Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN PRAKTIKUM

MATA KULIAH PENGOLAHAN MINERAL

MINERAL SAMPLING

Disusun Oleh :
Wahyu Prasetya Rama 3334220046

Rekan Kelompok:
Regita Dwi Cahyani 3334220025
Siti fadilaturrohmah 3334220090

Kelompok : PM-02
Asisten : Auffa naznabila
Tanggal Praktikum : 14 September 2023
Tanggal Penyerahan Laporan : 20 September 2023

LABORATORIUM METALURGI FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
CILEGON-BANTEN
2023
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM

MINERAL SAMPLING

Masuk Hasil Catatan Asisten


Masuk Laporan Keluar Revisi
Revisi Penerima

Disetujui untuk Laboratorium Metalurgi FT. UNTIRTA


Cilegon, 14 September 2023

(Auffa Naznabila)

ii
DAFTAR ISI

LAPORAN PRAKTIKUM.................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PRAKTIKUM................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iii
DAFTAR TABEL..................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR............................................................................................. v
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................1
1.2 Tujuan Penelitian.............................................................................1
1.2 Batasan Masalah..............................................................................2
1.4 Sistematika Penulisan......................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Mineral............................................................................................3
2.2 Pengolahan Mineral.........................................................................4
2.4 Pasir Besi.........................................................................................5
2.5 Teknik Sampling..............................................................................6
2.6 Mineral sampling...........................................................................10
BAB III METODE PERCOBAAN
3.1 Diagram Alir..................................................................................12
3.2 Alat dan Bahan...............................................................................13
3.2.1Alat-alat yang Digunakan......................................................13
3.2.2Bahan-bahan yang Digunakan...............................................14
3.3 Prosedur Percobaan........................................................................14
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Percobaan.............................................................................15
4.2 Pembahasan...................................................................................16
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan....................................................................................22
5.2 Saran..............................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................23
LAMPIRAN- LAMPIRAN.................................................................................24

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 4. 1 Data Hasil Percobaan Mineral Sampling..............................................15


Tabel 4. 2 Data Hasil Percobaan Mineral Sampling..............................................15

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3. 1 Diagram Alir Percobaan mineral sampling.....................................13

Gambar 4. 1 Pembagian Prepalat Mika 18


Gambar 4. 2 Hubungan Fraksi Ukuran dengan % Berat......................................18
Gambar 4. 3 Hubungan Fraksi Ukuran dengan % Berat......................................19

Gambar C. 1 Mikroskop Optik 35


Gambar C. 2 Neraca Digital.................................................................................35
Gambar C. 3 Preparat Mika..................................................................................35
Gambar C. 4 Penggaris.........................................................................................35
Gambar C. 5 Pasir Kuarsa....................................................................................35
Gambar C. 6 Pasir Kuarsa....................................................................................35
Gambar C. 7 Siever..............................................................................................35
Gambar C. 8 Wadah Penampung.........................................................................35

v
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Perhitungan Percobaan......................................................................25


Lampiran B Jawaban Pertanyaan dan Tugas Khusus............................................32
Lampiran C Gambar Alat dan Bahan....................................................................37
Lampiran D Blangko Percobaan...........................................................................37

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mineral adalah suatu padatan anorganik yang memiliki struktur atom dan
komposisi kimia tertentu yang terbentu secara alami di alam. Mineral biasanya
berbentuk bongkahan batu yang besar dan memiliki mineral yang berharga,
bongkahan tersebut tersusun dari berbagai macam mineral. Pada proses
pergolahan mineral kita harus memisahkan antara mineral berharga dan juga unsur
pengikutnya/unsur pengotorya. Oleh karena Itu dilakukan pengolahan mineral
yang bertujuan untuk meningkatkan kadar mineral berharga dengan merbuang
unsur pengotornya, secara umum pada proses pengolahan mineral terdapat dua
jenis produk yaitu konsentrat (mineral berharga) dan talling (unsur pengotor).
Sebelum dilakukanaya proses pengolahan mineral ada suatu proses yang
digunakan untuk menguji kadar bijih atau umpan, proses ini yaitu mineral
sampling. Mineral sampling adalah suatu proses pengambilan data dan sebagian
mineral dimana mineral yang dijadikan sampel tersebut dapat mewakili
keseluruhan mineral yang akan diperiksa. Proses mineral sampling ini dilakukan
agar proses pengolahan mineral selanjutnya lebih efisien, pada Proses mineral
sampling ini adalah tahap yang sangat penting sebelum proses pergolahon mineral
dilakukan hal ini bertujuan agea keseluruhan proses pengolahan mineral lebih
epilien, menguntungkan dan berjalan dengan baik, oleh karena itu percobaan Ini
dilakukan agar kita dapat mempelajari lebih lanjut mengenai salah satu metode
mineral sampling.

1.2 Tujuan Penelitian

Mengetahui dan memahami teknik pengambilan sampel dengan metode


coning and quartering dalam proses pengolahan mineral.
2

1.2 Batasan Masalah

Batasan masalah pada praktikum kali mineral sampling, ada beberapa


veriabel yaitu, veribel bebas dan terikat. Variabel bebasnya adalah berat pasir besi,
berat pasir kuarsa, dan ayakan dan pada veriabel terikatnya yaitu, hasil jumlah
pasir besi dan pasir kuarsa setelah di mikroskop.

1.4 Sistematika Penulisan

Laporan tentang praktikum sluice box ini memiliki lima bab serta ada
berbagai lampiran tambahan di dalamnya. Pada Bab I, terdapat informasi
mengenai latar belakang permasalahan terkait sluice box, tujuan percobaan
praktikum, batasan permasalahan, dan sistematika penulisan laporan. Kemudian,
pada Bab II, diuraikan tentang tinjauan pustaka yang mencakup teori-teori yang
berkaitan dengan sluice box. Bab III menjelaskan metode percobaan yang
mencakup diagram alir, alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum serta
prosedur pelaksanaan percobaan sluice box. Bab IV memuat data dan pembahasan
yang ditemukan selama praktikum berlangsung. Lalu, Bab V terdapat kesimpulan
dari percobaan dan juga memberikan saran-saran. Selanjutnya, ada daftar pustaka
dan lampiran-lampiran yang mencakup perhitungan, jawaban pertanyaan dan
tugas khusus, serta formulir percobaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Mineral
Mineral adalah suatu benda padat homogen yang terdapat di alam,
terbentuk secara anorganik, dengan komposisi kimia pada batas-batas tertentu dan
mempunyai atom-atom yang tersusun secara teratur (Berry, 1983). Sifat fisik
mineral-mineral dapat dikenali berdasarkan sifat fisik dari mineral tersebut antara
lain:warna, kilap, bentuk, belahan, kekerasan. tiap mineral memiliki warna yang
khas, akan tetapi ada beberapa mineral yang memiliki warna yang hamper sama.
Kilap atau kilau mineral juga merupakan sifat fisik yang dapat digunakan untuk
identifikasi mineral. Bentuk kristal suatu mineral dikontrol oleh ikatan kimia
mineral tersebut. Belahan mineral dipengaruhi oleh ikatan lemah antar molekul.
Kekerasan mineral menunjukkan besarnya gaya tekan untuk membelah atau
merusak stuktur mineral tersebut. Kekerasan mineral dinyatakan dalam skala
Mohs.
Bentuk kristal mineral melalui wujudnya sebuah kristal dapat ditentukan secara
geometrisdengan mengetahui sudut-sudut bidangnya. Dalam ilmu kristalografi
geometri dipakai enam jenis sistem sumbu, yaitu, sistem sumbu isomerik, system
sumbu tetragonal, sistem sumbu ortorombik, sistem sumbu monoklin, system
sumbu triklin, sistem sumbu heksagonal.
Sifat optik mineral pengenalan mineral yang terdapat pada batuan
umumnya dilakukan secara mikroskopis dengan cahaya terpolarisasi. Jenis cahaya
yang tersebut dapat diperoleh dengan memakai dua prismapolarisasi atau
polarisator. Mineral tertentu memiliki sifat memutar sumbu cahaya terpolarisasi
dengan arah sudut putar yang khas. Variasi dalam komposisi sifat kristal pada
mineral bisa rusak atau berubah oleh pengaruh suhu dan tekanan. Semua mineral
mempunyai komposisi kimia yang tertentu dan ditulis dengan formula kimia
tertentu, contoh: Quartz SiO2 (proporsi atau rasio Si:O=1:2). Bermacam-macam
sampel dari 1 jenis mineral mungkin mempunyai komposisi yang berbeda dengan
4

tingkat perbedaannya tertentu. Karena mineral itu bersifat kristal dan mempunyai
komposisi kimia yang pasti dan sifat fisika yang pasti.Sifat fisika suatu mineral
mungkin juga bervariasi sesuai dengan variasi komposisi kimianya. Komposisi
mineral sangat bervariasi mulai dari unsur murni dan garam sederhana sampai
yang sangat komplek dengan bermacam-macam bentuk seperti silikat (zuhdi,
2019).

2.2 Pengolahan Mineral


Pembebasan mineral berharga dari gangue dilakukan dengan cara
kominusi, yang melibatkan crushing, dan, jika perlu, grinding, hingga ukuran
partikel sedemikian rupa sehingga produknya merupakan campuran partikel
mineral dan gangue yang relative bersih (Wills, 2005). Bijih dari tambang
umumnya masih berukuran relatif besar, sehingga mineral berharga belum
terliberasi, maka perlu direduksi ukurannya. Kominusi adalah proses mereduksi
ukuran butir atau proses meliberasikan bijih. Liberasi adalah proses melepaskan
mineral berharga dari ikatannya yang biasa disebut “gangue mineral” dengan
menggunakan alat crusher dan grinding mill (Ajie, 2006).
Pengolahan mineral merupakan suatu proses treatment dari bijih untuk
mendapatkan kadar mineral berharganya. Proses ini dilakukan dengan membuang
unsur pengotor yang tidak dibutuhkan. Ada dua proses inti pada pengolahan
mineral yaitu kominusi dan konsentrasi (Balasubramanian, 2015). Secara umum
pengolahan mineral meliputi kominusi, pengayakan, konsentrasi dan material
handling. Sebelum proses pengolahan mineral dilakukan, bijih yang ditambang
akan melalui tahap sampling. Proses sampling pada mineral bertujuan untuk
mengukur kadar bijih, dari hal tersebut nantinya dapat diketahui proses yang
sesuai dalam pengolahan mineral tersebut. Sampling dilakukan dengan
mengambil sebagian bijih yang ditambang dimana bijih tersebut dianggap dapat
mewakili keseluruhan bijih yang akan di proses. Pengolahan mineral memiliki
beberapa tahapan sebelum bijih siap diolah melalui tahapan ekstraksi, yaitu
sebagai berikut (Gupta, 2006).
a. Kominusi, Kominusi merupakan tahapan awal pengolahan mineral
dengan cara mereduksi kuran butir atau proses meliberasi bijih dari
5

mineral pengotornya (gangue). Kominusi berupa crushing dan


grinding. Dalam proses kominusi terdapat dua proses pengolahan yaitu
proses peremukan\penghancuran (crushing) dan penggerusan
(grinding) yang terbagi beberapa tahap yaitu primary crushing,
secondary crushing, dan fine crushing.
b. Sizing, setelah mineral dilakukan proses grinding, selanjutnya adalah
sizing. Sizing harus dilakukan berdasarkan ukuran partikel agar sesuai
dengan ukuran yang dibutuhkan pada proses pengolahan yang
berikutnya. Dalam proses ini mineral akan dikelompokkan dengan
melakukan mineral screening. Mineral screening adalah proses
penggelompokkan mineral berdasarkan ukuran yang disesuaikan.
c. Konsentrasi, konsentrasi merupakan pengelompokan dengan mineral
berat dan mineral ringan. Biasanya mineral berat adalah mineral
berharga (konsentrat) dan mineral tak berharga (tailing). Konsentrasi
adalah tahap akhir dalam preparasi bijih secara fisik.
Dewatering, pada proses ini, mineral akan dipisahkan antara cairan dan
padatan dengan melakukan tiga tahapan yaitu, pertama thickening proses ini akan
memisahkan padatan dan cairan berdasarkan cepat atau lambatnya partikel
mengendap dalam suartu pulp. Kedua filtrasi, proses filtrasi berfungsi untuk
memisahkan padatan dari campuran fasa air. Secara teknisnya proses ini akan
menyaring padatan menggunakan sebuah filter, terakhir drying dalam proses ini
mineral akan dikeringkan kadar airnya dengan cara disimpan dalam sebuah
ruangan oven berdasarkan suhu tertentu agar kadar air yang ada dalam material
tersebut menguap. Alat yang digunakan untuk proses drying biasanya big drying
oven dan drying oven.

2.4 Pasir Besi


Pasir Besi adalah partikel yang mengandung besi (magnetit), terdapat di
sepanjang pantai, terbentuk karena proses penghancuran batuan asal oleh cuaca,
dan air permukaan, yang kemudian ter-transportasi dan diendapkan di sepanjang
pantai. Gelombang laut dengan energi tertentu memilah dan mengakumulasi
6

endapan tersebut menjadi pasir besi yang memiliki nilai ekonomis. Pembentukan
endapan pasir besi ditentukan oleh beberapa faktor antara lain batuan asal, proses
perombakan, media transportasi, proses serta tempat pengendapannya. Sumber
mineral endapan pasir besi pantai sebagian besar berasal dari batuan gunung api
bersifat andesit–basal. Proses perombakan terjadi akibat dari pelapukan batuan
karena proses alam akibat panas dan hujan yang membuat butiran mineral terlepas
dari batuan. Media transportasi endapan pasir besi pantai antara lain: aliran
sungai, gelombang, dan arus laut. Proses transportasi membawa material lapukan
dari batuan asal, menyebabkan mineral- mineral terangkut hingga ke muara,
kemudian gelombang dan arus laut mencuci dan memisahkan mineral-mineral
tersebut berdasarkan perbedaan berat jenisnya. (Yusuf, 2019). Endapan pasir besi
merupakan salah satu bahan galian yang masuk kedalam tipe endapan placer.
Biasanya bahan galian ini ditemukan di sepanjang bibir pantai. Pasir besi
memiliki ukuran butir 0,074-0,075 mm, dengan ukuran kasar (3- 5 mm) dan halus
(<1 mm). pembentukan endapan pasir besi ditentukan oleh beberapa faktor seperti
batual asal, proses perombakan, media transportasi, serta tempat pengendapannya.
Perbedaan karakter fisik kandungan mineral pasir besi seperti Fe, Ti. Mg, dan Si
mungkin terjadi disebabkan oleh perbedaan lokasi endapan (Riki, 2018).

2.5 Teknik Sampling


Sampling adalah operasi pengambilan sebagian yang banyaknya cukup
untuk dianalisis atau diuji fisik dari suatu yang besar jumlahnya sehingga
perbandingan dan distribusi kualitas dikeduanya adalah sama. Suatu yang sama
jumlahnya disebut sebagai lot atau populasi. Data atau besaran tentang populasi
adalah parameter. Sedangkan besaran yang diperoleh dari contoh disebut sebagai
statistik. Dengan demikian sampling merupakan teknik statistik yang didasarkan
pada teori peluang. Dalam melakukan sampling terdapat banyak cara tergantung
kebutuhan. Sebelum melakukan sampling perlu diperhatikan elemen dasar dan
masalah-masalah yang mungkin timbul dari sampling ini. Adapun elemen dasar
yang terlibat dalam prosedur pengambilan sampling adalah sebagai berikut (Wills,
2006):
7

a. Menentukan karakteristik sample.


b. Menentukan tingkat kepercayaan/keakuratan.
c. Karakteristik populasi
Adapun faktor yang berpengaruh dalam sampling
a. Variasi jenis material yang ada dalam bahan galian
b. Distribusi yang tidak merata dalam bahan galian
c. Variasi ukuran dari mineral-mineral yang terdapat dalam bahan galian.
d. Variasi dari densitas masing-masing mineral
Mineral sampling memiliki dasar dalam probabilitas dan pengetahuan
yang baik tentang statistik terapan serta sumber kesalahan pengambilan sampel
diperlukan oleh yang diberi tugas untuk menetapkan dan memvalidasi protokol
pengambilan sampel. Sampling merupakan teknik pengambilan sampel dari
sebagian kecil materi yang dapat mewakili data keseluruhan dari materi tersebut.
Sampling yang diuji adalah sampling terbaik. Teknik sampling dikelompokkan
menjadi dua yaitu sebagai berikut (Wills, 2016):
a. Probability Sampling
Sampler linier merupakan perangkat yang paling umum dan disukai
untuk pengambilan sampel. Baik sampel padatan dan aliran pulp
berselang pada titik-titik pembuangan seperti katrol kepala konveyor
dan ujung pipa. Probability sampling merupakan teknik sampling yang
dapat memberikan peluang yang relatif sama bagi setiap bagian kecil
materi. Probability sampling terbagi beberapa macam yaitu sebagai
berikut:
1. Simple Random Sampling
Simple Random Sampling merupakan teknik pengambilan sampel
dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada pada
materi, dengan ketentuan materi tersebut telah homogen. Bila
jumlah populasi sedikit bisa dilakukan dengan cara diundi. Namun,
jika populasi besar bisa digunakan pelabelan random numbers.
Keuntungan menggunakan teknik ini adalah, data sampel mudah
8

dianalisa, tidak membutuhkan banyak pengetahuan tentang


populasinya. Lalu kelemahannya adalah tingkat kesalahan dalam
penentuan sampel sangat besar.
2. Stratified Random Sampling
Stratified random sampling merupakan metode pengambilan data
sampel acak berdasarkan tingkatan tertentu baik secara simpel
ataupun acak. Stratified random sampling ini dibagi menjadi dua
cara yaitu proportionate stratified random sampling dan
disproportionate random sampling. Proportionate stratified
random sampling yang dimana digunakan jika populasi
mempunyai unsur yang tidak homogen. Lalu, disproportionate
random sampling yang dimana digunakan untuk menentukan
sampel jika populasi berstrata.
3. Cluster Sampling (Area Sampling)
Cluster Sampling merupakan teknik yang digunakan untuk
menentukan sampel bila obyek yang akan diteliti atau sumber data
sangat luas. Metode ini menggunakan pengambilan data
berdasarkan kelompok/area tertentu. Cara ini dipakai bila populasi
dapat dibagi dalam kelompok-kelompok dan setiap karakteristik
yang ingin diteliti ada dalam setiap kelompok tersebut. Teknik ini
dilakukan dengan dua tahap, tahap pertama adalah menentukan
sampel di sebuah wilayah, lalu tahap selanjutnya adalah
menentukan sampel orang-orang yang berada pada wilayah
tersebut.
b. Non-Probability Sampling
Desain non-probability telah digunakan dalam aplikasi yang kurang
kritis di mana sejumlah pengukuran dianggap dapat diterima. Ini
termasuk sebagai contoh instalasi penganalisis on-stream (OSA) dan
penganalisis ukuran partikel (PSA) serta pengambilan sampel padatan
untuk kadar air. Model pengambilan sampel yang ideal karena tidak
9

memotong seluruh aliran jadi tidak setiap partikel atau elemen fluida
memiliki peluang yang sama untuk diambil sampelnya. Singkatnya
non-probability sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang
tidak memberi peluang yang sama bagi setiap anggota materi untuk
dipilih menjadi sampel (Wills, 2016). Non-probability sampling terbagi
beberapa macam yaitu sebagai berikut:
1. Sampling sistematis, termasuk dalam metode non-probability.
Sampling sistematis yaitu merupakan teknik pengambilan sampel
dilakukan berdasarkan urutan anggota materi yang telah diurutkan.
Cara mengumpulkan contoh dari lot pada interval yang spesifik
dan teratur, baik dalam istilah jumlah, waktu dan ruang
2. Sampling kuota, dilakukan untuk menentukan sampel dari
keseluruhan materi yang memiliki ciri-ciri tertentu. Kuota
sampling merupakan teknik pengambilan sampel dengan
mengambil jumlah sesuai dengan jumlah yang telah ditentukan.
Sampel dipilih secara acak sesuai dengan kebutuhan yang
digunakan.
3. Sampling insidental, dilakukan dengan cara berdasarkan kebetulan,
yaitu berupa kejadian incidental antara peneliti dengan sampelnya.
Sampling ini merupakan teknik sampling peneliti mengambil
sampel yang memang secara kebetulan ditemuinya pada saat itu.
4. Sampling purposive, merupakan teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu. Purposive sampel merupakan teknik
sampling yang sering digunakan. Metode ini menggunakan kriteria
yang telah ditentukan oleh peneliti. Kriteria tersebut dibagi menjadi
dua kriteria yaitu inklusi dan eklusi.
5. Sampling jenuh, termasuk dalam metode non-probability. sampling
jenuh merupakan teknik penentuan sampel bila anggota populasi
digunakan sebagai sampel.
6. Snowball sampling, merupakan teknik penentuan sampel yang
mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar. Berdasarkan
10

namanya teknik ini merupakan teknik yang digunakan untuk


sampel yang mula-mula jumlahnya kecil lalu menjadi banyak
seperti bola salju.
2.6 Mineral sampling
Terdapat banyak sekali metode-metode dari mineral sampling yang
memiliki satu tujuan yang sama yaitu mengambil sedikit sampel yang bisa
merepresentasikan klasifikasi mineral tersebut. Setelah diketahui banyak metode
dari mineral sampling. Disisi lain terdapat beberapa teknik lain dalam mineral
sampling. Banyaknya teknik sesuai dengan kebutuhan. Secara mekanismenya
teknik atau metode sampling dibagi menjadi dua yaitu (Wills, 2006):
a. Hand sampling
Metode yang pertama yaitu hand sampling. Hand sampling merupakan
pengambilan contoh dilakukan dengan tangan. Hasilnya sangat
bergantung pada ketelitian operator. Hand sampling ini dapat
dilakukan dengan beberapa cara yaitu:
1. Grab sampling,
termasuk ke dalam metode hand sampling. Grab Sampling
merupakan pengambilan sampel pada material yang homogen dan
dilakukan dengan interval tertentu dengan menggunakan sekop.
Contoh yang diperoleh biasanya kurang representative. Cara ini
mudah untuk dilakukan.
2. Shovel sampling,
shovel sampling termasuk ke dalam metode hand sampling. Shovel
sampling merupakan pengambilan sampel dengan menggunakan
shovel, keuntungan cara ini lebih murah. Waktu pengambilan cepat
dan memerlukan tempat yang tidak begitu luas. Material contoh
yang diambil berukuran kurang dari 2 inchi.
3. Stream sampling,
stream sampling termasuk ke dalam metode hand sampling. Dalam
proses sampling dengan metode ini alat yang digunakan adalah
11

hand sampling cutter. Contoh yang diambil adalah berupa pulp


(basah). Contoh lainnya pengambilan dilakukan searah dengan
aliran (stream).
4. Pipe sampling,
pipe sampling termasuk ke dalam metode hand sampling. Alat
yang digunakan pipa/tabung dengan diameter 0.5, 1.0, dan 1.5
inchi. Salah satu ujung pipa runcing untuk dimasukkan ke material.
Terdiri dari dua pipa (besar dan kecil) sehingga terdapat rongga
diantaranya untuk tempat contoh. Digunakan pada material padat
yang halus dan tidak terlalu keras.
5. Conning and quartering,
merupakan salah satu teknik sampling yang paling sederhana dan
sering digunakan dalam membagi sampel material. Coning dan
quartering pengertiannya dalam suatu kegiatan pengurangan
ukuran sampel bubuk atau butiran dengan membentuk tumpukan
berbentuk kerucut yang tersebar dalam suatu bidang datar. Bentuk
kerucut seperti bentuk kue berbentuk radial dibagi menjadi empat
buah bagian kerucut yang sama rata dan saling berlawanan dimana
ada jeda jarak di antara keempatnya. Dua dari empat bagian
kerucut dibuang.
b. Mechanical sampling
Digunakan untuk pengambilan contoh dalam jumlah yang besar
dengan hasil yang lebih representative dibandingkan hand sampling.
Alat yang dipergunakan antara lain adalah riffle sampler dan vezin
sampler. Alat riffle sampler berbentuk persegi panjang dan di
dalamnya terbagi beberapa sekat yang arahnya berlawanan. Riffle-riffle
ini berfungsi sebagai pembagi contoh agar dapat terbagi sama rata.
Sedangkan pada vezin sampler dilengkapi dengan revolving cutter,
yaitu pemotong yang dapat berputar pada porosnya sehingga akan
membentuk area yang bundar sehingga dapat memotong seluruh alur
bijih.
BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1 Diagram Alir


Berikut ini adalah diagram alir pada praktikum mineral sampling dapat
dilihat pada Gambar 3.1.

Persiapan bahan

Disiapkan pasir besi dan pasir kuarsa.

Siever disiapkan dengan ukuran sesuai dengan katentuan


asisten.

Sieving dilakukan pada pasir besi dan pasir kuarsa


selama 5 menit.

Pasir besi dan pasir kuarsa ditimbang sesuai dengan


ketentuan asisten.

Pasir besi dan pasir kuarsa dihomohenisasi sesuai dengan


fraksi ukurannya.

Kedua bahan di buat kerucut atau coning.

Permukaan atas ditekan sampai merata.


13

Bahan dibagi menjadi empat bagian sama besar


(quartering).

Bahan dipisahkan menjadi dua per empat bagian secara


diagonal dan sisanya dicampurkan.

Langkah 6-9 diulangi sesuai dengan ketentuan asisten.

Conto disebar pada prepalat mika dengan ukuran 3x3 cm.

Pasir besi dihitung dengan mikroskop optik.

Kadar pasir besi dan pasir kuarsa yang didapatkan


dihitung.

Data Pengamatan

Pembahasan Literatur

Kesimpulan

Gambar 3. 1 Diagram Alir Percobaan mineral sampling

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat-alat yang Digunakan
Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum percobaan
mineral sampling adalah sebagai berikut:
a. Mikroskop optik.
b. Neraca digital.
14

c. Preparate mika.
d. penggaris
e. Siever.
f. Wadah penampung.
3.2.2 Bahan-bahan yang Digunakan
Adapun bahan-bahan yang digunakan pada praktikum percobaan
mineral sampling adalah sebagai berikut:
a. Pasir besi
b. Pasir kuarsa
3.3 Prosedur Percobaan
Adapun prosedur percobaan pada praktikum mineral sampling yaitu
sebagai berikut:
1. Disiapkan pasir besi dan pasir kuarsa.
2. Siever disiapkan dengan ukuran sesuai dengan katentuan asisten.
3. Sieving dilakukan pada pasir besi dan pasir kuarsa selama 5 menit.
4. Pasir besi dan pasir kuarsa ditimbang sesuai dengan ketentuan asisten.
5. Pasir besi dan pasir kuarsa dihomohenisasi sesuai dengan fraksi
ukurannya.
6. Kedua bahan di buat kerucut atau coning.
7. Permukaan atas ditekan sampai merata.
8. Bahan dibagi menjadi empat bagian sama besar (quartering).
9. Bahan dipisahkan menjadi dua per empat bagian secara diagonal dan
sisanya dicampurkan.
10. Langkah 6-9 diulangi sesuai dengan ketentuan asisten.
11. Conto disebar pada prepalat mika dengan ukuran 3x3 cm.
12. Pasir besi dihitung dengan mikroskop optik.
13. Kadar pasir besi dan pasir kuarsa yang didapatkan dihitung.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Percobaan


Setelah dilakukannya percobaan maneral sampling, maka didapatkan Hasil
Percobaan yang dapat dilihat pada Tabel 4.1 dan Tabel 4.2.
Tabel 4. 1 Data Hasil Percobaan mineral sampling.
-40 # +60 # = gram

Mineral Berat Jenis Butiran


Berat Butir × Berat
%Berat
Jenis
I II

Pasir
4,3 109 45 662,2 85,5
Besi

Pasir
2,6 29 14 111,8 14,4
Kuarsa

Jumlah 138 59 774

Tabel 4. 2 Data Hasil Percobaan mineral sampling.


-60 # = gram

Jumlah Butir × Jumlah


Mineral Butiran Galat (%)
Berat Jenis Total (%)
% Berat
I II

Pasir
166 44 903 66,3 151,86 51,86
Besi

Pasir
68 108 457,6 33,63 48,03 51,97
Kuarsa

Jumlah 243 152 1360,6


16

4.2 Pembahasan
Sampling adalah operasi pengambilan sebagian yang banyaknya cukup
untuk dianalisis atau diuji fisik dari suatu yang besar jumlahnya sehingga
perbandingan dan distribusi kualitas dikeduanya adalah sama. Suatu yang sama
jumlahnya disebut sebagai lot atau populasi. Data atau besaran tentang populasi
adalah parameter. Sedangkan besaran yang diperoleh dari contoh disebut sebagai
statistik. Dengan demikian sampling merupakan teknik statistik yang didasarkan
pada teori peluang. Dalam melakukan sampling terdapat banyak cara tergantung
kebutuhan. Sebelum melakukan sampling perlu diperhatikan elemen dasar dan
masalah-masalah yang mungkin timbul dari sampling ini. Adapun elemen dasar
yang terlibat dalam prosedur pengambilan sampling adalah sebagai berikut (Wills,
2006).
Mineral sampling memiliki dasar dalam probabilitas dan pengetahuan
yang baik tentang statistik terapan serta sumber kesalahan pengambilan sampel
diperlukan oleh yang diberi tugas untuk menetapkan dan memvalidasi protokol
pengambilan sampel. Sampling merupakan teknik pengambilan sampel dari
sebagian kecil materi yang dapat mewakili data keseluruhan dari materi tersebut.
Sampling yang diuji adalah sampling terbaik. Teknik sampling dikelompokkan
menjadi dua yaitu, (Wills, 2016) probability sampling dan non-probability
sampling probability sampling merupakan teknik sampling yang dapat
memberikan peluang yang relatif sama bagi setiap bagian kecil materi. Ada
berbagai macam dari probability sampling yaitu simple random sampling,
stratified random sampling, cluster sampling. Non-probability sampling adalah
teknik yang tidak memberikan peluang yang sama untuk setiap populasi untuk
menjadi sampel. Ada berbagai macam non-probability sampling yaitu, sampling
sistematis, sampling kuota, sampling insidental, sampling purposive,
sampling jenuh, dan snowball sampling.
Coning and quartering merupakan salah satu teknik sampling yang paling
sederhana dan sering digunakan dalam membagi sampel material. Coning dan
quartering pengertiannya dalam suatu kegiatan pengurangan ukuran sampel
bubuk atau butiran dengan membentuk tumpukan berbentuk kerucut yang tersebar
17

dalam suatu bidang datar. Bentuk kerucut seperti bentuk kue berbentuk radial
dibagi menjadi empat buah bagian kerucut yang sama rata dan saling berlawanan
dimana ada jeda jarak di antara keempatnya. Dua dari empat bagian kerucut
dibuang. Kelebihan dilakukannya metode coning and quartering yaitu,
representasi sampel yang baik dari material yang diuji, coning and quartering
dapat membantu mengurangi kesalahan yang mungkin terjadi selama proses
pengambilan sampel serta dapat memperoleh hasil yang lebih akurat, metode ini
relatif cepat dan sederhana, sehingga dapat menghemat waktu dan biaya dalam
pengambilan sampel metode inijuga memiliki kekurangn yaitu ada kemungkinan
bahwa beberapa komponen material tertentu dapat terkonsentrasi pada satu bagian
sampel dan tidak terdistribusi merata, meskipun metode ini efisien, keakuratan
perwakilan sampel bisa terbatas terutama untuk material yang memiliki distribusi
komponen yang sangat heterogen.
Pecobaan mineral sampling pada kali ini diawali dengan mempersiapkan
alat dan bahan yang akan digunakan untuk percobaan, setelah itu menimbang
pasir besi dan pasir kuarsa masing masing 10gram setelah itu, mencampurkan
pasir besi dan pasir kuarsa sampai menjadi homogen. Setelah dihohogenisasi lalu
pasir besi dan pasir kuarsa diayak menggunakan ayakan dengan ukuran 40# +60#
dan juga -60#. Hasil ayakan pada variasi ukuran ayakan yang sudah diayakc
nantinya akan dijadikan conto pada percobaan ini. Conto pertama, ukuran ayakan
yang digunakan adalah -40# dan +60#. Hasil ayakan yang oversize tertampung
pada -40# +60# dan yang lolos disebut undersize yang tertampung pada -60 #.
Varian ukuran ayakan dan campuran hasil ayakan dari berbagai ukuran berfungsi
untuk menghasilkan sampel yang dianggap mewakili keseluruhan populasi awal
yang sedang diukur.
Kedua conto lalu dilakukan coning and quartering, yaitu membentuk
seperti kerucut pada kedua conto lalu dilakukan penekanan pada kedua conto.
Sedudah itu dipisahkan menjadi 4 bagian setelah itu dibagi menjadi 2 per 4 bagian
secara diagonal pada kedua bagian dipisahkan dan didisisakan 2 bagian lainnya
pada tahap ini dilakukan sampai 7 kali coning and quartering. Setelah dilakukan
pemisahan sebanyak 7 kali selanjutnya conto diletakan pada prepalat mika secara
18

merata. Preparat tersebut terdapat garis kotak-kotak yang berukuran 3 x 3.


Kemudian letakan conto pada kotak-kotak tersebut secara merata. Kemudian
lakukan perhitungan jumlah butir masing-masing pasir besi dan pasir kuarsa pada
kotak kotak tersebut dengan menggunakan mikroskop optic. Lakukan perhitungan
jumlah butir pada masing masing pasir kuarsa dan pasir besi pada kotak kotak
tersebut. Perhitungan dilakukan dengn penomoran kotak seperti pada gambar 4.1.

1 3

7 9

Gambar 4. 1 Pembagian Prepalat Mika


Butir-butir pasir besi dan pasir kuarsa yang dihitung adalah yang terdapat
dalam kotak yang diberi nomor seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 4.1.
Setelah jumlah butir pasir besi dan pasir kuarsa dihitung dalam setiap kotak,
selanjutnya butiran tersebut dijumlahkan pada masing-masing jenis pasir. Data
mengenai jumlah butiran ini akan menjalani analisis lebih lanjut. Hasil analisis ini
akan mengungkap kadar mineral berharga yang terdapat dalam campuran.

70 66.3
pasir besi
60
% Berat

pasir kuarsa
50
40 33.63
30
20
10
0 40 +60
60 mesh
-40 mesh
Fraksi Ukuran

Gambar 4. 2 Hubungan Fraksi Ukuran Dengan % Berat


Bisa dilihat pada gambar 4.2 grafik diatas didapatkan pada fraksi ukuran
ayakan -40+60 mesh jumlaj persen berat pasir besi yang didapatkan adalah 85,5%
dan juga persen berat pasir kuarsa yang didapatkan adalah 14,4%. Hal ini
19

disebabkan karena secara fisik pasir besi memiliki ukuran butiran yang lebih
kecil dibandingkan dengan pasir kuarsa, oleh karena itu persen berat yang
didapatkan lebih besar pada pasir besi dibandingkan dengan pasir kuarsa. Dari
hasil visualisasi dengan mikroskop optic untuk pada kolom 1,5,9 didapatkan hasil
banyaknya butiran pada pasir besi adalah 109 butir dan banyaknya butiran pada
pasir kuarsa adalah 29 butir dan pada kolom 3 dan 7 didapatkan hasil banyaknya
butiran pada pasir besi adalah 45 butir dan banyaknya butiran pada pasir kuarsa
adalah 14 butir. Perbedaan pada fraksi ukuran -40 +60 mesh ini sangat jrlas
terlihat bahwa pasir besi sangat mendominasi yang mana ukurannya lebih kecil
dibandingkan dengan pasir kuarsa.

70 66.3 pasir besi


60 pasir kuarsa
Persen Berat

50
40 33.63
30
20
10
0 40 60mesh
mesh
-60
Fraksi Ukuran

Gambar 4. 3 Hubungan Fraksi Ukuran Dengan % Berat

Bisa dilihat pada gambar 4.3 grafik diatas didapatkan pada fraksi ukuran
ayakan -60 mesh jumlaj persen berat pasir besi yang didapatkan adalah 66,3% dan
juga persen berat pasir kuarsa yang didapatkan adalah 33,63%. Hal ini disebabkan
karena secara fisik pasir besi memiliki ukuran butiran yang lebih kecil
dibandingkan dengan pasir kuarsa, oleh karena itu persen berat yang didapatkan
lebih besar pada pasir besi dibandingkan dengan pasir kuarsa. Dari hasil
visualisasi dengan mikroskop optic untuk pada kolom 1,5,9 didapatkan hasil
banyaknya butiran pada pasir besi adalah 166 butir dan banyaknya butiran pada
pasir kuarsa adalah 68 butir dan pada kolom 3 dan 7 didapatkan hasil banyaknya
20

butiran pada pasir besi adalah 44 butir dan banyaknya butiran pada pasir kuarsa
adalah 108 butir. Perbedaan pada fraksi ukuran -60 mesh ini pada kolom 1,5,9
sangat jelas terlihat bahwa pasir besi sangat mendominasi yang mana ukurannya
lebih kecil dibandingkan dengan pasir kuarsa, sedangkan pada kolom 3 dan 7
didapatkan jumlah butiran pasir kuarsa lebih mendominasi dari jumlah pasir besi
kemungkinan dikarenakan jumlah pasir kuarsa yang lebih banyak yang lolos dan
lebih kecil ukurannya.
Persen galat yang didapatkan pada percobaan kali ini adalah 51,86% pada
pasir besi, sedangkan galat pada pasir kuarsa sedikit lebih besar, sekitar 51,97%.
Kemungkinan besar galat ini muncul karena sebagian dari sampel tidak
ditempatkan dengan benar pada preparat mika, yang mengakibatkan data yang
dihasilkan kurang representatif. Sedikit besarnya galat pada pasir kuarsa
mengindikasikan variasi ukuran pada pasir kuarsa sangat bervariasi atau tidak
homogen.
Untuk mendapatkan data yang lebih akurat dan presisi, jumlah sampel
yang diuji sebaiknya cukup besar. Semakin tinggi tingkat presisi yang diinginkan,
semakin besar jumlah sampel yang diperlukan. Artinya, sampel yang lebih besar
cenderung memberikan perkiraan yang lebih mendekati nilai yang sebenarnya
(true value). tingkat presisi ini sangat penting karena nilai taksiran statistik akan
sama dengan nilai parameter yang sebenarnya.
Dalam hal ini, terdapat hubungan negatif antara jumlah sampel yang
diambil dan besarnya kesalahan (error). Namun, penelitian menggunakan sampel
yang besar seringkali tidak memungkinkan karena memerlukan usaha, waktu, dan
biaya yang lebih besar. Pada percobaan ini bisa dikatakan untuk menggunakan
coning and quartering bisa dimaksimalkan jika sampel yang digunakan bisa lebih
banyak lagi.
Ada beberapa faktor faktor kesalahan yaitu Jika material yang diuji
memiliki variasi signifikan dalam ukuran atau komposisi seperti pada pasir besi
dan pasir kuarsa, metode coning and quartering mungkin tidak cukup
representatif, terutama jika sampel awal tidak homogen. Ketika proses
memisahkan dan membagi sampel awal menjadi bagian-bagian yang lebih kecil,
21

kesalahan pemisahan dan pembagian dapat terjadi. Ini dapat menghasilkan


perbedaan signifikan antara bagian-bagian sampel.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan maka didapatkan kesimpulan
yang dapat diambil adalah sebagai berikut:
a. Proses mineral sampling dengan menggunakan metode coning and
quartering bisa dimaksimalkan jika sampel yang digunakan bisa lebih
banyak lagi.
b. Percobaan kali ini didapatkan nilai % galat dengan menggunakan
metode coning and quartering yaitu untuk pasir besi sebesar 51,86%
dan untuk pasir kuarsa sebesar 51,97%

5.2 Saran
Adapun saran yang didapatkan untuk diterapkan oleh laboratorium untuk
praktikum selanjutnya adalah sebagai berikut:
a. Peraktikum selanjutnya menggunakan metode mineral sampling yang
lainnya seperti grab sampling, atau shovel sampling agar bisa
membandingkan % galat diantara metode mineral sampling
b. Memvariasikan ukuran mesh yang beragam agar bisa lebih
mendapatkan % galat yang bisa dibandingkan secara kompleks
DAFTAR PUSTAKA

A. Balasubramanian, Overview of Mineral Processing Methods, 2015.

Ajie, M. W., Sukamto, U., & Sudaryanto. Petunjuk Praktikum Pengolahan Bahan
Galian.ِYogyakarta:ِUPNِ“Veteran”ِYogyakarta. 2006

Berry, L.G., Mason, B., and Dietrich, R.V.1983 Mineralogy, Concepts,


Descriptions, Determinations, San Francisco, W.F. Freeman, 561p. 1983

Gupta, Mineral Processing Design and Operations, Amsterdam, 2006.

Riki. L. Rancangan Alat Sluice Box Berdasarkan Kemiringan dan Ukuran Butir
Guna Memperoleh Nilai Recovery Optimal pada Hematit (Fe2O3) di
Pesisir Pantai Cibobos Kecamatan Bayah Kabupatan Lebak Provinsi
Banten. Universitas Islam Bandung. 2018.

Muhammad Zuhdi., Buku Ajar Pengantar Geologi. Indonesia: Penerbit Duta


pustaka Ilmu, 2019

Wills, Barry A., and James Finch. Wills' mineral processing technology: an
introduction to the practical aspects of ore treatment and mineral
recovery. Butterworth-Heinemann, 2015.

Wills, B.A. Mineral Processing Technology Eight Edition “An Introduction To


The Practical Aspects of Ore Treatment and Mineral Recovery”.Elsevier :
2016.
Wills, B.A. Tim Napier-Munn. Mineral Processing Technology: “An Introduction
to the Practical Aspects of Ore Treatment and Mineral Recovery”.
Elsevier Science & Technology Books: Australia. 2006.

Yusuf. R. 2019. Recovery Konsentrat Pasir Besi Menggunakan Alat Sluice Box.
Universitas Nusa Cendana
LAMPIRAN A
PERHITUNGAN PERCOBAAN
25

Lampiran A . Perhitungan Percobaan.


1. Perhitungan Jumlah Butir × Berat Jenis Pada Fraksi -40# +60#
a. Pasir Besi
a. Jumlah Butir × Berat Jenis = Total Butir × Betar Jenis
Jumlah Butir × Betar Jenis = 154 × 4 , 3
Jumlah Butir × Betar Jenis = 662 , 2G/Cm3
b. Pasir Kuarsa
a. Jumlah Butir × Berat Jenis = Total Butir × Betar Jenis
Jumlah Butir × Betar Jenis = 43 × 2 ,6
Jumlah Butir × Betar Jenis = 111 ,8 G/Cm3
2. Perhitungan Jumlah Butir × Berat Jenis Pada Fraksi -60#
a. Pasir Besi
a. Jumlah Butir × Berat Jenis = Total Butir × Betar Jenis
Jumlah Butir × Betar Jenis = 210 × 4 , 3
Jumlah Butir × Betar Jenis = 903 G/Cm3
b. Pasir Kuarsa
a. Jumlah Butir × Berat Jenis = Total Butir × Betar Jenis
Jumlah Butir × Betar Jenis = 176 ×2 , 6
Jumlah Butir × Betar Jenis = 457 ,6 G/Cm3
3. Perhitungan % Berat Pada Fraksi -40# +60#
a. Pasir Besi`
Jumlah Butir ×Berat Jenis
a. % Berat = ×100
Total Jumlah Butir×Berat Jenis
3
662,2 g /cm
% Berat = 3
×100
774 g /cm
% Berat = 85,5%
b. Pasir Kuarsa
Jumlah Butir ×Berat Jenis
a. % Berat = ×100
Total Jumlah Butir×Berat Jenis
3
111,8 g /cm
% Berat = 3
×100
774 g /cm
26

% Berat = 14,4%
4. Perhitungan % Berat Pada Fraksi -60#
a. Pasir Besi`
Jumlah Butir ×Berat Jenis
a. % Berat = ×100%
Total Jumlah Butir×Berat Jenis
3
903 g/cm
% Berat = 3
×100%
1360,6 g /cm
% Berat = 66,3%
b. Pasir Kuarsa
Jumlah Butir ×Berat Jenis
a. % Berat = ×100%
Total Jumlah Butir×Berat Jenis
3
457,6 g/cm
% Berat = 3
×100%
1360,6 g /cm
% Berat = 33,63%
5. Perhitungan Total % Berat
a. Pasir Besi`
a. Total % Berat = ¿+60#) + (% Berat Fraksi +60#)
Total % Berat = 85,5 + 66,3
Total % Berat = 151,8%
b. Pasir Kuarsa
b. Total % Berat = (% Berat Fraksi-40#+60#) + (% Berat Fraksi
+60#)
Total % Berat = 14,4 + 33,63
Total % Berat = 48,03%
6. Perhitungan % Galat
a. Pasir Besi`

a. % Galat = |100-Total
100
% Berat
|×100%
% Galat = | |×100%
100−151 , 8 %
100
%Galat = 51,86%
27

b. Pasir Kuarsa

a. % Galat = |100-Total
100
% Berat
|×100%
% Galat = | |×100%
100-48,03%
100
% Galat = 51,97%
LAMPIRAN B
JAWABAN PERTANYAAN DAN TUGAS KHUSUS
29

Lampiran B Jawaban Pertanyaan dan Tugas Khusus

B.1 Jawaban Pertanyaan


1. Sebutkan dan berikan contoh klasifikasi mineral!
Jawab:
a. Silikat contoh mineral silikat yaitu olivin, piroksen, amfibol,
mika biotit, mika muskovit, feldspar plagioklas, feldspar ortoklas
dan kuarsa.
b. Oksida Contoh mineral oksida yaitu hematit, limonit, magnetit
dan mangan.
c. Sulfida contohnya di antaranya galena dan pirit atau besi sulfida.
d. Oksi da contoh mineral oksida yang paling umum ialah hematit,
limonit, magnetit dan mangan.

2. Jelaskan menggunakan kalimat anda, mengapa metode mineral sampling


perlu dilakukan?
Jawab:
Metode mineral sampling diperlukan karena karena berfungsi
sebagai langkah kunci dalam memahami karakteristik mineral suatu
daerah atau endapan. untuk mendapatkan informasi yang sangat
diperlukan tentang jenis, kuantitas, distribusi, dan sifat fisik mineral
yang ada di suatu lokasi. Dengan mengambil sampel mineral, kita
dapat mengidentifikasi mineral-mineral yang ada, dan juga
mengukur kualitas dan potensi ekonomisnya, serta merencanakan
ekstraksi yang efisien.

3. Sebutkan dan jelaskan secara singkat macam-macam metode sampling


yang anda ketahui (minimal 3)?
Jawab:
a. Grab sampling, termasuk ke dalam metode hand sampling. Grab
Sampling merupakan pengambilan sampel pada material yang
30

homogen dan dilakukan dengan interval tertentu dengan


menggunakan sekop.
b. Shovel sampling, termasuk ke dalam metode hand sampling.
Shovel sampling merupakan pengambilan sampel dengan
menggunakan shovel, keuntungan cara ini lebih murah. Waktu
pengambilan cepat dan memerlukan tempat yang tidak begitu
luas.

c. stream sampling termasuk ke dalam metode hand sampling.


Dalam proses sampling dengan metode ini alat yang digunakan
adalah hand sampling cutter.

4. Jelaskan fungsi grid pada preparat!


jawab:
Fungsi utama grid adalah untuk mendukung atau membawa sampel
yang akan diamati. Dalam mikroskopi EM, grid digunakan untuk
menahan potongan tipis sampel yang sangat kecil, seringkali dalam
bentuk ultraseksi. Grid juga berperan penting dalam memfasilitasi
pemindaian dan navigasi melalui sampel saat menggunakan
mikroskop. Grid yang memiliki pola atau tanda khusus memudahkan
penelitian dengan membantu peneliti menemukan lokasi tertentu di
dalam sampel dengan cepat dan akurat.

5. Sebutkan dan jelaskan faktor-faktor yang memengaruhi pengambilan


sampel?
Jawab:
a. Sifat sampel
Sifat fisik dan kimia sampel juga memengaruhi pengambilan
sampel. Misalnya, sampel padat, cair, atau gas mungkin
memerlukan metode pengambilan yang berbeda
31

b. Metode pengambilan sampel


Metode yang digunakan, seperti pengambilan sampel acak,
stratifikasi, atau kluster, akan memengaruhi hasil sampel. Setiap
metode memiliki karakteristik dan kelebihan masing-masing,
yang harus sesuai dengan tujuan penelitian.

6. Sebutkan dan jelaskan bagian-bagian mikroskop optik beserta fungsinya!


Jawab:
a. Sumber Cahaya/kaca pembesar: Komponen ini berfungsi sebagai
sumber cahaya yang digunakan untuk mengarahkan cahaya ke
sampel yang sedang diamati.
b. Diafragma: Diafragma merupakan kontrol yang terletak di bawah
sampel dan digunakan untuk mengatur intensitas cahaya yang
melewati sampel dengan mengatur ukuran bukaan.
c. Objektif: Bagian ini terletak dekat dengan sampel dan berfungsi
untuk memperbesar gambar sampel. Terdapat berbagai objektif
dengan perbesaran yang berbeda yang dapat diganti sesuai
kebutuhan, seperti 4x, 10x, 40x, atau 100x.
d. Revolver: Revolver adalah komponen yang membawa objektif
dan memungkinkan untuk dengan mudah mengganti objektif
serta memilih perbesaran yang sesuai dengan tujuan pengamatan.
e. Bingkai Kondensor: Kondensor adalah lensa yang terletak di
bawah objektif dan bertujuan untuk mengumpulkan dan
memusatkan cahaya ke sampel. Ini membantu meningkatkan
kontras dan ketajaman gambar dengan mengarahkan cahaya ke
titik fokus pada sampel.
f. Meja Sampel: Meja sampel adalah area di mana objek yang akan
diamati ditempatkan. Biasanya, meja sampel dilengkapi dengan
klem atau klip untuk menjaga sampel tetap dalam posisi yang
tepat.
32

g. Pemindai Fase atau Pemindai Kondensor: Bagian ini adalah


tambahan opsional pada beberapa mikroskop optik yang
memungkinkan pengamatan detail yang lebih halus pada sampel,
terutama yang melibatkan objek seperti sel hidup. Pemindai fase
memanfaatkan perubahan fase cahaya yang melewati berbagai
bagian sampel untuk meningkatkan kontras.
h. Okuler: Okuler adalah lensa yang dilihat dengan mata saat
mengamati melalui mikroskop. Biasanya memiliki perbesaran
10x, dan dapat melihat gambar yang diperbesar melalui lensa
okuler.
i. Fokus: Kontrol fokus digunakan untuk mengatur jarak antara
objektif dan sampel sehingga dapat memperoleh gambar yang
tajam dan fokus. Ada dua jenis kontrol fokus, yakni makrofokus
dan mikrofokus.
j. Tutup Pelindung: Tutup pelindung digunakan untuk melindungi
mikroskop dari debu dan potensi kerusakan saat tidak digunakan.

B.2 Tugas Khusus


1. Jelaskan tujuan utama dari sampling dan mineral sampling?
Jawab:
Tujuan utama dari sampling adalah untuk mewakili atau
merepresentasikan populasi atau sumber data tertentu dengan benar
dan secara akurat.
Tujuan dari mineral sampling adalah untuk mengidentifikasi
Mineral yang ada di suatu lokasi. Ini penting dalam menentukan
potensi ekonomis dan kualitas mineral yang dieksplorasi.

2. Sebutkan jenis jenis mineral berdasarkan sakla kekuatan mohs?


Jawab:
a. Talc
b. Gypsum
33

c. Calcite
d. Fluorite
e. Apatite
f. Orthoclase Feldspar
g. Quartz
h. Topaz
i. Corundum
j. Diamond
LAMPIRAN C
GAMBAR ALAT DAN BAHAN
35

Lampiran C. Gambar Alat dan Bahan

Gambar C. 1 Mikroskop Optik Gambar C. 2 Neraca Digital

Gambar C. 3 Preparat Mika Gambar C. 4 Penggaris

Gambar C. 5 Pasir Kuarsa Gambar C. 6 Pasir Kuarsa

Gambar C. 7 Siever Gambar C. 8 Wadah Penampung


LAMPIRAN D
BLANGKO PERCOBAAN

Anda mungkin juga menyukai