Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN PRAKTIKUM

LABORATORIUM DESTRUCTIVE TEST

METALOGRAFI

Disusun oleh :
Nama Praktikan : Muhammad Yusuf Alfarizqi
NPM : 3331190063
Kelompok : 21
Rekan : 1. Farhan Abdul Aziz
2. Ilham Maulana Yusup
Tanggal Praktikum : Kamis, 23 Juli 2020
Tanggal Pengumpulan Lap. : Rabu, 29 Juli 2020
Asisten : Andi Fadhil Maulana

LABORATORIUM METALURGI FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS SULTAN AGUNG TIRTAYASA
CILEGON-BANTEN
2020
LEMBAR PENGESAHAN

Tanggal Masuk
Tanda Tangan Tanggal Revisi Tanda Tangan
Laporan

Disetujui untuk Laboratorium Metalurgi FT UNTIRTA


Cilegon, Juli 2020

(Andi Fadhil Maulana)

DAFTAR ISI

ii
Halaman
HALAMAN JUDUL...........................................................................................i

LEMBAR PENGESAHAN...............................................................................ii

DAFTAR ISI.....................................................................................................iii

DAFTAR GAMBAR.........................................................................................v

DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................vi

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................1
1.2 Tujuan Percobaan............................................................................2
1.3 Batasan Masalah..............................................................................2
1.4 Sistematika Penulisan......................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Definisi Metalografi........................................................................3
2.2 Baja Karbon.....................................................................................4
2.2.1 Baja Karbon AISI 1045.........................................................5
2.3 Sifat Mekanik Baja..........................................................................6
2.4 Struktur Pada Baja...........................................................................7
2.5 Perlakuan Panas (Heat Treatment)..................................................9
2.6 Media Pendingin………………………………………………….10

BAB III METODE PERCOBAAN


3.1 Diagram Alir Percobaan................................................................12
3.2 Alat dan Bahan..............................................................................13
3.2.1 Alat-Alat Yang Digunakan .................................................13
3.2.1 Bahan-Bahan Yang Digunakan ..........................................13
3.3 Prosedur Percobaan.......................................................................14

iii
BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Percobaan.............................................................................15
4.2 Pembahasan...................................................................................16

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan....................................................................................20
5.2 Saran..............................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................21

LAMPIRAN
LAMPIRAN A. CONTOH PERHITUNGAN..................................................22
LAMPIRAN B. JAWABAN PERTANYAAN DAN TUGAS KHUSUS........23
LAMPIRAN C. BLANKO PERCOBAAN.......................................................31

DAFTAR GAMBAR

iv
Gambar Halaman

Gambar 3.1 Diagram Alir Percobaan Metalografi............................................12

Gambar B.1 Struktur Ferit.................................................................................27

Gambar B.2 Struktur Martensit.........................................................................27

Gambar B.3 Struktur Sementit..........................................................................28

Gambar B.4 Struktur Perlit................................................................................28

Gambar B.5 Struktur Bainit...............................................................................28

DAFTAR LAMPIRAN

v
Lampiran Halaman

Lampiran A Contoh Perhitungan.......................................................................22

Lampiran B Jawaban Pertanyaan dan Tugas Khusus........................................23

B.1 Jawaban Pertanyaan...............................................................24

B.2 Tugas Khusus.........................................................................30

Lampiran C Blanko Percobaan..........................................................................31

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ilmu material telah membantu para ilmuwan dan ahli material dalam

menjawab tantangan dalam menciptakan suatu bahan dengan sifat-sifat tertentu

sesuai kebutuhannya. Material yang tersedia saatt ini sangatlah beragam dan

memiliki keunikan masing-masing yang membuat mereka unggul di bidang

tertentu. Sifat-sifat unik ini dipengaruhi struktur mikro dari benda-benda itu

sendiri. Fungsi dari struktur-struktur tersebut yang menjadi kunci dalam

menentukan karakteristik suatu material yang nanti dipakai dalam keperluan yang

bermacam-macam. Seperti contoh material baja yang kuat dan fleksibel akan

diperlukan dalam konstruksi jembatan, alumunium yang kuat dan ringan banyak

digunakan dalam membuat kerangka kendaraan mobil, dan lain sebagainya. Hal-

hal tersebut perlu dipahami dalam menentukan pilihan maerial untuk membangun

sesuatu seefisien mungkin. Semua hal ini dapat kita pelajari pada metalografi

yaitu suatu ilmu atau percobaan yang memeriksa struktur mikro suatu logam.

Pengujian metalografi pada dasarnya mengamati dan mengobservasi bahan uji

dengan meneliti karakteristik struktur dan susunannya. Dengan banyak

tersedianya material yang bisa digunakan, maka kita perlu paham material mana

yang paling cocok dan memberikan hasil terbaik. Oleh sebab itu, uji metalografi

merupakan hal yang penting dilakukan.


2

1.2 Tujuan Percobaan

Untuk mempelajari bagaimana hubungan antara struktur mikro dari suatu

logam dengan sifat mekanik dan sifat fisik dengan menggunakan mikroskop

optik.

1.3 Batasan Masalah

Pada percobaan uji metalografi ini terdapat dua variabel yaitu variabel

bebas dan variabel terikat. Variabel bebasnya adalah tahapan persiapan bahan

Baja AISI 1045 dan perlakuannya. Sedangkan variabel terikatnya adalah struktur

mikro pada sampel uji, sifat mekanik, dan sifat fisiknya.

1.4 Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan laporan ini, terdapat sebanyak lima bab. Bab I yaitu

pendahuluan yang berisi latar belakang percobaan, tujuan percobaan, batasan

masalah dan sistematika penulisan. Bab II yaitu teori dasaar yang berupa definisi

dan pengertian yang dikutip dari sejumlah jurnal yang memiliki kaitan dengan

penyusunan laporan praktikum serta dari beberapa literatur yang juga relevan

serta berhubungan dengan penelitian. Bab III yaitu metode percobaan yang

mencakup di antaranya diagram alir, alat dan bahan serta prosedur percobaan. Bab

IV yaitu data dan pembahasan yang telah didapatkan dari percobaan. Bab V yaitu

kesimpulan dan saran. Berikutnya terdapat daftar pustaka berisi referensi materi
3

dan terdapat lampiran yang berisi tentang jawaban pertanyaan dan tugas khusus

dan blanko percobaan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Metalografi

Metalografi adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang

logam dengan cara mengobservasi, memeriksa, dan menyajikan struktur mikro

penyusun logam, fasa-fasa, ukuran butir, serta sifat-sifat dari suatu logam atau

paduannya dengan menggunakan peralatan mikroskop. Metalografi merupakan

pengujian dan pengamatan terhadap tingkat struktur grain suatu logam. Dalam

pengamatan secara metalografi dapat diperoleh gambaran struktur grain suatu

logam. Pengujian metalografi harus menggunakan bantuan dari mikroskop optik.

Kegiatan pemeriksaan atau pengamatan struktur bahan dapat juga diartikan

sebagai proses mengukur dan menilai suatu material secara kuantitatif ataupun

kualitatif yang didasarkan pada data informasi yang diperoleh setelah

dilakukannya pengamatan terhadap material tersebut. Data-data yang ada akan

dihimpun kemudian dianalisa untuk mengetahui sifat dari material.

Secara umum, pengamatan dalam metalografi dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Metalografi Makro
4

Dalam metalografi makro, dilakukan pengamatan terhadap spesimen

logam dengan pembesaran 10-100 kali. Pengamatan maktro bertujuan

untuk mencari jenis fasa, segregasi, inklusi, dan jenis struktur.

b. Metalografi Mikro

Dalam metalografi mikro, dilakukan pengamatn terhadap struktur

spesimen logam dengan pembesaran 1000 kali. Pengamatan mikro

bertujuan untuk mengetahui berapa jumlah dan ukuran dari fasa,

kekerasan mikro,dan ketebalan lapisan.

Struktur mikro menjadi aspek yang paling diperhatiakan dalam metalografi karena

struktur mikro sangat berpengaruh pada sifat fisik dan mekanik dari material

logam. Pemeriksaan mikrostruktur memberi data tentang struktut, komposisi, dan

perlakuan yang diterima suatu spesimen dengan baik dan akurat. Maka dari itu,

pada analisa mikro ini digunakan mikroskop optik untuk menganalisa strukturnya.

Berhasil tidaknya analisa ini ditentukan oleh preparasi benda uji, semakin

sempurna preparasi benda uji, semakin jelas gambar struktur yang diperoleh.

2.2 Baja Karbon

Baja karbon merupakan salah satu jenis baja paduan yang terdiri atas unsur

besi (Fe) dan karbon (C). Dimana besi merupakan unsur dasar dan karbon sebagai

unsur paduan utamanya. Dalam proses pembuatan baja akan ditemukan pula

penambahan kandungan unsur kimia lain seperti sulfur(S), fosfor(P), slikon(Si),

mangan (Mn) dan unsur kimia lainnya sesuai dengan sifat baja yang diinginkan.

Baja karbon memiliki kandungan unsur karbon dalam besi sebesar 0,2% hingga
5

2,14%, dimana kandungan karbon tersebut berfungsi sebagai unsur pengeras

dalam struktur baja. Menurut pendefenisian ASM handbook vol.1:148 (1993),

baja karbon dapat diklasifikasikan berdasarkan jumlah persentase komposisi

kimia karbon dalam baja yakni sebagai berikut.

1. Baja Karbon Rendah (Low Carbon Steel)

Baja karbon rendah adalah baja yang memiliki kandungan unsur karbon

kurang dari 0,3%. Baja jenis ini dikenal karena ketangguhan dan

keuletannya yang tinggi, namun sifat kekerasan dan ketahanan aus yang

rendah. Pada umumnya baja jenis ini digunakan sebagai bahan baku

pembuatan komponen struktur seperti bangunan, jembatan, bodi mobil,

dan sebagainya.

2. Baja Karbon Sedang (Medium Carbon Steel)

Baja karbon sedang adalah baja dengan kandungan karbon antara 0,3%

- 0,59%. Baja ini lebih unggul di kekerasan dan ketahanan

dibandingkan baja karbon rendah. Pada umumnya, baja karbon sedang

biasa digunakan untuk pembuatan poros, rel kereta api, dan komponen

mesin.

3. Baja Karbon Tinggi (High Carbon Steel)

Baja ini memiliki persentasi karbon dalam penyusunannya sebesar

0,6% - 1,4%. Baja karbon tinggi bersifat tahan panas, kekerasan serta

kekuatan tarik yang sangat tinggi namun keuletan yang rendah. Baja

jenis ini biasa digunakan dalam alat perkakas seperti palu, gergaji, dan

lain sebagainya.
6

2.2.1 Baja Karbon AISI 1045

AISI 1045 merupakan jenis paduan baja karbon yang mempunyai

kandungan karbon sekitar 0,43 - 0,50 dan termasuk golongan baja karbon

sedang. Baja spesifikasi ini banyak digunakan sebagai komponen otomotif

misalnya untuk komponen roda gigi pada kendaraan bermotor karena

terkenal tangguh dan sedikit ulet. Baja AISI 1045 merupakan baja yang

menggunakan penamaan internasional yang dikeluarkan oleh AISI

(American Iron and Steel Institute) dan SAE (Society of Automotive

Engineers). Standar yang dikeluarkan oleh dua organisasi ini memiliki

sistem penomoran 4 digit xxxx yang diakui secara luas. Untuk baja AISI

1045, angka 1 merupakan kode yang menunjukkan elemen primer yaitu

karbon, angka 0 setelahnya menunjukan bahwa plain carbon (tidak

ditambahkan elemen sekunder) kemudian angka 45 menunjukkan

komposisi karbon. Jadi, dapat penamaan tersbut dapat diartikan baja AISI

1045 adalah baja karbon atau plain carbon steel yang mempunyai

komposisi karbon sebesar 0,45%.

2.3 Sifat Mekanik Baja

Sifat mekanik suatu bahan adalah kemampuan bahan untuk menahan atau

memberi perlawanan apabila diberikan beban-beban yang pada bahan tersebut.

Beban-beban yang dimaksud bisa berupa beban tarik, tekan, bengkok, geser, atau

beban kombinasi. Sifat-sifat mekanik yang penting dipertimbangkan oleh ahli

material antara lain :


7

a. Kekuatan (strength) adalah kemampuan suatu bahan untuk menerima

tegangan tanpa menyebabkan bahan tersebut menjadi patah. Kekuatan

terbagi menjadi beberapa golongan dan tergantung pada beban yang

bekerja, antara lain yaitu kekuatan tarik, kekuatan geser, kekuatan

tekam, dan kekuatan bengkok.

b. Kekerasan (hardness) dapat didefenisikan sebagai kemampuan bahan

untuk bertahan terhadap goresen, pengikisan (abrasi), penetrasi.

c. Ketangguhan (toughness) menyatakan kemampuan bahan untuk

menyerap enerji tanpa mengakibatkan terjadinya kerusakan. Juga dapat

dikatakan sebagai ukuran banyaknya energi yang dapat diserap benda

kerja patah. Sifat ini dipengaruhi oleh banyak faktor, sehingga sifat ini

sulit untuk diukur.

d. Keelastisan (elasticity) menyatakan kemampuan bahan untuk menerima

tegangan tanpa mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk atau

deformasi permanen setelah tegangan dihilangkan.

e. Kekakuan (stiffness) menyatakan kemampuan bahan untuk menerima

tegangan atau beban kerja tanpa mengakibatkan terjadinya deformasi.

f. Kelelahan (fatigue) adalah kecenderungan dari logam untuk patah

apabila menerima tegangan berulang-ulang tersiklus walau besarnya

beban tengangannya kecil dan tidak mendekati limit elastisitasnya.

Kegagalan pada suatu material paling banyak disebabkan oleh faktor

kelelahan sebab kelelahan merupakan sifat yang sangat penting tetapi


8

sama seperti ketangguhan, sifat ini juga sulit diukur karena sangat

banyak faktor yang dapat mempengaruhi.

2.4 Struktur pada Baja

Struktur mikro dan sifat material yang ingin kita ciptakan melalui proses

perlakuan terhadap material itu sendiri. Proses pemanasan dan pendinginan

dengan suhu tertentu dapat memberikan sifat yang berbeda-beda pada baja. Saat

suatu material diletakkan di bawah mikroskop lalu diamati, maka akan terlihat

material baja tersebut mempunyai struktur yang berbeda-beda. Struktur mikro

baja sangat dipengaruhi oleh komposisi elemen penyusun dan perlakuan panas

yang diterimanya. Struktur yang ada dijumpai pada suatu baja adalah sebagai

berikut.

a. Ferit merupakan arutan padat karbon dan unsur paduan lainnya pada

badan pusat kubus besi (Fe). Ferit terbentuk dari proses pendinginan

yang lambat dari austenite baja hypotektoid saat mencapai A3. Sifatnya

sangat lunak, ulet, dan kekerasannya di antara 70-100 BHN.

b. Martensit adalah larutan padat dari karbon yang lewat jenuh pada besi

alpha sehingga latis-latis sel satuannya terdistorsi. Karbon adalah unsur

yang menstabilkan austenite. Kelarutan maksimum dari karbon pada

austenite adalah sekitar 1,7% (E) pada 1140 oC, sedangkan kelarutan

karbon pada ferit naik dari 0% pada 910 oC menjadi 0025% [ada 723
o
C.

c. Sementit adalah besi dengan karbon yang umum dikenal sebagai iron

carbide dengan kadar karbon 6,67% yang bersifat keras.


9

d. Perlit merupakan campuran sementit dan ferit yang punya tingkat

kekerasan sekitar 10-35 HRC. Pada perlit apabila terbentuk sedikit

dibawah suhu eutectoid dan memiliki kekerasan yang lebih rendah dan

memerlukan waktu inkubasi lebih lamma.

e. Bainit adalah fasa yang kurang stabil yang diperoleh dari austenite pada

tempertaur yang lebih rendah dari temperature transisi ke perlit dan

lebih tinggi dari transisi ke martensit.

2.5 Perlakuan Panas (Heat Treatment)

Perlakuan panas adalah suatu metode yang digunakan untuk mengubah

sifat fisik, mekanik, dan kadang-kadang sifat kimia dari suatu material. Hal ini

dimaksudkan untuk memperoleh sifat yang diinginkan dengan merubah struktur

mikronya. Metode perlakuan panas juga dapat diterapkan pada material selain

logam salah satunya kaca. Perlakuan panas didefinisikan sebagai suatu operasi

atau kombinasi operasi yang melibatkan pemanasan dan pendinginan logam

ataupaduannya dalam keadaan padat untuk memperoleh kondisi dan sifat-sifat

yang diinginkan. (O.P Khanna 292, 1986).

Struktur yang teramati di akhir suatu proses perlakuan panas ditentukan

oleh komposisi kimia dari material, proses laku panasnya, dan juga ditentukan

oleh bagaimana struktur awal material. Material paduan dengan komposisi kimia

dan diproses dengan metode treatment yang sama mungkin akan menghasilkan

struktur mikro dan sifat yang berbeda jika struktur awal materialnya berbeda.

Struktur awal ini banyak dipengaruhi oleh pengerjaan dan perlakuan panas yang
10

permnah dialami sebelumnya. Langkah pertama dalam proses perlakuan panas

suatu baja adalah memanaskan material sampai temperatur tertentu atau hingga di

atas temperatur daerah kritis untuk membentuk fasa austenit. Kemudian diberi

waktu penahanan agar austenit dapat lebih homogen baru setelah itu dilakukan

proses pendinginan sambil mengatur laju pendinginan untuk memperoleh hasil

yang diinginkan. Dengan kata lain, dalam proses perlakuan panas ada tiga tahapan

yang paling utama di antaranya tahap pemanasan, tahap penahanan, dan tahap

pendinginan

2.6 Media Pendingin

Media pendingin sering yang digunakan untuk proses pendingan baja ada

beberapa macam. Berbagai bahan pendingin yang digunakan dalam proses

perlakuan panas yaitu sebagai berikut

a. Air

Pendinginan dengan menggunakan air memiliki beberapa keuntungan.

Biasanya ke dalam air tersebut dilarutkan garam dapur untuk tujuan

mempercepat turunnya temperatur benda kerja. Karakteristik air yaitu

pada kisaran suhu yang sesuai bagi kehidupan, yakni 0oC (32oF) –

100oC, air berwujud cair. Suhu 0oC merupakan titik beku dan suhu

100oC merupakan titik didih air.

b. Minyak

Minyak yang digunakan adalah fluida pendingin dalam perlakuan

panas. Selain minyak pendingin, dapat pula menggunakan bahan


11

pendingin seperti oli.

c. Udara

Pendinginan udara dilakukan untuk perlakuan panas yang

membutuhkan pendinginan lambat dengan cara udara nanti akan

disirkulasikan ke dalam ruangan pendingin. Pendinginan dengan ydara

akan menyebabkan logam mengikat elemen atau unseur lain yang ada

di udara. Adapun pendinginan pada udara terbuka akan memberikan

oksidasi oksigen terhadap proses pendinginan.

d. Air Garam

Garam dipakai sebagai bahan pendingin disebabkan memiliki sifat

mendinginkan yang teratur dan cepat. Metode pendingan dengan

larutan garam akan membuat ikatan baja menjadi lebih keras.


12

BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1 Diagram Alir Percobaan

Diagram alir pada pelaksanaan percobaan metalografi kali ini dapat dilihat

pada gambar 3.1

Disiapkan Alat dan Bahan


Spesimen Baja AISI 1045

Diamplas Benda Uji dengan Kertas Amplas

Dilakukan Polishing dengan Pasta Alumina

Dibersihkan Permukaan Benda Uji dengan Etanol dan Air


13

Dilakukan Etsa dengan Larutan Nital 3% (3-5 detik)

Dikeringkan Spesimen Menggunakan Hair Dryer

Data Pengamatan

Pembahasan Literatur

Kesimpulan

Gambar 3.1 Diagram Alir Percobaan Metalografi

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat-alat yang Digunakan

Alat-alat yang digunakan dalam percobaan metalogafi yaitu

sebagai berikut.

1. Mesin Gerinda Spesimen

2. Mesin Poles Spesimen

3. Hair Dryer.

4. Mikroskop optic

3.2.2 Bahan-bahan yang Digunakan


14

Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan metalografi yaitu

sebagai berikut.

1. Baja AISI 1045

2. Kertas Amplas Ukuran 100#,120#, 240#, 320#, 400#, 600#,

800#, 1000#, dan 1200#

3. Larutan Nital 3%

4. Etanol

5. Pasta Alumina

6. Kapas

3.3 Prosedur Percobaan

Prosedur percobaan dari pengujian metalografi adalah sebagi berikut.

1. Disiapkan alat dan bahan spesimen percobaan

2. Diamplas benda uji dengan kertas amplas ukuran 100#,120#, 240#,

320#, 400#, 600#, 800#, 1000#, dan 1200#

3. Dilakukan polishing dengan pasta alumina

4. Dibersihkan permukaan benda uji dengan etanol dan air

5. Dilakukan etsa dengan larutan nital 3% (3-5 detik)

6. Dikeringkan spesimen menggunakan hair dryer

7. Diamati benda uji di bawah mikroskop optic


15
16

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Percobaan

Hasil yang didapatkan setelah melakukan percobaan metalografi adalah

gambar strukktur mikro bahan yang dapat dilihat pada Tabel 4.1

Tabel 4.1 Data Hasil Percobaan

Struktur
No Bahan Uji Perbesaran Gambar Struktur Mikro
Mikro

Baja AISI
1 100x Martensit
1045

Baja AISI
2 100x Perlit
1045

Baja AISI
3 100x Spheroidite
1045
17

4.2 Pembahasan

Metalografi adalah suatu teknik atau metode persiapan material untuk

mengukur, baik secara kuantitatif maupun kualitatif dari informasi-informasi yang

terdapat dalam material yang dapat diamati, seperti fasa, butir, komposisi kimia,

orientasi butir, topografi dan sebagainya. Data-data yang ada akan dihimpun

kemudian dianalisa untuk mengetahui sifat dari material.

Tahapan persiapan benda uji metalografi secara umum, sebagai berikut:

1. Sampling adalah tahapan pertama penentuan bagian yang menjadi

representasi material uji yang akan diamati dan akan melalui tahap

preparasi lebih lanjut.

2. Pemotongan adalah tahapan pemotongan pada sampel yang dilakukan

secara hati-hati dengan tujuan agar struktur mikro material tidak rusak

akibat oleh gesekan pisau dengan sampel. Pencegahan terjadinya

deformasi akibat panas pada struktur mikro material dapat

menggunakan air sebagai media pendingin air.

3. Mounting adalah tahapan meletakkan sampel pada pemegang sampel

(mount) yang umumnya berbentuk bulat ukuran 1 inci yang terbuat dari

bakelit atau bahan lain. Proses ini bergantung pada seberapa besar

ukuran dari sampel yang telah dipotong

4. Pengamplasan (grinding) adalah tahapan mengamplas sampel bertujuan

untuk meratakan permukaan spesimen hasil dari pemotongan supaya

lebih halus. Untuk mencegah deformasi akibat panas yang timbul

selama mengamplas dapat menggunakan air sebagai pendingin.


18

Pengamplasan dimulai secara berurutan dari mulai amplas kasar hingga

amplas halus.

5. Pemolesan (polishing) adalah tahapan setelah proses grinding berguna

untuk menghilangkan goresan-goresan yang tertinggal akibat

pengamplasan. Hasilnya sampel menjadi lebih licin dan halus ketika

diamati nanti. Pemolesan dilakukan menggunakan bahan pasta alumina.

6. Etsa (etching) Proses untuk mengikis daerah batas butir dengan larutan

etsa sehingga butir lebih terlihat jelas saat diamati di bawah mikroskop

optik. Jenis larutan etsa bergantung pada material yang ingin diamati.

Pada pengujian metalografi kali ini kami menggunakan bahan Baja AISI

1045 sebagai sampel yang diuji kemudian dianalisa struktur mikronya dengan

menggunakan mikroskop optik. Kami menyajikan tiga sampel yang akan diujikan

untuk melihat bagaimana struktur mikro dari sampel yang ada. Hasil pengamatan

terhadap bahan-bahan sampel yang dapat dilihat pada Tabel 4.1 menunjukkan

struktur mikro logam martensite, pearlite, dan spheroidite. Struktur martensit

pada bahan 1 tampak rapat yang menandakan pembentukkan fasa martensite

terjadi hampir maksimal. Dengan struktur seperti ini, martensite pasti akan

memiliki kecenderungan untuk bersifat sangat keras namun getas. Struktur dari

martensit ini selain dipengaruhi oleh kadar karbonnya juga dipengaruhi oleh

perlakuan panas yang diterima oleh baja bahan ujinya. Untuk mendapatkan

struktur dari bahan 1, cara yang digunakan yaitu baja dipanaskan hingga suhu

mendekati 800oC pada fase menuju austenit yang mana disini struktur butir akan

mengalami perubahan karena atom-atom karbon keluar dari ikatan atom penyusun
19

logam. Atom meregang dan menjadi besar. Setelah dipanaskan hingga 800 oC,

baja segera didinginkan dengan cepat menggunakan media air garam. Air garam

memiliki kerapatan yang tinggi yang membuat proses perpindahan panas

berlangsung sangat cepat. Dengan kata lain, proses pendinginan tidak memakan

waktu yang lama. Akibatya, atom-atom karbon yang tadinya terlepas menjadi

tidak sempat mengikat ke dalam atom penyusun logam dan atom yang tadi

membesar juga tidak sempat untuk mengecil. Proses rekristalisasi berlangsung

cepat ini manghasilkan ikatan antar atom yang tidak kuat sehingga sifatnya getas

walaupun dengan sifat fisik baja yang keras.

Pada bahan 2 percobaan metalografi menunjukkan sampel baja karbon ini

memiliki struktur mikro perlit yang ditandai dengan bentuk menyerupai pulau

dengan lapisan-lapisan gelap terang yang bergantian. Perlit merupakan struktur

logam yang terdiri dari dua fasa yaitu ferit dan sementit. Warna gelap dan terang

adalah dua fasa dengan warna terang merupakan ferit dan warna gelap merupakan

sementit yang terlihat dengan bantuan mikroskop. Bahan 2 yang memiliki struktur

perlit dapat dipastikan memiliki sifat relatif kuat dan ulet. Hal yang penting

diperhatikan adalah perbedaan antara struktur martensit dan perlit yaitu masing-

masing bersifat getas dan ulet. Struktur perlit yang bersifat ulet ini dihasilkan dari

proses pendinginan yang berbeda dengan yang terjadi pada baja berstruktur

martensit. Baja perlit akan mengalami austenisasi hingga suhunya mendekati 800
o
C. Selanjutnya baja yang telah dipanaskan ini tidak mengalami proses

pendinginan yang secepat martensit, sehingga laju pendinginan yang lambat

membnerikan waktu pada ikatan-ikatan karbon agar sempat menyatu dengan atom
20

logam penyusunnya. Hasilnya ikatan kuat antara satu atom dengan lainnya yang

membuat bahan bersifat ulet.

Selanjutnya pada bahan terakhir yang diujikan menunjukkan struktur

mikro spheroidite pada logam. Hal ini ditandai dengan bentuk lingkaran-lingkaran

yang dapat diamati di bawah mikroskop. Spheroidite dapat ditemui pada baja dan

merupakan struktur paling ulet dan lunak jika dilihat dari struktur molekkuler

butiran. Dengan begitu, struktur sphereodite digunakan untuk melunakkan baja

karbon tinggi dan meningkatkan formability baja tersebut. Pembentukan

spheroidite melalui proses pemanasan hingga suhu melebihi 700 oC dan suhu

tersebut dipertahankan selama lebih dari 30 jam. Perlakuan ekstrim tersebut

mengakibatkan terbentuknya struktur lingkaran-lingkaran pada bahan ferit

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


21

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan percobaan metalografi kali ini menggunakan tiga sampel

bahan Baja AISI 1045 dapat disimpulkan:

1. Untuk mendapatkan hasil pengamatan metalografi yang baik dan jelas

maka tahap preparasi sampel uji harus benar dan teliti.

2. Struktur mikro yang dimiliki setiap bahan uji mempengaruhi sifat

masing-masing logamnya, terutama sifat mekanis dan sifat fisik dari

logam tersebut.

3. Perlakuan panas dan proses pendinginan dapat mempengaruhi struktur

mikro dari baja.

5.2 Saran

Berdasarkan percobaan metalografi kali ini terdapat beberapa hal yang

perlu diperbaiki yaitu:

1. Sebaiknya materi pada modul diperjelas lagi supaya apa yang dipelajari

oleh praktikan tidak terlalu luas.

2. Sebaiknya pertanyaan yang dikeluarkan di tes pendahuluan tidak

melebar jauh dari modul praktikum.


22

DAFTAR PUSTAKA

Agus Pramono, 2011, Karakterisrik Mekanik Proses Hardening Baja Aisi 1045
Media Quenching untuk Aplikasi Sprochet Rantai, Jurnal Ilmiah Teknik Mesin.
No. 1 Vol.1, 32-38

ASM Handbook vol.1:148, 1993, Properties and Selection: Irons, Steels, and
High Performance Alloys, ASM Handbook Committee, United States.

Higgins, A.R., 1984, Engineering Metallurgy, Part 1, Fifth Edition, Hodder and
Stoughton, London.

O. P. Khanna, 1987, A Textbook of Material Science and Metallurgy, Dhanpat


Rai, New Delhi

Sri Nugroho, Gunawan Dwi Haryadi, 2005 Pengaruh Media Quenching Air
Tersirkulasi (Circulated Water) Terhadap Struktur Mikro dan Kekerasan Pada
Baja AISI 1045, Jurnal Rotasi, No. 1 Vol. 7, Tanpa Halaman

Surdia, T., dan Saito, S., 1997, Pengetahuan Bahan Teknik, PT Pradnya Paramita,
Jakarta.

https://www.corrosionpedia.com/definition/6314/spheroidite, diakses pada 27 Juli


2020
23

LAMPIRAN A

CONTOH PERHITUNGAN
24

LAMPIRAN B

JAWABAN PERTANYAAN DAN TUGAS KHUSUS


25

Lampiran B. Jawaban Pertanyaan dan Tugas Khusus

B.1 Jawaban Pertanyaan

1. Jelaskan tahapan metalografi secara lengkap?

Jawab:

a. Sampling adalah tahapan pertama penentuan bagian yang

menjadi representasi material uji yang akan diamati dan akan melalui

tahap preparasi lebih lanjut.

b. Pemotongan adalah tahapan pemotongan pada sampel yang

dilakukan secara hati-hati dengan tujuan agar struktur mikro material

tidak rusak .

c. Mounting adalah tahapan meletakkan sampel pada pemegang

sampel (mount) yang umumnya berbentuk bulat yang terbuat dari bakelit

atau bahan lain.

d. Pengamplasan (grinding) adalah tahapan mengamplas sampel

bertujuan untuk meratakan permukaan spesimen hasil dari pemotongan

supaya lebih halus. Pengamplasan dimulai secara berurutan dari mulai

amplas kasar hingga amplas halus.

e. Pemolesan (polishing) adalah tahapan setelah proses grinding

berguna untuk menghilangkan goresan-goresan yang tertinggal akibat

pengamplasan. Hasilnya sampel menjadi lebih licin dan halus ketika

diamati nanti. Pemolesan dilakukan menggunakan bahan pasta alumina.


26

f. Etsa (etching) Proses untuk mengikis daerah batas butir dengan

larutan etsa sehingga butir lebih terlihat jelas saat diamati di bawah

mikroskop optik.

2. Jelaskan cara kerja mikroskop optic dan bagian-bagian pada

mikroskop optik!

Jawab:

Mikroskop optik menggunakan dua buah lensa cembung yaitu

lensa obyektif yang dekat dengan bahan uji dan lensa okuler yang dekat

dengan mata pengamat. Prinsip kerja kerja mikroskop secara garis

besarnya adalah lensa objektif akan membentuk bayangan benda yang

bersifat nyata, terbalik, dan diperbesar. Bayangan benda oleh lensa

objektif akan ditangkap sebagai benda oleh lensa okuler. Bayangan inilah

yang tampak oleh mata pengamat. Bagian-bagian pada mikroskop adalah:

 Lensa objektif adalah lensa yang menghadap ke arah preparat yang

berfungsi memperbesar bayangan preparat. Perbesaran yang

tersedia adalah 10 kali, 40 kali, dan 60 kali.

 Lensa okuler adalah lensa yang menghadap ke arah mata kita yang

berfungsi untuk memperbesar bayangan dari lensa objektif.

Perbesaran yang tersedia adalah 10 kali, 40 kali, dan 100 kali.

 Revolver atau pemutar lensa adalah alat yang digunakan untuk

memasang lensa objektif. Alat ini dapat diputar-putar agar lensa

objektif berada pada kedudukan yang sesuai.


27

 Tubus okuler adalah bagian yang menghubungkan lensa okuler,

revolver, dan lensa objektif.

 Diafragma merupakan bagian yang dapat mengatur banyak

sedikitnya cahaya yang masuk. Bagian ini dapat menutup dan

membuka.

 Kondensor merupakan bagian yang berfungsi memusatkan cahaya

pada preparat yang kita amati.

 Meja benda yang berfungsi sebagai tempat untuk meletakkan

preparat yang akan diamati dengan mikroskop. Bagian tengah meja

ini berlubang sebagai lubang untuk masuknya cahaya dari

kondensor.

 Penjepit berfungsi sebagai penjepit kaca yang berisi preparat agar

tidak bergeser-geser.

 Makrometer atau tombol pengatur kasar berfungsi menggerakkan

lensa naik-turun dengan cepat.

 Mikrometer atau tombol pengatur halus berfungsi menggerakkan

lensa naik-turun secara perlahan-lahan.

 Kaki Mikroskop yang bentuknya menyerupai tapal kuda.

 Lengan mikroskop yang merupakan tempat memegang mikroskop.

 Penyangga yang menghubungkan dasar dan pegangan mikroskop.

3. Sebutkan dan jelaskan macam-macam struktur mikro pada logam!

Sertakan gambar masing-masing struktur mikro.


28

Jawab:

a. Ferit merupakan arutan padat karbon dan unsur paduan lainnya pada

badan pusat kubus besi (Fe). Ferit terbentuk dari proses pendinginan

yang lambat dari austenite baja hypotektoid saat mencapai A3. Sifatnya

sangat lunak, ulet, dan kekerasannya di antara 70-100 BHN.

Gambar B.1 Struktur Ferit

b. Martensit adalah larutan padat dari karbon yang lewat jenuh pada besi

alpha sehingga latis-latis sel satuannya terdistorsi. Karbon adalah unsur

yang menstabilkan austenite. Kelarutan maksimum dari karbon pada

austenite adalah sekitar 1,7% (E) pada 1140 oC, sedangkan kelarutan

karbon pada ferit naik dari 0% pada 910 oC menjadi 0025% pada 723
o
C.

Gambar B.2 Struktur Martensit

c. Sementit adalah besi dengan karbon yang umum dikenal sebagai iron

carbide dengan kadar karbon 6,67% yang bersifat keras.


29

Gambar B.3 Struktur Sementit

d. Perlit merupakan campuran sementit dan ferit yang punya tingkat

kekerasan sekitar 10-35 HRC. Pada perlit apabila terbentuk sedikit

dibawah suhu eutectoid dan memiliki kekerasan yang lebih rendah dan

memerlukan waktu inkubasi lebih lamma.

Gambar B.4 Struktur Perlit

e. Bainit adalah fasa yang kurang stabil yang diperoleh dari austenite pada

tempertaur yang lebih rendah dari temperature transisi ke perlit dan

lebih tinggi dari transisi ke martensit.

Gambar B.5 Struktur Bainit


30

4. Jelaskan pengaruh kecepatan pendinginan terhadap struktur mikro

baja AISI 1045 serta sifat mekanik & fisik yang dimiliki!

Jawab:

Proses pendinginan dapat mempengaruhi struktur mikro dari baja

karena setelah baja dipanaskan, atom-atom karbon terlepas dari atom

penyusun logam dan atomnya membesar dan kecepatan pendinginan akan

mempengaruhi ikatan akhir dari atom-atom yang sempat lepas tadi. Pada

pendinginan cepat menggunakan air, struktur mikro yang terbentuk adalah

martensit dengan sifat sangat keras, kaku, dan getas. Sedangkan pada

pendinginan lambat, struktur mikro yang dihasilkan adalah perlit yang

sifatnya sedikit keras dan ulet. Lalu apabila baja dipanaskan kemudian

ditahan selama lebih dari 24 jam dan setelah itu didinginkan maka

menghasilkan struktur mikro spheroidite.

5. Sebutkan perusahaan yang mengaplikasikan pengujian metalografi

min. 5!

Jawab:

 PT Krakatau Steel

 PT Krakatau Posco

 PT Sinergi Nanotech Indonesia

 PT Detech Profesional Indonesia

 PT PAL Indonesia

 PT Krakatau Nippon Steel Sumikin


31

B.2 Tugas Khusus

1. Jelaskan apa yang dimaksud metalografi kuantitatif!

Jawab:

Analisis metalografi secara kuantitatif merupakan pengujian yang

cukup penting dalam proses fabrikasi suatu logam karena dapat

digunakan untuk menentukan fasa yang terbentuk, kekompakan struktur,

ukuran butir, dan berbagai karakteristik fisis lainnya (Malage et al., 2015;

Lentz et al., 2015). Informasi-informasi tersebut bersifat penting karena

dari data itu kita dapat memprediksi kekerasan (Ahmed, et al., 2016),

ketangguhan (Maj & Pietrzak, 2015), dan ketahanan suatu logam

terhadap suatu proses degradasi (Pan et al., 2017), serta dapat

menganalisis kerusakan yang muncul pada permukaannya (Dunn, 2016).


32

LAMPIRAN C

BLANKO PERCOBAAN
33

Anda mungkin juga menyukai