Anda di halaman 1dari 38

`

LAPORAN PRAKTIKUM
LABORATORIUM DESTRUCTIVE TEST

METALOGRAFI

Disusun oleh :
Nama Praktikan : Zaki Muhyidin
NPM : 3331190010
Kelompok : 19
Rekan : 1. Raden Muhamad Haikal Yasin
2. Atinus Lagoan
Tanggal Praktikum : 23 Juli 2020
Tanggal Pengumpulan Lap. : 27-07-2020
Asisten : Jody Nur Kurniawan

LABORATORIUM METALURGI FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
CILEGON–BANTEN
2020
`

LEMBAR PENGESAHAN

Tanggal Masuk
Tanda Tangan Tanggal Revisi Tanda Tangan
Laporan

Disetujui untuk Laboratorium Metalurgi FT UNTIRTA


Cilegon, Juli 2020

Jody Nur Kurniawan

ii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... v

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1


1.2 Tujuan Percobaan .......................................................................... 1
1.3 Batasan Masalah ............................................................................ 2
1.4 Sistematika Penulisan ................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Metalografi ..................................................................... 3


2.2 Analisa Metalografi ....................................................................... 8

BAB III METODE PERCOBAAN

3.1 Diagram Alir Percobaan ............................................................. 10


3.2 Alat dan Bahan ............................................................................ 11
3.2.1. Alat yang Digunakan ........................................................... 11
3.2.2. Bahan yang Digunakan ....................................................... 11
3.3 Prosedur Percobaan .................................................................... 12

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

iii
4.1 Hasil Percobaan ......................................................... ................ 13
4.2 Pembahasan ................................................................................ 14

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ................................................................................. 17


5.2 Saran .. ......................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA ………..……………………………………………….18

LAMPIRAN

LAMPIRAN A. JAWABAN PERTANYAAN DAN TUGAS KHUSUS ........ 19

LAMPIRAN B. BLANKO PERCOBAAN ....................................................... 30

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 3.1 Diagram Alir Percobaan Metalografi .................................................. 10

Gambar 4.1 Hasil Pengamatan Percobaan Metalografi ........................................ 14

Gambar 4.2 Spesimen Uji 1 Annealing dengan Perbesaran 100X...................... ..15

Gambar 4.3 Spesimen Uji 2 Quenching dengan Pembesaran 100X .................. ...16

Gambar A.1 Struktur Mikro pada Logam .......................................................... ...27

Gambar B.1 Struktur Mikro Baja AISI 1045 ..................................................... ...31

v
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran A. Jawaban Pertanyaan dan Tugas Khusus .......................................... 19

A.1 Jawaban Pertanyaan .................................................................. 20


A.2 Tugas Khusus ............................................................................ 28

Lampiran B. Blanko Percobaan ............................................................................ 30

vi
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Logam umumnya sudah menjadi konsumsi masyarakat. Oleh karenanya,

industri-industri logam membuat produk logam sesuai sifat-sifat logam yang

diinginkan oleh konsumen. Sifat-sifat khas bahan industri perlu dikenal secara baik

karena bahan tersebut dipergunakan untuk berbagai macam keperluan dalam berbagai

keadaan. Untuk mengetahui dan mendapatkan suatu sifat logam yang diinginkan

maka perlu dilakukan pengujian. Salah satunya dalam praktikum ini ingin

mengetahui sifat mekanik logam. Banyak cara pengujian sifat mekanik logam

diantaranya uji tarik, uji impak, uji kekerasan serta pengujian metalografi.

Pada praktikum ini dilakukan pengujian metalografi. Metalografi adalah

termasuk salah satu jenis pengujian yang merusak, karena di dalam prosesnya

dilakukan preparasi spesimen untuk mengetahui struktur butir spesimen yang diuji

dalam mikroskop. Dengan praktikum metalografi ini dapat kita mengetahui struktur

butir, bentuk dan ukuran butir, batas butir serta warna butir.

1.2 Tujuan Percobaan

Untuk mempelajari hubungan antara struktur mikro dari suatu logam dengan
2

sifat mekanik dan sifat fisik dengan menggunakan mikroskop optik.

1.3 Batasan Masalah

Pada percobaan ini terdapat dua variabel yang membatasi masalah pada

percobaan kali ini yaitu variabel terikat dan variabel bebas. Variabel bebasnya yaitu

proses perlakuan pada spesimen. Sedangkan variabel terikatnya meliputi struktur

mikro, baja AISI 1045, dan konsentrasi larutan etsa.

1.4 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan laporan ini terdiri dari lima bab sebagai kajian utama. Bab I

menjelaskan latar belakang, tujuan percobaan, batasan masalah, dan sistematika

penulisan laporan. Bab II merupakan tinjauan pustaka yang berisi mengenai teori

singkat yang terkait dengan percobaan yang dilakukan. Bab III menjelaskan

mengenai metode percobaan yang dilakukan seperti diagram alir, alat dan bahan,

serta prosedur percobaan. Bab IV menjelaskan mengenai data percobaan dan

pembahasan. Bab V menjelaskan mengenai kesimpulan dari percobaan yang

dilakukan, yang dilengkapi dengan saran seputar percobaan. Sebagai kajian

tambahan, di akhir laporan terdapat daftar pustaka dan lampiran yang memuat

jawaban pertanyaan dan tugas khusus, serta blanko percobaan.


3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Metalografi

Metalografi merupakan disiplin ilmu yang mempelajari karakteristik

mikrostruktur dan makrostruktur suatu logam, paduan logam dan material lainnya

serta hubungannya dengan sifat-sifat material atau biasa juga dikatakan suatu proses

mengukur suatu material bahan secara kualitatif maupun kuantitatif berdasarkan

informasi-informasi yang didapatkan dari material yang diamati. Dalam ilmu

metalurgi struktur mikro merupakan hal yang sangat penting untuk dipelajari karena

struktur mikro sangat berpengaruh pada sifat-sifat mekanik suatu logam. Struktur

mikro yang kecil akan membuat kekerasan logam meningkat dan juga sebaiknya,

struktur mikro yang besar akan membuat logam menjadi ulet atau kekerasannya

menurun. Struktur mikro itu sendiri dipengaruhi oleh komposisi kimia dari logam

tersebut serta yang dialaminya. Karena pada dasarnya tujuan dari pengujian ini adalah

untuk mendapatkan sifat mekanik dan sifat fisik dari suatu material logam maka

sangat penting sekali kita harus mempertimbangkan design dari suatu struktur atau

mesin maka yang harus kita lakukan adalah melihat kekuatan dari mesin yang akan

kita coba, untuk menjalankan fungsinya secara aman dan baik. Contoh sebuah crane

harus mendukung (support) beban tanpa terjadi perpatahan atau tanpa


4

pembengkokan(bending) sehingga tidak mempersulit operator crane.[Avner,1964]

Budy, S, Zonny, A, p, dan Nofri, H, (2017) menyatakan “untuk

memperbaiki sifat mekanik suatu material dapat dilakukan dengan cara perlakuan

panas pada material, proses ini meliputi pemanasan material pada suhu tertentu,

dipertahankan pada waktu tertentu, dan didinginkan pada media tertentu pula.

Perlakuan panas mempunyai tujuan untuk meningkatkan kekerasan,

menghilangkan tegangan internal, menghaluskan butiran kristal, meningkatkan

kekerasan, meningkatkan tegangan tarik logam”. Pada analisa mikro digunakan

mikroskop optik untuk menganalisa strukturnya, berhasil atau tidaknya analisa itu

ditentukan oleh preparasi benda uji, semakin sempurna preparasi benda uji maka

semakin jelas gambar struktur mikro yang diperoleh. Adapun tahapan persiapan

benda uji metalografi pada percobaan ini secara umum adalah sebagai berikut:

1. Pengambilan sampel (sampling)

Untuk pengambilan sampel diambil pada posisi ¼ dari lebar sampel,

karena ¼ dari lebar sampel dianggap telah mewakili. Ada tiga lokasi

pengambilan sampling yaitu posisi di luar pecahan, pecahan, dan ujung

pecahan.

2. Pemotongan benda uji (cutting)

Pemotongan pada benda uji jangan sampai merusak struktur bahan

yang diakibatkan oleh gesekan alat potong dengan benda uji. Untuk

menghindari pemanasan setempat dapat digunakan air sebagai media

pendingin. Pada saat pendinginan sebaiknya terdapat minyak yang larut


5

dalam air, adapun fungsinya yaitu :

a. Mencegah karat

b. Mengurangi kemungkinan terbakar

c. Memberikan kualitas potong yang baik

Teknik pemotongan sampel dapat dilakukan dengan :

a) Pematahan : untuk bahan getas yang keras

b) Pengguntingan : untuk baja karbon rendah yang tipis dan lunak

c) Penggergajian : untuk bahan yang lebih lunak dari 350 HB

d) Pemotongan abrasi

e) Electric discharge machining : untuk bahan dengan konduktivitas baik

dimana sampel rendam dalam fluida dielektrik lebih dahulu sebelum

dipotong dengan memasang satu listrik antara elektroda dan sampel.

3. Pemasangan sampel (Mounting)

Mounting disebut juga proses pembingkaian sampel. Sampel

dimounting dengan alat mounting press dengan penambahan bakelit/resin

yang akan menggumpal dan membingkai sampel. Selain bakelit juga

masih banyak bahan yang dapat digunakan untuk mounting. Hasil

mounting yaitu berbentuk bulat dengan ukuran 1 inchi – 1 ½ inchi.

Adapun tujuan dari mounting yaitu:

a. Untuk memudahkan saat melakukan preparasi atau handling.

b. Untuk mendapatkan kerataan permukaan

c. Memungkinkan preparasi spesimen lebih dari satu


6

d. Memperpanjang bahan polishing

e. Meningkatkan keamanan bagi penguji

f. Mempermudah melihat struktur mikro

g. Melindungi spesimen dari kerusakan mekanis maupun non

mekanis

h. Mempermudah pemberian identitas sampel

i. Memudahkan dalam penyimpanan

4. Pengamplasan (grinding)

Pengamplasan bertujuan untuk meratakan dan menghaluskan

permukaan sampel yang akan diamati. Pengamplasan ini dilakukan secara

berurutan yaitu dengan memakai amplas kasar hingga amplas halus.

Pengamplasan kasar dilakukan dengan menggunakan amplas dengan

nomor dibawah 180#, sedangkan pengamplasan halus menggunakan

amplas dengan nomor lebih tinggi dari 180#. Pengamplasan dimulai

dengan meletakkan sampel pada kertas amplas dengan permukaan yang

aka diamati bersentuhan langsung dengan bagian kertas amplas tang kasar,

kemudian sampel ditekan dengan gerakan searah. Selama pengamplasan

terjadi gesekan antara permukaan sampel dan kertas amplas yang

memungkinkan terjadinya kenaikan suhu yang dapat mempengaruhi

mikro struktur sampel sehingga diperlukan pendinginan dengan cara

dialiri air. Apabila ingin mengganti arah pengamplasan, Sampel

diusahakan berada pada kedudukan tegak lurus terhadap arah mula-mula.


7

Pengamplasan selesai apabila tidak teramati lagi adanya goresan-goresan

pada permukaan sampel, selanjutnya sampel siap dipoles.

5. Pemolesan (Polishing)

Pemolesan bertujuan untuk lebih menghaluskan dan melicinkan

permukaan sampel yang akan diamati setelah pengamplasan. Seperti

halnya pengamplasan, pemolesan dibagi dua yaitu pemolesan kasar dan

halus. Pemolesan kasar menggunakan abrasive dalam range sekitar 30 - 3

µm, sedangkan pemolesan halus menggunakan abrasive sekitar 1 µm atau

dibawahnya. Sebelum pemolesan dilakukan, sampel terlebih dahulu

dibersihkan dengan air. Pemolesan dimulai dengan menyalakan mesin

poles sambil dialiri air. Sampel digerakkan secara radial dengan bagian

permukaan sampel yang telah dipoles harus dilihat secara berkala.

Berikutnya dilakukan pemolesan halus dengan cara yang sama seperti di

atas tetapi dengan mengganti air dengan autosol. Polishing terbagi

menjadi dua bagian yaitu:

a. Mechanical polishing

b. Electro polishing, dilakukan apabila proses mechanical polishing

tidak bisa dilakukan untuk suatu spesimen.

6. Etsa (Etching)

Proses etsa dilakukan dengan tujuan untuk mengikis daerah batas butir

sehingga struktur bahan dapat diamati dengan jelas dengan bantuan

mikroskop optik. Zat etsa bereaksi dengan sampel secara kimia pada laju
8

reaksi yang berbeda tergantung pada batas butir, kedalaman butir dan

komposisi dari sampel. Sampel yang akan dietsa haruslah bersih dan

kering. Selama etsa, permukaan sampel diusahakan harus selalu

terendam dalam etsa. Waktu etsa harus diperkirakan sedemikian sehingga

permukaan sampel yang dietsa tidak menjadi gosong karena pengikisan

yang terlalu lama. Oleh karena itu sebelum dietsa, sampel sebaiknya

diolesi alkohol untuk memperlambat reaksi. Pada pengetsaan masing-

masing zat etsa yang digunakan memiliki karakteristik tersendiri sehingga

pemilihannya disesuaikan dengan sampel yang akan diamati. Zat etsa

yang umum digunakan untuk baja ialah larutan nital. Setelah reaksi etsa

selesai, zat etsa dihilangkan dengan cara mencelupkan sampel ke

dalam aliran air panas. Seandainya tidak memungkinkan dapat

digunakan air bersuhu ruang dan dilanjutkan dengan pengeringan

dengan alat pengering. Permukaan sampel yang telah dietsa tidak boleh

disentuh untuk mencegah permukaan menjadi kusam. Setelah dietsa,

sampel siap untuk diperiksa di bawah mikroskop.

2.2 Analisa Metalografi

Setelah sampel tersebut diamati di bawah mikroskop optik dan didapat gambar

struktur mikronya kemudian gambar struktur mikro tersebut di analisa. Ada dua cara

menganalisa sampel yaitu dengan analisa metalografi kuantitatif dan metalografi

kualitatif.

1. Metalografi Kuantitatif
9

Metalografi kuantitatif adalah pengukuran gambar struktur dari potongan,

replika, atau lapisan tipis dari logam-logam yang dapat diamati dengan mikroskop

optik dan mikroskop elektron.

2. Metalografi Kualitatif

Metalografi kualitatif adalah pengukuran komposisi fasa-fasa yang terbentuk pada

potongan atau replika dari logam-logam yang diamati dari mikroskop optik ataupun

mikroskop elektron.
10

BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1 Diagram Alir Percobaan

Diagram alir pada percobaan metalografi dapat dilihat pada gambar 3.1

Persiapan Alat dan Bahan

Mengamplas benda uji dengan kertas amplas ukuran


100#, 120#,240# ,320#, 400#, 600#, 800#, 1000#, dan 1200#

Melakukan polishing dengan pasta alumina

Membersihkan permukaan benda uji dengan etanol dan air

Melakukan etsa dengan larutan nital 3% selama 3-5 detik

Mengeringkan spesimen menggunakan hair dryer

Mengamati benda uji dibawah mikroskop optik

Data Pengamatan

Pembahasan Literatur

Kesimpulan
11

Gambar 3.1 Diagram Alir Percobaan Metalografi

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat-alat yang Digunakan

Alat-alat yang digunakan pada praktikum metalografi yaitu sebagai

berikut:

1. Mesin gerinda

2. Mesin poles spesimen

3. Hair dryer

4. Mikroskop optik

3.2.2 Bahan-bahan yang Digunakan

Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum metalografi yaitu

sebagai berikut:

1. Baja AISI 1045

2. Ampelas

3. Larutan nital 3%

4. Etanol

5. Pasta alumina

6. Kapas
12

3.3 Prosedur Percobaan

Adapun prosedur percobaan pada percobaan metalografi sebagai berikut:

1. Benda uji diamplas dengan kertas amplas ukuran 100#, 120#, 240#, 320#,

400#, 600#, 800#, 1000#, dan 1200#

2. Polishing dilakukan dengan menggunakan pasta alumina

3. Permukaan benda uji dibersihkan dengan menggunakan etanol dan air

4. Etsa dilakukan dengan menggunakan larutan nital 3% selama 3-5 detik

5. Spesimen dikeringkan menggunakan hair dryer

6. Benda uji diamati dibawah mikroskop optik


13

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Percobaan

Dari praktikum yang telah dilakukan maka hasil yang diperoleh dari

percobaan metalografi dapat dilihat pada gambar 4.1

Bahan: Baja AISI 1045

Perbesaran: 100X

Perlakuan Panas: Annealing


14

Bahan: Baja AISI 1045

Perbesaran: 100X

Perlakuan Panas: Quenching

Gambar 4.1 Hasil Pengamatan Percobaan Metalografi

4.2 Pembahasan

Pada percobaan metalografi ini, praktikan menggunakan sebuah logam uji

dengan bahan baja AISI 1045 sebagai sampel yang telah diberi perlakuan

panas dengan kondisi yang berbeda-beda. Sebelumnya sampel dilakukan

preparasi terlebih dahulu sehingga dapat dengan mudah diamati dan

diidentifikasi menggunakan mikroskop optik dengan perbesaran 100x.

Proses preparasi yang dilakukan diantaranya yaitu sampling,

pemotongan sampel (cutting), mounting, grinding (pengampelasan),

polishing (pemolesan), dan etching (pengetsaan).


15

Gambar 4.2 Spesimen Uji 1 Annealing dengan Perbesaran 100X

Pada gambar 4.2 menunjukkan spesimen Baja AISI 1045 yang

mengalami proses Annealing, terbentuk fasa yang berwarna terang yaitu fasa

ferit dan fasa yang berwarna gelap yaitu fasa perlit. Ferit adalah fasa yang

bentuk stukturnya kecil dan halus, sifat ketahanan korosinya medium dan

ketangguhannya rendah. Perlit memiliki sifat yang ulet dari ferit dan sifat

getas dan keras dari sementit. Apabila proses annealing yang dilakukan pada

temperatur 600o celcius dapat merubah butir-butir ferit yang semulanya pipih

memanjang menjadi relatif bulat, eguiaxial grains, hal ini menunjukkan bahwa

fase ferit sudah mengalami rekristalisasi. Namun demikian, pada temperatur

tersebut, butir-butir fasa pearlit masih tampak terelongasi, yang menunjukkan

proses rekristalisasinya masih belum mampu menyebabkan perubahan pada

bentuk butir secara optimal. Sedangkan, proses annealing dengan temperatur

800o celcius menghasilkan perubahan buir butir ferit menjadi makin bulat dan

makin besar dan diikuti dengan fasa perlit yang juga berubah menjadi relatif
16

bulat. Pada temperatur ini terjadi pertumbuhan butir-butir ferit dan terjadinya

rekristalisasi pada butir-butir fasa perlit.

Gambar 4.3 Spesimen Uji 2 Quenching dengan Pembesaran 100X

Pada gambar 4.3 merupakan hasil identifikasi pengujian metalografi

pada perbesaran mikroskop optik 100x yang mana pada sampel dengan

pendinginan media air. Perlakuan etsa yang terlalu lama sehingga

korosi batas butir yang diharapkan. Fasa yang terbentuk terdapat

martensite dimana bentuk butirnya terlihat memanjang, fasa tersebut

terbentuk karena pendinginan cepat sehingga atom-atom tidak sempat

berdifusi dan membentuk struktur kristal BCT, dikarenakan adanya

perbedaan kemampuan untuk menampung karbon yang ada pada struktur

FCC dan BCC sehingga karbon yang seharusnya berdifusi keluar malah

terjebak di dalam kisi kristal tersebut. Fasa ini mempunyai sifat mekanis keras

dan getas.
17

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

. Dari hasil percobaan yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Perlakuan panas pada material yang diberikan sangat mempengaruhi

struktur mikro yang terbentuk.

2. Pada spesimen uji 1 dengan perlakuan Annealing maka terlihat fasa ferit

(bagian yang terang) dan fasa perlit (bagian yang gelap).

3. Pada spesimen uji 2 dengan perlakuan Quenching air maka terlihat fasa

martensit (bagian yang gelap) dan fasa perlit (bagian yang terang).

5.2 Saran

Berikut ini adalah saran yang dapat diberikan untuk percobaan metalografi:

1. Sebelum praktikum dimulai lebih baik membaca modul dan mempelajari

teori terlebih dahulu.

2. Pengambilan gambar struktur mikro harus fokus.


18

DAFTAR PUSTAKA

[1] Avner, H, S. 1974. Introduction to Physical Metallurgy. Mc. Graw-Hill, New

York.

[2] Budi, S., Zonny, A.P, dan Nofri, H. 2017. Analisis Kekerasan Baja ASSAB

705 Yang Diberikan Perlakuan Panas dan Pendingin. Padang :Invotek-Hlm. 17-

18.

[3] Lakhtin, Y. 1968. Engineering Physical Metallurgy. Moscow : MIR Publised,.

[4] Mubarok, Fahmi 2008. Crystal Structures of Iron Fe – Fe3C Phase Diagram

Steels Cast Iron. http://www.its.ac.id/personal/material.php?id=fahmi. Diakses

24 juli 2020.

[5] Smallman, R.E. 2000. Metalurgi Fisik Modern dan Rekayasa Material Edisi

Keenam Terjemahan. Jakarta : Erlangga.

[6] Totten, GE, Bates, CE, Clinton, NA. 1993.Handbook of Quenchant and

Quenching Technology. USA : ASM International


`

LAMPIRAN A

JAWABAN PERTANYAAN DAN TUGAS KHUSUS


20

Lampiran A. Jawaban Pertanyaan dan Tugas Khusus

A.1 Jawaban Pertanyaan

1. Jelaskan tahapan metalografi secara lengkap!

Jawab:

Tahapan-tahapan metalografi antara lain sebagai berikut:

1. Sampling

Penentuan bagian yang mewakili material uji/sampel yang akan diamati dan

akan melalui tahap preparasi lebih lanjut.

2. Pemotongan benda uji (cutting)

Pemotongan pada sampel yang dilakukan secara hati-hati dengan tujuan agar

struktur mikro material tidak rusak akibat oleh gesekan alat potong dengan

sampel. Pencegahan terjadinya deformasi akibat panas pada struktur mikro

material dapat menggunakan air sebagai media pendingin.

3. Pemasangan sampel (mounting)

Tahap ini dilakukan pada benda uji yang berukuran kecil dan tipis sehingga

memudahkan pemegangan (handling) benda uji. Tahapan dilakukan dengan

melapisi sampel dengan zat organik seperti bakelit, resin, dan sebagainya.

4. Pengamplasan (grinding)

Tahap ini dilakukan pada permukaan yang hendak diamati, menggunakan

amplas berukuran mesh kecil (kasar) sampai dengan ukuran mesh sangat besar

(sangat halus), dengan posisi tegak lurus setiap melakukan peningkatan

penggunaan ukuran mesh dari amplas.


21

5. Pemolesan (polishing)

Tahap setelah proses grinding berguna untuk menghilangkan goresan-goresan

yang tertinggal akibat pengamplasan yang halus. Biasanya pemolesan

dilakukan menggunakan bahan pasta alumina.

6. Etsa (etching)

Proses untuk mengikis daerah batas butir dengan larutan etsa sehingga butir

lebih terlihat jelas saat diamati di bawah mikroskop optik. Jenis larutan etsa

bergantung pada material yang ingin diamati.

2. Jelaskan cara kerja mikroskop optik dan bagian-bagian pada mikroskop optik!

Jawab:

Cara kerja dari mikroskop optik adalah dari cahaya lampu yang dibiaskan oleh

lensa condenser, setelah melewati lensa kondenser sinar mengenai spesimen

dan diteruskan oleh lensa objektif. Lensa objektif ini merupakan bagian yang

paling penting dari mikroskop karena dari lensa ini dapat diketahui perbesaran

yang dilakukan mikroskop. Sinar yang diteruskan oleh lensa objektif

ditangkap oleh lensa okuler dan diteruskan pada mata atau kamera. Pada

mikroskop ini mempunyai batasan perbesaran yaitu dari 400 X sampai 1400

X.

Bagian-bagian pada mikroskop optik antara lain sebagai berikut:

1. Lensa Okuler, adalah lensa yang terdapat pada bagian ujung atas

tabung mikroskop. Pada lensa okuler inilah, para pengamat melihat

objek yang diperbesar bayangannya. Lensa okuler ini berperan dalam


22

memperbesar kembali bayangan yang dihasilkan lensa objektif.

Biasanya, lensa okuler mempunyai perbesaran 6, 10 atau 12 kali.

2. Lensa Objektif, adalah lensa yang berada dekat dengan objek yang

diamati. Pada mikroskop umumnya terdapat 3 lensa objektif, yakni

dengan kemampuan perbesaran 10, 40, atau 100 kali. Untuk

menggunakan lensa objektif ini, terlebih dahulu pengamat harus

mengoleskan minyak emersi pada bagian objek. Fungsi minyak emersi

adalah sebagai pelumas serta memperjelas bayangan benda. Minyak

ini diperlukan karena ketika dilakukan perbesaran 100 kali, letak lensa

dan objek yang diamati sangat dekat, bahkan kadang bersentuhan.

3. Kondensor, adalah bagian mikroskop yang dapat diputar, baik naik

atau turun. Fungsi kondensor adalah untuk mengumpulkan cahaya

yang dipantulkan oleh cermin dan memusatkannya ke objek.

4. Diafragma, adalah bagian yang fungsinya untuk mengatur banyak

sedikitnya cahaya yang masuk dan mengenai preparat atau objek yang

diamati.

5. Cermin, adalah bagian yang berfungsi untuk menerima dan

mengarahkan cahaya yang diterima oleh mikroskop. Cermin

mengarahkan cahaya dengan cara memantulkan cahaya yang

didapatnya tersebut.

6. Revolver, adalah bagian yang fungsinya untuk mengatur perbesaran

lensa objektif yang diinginkan oleh pengamat.


23

7. Tabung Mikroskop, adalah bagian yang fungsinya untuk

menghubungkan lensa objektif dan lensa okuler pada mikroskop.

8. Lengan Mikroskop, adalah bagian yang fungsinya sebagai tempat

pengamat ketika memegang mikroskop.

9. Meja Benda, adalah bagian yang fungsinya untuk tempat meletakkan

objek yang hendak diamati. Pada meja benda ini terdapat pula penjepit

objek yang berguna untuk menjaga objek agar tetap ditempat yang

diinginkan.

10. Makrometer (pemutar kasar), adalah bagian yang fungsinya untuk

menaikkan atau menurunkan tabung dengan cepat, agar pengamat

dapat mengatur kejelasan gambaran objek yang didapatkan.

11. Mikrometer (pemutar halus), adalah bagian yang fungsinya untuk

menaikkan atau menurunkan tabung secara lambat dan berguna untuk

melakukan pengaturan agar mendapatkan kejelasan dari gambaran

objek yang diinginkan.

12. Kaki Mikroskop, adalah bagian mikroskop yang fungsinya sebagai

penyangga untuk menjaga mikroskop agar tetap pada tempat yang

diinginkan. Kaki mikroskop juga berguna sebagai tempat memegang

mikroskop jika mikroskop hendak dipindahkan.

3. Sebutkan dan jelaskan macam - macam struktur mikro pada logam! Sertakan

gambar masing-masing struktur mikro.

Jawab:
24

Struktur mikro utama dari besi dan baja adalah sebagai berikut:

1. Austenite

2. Ferrite

3. Cementite

4. Pearlite

5. martensit

6. bainit

1. Austenit (Austenite)

Austenit adalah larutan padat karbon bebas (ferit) dan besi dalam besi gamma.

Pada pemanasan baja, setelah suhu kritis atas, pembentukan struktur selesai

menjadi austenit yang keras, ulet dan non-magnetik. Ia mampu melarutkan

karbon dalam jumlah besar. Hal ini terjadi di antara rentang kritis atau transfer

selama pemanasan dan pendinginan baja. Austenit terbentuk ketika baja

mengandung karbon hingga 1,8 % pada 1130 ° C. Pada pendinginan di bawah

723 ° C, ia mulai berubah menjadi perlit dan ferit. Baja Austenitik tidak dapat

dikeraskan dengan metode perlakuan panas yang biasa dan non-magnetik.

2. Ferit (Ferrite)

Ferit mengandung sangat sedikit (atau tidak ada) karbon dalam zat besi. Ferit

adalah nama yang diberikan untuk kristal besi murni yang lunak dan ulet.

Pendinginan lambat dari baja karbon rendah di bawah suhu kritis

menghasilkan struktur ferit. Ferit tidak mengeras bila didinginkan dengan

cepat. Ferit sangat lembut dan sangat magnetik.


25

3. Sementit (Cementite)

Sementit adalah senyawa kimia karbon dengan besi dan dikenal sebagai besi

karbida (Fe3C). Besi cor yang memiliki 6,67% karbon memiliki struktur

sementit yang lengkap. Sementit bebas, ditemukan di semua baja yang

mengandung lebih dari 0,83% karbon. Sementit meningkat dengan

meningkatnya kadar karbon sebagaimana tercermin dalam diagram

Keseimbangan Fe-C. Kekerasan dan kerapuhan dari besi cor diyakini karena

adanya sementit. Sementit mengurangi kekuatan tarik. Sementit terbentuk

ketika karbon membentuk kombinasi yang pasti dengan besi dalam bentuk

besi karbida yang sangat keras di alam. Kerapuhan dan kekerasan besi cor

terutama dikontrol oleh keberadaan sementit di dalamnya. Sementit bersifat

magnetik di bawah temperatur 200 ° C.

4. Perlit (Perlite)

Perlit adalah paduan eutektoid dari ferit dan sementit. Perlit terjadi terutama

pada baja karbon rendah dalam bentuk campuran mekanik ferit dan sementit

dalam perbandingan 87:13. Kekerasannya meningkat dengan proporsi perlit

dalam bahan besi. Pearlite relatif kuat, keras dan ulet, sedangkan ferit lemah,

lunak dan ulet. Perlit berbentuk seperti lapisan terang dan gelap secara

bergantian. Lapisan-lapisan ini bergantian antara ferit (terang) dan sementit

(gelap). Ketika dilihat dengan bantuan mikroskop, permukaan memiliki

penampilan seperti pearl (mutiara) mutiara, karenanya disebut perlit. Baja


26

keras adalah campuran dari perlit dan sementit sedangkan baja lunak adalah

campuran dari ferit dan perlit.

5. Martensit

Martensite terbentuk pada baja karbon dengan pendinginan cepat (quenching)

dari austenit pada kecepatan tinggi sehingga atom karbon tidak punya waktu

untuk berdifusi keluar dari struktur kristal dalam jumlah cukup besar untuk

membentuk sementit (Fe3C). Akibatnya, wajah berpusat kubik austenit

berubah ke bentuk tubuh berpusat kubik sangat tegang ferit yang jenuh

dengan karbon. Deformasi geser yang dihasilkan menghasilkan sejumlah

besar dislokasi, yang merupakan mekanisme penguatan utama dari baja.

Kekerasan tertinggi baja perlitik adalah 400 Brinell sedangkan martensit dapat

mencapai 700 Brinell.

6. Bainit

Bainit adalah acicularmikro (tidak fase) yang membentuk pada baja pada suhu

dari sekitar 250-550 °C(tergantung pada konten paduan). Pertama dijelaskan

oleh Davenport ES dan Edgar Bain, adalah salah satu produk dekomposisi

yang mungkin terbentuk ketika austenit(yang wajah berpusat kubik struktur

kristal besi) didinginkan melewati suhu kritis dari 727 °C (sekitar 1340 °F).
27

Gambar B.1 Struktur Mikro pada Logam

4. Jelaskan pengaruh kecepatan pendinginan terhadap struktur mikro baja AISI

1045 serta sifat mekanik & fisik yang dimiliki!

Jawab:

Pada proses quenching terjadi perpindahan panas dari spesimen baja kelarutan

pendingin yang ditandai dengan terjadinya pembentukan gelembung-

gelembung udara yang kemudian berlanjut dengan terbentuknya selubung

udara pada permukaan spesimen tersebut. Adanya selubung udara ini dapat

membuat laju pendinginan menjadi lebih kecil dari pada laju pendinginan
28

kritis (Totten, GE, Bates, CE, 1993). Turunnya laju pendinginan ini dapat

menyebabkan tidak tercapainya pembentukan fasa martensit. Oleh karena itu,

untuk mempersingkat waktu terbentuknya selubung udara atau meningkatkan

laju pendinginan, maka diperlukan suatu media air dalam alat quenching

agitasi. 116 Dengan mengetahui variabel perlakuan Panas Hardening maka

dapat diketahui pengaruh waktu penahanan pada proses perlakuan panas

terhadap Struktur Mikro (metallography) pada baja AISI 1045 dari pengaruh

tebal sampel terhadap volume air pada alat quenching agitasi dan pengaruh

konsentrasi air pendingin pada alat quenching agitasi sehingga dengan

perubahan fasa pada struktur mikronya maka karakteristik Baja juga

mengalami perubahan.

5. Sebutkan perusahaan yang mengaplikasikan pengujian metalografi min. 5!

Jawab :

1. PT. DIRGANTARA INDONESIA

2. PT. OSTENCO PROMITRA JAYA

3. PT. MERATUS LINE

4. PT. KAI

5. PT. PRADYA PARAMITA

6. PT. KOSMINDAH WANGI

A.2 Tugas Khusus

1. hubungan struktur mikro dengan sifat mekanik?


29

Jawab:

Sebagaimana kita ketahui tiap tiap material memiliki sifat sifat

mekanik yang berbeda, sifat-sifat tersebut sangat bergantung pada struktur

mikro yang membentuk material itu sendiri. Dengan adanya struktur

tersebut, suatu material akan mempunyai keunggulan seperti daya tahan

terhadap korosi, kekerasan yang tinggi, mudah ditempa, dan lain lainnya.
30

LAMPIRAN B

BLANKO PERCOBAAN
31

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
LABORATORIUM TEKNIK METALURGI
Jl. Jenderal Soedirman Km. 3 Cilegon. Email : labmet.untirta@gmail.com

Tanggal :23-07-2020 DATA PERCOBAAN Kelompok :19


METALOGRAFI

Gambar B.1 Struktur Mikro Baja AISI 1045

Bahan : Baja AISI 1045 Bahan : Baja AISI 1045

Perbesaran :100X Perbesaran :100X

No Nama NPM Asisten


1. Zaki Muhyidin 3331190010
2. Rd. Muhamad Haikal 3331190087
Yasin
3. Attinus Lagoan 3331190074
( Jody Nur Kurniawan)
`

Anda mungkin juga menyukai