. Korosi
merupakan kerusakan logam akibat proses elektrokimia dengan lingkungan yang
berjalan lambat(Jones,1996). Korosi dapat diminimalisir menggunakan inhibitor
korosi. Inhibitor korosi sangat efisien biayanya dalam mengendalikan korosi yang
dapat menurunkan laju korosi secara efektif(Roberge, 2000). Logam yang dipakai
dalam kehidupan sehari-hari kebanyakan adalah baja seperti pagar rumah,
jembatan, rel kereta api dan lain-lain.

Baja merupakan logam yang berperan penting dalam kehidupan sehari-hari dan
industri sebagai kontruksi. Baja banyak didapatkan dialam karena kelimpahannya
sangat besar dan memiliki harga murah, mudah pengolahannnya dan kualitas
kekuatan baja yang baik (Syukri,1999). Permukaan baja yang bereaksi dengan
oksigen akan mengalami korosi yang disebut pengkaratan baja. Hal ini merugikan
banyak kalangaan yang memanfaatkan baja sebagai bahan bangunan maupun
peralatan lainnya yang mengurangi mutu barang. Pencegahan karat pada baja dalam
industri yaitu mencampurkan baja dengan logam-logam lain yang memenuhi syarat
secara fisik maupun kimia. Larutan elektrolit(asam-garam) dapat menyebabkan
korosi, salah satunya yaitu larutan natrium klorida (Trethewey and Chamberlain,
1991).

Laju korosi bisa diturunkan secara signifikan dengan inhibitor tipe absorpsi,
yang tidak berbahaya terhadap lingkungan dan dapat larut dalam air salah satu
inhibitor adalah benzotriazol (Trethewey and Chamberlain, 1991). Konsentrasi
inhibitor, suhu dan waktu juga mempengaruhi laju korosi. Sifat-sifat adsorpsi
mempengaruhi efisiensi inhibisi senyawa organik yang bergantung pada elektron.
Proses laju korosi menurun dipengaruhi nilai konsentrasi inhibitor besar maka nilai
efisiensinya meningkat (Quraishi dan Sardar, 2002)..

Korosi dapat dicegah dilakukan dengan inhibitor korosi. Inhibitor benzotriazol


salah satunya. Benzotriazol adalah campuran zat-zat non polar yang dapat larut
dalam air dan efektif sebagai inhibitor korosi pada tembaga. Benzotriazol
merupakan inhibitor adsorpsi karena memiliki ikatan rangkap sebagai pusat
adsorpsi sehingga memudahkan adsorpsi pada permukaan logam. Benzotriazol
merupakan inhibitor organik sehingga termasuk senyawa organik memiliki
molekul yang mengandung atom nitrogen dan cicin triazol bermuatan negatif akan
menempel pada permukaan logam terbentuk lapisan untuk melindungi logam
terhadap korosi(Yatiman, dkk., 2006). Berdasarkan ulasan diatas, perlu adanya
percobaan penggunaan benzotriazol sebagai inhibitor menekan laju korosi baja
dengan pengaruh konsentrasi.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari percobaan kali ini adalah ;

1. Berapa konsentrasi inhibitor benzotriazol untuk menekan laju korosi?


2. Berapa nilai efisiensi inhibitor benzotriazol untuk menekan laju korosi?

1.3 Tujuan
Tujuan dari percobaan kali ini adalah ;
1. Menentukan konsentrasi inhibitor benzotriazol untuk menekan laju korosi
2. Mengetahui nilai efisiensi inhibitor benzotriazol untuk menekan laju korosi

1.4 Manfaat
Manfaat dari percobaan kali ini, agar dapat mengetahui konsentrasi benzotrial
yang memadai untuk melindungi baja dari korosi. Menjelaskan efisiensi inhibisi
benzotriazol terhadap perlindungan korosi pada besi
1.5 Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, perlu pembatasan masalah

sebagai berikut:

1. Tipe baja ST 60
2. Waktu yang diperlukan besi 1 jam,2 jam, 4 jam, 8jam, 12 jam,
3. Konsentrasi inhibitor benzotrialzol yang digunakan untuk menghambat
korosi
4. Konsentrasi inhibitor benzotriazol digunkan menhambat korosi yaitu
15ppm, 25 ppm, 100ppm, 800 ppm, 1000 ppm
5. Suhu saat pemaparan besi adalah 55 oC
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Baja

Baja pada dasarnya adalah paduan besi dan karbon. Unsur paduan yang bercampur
di dalam lapisan baja, berguna untuk membuat baja bereaksi terhadap pengerjaan
panas atau menghasilkan sifat-sifat khusus (Hari Amanto dan Daryanto, 1999: 22).
Unsur- unsur campuran lainnya yang terkandung dalam baja seperti sulfur (S),
fosfor (P), silikon (Si), dan mangan (Mn).Unsur-unsur tersebut memiliki presentasi
yang dibatasi tetapi untuk karbon di dalam baja kandunganya sekitar 0,1 - 0,7%.
Baja karbon dibagi menjadi tiga bagian menurut kandungan kadar karbonnya,
yaitu baja karbon rendah dengan kadar karbon kurang dari 0,3 %, baja karbon
sedang mengandung 0,3 0,7 %, dan baja karbon tinggi mengandung 0,7 1,7 %.
Baja karbon sedang lebih kuat dan keras serta dapat dikeraskan, akan tetapi lebih
getas(Smallman and Bishop, 2000: 326).

Baja St 60 dijelaskan secara umum merupakan baja karbon sedang dengan


persentase kandungan karbon pada besi sebesar 0,3% C 0,59% C dengan titik
didih 15500C dan titik lebur 29000C, disebut juga baja keras, banyak sekali
digunakan untuk tangki, perkapalan, jembatan, dan dalam permesinan. Baja karbon
sedang kekuatannya lebih tinggi dari pada baja karbon rendah. Sifatnya sulit untuk
dibengkokkan, dilas, dipotong Ika Marcelina, Imam Rochani, dan Heri Supomo
(2012)

2.2 Korosi Dalam Larutan Natrium Klorida


Korosi adalah penurunan mutu suatu logam oleh elektrokimia dengan
lingkungannya (Trethewey and Chamberlain, 1991: 64). Proses korosi terjadi
oksidasi logam dengan elektrolit, elektrolit tersebut akan mengalami reduksi.
Larutan elektrolit yang berada di alam yaitu air laut yang mengandung garam atau
air hujan bersifat asam. Salah satu senyawa elektrolit adalah larutan natrium
klorida. Larutan natrium klorida mengandung klorida yang memberikan efek
korosif sehingga agresif pada logam yang menyebabkan korosi pada lapisan
logam(Satria Nova dan Nurul Misbah, 2012). Laju korosi besi dalam larutan
natrium klorida dipengaruhi oleh konsentrasi, suhu, pH. Semakin konsentrasi besar
dan suhu meningkat maka semakin cepat laju korosi(Gogot Haryono, dkk., 2010).

2.3 Inhibitor Korosi


Inhibitor merupakan suatu zat kimia yang memperlambat suatu reaksi kimia
(Roberge, 2000). Inhibitor korosi dengan cara adsorpsi untuk melindungi
permukaan logam sehingga akan memperlambat korosi, penyebab lainnya
pembentukan endapan karena pengaruh lingkungan yang melindungi korosi logam
dan membentuk produk lapisan pasif(Roberge, 2000). Inhibitor korosi adalah
menurunkan reaksi logam dengan menambahkan konsentrasi rendah pada suatu zat
ke media korosi(Trethewey and Chamberlain, 1991: 25).
Inhibitor dibedakan menjadi dua yaitu inhibitor anorganik dan inhibitor
organik(Aidil and Shams El Din, 1972). Inhibitor organik mengandung ikatan
rangkap dan mengandung atom nitrogen, oksigen, fosfor. Golongan senyawa yang
dapat digunakan sebagai inhibitor yaitu golongan polimer dan
surfaktan(Muralidharan, dkk., 1995). Inhibitor organik mengadsorpsi berdasarkan
muatan ion pada permukaan logam. Proses adsorpsi bergantung dengan muatan
logam yang negatif maupun positif, seperti inhibitor kationik golongan amina dan
inhbitor anionik golongan sulfonat. Inhibitor secara efektif bergantung pada
struktur molekul, susunan kimia dan afinitas terhadap permukaan logam, karena
faktor terpenting dalam terbentuknya lapisan adanya adsorpsi, suhu, dan tekanan .
Kelarutan dalam air merupakan faktor yang mempengaruhi kekuatan ikatan
adsorpsi (Roberge, 2000).
Senyawa organik memiliki efisiensi inhibisi yang berkaitan dengan sifat-sifat
adsorpsinya. Adsorpsi molekul-molekul atom meningkat pada permukaan logam
karena adanya hetereatom dan elektro-elektron . Senyawa-senyawa yang
mengandung nitrogen atau belerang memberikan inhbisi tidak baik dibandingkan
senyawa-senyawa yang mengandung nitrogen dan belerang (Quraishi dan Sardar,
2002). Senyawa organik yang mengandung atom-atom-nitrogen (N) untuk inhibisi
korosi besi, kerapatan elektron sangat penting agar keefektifan inhibisi meningkat
dengan menekan atom dari gugus fungsional yang merupakan suatu pusat reaksi
Hackerman, dkk sebagaimana dikemukakan oleh Luo, dkk (1998). Peningkatan
kerapatan elektron sebagai pusat reaksi mengakibatkan inhibitor- organik
meningkat. Pengukuran kerapatan elektron dilihat dari potensial ionisasi, jika
potensial ionisasi semakin kecil maka semkain meningkat efisiensi inhibisinya dan
semakin kuat adsorpsinya (Trabanelli dan Carrasetti, 1970, Luo, dkk, 1998).\

2.4 Benzotriazol
Benzotriazol memiliki rumus molekul C6H4N3H, penyusunnya yaitu atom
nitrogen dan ikatan rangkap.

4
3
5 N
6 N2
N1
7
H

Gambar 2.1. Struktur benzotriazol

Benzotriazol berbentuk padat bewarna kuning, abu-abu dan coklat. Zat ini memiliki
titik leleh 1000C, titik didihnya 3500C, density 1,36gcm-3 dan larut dalam pelarut
polar. Benzotriazol merupakan inhibitor organik yang efektif biasanya digunakan
sebagai inhibitor korosi tembaga dengan pengaruh perbedaan suhu, larutan maupun
pH dan perpaduan antar logam. Benzotriazol memiliki tipe inhibitor adsorpsi dapat
larut dalam air dan percampuran zat-zat nonpolar dengan toksisitas tinggi (Yatiman,
dkk., 2006).
Benzotriazol mengandung atom nitrogen, ikatan rangkap yaitu pusat dari adsorpsi
agar pada permukaaan logam mudah teradsorpsi. Atom nitrogen pada cincin triazol
terdapat elektron tidak berpasangan yang cenderung bermuatan negatif yang akan
tertarik pada permukaan logam. Permukaan logam tersebut membentuk lapisan
yang melindungi logam dari korosi. Konsentrasi benzotriazol sangat
mempengaruhi laju korosi dan efisiensi inhibisi (Yatiman, dkk., 2006).

2.5 Spektrometer FTIR

Spektrophotometri fourier transform infrared (FTIR) merupakan metode


mengamati interaksi molekul dengan radiasi elektromagnetik yang berada pada
daerah panjang gelombang 0,75 1.000 m atau pada bilangan gelombang 13.000
10 cm-1 . Radiasi elektromagnetik dikemukakan pertama kali oleh James Clark
Maxwell, yang menyatakan bahwa cahaya secara fisis merupakan gelombang
elektromagnetik, artinya mempunyai vektor listrik dan vektor magnetik yang
keduanya saling tegak lurus dengan arah rambatan (Hsu, 1994). Senyawa organik
atau anorganik yang memiliki ikatan kovalen akan menyerap energi pada berbagai
frekuensi radiasi elektromagnetik dalam daerah spektrum inframerah. Ikatan-ikatan
di dalam molekul mempunyai vibrasi yang berbeda sehingga dapat diidentifikasi
frekuensi-frekuensi karakteristiknya sebagai pita serapan dalam spektrum
inframerah (Hardjono Sastrohamidjojo, 1991: 45 - 46).
Vibrasi digunakan untuk identifikasi gugus fungsional, daerah vibrasinya
antara 4000 2000 cm-1. Daerah 4000 2000 cm-1 ini adalah vibrasi rengangan
yang menunjukkan absorbsi. Pada analisis dengan spektrofotometer FTIR
diharapkan gugus fungsi terlihat pita serapan pada daerah 3500-3000 cm-1 yang
menunjukkan karakteristik vibrasi ulur OH, pita serapan diatas 3300 cm-1 yang
menunjukkan karakteristik vibrasi ulur NH amina. Pita serapan lainnya yang
menunjukkan adanya vibrasi NH amina yaitu pada daerah 1650-1550 cm-1 yang
menunjukkan vibrasi tekuk NH2 (amina 18 primer), diharapkan muncul pita
serapan pada daerah 1250-1000 cm-1 yang menunjukkan vibrasi ulur CN, pita
serapan daerah 3000-2850 cm-1 menunjukkan karakteristik vibrasi ulur CH, pita
serapan lainnya pada daerah 1470-1350 cm-1 yang menunjukkan vibrasi tekuk CH,
dan pita serapan pada daerah 1250-970 cm-1 yang menunjukkan vibrasi tekuk C-O
(Hsu, 1994).
2.5 Laju Korosi

Laju korosi dalam sistem terdapat reaksi antara komponen-komponen


dengan adanya interaksi elektron elektron didalamnya. Proses korosi, untuk
mencapai kesetimbangan dengan cara menstabilkan interaksi antara larutan dan
logam. Transfer elektron sebagai parameter penentu laju korosi(Sunarya, 2008).
Polarisasi potensiodinamik dapat digunakan sebagai metode laju korosi.
Konsentrasi korosif salah satu faktor yang mempengaruhi laju korosi. Laju korosi
meningkat maka konsentrasi korosif juga meningkat. Logam secara spesifik
mengalami korosi ketika adanya proses secara kimiawi. Laju korosi adalah
kecepatan penembusan logam atau kehilangan berat persatuan luas tergantung pada
teknik pengukuran yang digunakan dan dinyatakan dalam satuan mmpy (millimeter
per year). Laju korosi juga dipengaruhi oleh temperatur, jika temperatur naik maka
laju korosi meningkat(syukri, 1999).
BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu penelitian di mulai pada bulan Juni 2016. Tempat penelitian ini dilaksanakan
di Laboratorium Kimia FMIPA Universitas Jember.

3.2 Alat dan Bahan Penelitian

3.2.1 Alat

Alat utama yang digunakan dalam penelitian adalah Spektrofotometer FTIR


(Nicolet Avatar 360, Jepang), Mikroskop Optik (Olympus seri CH, Jepang). Alat
pendukung yang digunakan peralatan gelas yaitu gelas ukur, tabung uji, gelas
beaker, labu ukur, dan peralatan non gelas yaitu termometer, pipet volume, neraca
analitik, pipa, Jangka sorong, waterbath.

3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan baja karbon ST 60, natrium klorida p.a (Merck),
benzotriazol merupakan bahan utama untuk menenkan laju korosi pada besi. Bahan
pendukung yang digunakan etanol 10%, Kertas silikon karbida SiC 200, 800 dan
1500 grit, akuades.

3.3 Tahapan Penelitian


Penelitian ada 3 tahap yaitu tahap pemaparan dengan larutan NaCl 1 M,
Penambahan variasi konsentrasi inhibitor benzoriazol, penambahan konsentrasi
benzotriazol dengan variasi waktu, pengujian dengan spektrometer FTIR. Tahapan
p[enelitian secara lengkap disajikan pada Gambar 3.1. Sebelum melakukan
penelitian, dilakukan preparasi media dan persiapan larutan.
Baja ST 60

Spesimen Baja

- dipaparkan dalam 50 ml larutan Nacl 1M


pada suhu 55oC selama 1 jam.

Besi
Berkorosi
- - dicuci, dikeringkan

Baja dengan Baja berkorosi


berkorosi variasi dengan variasi
konsentrasi waktu
benzotriazol

- diuji spektometer FTIR - diuji spektometer FTIR

Baja Tidak Baja Tidak


berkorosi berkorosi

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian

3.3.1 Pembuatan Media


a. Pembuatan larutan etanol 10%

Etanol absolut sebanyak 50 mL dimasukkan ke dalam labu ukur 500 ml,


ditambahkan akuades. Kemudian dikocok larutan hingga homogen.
b. Pembuatan larutan natrium klorida
Serbuk NaCl sebanyak 6,50 gram dilarutkan ke dalam akuades sebanyak 150 mL
sehingga menjadi larutan NaCl dengan konsentrasi 1 M. Larutan Nacl 1M 150 ml
dimasukkan ke dalam gelas beaker 250 ml, lalu dimasukkan inhibitor benzotriazol
sebanyak 2,25 mg. Larutan diaduk hingga homogen akan didapat NaCl 1 M dengan
konsentrasi Inhibitor 15 ppm
BAB IV PEMBAHASAN

Data hasil uji korosi baja karbon ST 60 dalam larutan NaCl 1 M dengan
inhibitor benzotriazol pada suhu 55oC dalam waktu pemaparan 1 jam. Secara
umum lambatnya laju korosi didapatkan ketika ditambahan benzotriazol,
konsentrasi benzotriazol yang tersebut antara 15- 100 ppm. Benzotriazol yang
ditambahkan menjadi penghalang antara larutan NaCl dan logam sehingga
terbentuk lapisan pelindung di permukaan besi. Terbentuknya lapisan pelindung
ini dapat memutus rantai korosi dengan memisahkan logam dari media yang
korosif (Febrianto, Geni Rina, dan Sofia, 2010).

4.1 Laju Korosi Baja Karbon ST 60 dalam Larutan NaCl 1M dengan


Penambahan Benzotriazol pada suhu 55oC dan Berbagai Waktu

Laju korosi baja karbon ST 60 dalam larutan NaCl 1 M pada suhu 55oC
dalam waktu pemaparan 1, 2, 4, 8, 12 jam berturut-turut adalah (2,58 x 10-4 4,95
x 10-6), (5,40 x 10-5 2,50 x 10-6), (3,20 x 10-5 2,40 x 10-6), (2,30 x 10-5 7,50 x
10-7), (2,25 x 10-5 5,15 x 10-7), dan laju korosi baja karbon ST 60 dalam larutan
NaCl 1 M dengan penambahan benzotriazol 100 ppm pada suhu 55oC dalam waktu
pemaparan 1, 2, 4, 8, 12 jam berturut-turut adalah (1,91 x 10-4 3,71 x 10-6), (4,10
x 10-5 0,60 x 10-6), (1,99 x 10-5 1,50 x 10-6), ( 3,11 x 10-6 0,92 x 10-7), (1,56 x
10-6 3,89 x 10-8),
0,009
0,008
0,007
LAJU KOROSI 0,006
0,005
0,004 Column2
0,003
Series 1
0,002
0,001
0
0 5 10 15
WAKTU PEMAPARAN(JAM)

Gambar 4.1. Grafik Hubungan Laju Korosi Baja Karbon dalam larutan NaCl 1
M pada Suhu 5oC dalam Berbagai Waktu Pemaparan a. Variansi
waktu b.penambahan benzotriazol

Laju korosi baja karbon ST 60 dalam larutan NaCl 1 M pada suhu 45oC
dengan penambahan benzotriazol 800-1000 ppm menyebabkan rendahnya laju
korosi dengan pemaparan penambahan. Laju korosi menurun dengan waktu
pemaparan yang lebih lama dalam larutan uji disebabkan oleh pembentukan lapisan
pelindung pada permukaan logam yang bergantung pada waktu (Al-Mayouf, Al-
Ameery, and Al-Suhybani, 2001). Semakin luas area permukaan baja karbon yang
terlindungi oleh lapisan pelindung maka semakin lama waktu pemaparan. Rivera-
Grau, Gonzales-Rodriguez, and Martinez (2016) mengemukakan bahwa
peningkatan daerah permukaan baja karbon yang terlindungi oleh penambahan
inhibitor benzotriazol seiring dengan bertambahnya waktu pemaparan.

4.2 Efisiensi Inhbisi Benzotriazol pada Korosi Baja ST 60 dalam larutan


NaCl 1 M pada Suhu 550C dan Berbagai Waktu
Inhibitor korosi adalah senyawa sebagai menghambat laju korosi pada
permukaan logam dengan proses adsorpsi. Benzotriazol mengandung atom
nitrogen, ikatan rangkap yaitu pusat dari adsorpsi agar pada permukaaan logam
mudah teradsorpsi. Atom nitrogen pada cincin triazol terdapat elektron tidak
berpasangan yang cenderung bermuatan negatif yang akan tertarik pada permukaan
logam(Yatiman, dkk., 2006).

Berdasarkan data hasil pembahasan daftar pustaka Yatiman dkk, 2016


bahwasanya uji korosi baja karbon ST 60 dalam larutan NaCl 1 M dengan
penambahan benzotriazol pada suhu 55oC dengan waktu pemaparan 1 jam
sehingga dapat diketahui hubungan antara efisiensi inhibisi dengan konsentrasi
benzotriazol. Kenaikan efisiensi inhibisi dari inhibitor berdasarkan teori adsorpsi
yaitu inhibitor dapat melapisi permukaan logam sehingga terjadi reaksi-reaksi
katodik atau anodik(Singh, 1993). Kenaikan efisiensi dengan waktu kontak lama
yang mengandung inhibitor benzotriazol antara 800-1000ppm temperatur 55oC
juga bergantung pada densitas. Semakin menurun efisiensi inhibisi maka
konsentrasi benzotriazol semakin besar, hal ini disebabkan pada benzotriazol
memiliki pasangan elektron bebas pada atom N yang berinteraksi dengan orbital d
sehingga membentuk lapisan pelindung pada permukaan baja untuk menekan laju
korosi dan efisiensi meningkat.

Efisiensi inhibisi semakin menurun dengan bertambahnya konsentrasi


benzotriazol yaitu pada 15ppm, 25 ppm, 100ppm dengan efisiensi inhibisi
berturut-turut adalah (58,03 0,78), (53,68 1,31), dan (42,97 1,01)%.
Sedangkan efisensi inhibisi semakin meningkat dengan bertambahnya
konsentrasi benzotriazol yaitu pada , 800 ppm, 1000 ppm dengan efisiensi
inhibisi berturut-turut adalah (49,97 1,00), (52,50 1,92),)%.

Hubungan antara efisiensi inhibisi dan penambahan konsentrasi tiourea


pada korosi baja karbon dalam larutan NaCl 1 M pada suhu 55oC dan waktu
pemaparan 1 jam :
70

60
Efisiensi inhibisi (%)
50

40

30

20

10

0
0 200 400 800 1000
Konsentrasi benzotriazol (ppm)

Gambar 4.2 Grafik Hubungan Efisiensi Inhibisi dengan Penambahan


Konsentrasi Benzotriazol pada Korosi Baja Karbon dalam larutan
NaCl 1 M pada Suhu 55oC dan Waktu Pemaparan 1 Jam.

Grafik pada Gambar 4.2 menunjukkan bahwa inhibitor benzotriazol


menghambat korosi baja ST 60 dalam larutan NaCl 1 Mhal ini dikarenakan adanya
proses adsorpsi pada reaksi anoda melalui elektron dan pasangan elektron bebas
dari atom nitrogen (N) dan atom belerang (S) sehingga menghambat korosi
(Quraishi and Sardar, 2002). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada
efisiensi inhibisi turun 25 100 ppm. Hal ini sesuai dengan pernyataan Loto, Loto,
and Popola (2012) bahwa benzotriazol memiliki efisiensi inhibisi tinggi ketika
konsentrasi rendah. Konsentrasi benzotiazol bertambah maka efisiensi inhibisi
meningkat.

4.3 Karakterisasi dengan Spektrofotometer Inframerah (FTIR

Hasil karakterisasi baja karbon ST 60 dengan Spektrofotometer Inframerah


(FTIR) dapat dilihat pada Gambar 4.3 merupakan hasil dari penulusuran daftar
pusta Yatiman dkk, 2016
Gambar 4.3 Spektra Inframerah (FTIR): (a) Senyawa benzotriazol (b)
Benzotriazol (1 : 1) (c) Serbuk Lapisan Pelindung Baja Karbon API
5L X65 dalam Larutan NaCl 1M dengan Penambahanbenzotriazol
pada suhu 55oC dan Waktu Pemaparan 12Jam
BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa:


1. Laju korosi baja karbon ST 60 dalam larutan NaCl 1 M pada suhu 55oC dalam
waktu pemaparan 1, 2, 4, 8, 12 jam berturut-turut adalah (2,58 x 10-4 4,95 x
10-6), (5,40 x 10-5 2,50 x 10-6), (3,20 x 10-5 2,40 x 10-6), (2,30 x 10-5 7,50 x
10-7), (2,25 x 10-5 5,15 x 10-7), dan laju korosi baja karbon ST 60 dalam larutan
NaCl 1 M dengan penambahan benzotriazol 100 ppm pada suhu 55 oC dalam
waktu pemaparan 1, 2, 4, 8, 12 jam berturut-turut adalah (1,91 x 10-4 3,71 x
10-6), (4,10 x 10-5 0,60 x 10-6), (1,99 x 10-5 1,50 x 10-6), ( 3,11 x 10-6 0,92
x 10-7), (1,56 x 10-6 3,89 x 10-8),
2. Efisiensi inhibisi semakin menurun dengan bertambahnya konsentrasi
benzotriazol yaitu pada 15ppm, 25 ppm, 100ppm dengan efisiensi inhibisi
berturut-turut adalah (58,03 0,78), (53,68 1,31), dan (42,97 1,01)%.
Sedangkan efisensi inhibisi semakin meningkat dengan bertambahnya
konsentrasi benzotriazol yaitu pada , 800 ppm, 1000 ppm dengan efisiensi
inhibisi berturut-turut adalah (49,97 1,00), (52,50 1,92),)%.

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian dapat dikemukakan saran sebagai berikut:

1. Perlu ditingkatkan tingkat keakuratan adalam menggunakan neraca analitik


menimbang massa baja.

2. Prosedur pembersihan korosi pada permukaan baja sesudah maupun sebelum


pemaparan hasil produk korosi
DAFTAR PUSTAKA

Aidil, E and A. M. Shams El din.1972. Corrosion inhibition by


naturallyoccuringsubtance-l. The effect of Hibicus subdariffa (karkade)
exract on the dissolution of Al and Zn. Corrosion Science. Vol 12 no12. pp.
897-907
Gogot Haryono, Bambang Sugiarto, Hanima Farid, dan Yudi Tanoto. 2010. Ekstrak
Bahan Alam Sebagai Inhibitor Korosi. Prosiding, Seminar Nasional: Teknik
Kimia FTI UPN. D09. 1 - 6.
Jones, D.A.1996. Principles and Prevention of Corrosion, New York:
Macmillan Publishing Company, p 5.
Luo, H., Guan, Y.C and Han, K,N.1998. Corrosion Inhibition of A Mild Steel by
Aniline and Alkylamines in Acidic Solutions, Corrosion, 54, 721 731
Satria Nova M. K. dan M. Nurul Misbah. (2012). Analisi Pengaruh Salinitas dan
Suhu Air Laut Terhadap Laju Korosi Baja A36 pada Pengelasan SMAW.
Jurnal Teknik. (1). 75 77
Roberge, P.R..2000. Handbook of Corrosion Engineering, New York: McGraw
Hill, p 833, 837
Muralidharan, M., Quraishi, M.A. and Iyer, S.V.K.1995. The Effect of Molecular
Structure on Hydrogen Permeation and The Corrosion Inhibition of
Mild Steel in Acidic Solutions, Corros. Sci., 37, 1739 1750.
Quraishi, M.A and Sardar, R..2002. Dithiazolidines A New Class of Heterocyclic
Inhibitors for Prevention of Mild Steel Corrosion in Hydrochloric Acid
Solution, Corrosion, 58, 103 107.
Trabanelli, G and Carasetti.1970.Mechanism and Phenomenology of Organic
Inhibitors, in Advances in Corrosion Science and Technology, Vol. 1, Eds.
Fontana, M.G and Stachie, R.W., New York: Plenum Press, p 119.
Yatiman, P., Surdia, N.M., Purwadaria, S dan Ariwahjoedi, B. 2006.Inhibisi Korosi
Baja Karbon dalam Larutan Natrium Klorida oleh Beberapa Senyawa
Organik, Jurnal Teknologi Industri, Vol. X, No. 3, 231 240.
Yatiman, P., Surdia, N.M., Purwadaria, S., Ariwahjoedi, B dan Suratman,
R.2006.Application of Benzotriazole as Corrosion Inhibitor of API 5L X65
Carbon Steel in Sodium Chloride Solution, Jurnal Sains Materi Indonesia,
Vol. 7, No. 3, 75 79.

Anda mungkin juga menyukai