PETROLOGI
Disusun Oleh :
Tim Dosen Pengampu Petrologi
NAMA : …………………………………….
NPM : …………………………………….
.................Nama................. (................NPM..............)
.................Nama................. (................NPM..............)
….
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat
rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan revisi Panduan Praktikum Petrologi ini.
Penyusunan Panduan Praktikum Petrologi ini dimaksudkan agar dipergunakan
sebagai penuntun bagi para praktikan dan diharapkan praktikan mampu mengelompokan,
mendeskripsikan dan menamai batuan baik berupa sekepal batuan maupun suatu singkapan.
Adapun tujuan utama adalah supaya praktikan dapat memahami batuan yang ada dibumi.
Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah membantu kami selama proses penyelesaian Buku Panduan Praktikum Petrologi ini.
Dan tidak lupa kami mengharapka para pembaca untuk membantu kami dalam mengoreksi
buku ini, sehingga pada masa yang akan datang dapat tercapai kesempurnaan dalam
penyusunan Buku Panduan Praktikum Petrologi ini.
Penyusun
iii
TATA TERBIB PRAKTIKUM PETROLOGI
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI
FTMK – ITATS
1. Praktikan harus sudah datang 5 menit sebelum praktikum dimulai dengan toleransi
keterlambatan 15 menit.
2. Apabila terlambat lebih dari 15 menit maka praktikan tidak diperkenankan mengikuti
praktikum pada acara tersebut dan nilai tugas praktikum 0 (kosong).
3. Praktikan harus mengikuti tes awal (kuis).
4. Praktikan harus mengikuti semua acara praktikum.
5. Praktikan yang tidak mengikuti kegiatan praktikum 2 kali berturut-turut tanpa alasan
yang jelas dan tidak dapat dipertanggungjawabkan dianggap gugur.
6. Apabila ada tugas dari Institut dan disertai dengan Surat Tugas dari Rektor praktikan
dapat minta praktikum susulan atau tugas pengganti praktikum.
7. Praktikan yang tidak mengumpulkan tugas laporannya, maka nilainya 0 (kosong)
pada tugas tersebut.
8. Kerusakan alat-alat yang digunakan menjadi tanggung jawab praktikan.
9. Praktikan tidak diperkenankan memakai sandal, kaos oblong dan celana sobek/celana
pendek selama mengikuti praktikum.
10. Selama kegiatan praktikum, praktikan dilarang merokok, makan, minum dan kegiatan
lain yang menggangu jalannya praktikum.
11. Setelah selesai praktikum praktikan mengembalikan alat-alat ke tempatnya dan
merapikan meja kursi.
iv
DAFTAR ISI
v
BAB IV BATUAN METAMORF
IV.1. Tipe – Tipe Metamorfosa ...................................................... 37
IV.2. Pemeriaan Batuan Metamorf................................................. 38
IV.3. Komposisi Mineral ............................................................... 41
IV.4. Penamaan Batuan Metamorf ................................................. 42
vi
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL
GAMBAR
Gambar 1.1 Jenis-jenis intrusi ................................................................... 2
Gambar 1.2 Skema differensiasi magma (Atlas of Volcanic USGS) ........... 4
Gambar 1.3 Skema yang menunjukan Seri Reaksi Bowen ......................... 5
Gambar 2.1. Mekanisme pengendapan material Piroklastik
(Cas & Wright, 1988) ................................................................ 20
Gambar 3.1 Derajad Sortasi ...................................................................... 26
Gambar 3.2 Derajad Kebundaran Butiran .................................................. 27
Gambar 3.3 Bentuk – bentuk lapisan sedimen ........................................... 29
TABEL
Tabel 1.1 Pengenalan Mineral dan Sifatnya ............................................... 13
Tabel 1.2 Dasar Penamaan Batuan Beku ................................................... 14
Tabel 1.3 Pembagian Batuan Beku dari berbagai aspek ............................. 15
Tabel 1.4 Determinasi batuan beku (Russel B. Travis) ............................... 17
Tabel 2.1 Kesetaraan Penamaan batuan piroklastik, vulkanik epiklastik
dan sedimen .............................................................................. 20
Tabel 2.2 Matrik nama endapan dan batuan piroklastik berdasarkan
ukuran butirnya ......................................................................... 21
Tabel 3.1 Ukuran butir pada batuan sedimen (Wentworth, 1922) .............. 25
Tabel 3.2 Pembagian lapisan berrdasarkan ketebalannya
(Mc. Kee & Weir, 1953) ............................................................ 30
Tabel 3.4 Ukuran butir sedimen karbonat klastik ....................................... 32
Tabel 3.5 Nama-nama Batuan Karbonat .................................................... 33
Tabel 3.6 Klasifikasi batu pasir (Pettijohn, 1973) ...................................... 34
Tabel 4.1.Pemerian Nama Batuan Metamorf ............................................. 44
v
Modul Praktikum Petrologi 2020
BAB I
BATUAN BEKU
Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari pembekuan larutan silikat cair liat,
pijar, bersifat mudah bergerak yang kita kenal dengan nama magma, pembentukan batuan
beku dapat terjadi di atas permukaan bumi maupun di bawah permukaan bumi. Ciri khas atas
batuan beku adalah secara kristalin dan membentuk hubungan kristal – kristal yang saling
erat mengunci (interlocking).
Penggolongan batuan beku dapat dikelompokan menjadi 3 (tiga) yaitu :
a) Berdasarkan genetik batuan
Sifat genetik batuan beku yakni merujuk kepada genesa atau tempat terbentuknya batuan
beku yakni : Batuan beku ekstrusi dan batuan beku Intrusi.
b) Berdasarkan senyawa kimia terkandung
Senyawa kimia membentuk mineral – mineral penyusun batuan beku seperti SiO2, Fe2O3,
k AlSi3O8, Na2O, dan sebagainya. Dari susunan kimia tersebut mencerminkan jenis
batuan beku dan lingkungan pembentukan dari batuan beku
c) Berdasarkan susunan mineraloginya
Hubungan susunan mineralogi sangat mempengaruhi jenis penggolongan batuan beku
(Mineral Felsik dan Mineral Mafik) seperti contoh Plagioklas, Feldspar, muskovit, olivin,
dan lain sebagainya.
Berdasarkan genetaik batuan batuan beku dapat dibagi menjadi :
Batuan Beku Ekstrusi
Batuan beku sebagai hasil pembekuan magma yang keluar di atas permukaan bumi
secara langsung dari lubang kepundan gunungapi atau melalui rekahan baik di darat maupun
di bawah muka air laut secara lelehan aliran ataupun ledakan. Pada saat mengalir di
permukaan masa tersebut membeku relative cepat dengan melepaskan kandungan gasnya,
oleh karena itu sering memperlihatkan struktur aliran dan banyak lubang gasnya (vesikuler).
Magma yang keluar di permukaan atau lava setidaknya ada dua jenis : Lava Aa dan Lava
Pahoehoe. Lava Aa terbentuk dari masa yang kental, memiliki tekstur permukaan yang kasar
dan jauh dengan sumbernya, sedangkan lava Pahoehoe terbentuk oleh masa yang encer,
dengan tekstur permukaan porfiritik halus tersusun oleh lapisan gelas tipis obsidian, dan
dekat dengan sumbernya (Sri Mulyaningsih, 2013).
b. Senyawa volatile yang banyak pengaruhnya terhadap magma, terdiri dari fraksi-fraksi
gas CH4, CO2, HCl, H2S, SO2 dsb.
c. Unsur-unsur lain yang disebut unsure jejak (trace element) dan merupakan minor
element seperti Rb, Ba, Sr, Ni, Li, Cr, S dan Pb.
(Dally 1933, Winkler 1957, Vide W.T. Huang 1962) berpendapat lain yaitu magma
asli (primer) adalah bersifat basa yang selanjutnya akan mengalami proses differensiasi
menjadi magma yang bersifat lain.
(Bunsen 1951, W. T. Huang 1962) mempunyai pendapat bahwa ada dua jenis magma
primer, yaitu basaltis dan granitis dan batuan beku merupakan hasil campuran dari dua
magma ini yang kemudian mempunyai komposisi lain.
Liquid Immisibillity adalah larutan magma yang mempunyai suhu rendah akan pecah
menjadi larutan yang masing-masing akan membeku membentuk bahan yang
heterogen.
Crystal Flotation adalah pengembangan kristal ringan dari Sodium (Na) dan
Potassium (K) yang akan memperkaya magma pada bagian atas dari waduk magma.
Vesiculation adalah proses dimana magma yang mengandung komponen seperti CO2,
SO2, S2, Cl2, dan H2O sewaktu naik kepermukaan membentuk gelembung-
gelembung gas dan membawa serta komponen volaltile Sodium (Na) dan Potasium
(K).
Diffusion adalah bercampurnya batuan dinding dengan magma di dalam waduk
magma secara lateral.
Ultrabasa
± 14000C Olivin
Anortit (Ca-Al Siliikat)
Basa
Pyroxene Bitownit (Ca-Na-Al Siliikat)
Kuarsa(SiO2)
Mineral sebelah kanan diwakili oleh mineral kelompok Plagioklas, karena mineral ini
paling banyak terdapat dan tersebar luas. Anortite adalah mineral yang pertama kali terbentuk
pada suhu yang tinggi dan banyak terdapat pada batuan beku basa seperti Gabro atau Basalt.
Andesin terbentuk pada suhu menengah dan terdapat batuan beku Diorit atau Andesit.
Sedangkan mineral yang terbentuk pada suhu rendah adalah Albit, mineral ini banyak
tersebar pada batuan asam seperti Granit atau Riolit.
Reaksi berubahnya komposisi Plagioklas ini merupakan deret : “Solid Solution” yang
merupakan reaksi menerus, artinya kristalisasi Ca-Plagioklas – Na-Plagioklas, jika reaksi
setimbang akan berjalan menerus. Dalam hal ini Anortite adalah jenis Plagioklas yang kaya
Ca, sering disebut juga “Calcic Plagioklas”, sedangkan Albit adalah Plagioklas kaya Na
“Sodic Plagioklas / Alkali Plagioklas”.
Mineral sebelah kanan dan sebelah kiri bertemu pada mineral Potasium Feldspar ke
mineral Muskovit dan yang terakhir mineral Kuarsa, maka mineral kuarsa merupakan mineral
yang paling stabil diantara seluruh mineral Felsik atau mineral Mafik, dan sebaliknya mineral
yang terbentuk pertama kali adalah mineral yang sangat tidak stabil dan mudah sekali terubah
menjadi mineral lain.
Garis putus-putus merupakan batasan golongan batuan yang ditandai dengan
komposisi mineral yang dominan dalam pembatasannya, misalnya Kuarsa, Muskovit, Biotit,
Kalium Feldspar tergolong ke dalam Batuan Asam. Selanjutnya amati apakah batuan tersebut
Plutonik atau Vulkanik, lalu perhatikan antara perbandingan Plagioklas dengan Kalium
Feldspar.
gas, kekentalan magma dan tekanan. Sehingga tekstur merupakan fungsi dari sejarah
pembentukan batuan beku.
Sehingga dalam hal ini tekstur tersebut menunjukan Derajad kristalisasi (dergree of
crystalllinity), ukuran butir (grain size), granularitas dan kemas (fabric), Williams, 1982;
Huang, 1962.
a. Derajat Kristalisasi
Derajat kristalisasi merupakan keadaan proporsi antara masa kristal dan masa
gelas dalam batuan, ada tiga derajat kristalisasi, yaitu :
Holokristalin : apabila batuan tersusun seluruhnya oleh masa kristal
Hipokristalin : apabila batuan tersusun oleh masa kristal dan gelas
Holohylalin : apabila batuan seluruhnya tersusun oleh masa gelas
b. Granularitas
Granularitas merupakan ukuran butir kristal dalam batuan beku, dapat sangat
halus yang tidak dapat dikenal meskipun menggunakan mikriskop, tetapi dapat pula
sangat kasar, umumnya dikenal dua kelompok ukuran butir :
Afanitik
Apabila ukuran butir individu kristal sangat halus, sehingga tidak dapat dibedakan
dengan mata telanjang.
Fanerik
Kristal individu yang termasuk kristal fanerik dapat dibedakan menjadi ukuran-
ukuran :
Halus, ukuran diameter rata-rata kristal individu < 1 mm
Sedang, ukuran diameter kristal 1 mm – 5 mm
Kasar, ukuran diameter kristal 5 mm – 30 mm
Sangat kasar, ukuran diameter kristal > 30 mm
c. Kemas
Kemas meliputi bentuk butir dan susunan hubungan kristal dalam suatu batuan.
Bentuk kristal
Ditinjau dari pandangan dua dimensi, dikenal tiga macam :
Euhedral, apabila bentuk kristal dan butiran mineral mempunyai bidang
kristal yang sempurna
Subhedral, apabila bentuk kristal dari butiran mineral dibatasi oleh sebagian
bidang kristal yang sempurna.
Anhedral, apabila bentuk kristal dari butiran mineral dibatasi oleh sebagian
bidang kristal yang tidak sempurna.
Secara tiga dimensi dikenal :
Equidimensional, apabila bentuk kristal ketiga dimensinya sama panjang
Tabular, apabila bentuk kristal dua dimensi lebih panjang dari satu dimensi
lain.
Irregular, apabila bentuk kristal tidak teratur.
Relasi
Merupakan hubungan antara kristal satu dengan yang lain dalam suatu batuan dari
ukuran dikenal :
Granularitas (Equigranular), apabila mineral mempunyai ukuran butir yang
relative seragam, terdiri dari :
- Panidiomorfik granular, yaitu sebagain besar mineral berukuran seragam
dan euhedral. Bentuk butir euhedral merupakan penciri mineral-mineral
yang terbentuk paling awal, hal ini dimungkinkan mengingat ruangan yang
tersedia masih sangat luas sehingga mineral-mineral tersebut sampai
membentuk kristal secara sempurna.
- Hipidiomorfik granular, yaitu sebagian besar mineralnya berukuran
relative seragam dan subhedral. Bentuk butiran penyusunnya subhedral
atau kurang sempurna yang merupakan penciri bahwa pada saat mineral
terbentuk, maka rongga atau ruangan yang tersedia sudah tidak memadai
untuk dapat membentuk kristal secara sempurna.
- Allotiomorfik granular, yaitu sebagian besar mineralnya yang berukuran
relative seragam dan anhedral. Bentuk anhedral atau tidak beraturan sama
sekali merupakan tanda bahwa pada saat mineral-mineral penyusun ini
terbentuk hanya dapat mengisi rongga yang tersedia saja. Sehingga dapat
ditafsirkan bahwa mineral-mineral anhedral tersebut terbentuk paling akhir
dari rangkaian proses pembentukan batuan beku.
Inequigranular, apabila mineralnya mempunyai ukuran butir tidak sama,
antara lain terdiri dari :
- Porfiritik, adalah tekstur batuan beku dimana kristal besar (fenokris)
tertanam dalam masa dasar kristal yang lebih halus.
Intermediet
KF > 2/3 Plagioklas KF > 2/3 < Plagioklas KF < 1/3 Plagioklas
Vulkanik Trachyt Trachyandesit Andesit
Plutonik Syenit Monzonit Diorit
Berdasarkan Teksturnya
Basa
Vulkanik Basalt
Plutonik Gabro
Ultarbasa
Plutonik Peridotite dan Dunite
VARIABEL
ULTRABASA BASA INTERMEDIET ASAM
DASAR
SiO2 < 45% 45 – 52% 52 – 66% >66%
Warna Gelap Gelap Abu-abu Terang
Ultra mafik > Mafik (40 – Mafelsik (10 –
Indeks warna Felsik ± 10%
70% 70%) 40%)
Melanokratik
Hipermelanik Mesokromatik Leukokratik (30%
Mineralogi (60-90%
(90% mafik) (30% mafik) mafik)
mafik)
Magma/lava - Encer Kental
Holo -
- Hipokristalin Holohyalin
hipokristalin
Vesikuler-
skoria Vesikuler (kand. Vesikuler (kand.
-
Kecenderungan (kand. gas gas sedang) gas rendah)
V tekstur tinggi)
U Tak ada- Gelas umum-
- Gelas umum
L sedikit gelas banyak
K Afirik- Porfiritik;
- Porfiritik
A porfiritik vitroverik
N Olivine,
I piroksen, Piroksen, Biotit,<hornblende,
K Fenokris - plagioklas hornblende, kuarsa, plagioklas,
basa, biotit, plagioklas fledspar alkali
feldspatoid
BASALT /
ANDESIT /
BASANIT /
Nama - TRAKIANDESIT DASIT / RIOLIT
TEPRIT /
/ TRAKIT
SPILIT
Hornblende, Biotit, kuarsa,
Olivine,
P Olivine, piroksen, piroksen <<, feldspar alkali,
Komposisi piroksen,
L plagioklas, spinel, plagioklas, biotit, hornblende <<,
mineral plagioklas
U hornblende feldspar, alkali plagioklas,
basa
T kuarsa << muskovit
O Tekstur Holokristalin
N DUNIT,
GABRO, DIORIT, GRANIT,
I PERIDOTIT,
Nama DIABAS / MONZONIT, ADAMELIT,
K HORNBLENDIT,
DOLERIT SYENIT GRANODIORIT
SERPENTINIT
Warna :
Hitam bintik-bintik putih / hijau gelap dll (warna yang mewakili)
Struktur :
Massif/vesikuler/amygdaloidal/kekar akibat pendinginan dll
Tekstur
Granularitas/Besar butir
Fanerik Afanitik
Derajad kristalisasi
Komposisi mineral :
Kuarsa (%), cirri-cirinya, dll
Nama Batuan :
Granitoid / Syenitoid / Dioritoid,dll (gunakan diagram dari IUSGS)
Peridotit,
Fanerik &
Norit,
Lopolit,
Batolit,
Stocks,
Diabas
Monsonit Traktolit, Ijolit,
sill
Granit Syenit Syenit Nefelin Kuarsa ( Monsonit Grano Diorit Kuarsa Diorit Teralit Dunit, Pikrit,
Nefelin Anortit, Messorite
Adamelit) (Tonalit) Piroksenit,
Gabro
Serpentinit
Kuarsa
Fanerik &
Retas, sil,
Porfiritik
Lakolit,
Lakolit,
aliran
Retas, sil,
Nefelit Lesitit,
aliran
Riolit Trakit Fonolit Latit Nefelin Dasit Andesit Basalt Tefrit Limburgit Melilitit Olivin,
(Delenit) Andesit)
Nefelinit
permukaan,
Tepi Retas
Vitrofirik
(Glassy)
dan Sill
aliran
Warna : Cokelat
Struktur : Masif
Kemas :
Surabaya, .............................................
B. Kristal : Euhedral
Asisten Laboratorium Asisten Laboratorium
Relasi : Panidiomofik Granular Petrologi Petrologi
Komposisi : Orthoklas 40% Acc
(praktikan)
Kuarsa 35%
Hornblende 6%
Genesa : Batuan beku granit pada sampel Ign-01 terbentuk pada zona Plutonik ...... dengan proses terbentuknya.... dst.
BAB II
BATUAN PIROKLASTIK
Batuan piroklastik adalah batuan vulkanik yang bertekstur klastik yakni hasil akibat
oleh serangkaian proses yang berkaitan dengan letusan guunung api. Material penyusun
tersebut terendapkan dan terbatukan / terkonsolidasikan sebelum mengalami transportasi
(reworked) oleh air atau es (Williams, 1982). Pada kenyataannya batuan hasil kegiatan
letusan gunung api dapat berupa aliran lava yang sebagaimana diklasifikasikan dalam batuan
beku, serta dapat pula berupa ledakan (eksplosif) dari material yang bersifat fragmental dari
semua bentuk padat, cair ataupun gas yang terdapat dalam perut gunung.
Gambar 2.1. Mekanisme pengendapan material Piroklastik (Cas & Wright, 1988)
Tabel 2.1 Kesetaraan Penamaan batuan piroklastik, vulkanik epiklastik dan sedimen
Batuan sedimen
Batuan sedimen
Ukuran butir (mm) Batuan Piroklastik bercampur dengan
vulkanik epiklastik
piroklastik
Aglomerat atau Breksi Vulkanik atau
Breksi Tufan atau
Breksi Piroklastik Konglomerat
64 Konglomerat Tufan
Batu Lapili Vulkanik
2
Batu Pasir Vulkanik Batu Pasir Tufan
0,06
Batu Lanau Vulkanik Batu Lanau Tufan
0,004 Tuff
Batu Lempung
Batu Lempung Tufan
Vulkanik
a. Ukuran Butir
Ukuran butiran pada piroklastika tersebut merupakan salah satu criteria untuk
menamai batuan piroklastik tanpa mempertimbangkan cara terjadi endapan piroklastik
tersebut.
Tabel 2.2 Matrik nama endapan dan batuan piroklastik berdasarkan ukuran butirnya
Nama endapan Piroklastik
Ukuran butir
Bentuk butir Nama klastika Belum
(mm) Terbatukan
terbatukan
Membulat Bom Tepra bom Aglomerat
64
Runcing Blok Tepra blok Breksi piroklastik
2 2 – 64 Lapillus Tepra lapilli Batulapili
0,04 – 2 Kasar Debu kasar Tuff kasar
0,04 Debu
< 0,04 Halus Debu halus Tuff halus
Ada tiga cara kejadian endapan piroklastik, pengendapan yang dikarenakan gaya
beratnya dikenal dengan piroklastik jatuhan. Jenis piroklastik ini umum terjadi di setiap
gunung api. Struktur dan teksturnya menyerupai batuan endapan. Dua kelompok piroklastik
yang lain adalah piroklastik yang lain adalah piroklastik aliran dan piroklastik hembusan.
b. Derajad Pembundaran (Roundness)
Kebundaran adalah nilai membulat atau meruncingnya bagian tepi butiran pada
batuan Sedimen Klastik Sedang sampai Kasar.
Kebundaran dibagi menjadi :
Membulat Sempurna (Well Rounded), hamper semua permukaan cembung
(equidimensional)
Membundar (Rounded), umumnya memiliki permukaan bundar, ujung-ujung dan tepi
butiran cekung.
Agak Membundar (Subrounded), permukaan umumnya datar dengan ujung-ujung
yang membundar.
Agak menyudut (Sub Angular), permukaan datar dengan ujung-ujung yang tajam.
Menyudut (Angular), permukaan kasar dengan ujung-ujung butir runcing dan tajam.
c. Derajad Pemilahan (Sorting)
Pemilahan adalah keseragaman ukuran besar butir penyususn batuan endapan /
sedimen, dalam pemilahan dipergunakan pengelompokan sebagai berikut :
Terpilah baik (well sorted), kenampakan ini diperlihatkan oleh ukuran besar butir
yang seragam pada semua komponen batuan sedimen.
Terpilah buruk (poorly sorted) merupakan kenampakan pada batuan sedimen yan
memiliki besar butir yang beragam dimulai dari lempung hingga kerikil atau bahkan
bongkah.
Selain dua pengelompokan tersebut ada kalanya seorang peneliti menggunakan
pemilahan sedang untuk mewakili kenampakan yang agak seragam
BAB III
BATUAN SEDIMEN
Pengertian umum mengenai batuan endapan / sedimen adalah batuan yang terbentuk
akibat litifikasi bahan rombakan batuan asal atau hasil reaksi kimia maupun hasil kegiatan
organism. Dimuka bumi ini dibandingkan dengan batuan beku, batuan endapan sangatlah
sedikit, ± 5 % volume walupun demikian penyebaraannya di muka bumi menempati lebih
dari 65 % luasan, oleh karena itu batuan endapan merupakan lapisan tipis di kulit bumi.
Kenampakan yang paling menonjol dari jenis batuan sedimen adalah perlapisan,
struktur internal dan eksternal lapisan, bahan rombakan yang tidak kristalin, mengandung
fosil dan masih banyak lagi. Pada sedimen yang kristalin, umumnya monomineralik dan
tergolong ke dalam batuan Sedimen Non Klastik seperti Rijang, Kalsit, Gypsum dll.
2. Pemilahan (Sorting)
Pemilahan adalah keseragaman ukuran besar butir penyususn batuan endapan /
sedimen. Dalam pemilahan dipergunakan pengelompokan sebagai berikut :
Terpilah baik (Well sorted), kenampakan ini diperlihatkan oleh ukuran besar butir
yang seragam pada semua komponen batuan sedimen
Terpilah buruk (poorly sorted), merupakan kenampakan pada batuan sedimen yang
memilki besar butir yang beragam dimulai dari lempung hingga kerikil atau bahkan
bongkah.
b. Struktur
Struktur sedimen merupakan suatu kelainan dari perlapisan normal dari batuan
sedimen yang diakibatkan oleh proses pengendapan dan keadaan energy pembentuknya.
Studi struktur paling baik dilakukan di lapangan (Pettijohn, 1975).
Berdasarkan asalnya, struktur sedimen yang terbentuk dapat dibagi menjadi tiga
macam yaitu :
1. Struktur Sedimen Primer
Terbentuk karena proses sedimentasi, dapat merefleksikan meknisme
pengendapannya. Struktur sedimen primer antara lain : perlapisan, gelembur gelombang,
perlapisan silang siur, konvolut, perlapisan bersusun dan lain-lain.
2. Struktur Sedimen Sekunder
Terbentuk setelah proses sediemntasi, sebelum atau setelah diagenesa. Menunjukan
keadaan lingkungan pengendapannya. Contoh struktur sedimen sekunder antar lain : cetak
beban, cetak suling dll
3. Struktur Organik
Struktur yang terbentuk oleh kegiatan organisme seperti molusca, cacing atau
binatang lainnya. Struktur organik antara lain : kerangka, laminasi pertumbuhan dan lain-lain.
Struktur batuan sedimen yang penting adalah perlapisan. Struktur ini umum terdapat
pada batuan Sedimen Klastik yang terbentuknya disebabkan beberapa faktor antara lain :
Faktor-faktor yang mempengaruhi kenampakan adanya struktur perlapisan adalah :
Adanya perbedaan warna mineral
Adanya perbedaan ukuran besar butir
Adanya perbedaan komposisi mineral
Adanya perubahan macam batuan
Adanya perubahan struktur sedimen
Adanya perubahan kekompakan
Rekah kerut, rekahan pada permukaan bidang perlapisan sebagai akibat proses
penguapan
Cetak suling, cetakan sebagai akibat pengerusan media terhadap batuan dasar
Cetak beban, cetakan akibat pembebanan pada sedimen yang masih plastis
Bekas jejak organisme, bekas rayapan, rangka, apaun tempat berhenti binatang
Tabel 3.2 Pembagian lapisan berrdasarkan ketebalannya (Mc. Kee & Weir, 1953)
Ketebalan (cm) Penamaan lapisan sedimen
>120 Lapisan sangat tebal
60 – 120 Lapisan tebal
5 – 60 Lapisan tipis
1–5 Lapisan sangat tipis
0,2 – 1 Laminasi
< 0,2 Laminasi tipis
c. Komposisi Mineral
Komposisi mineral dari batuan sedimen klastik dapat dibedakan menjadi :
1. Fragmen
Fragmen adalah bagian butiran yang berukuran lebih besar, dapat berupa pecahan-pecahan
batuan, mineral, cangkang fosil dan zat organic.
2. Matrik (masa dasar)
Matrik adalah butiran yang berukuran lebih kecil dari fragmen dan terletak diantaranya
sebagai masa dasar. Matrik dapat berupa pecahan batuan, mineral atau fosil.
3. Semen
Semen adalah material pengisi rongga serta pengikat antar butir sedimen, dapat
berbentuk Amorf atau Kristalin.
Bahan – bahan semen yang lazim adalah :
Semen karbonat (kalsit dan dolomit)
Semen silika (kalsedon, kuarsit)
Semen oksida besi (limonit, hematit dan siderite)
Pada sedimen berbutir halus (lempung dan lanau) semen umumnya tidak hadir karena
tidak adanya rongga antar butiran.
2. Amorf
Terdiri dari mineral yang tidak membentuk kristal-kristal atau amorf
b. Struktur
Struktur batuan sedimen Non Klastik terbentuk oleh reaksi kimia maupun aktifitas
organisme.
Macam-macamnya :
1. Fossiliferous, struktur yang menunjukan adanya fosil
2. Oolitik, struktur dimana fragmen klastik diselubungi oleh mineral non klastik, bersifat
konsentris dengan diameter kurang dari 2 mm
3. Pisolitik, sama dengan oolitik tetapi ukuran diameternya lebih dari 2 mm
4. Konkresi, sama dengan oolitik namun tidak konsentris
5. Cone in cone, struktur pada batu gamping kristalin berupa pertumbuhan kerucut per
kerucut.
6. Biohernm, tersusun oleh organisme murni insitu
7. Biostorm, seperti bioherm namun bersifat klastik
8. Septaria, sejenis konkresi tapi memiliki komposisi lempungan. Cirri khasnya adalah
adanya rekahan-rekahan tak teratur akibat penyusutan bahan lempungan tersebut
karena proses dehidrasi yang semua celah-celahnya terisi oleh mineral karbonat.
9. Goode, banyak dijumpai pada batu gamping, berupa rongga-rongga yang terisi oleh
kristal-kristal yang tumbuh ke arah pusat rongga tersebut. Kristal dapat berupa kalsit
maupun kuarsa.
10. Styolit, kenampakan bergerigi pada batugamping sebagai hasil pelarutan
c. Komposisi Mineral
Monomineralik Karbonat
b. Struktur
Pemerian sama dengan batuan sedimen klastik
c. Komposisi
Terdapat pemerian fragmen, matrik dan semen hanya terdapat perbedaan istilah (Folk,
1954), meliputi :
1. Allochem, sama seperti fragmen pada batuan sedimen klastik
Macam-macam Allochem :
Kerangka organisme (skeletal), berupa cangkang binatang atau kerangka hasil
pertumbuhan
Interclass, merupakan butiran-butiran dari hasil abrasi bati gamping yang telah
ada
Pisolit, merupakan butiran-butiran oolit berukuran lebih dari 2 mm
Pellet, fragmen menyerupai oolit tetapi tidak menunjukan struktur konsentris.
2. Mikrit, merupakan agregat halus berukuran 1 – 4 mikron, berupa kristal-kristal
karbonat terbentuk secara bikomia atau kimia langsung dari presipitasi dari air laut
dan mengisi rongga antar butir.
3. Sparit
Merupakan semen yang mengisi ruang antar butir dan rekahan, berukuran halus (0,02
– 0,1 mm), dapat terbentuk langsung dari sedimentasi secara insitu atau rekrsitalisasi
dari mikrit.
CONTOH DESKRIPSI
BATUAN SEDIMEN KLASTIK
Nomor sampel : 01
Jenis Batuan : Batuan Sedimen Klastik
Warna : Cokelat
Struktur : Laminasi
Tekstur : Ukuran butir : Pasir halus (0,125 – 0,25 mm)
Derajad pembundaran : Rounded
Derajad pemilahan : Baik
Kemas : Tertutup
Komposisi : Fragmen : Kuarsa
Matrik : Hornblende
Semen : Silika
Nama Batuan : Batu pasir Silikaan
CONTOH DESKRIPSI
BATUAN SEDIMEN NON KLASTIK
Nomor Sampel : 02
Jenis Batuan : Batuan Sedimen Non Klastik
Warna : Cokelat
Struktur : Masif
Tekstur : Amorf
Komposisi : Monomineralik Silika
Nama Batuan : Rijang
CONTOH DESKRIPSI
BATUAN SEDIMEN KARBONAT KLASTIK
Nomor Sampel : 03
Jenis Batuan : Batuan Sedimen Karbonat Klastik
Warna : Cokelat
Struktur : Masif
Tekstur : Ukuran butir : Arenit (0,062 – 1 mm)
Derajad pembundaran : Rounded
Derajad pemilahan : Baik
Kemas : Tertutup
Komposisi : Allochem : Interclast
Mikrit : Kalsit
Sparit : Karbonat
Nama Batuan : Kalkarenit
CONTOH DESKRIPSI
BATUAN SEDIMEN KARBONAT NON KLASTIK
Nomor Sampel : 04
Jenis Batuan : Batuan Sedimen Karbonat Non Klastik
Warna : Cokelat
Struktur : Fossiliferous
Tekstur : Amorf
Komposisi : Monomineralik Karbonat
Nama Batuan : Batu gamping Berfosil
BAB IV
BATUAN METAMORF
Metamorfosa regional terjadi pada daerah luas akibat orogenesis. Pada proses ini
pengaruh suhu dan tekanan berjalan bersama-sama. Tekanan yang terjadi di daerah tersebut
berkisar antara 2000 – 13.000 bars (1 bars = 106 dyne/cm2) dan temperatur berkisar antara
200 – 8000 C.
Metamorfosa Beban
Metamorfosa regional yang terjadi jika batuan terbebani oleh sedimen yang tebal di
atasnya. Tekanan mempunyai peranan yang penting dari pada suhu. Metamorfosa ini
umumnya tidak disertai oleh deformasi ataupun perlipatan sebagaimana pada metamorfosa
dinamothermal. Metamorfosa regional beban, tidak berkaitan dengan kegiatan orogenesa
ataupun intrusi magma. Temperatur pada metamorfosa beban lebih rendah dari pada
metamorfosa dinamothermal, berkisar antara 400 – 4500 C. gerak-gerak penetrasi yang
menghasilkan skistositas hanya aktif secera setempat, jika tidak biasanya tidak hadir.
Metmorfosa Lantai Samudera
Batuan penyusunnya merupakan material baru yang dimulai pembentukannya di
punggungan tengah samudera. Perubahan mineraloginya dikenal juga metamorfisme
hydrothermal (Coomb, 1961). Dalam hal ini larutan panas (gas) memanasi retakan-retakan
batuan dan menyebabkan perubahan mineralogi batuan sekitarnya. Metamorfisme semacam
ini melibatkan adanya penambahan unsur dalam batuan yang dibawa oleh larutan panas dan
lebih dikenal dengan metasomatisme.
Rekristalisasi lebih kasar dari pada slatycleavage, lebih mengkilap dari pada batu sabak,
mineral mika lebih banyak disbanding slatycleavage. Mulai terdapat mineral lain yaitu
tourmaline, contohnya batuannya adalah filit.
Schistosa
Merupakan batuan yang sangat umum dihasilkan dari metamorfosa regional, sangat
jelas keeping-kepingan mineral-mineral plat seperti mika, talk, klorit, hematite dan mineral
lain yang berserabut. Terjadi perulangan antara mineral pipih dengan mineral granular
dimana mineral pipih lebih banyak dari pada mineral granular, orientasi penjajaran mineral
pipih menerus.
Gneistosa
Jenis ini merupakan metamorfosa derajad paling tinggi, dimana terdapat mineral
mika dan mineral granular, tetapi orientasi mineral pipihnya tidak menerus / terputus.
2. Struktur Non Foliasi
Dimana mineral baru tidak menunjukan penjajaran mineral yang planar. Seringkali
terjadi pada metamorfisme kontak / termal.
Pada struktur nonfoliasi ini hanya ada beberapa pembagian saja, yaitu :
Granulose / Hornfelsik
Merupakan mozaik yang tediri dari mineral-mineral equideminsional serta pada jenis
ini tidak ditemukan menunjukan cleavage (belahan). Contohnya antara lain adalah marmer,
kuarsit
Liniasi
Pada jenis ini, akan ditemukan keidentikian yaitu berupa mineral-mineral menjarum
dan berserabut. Contonya seperti serpentin dan asbestos.
Kataklastik
Suatu struktur yang berkembang oleh penghancuran terhadap batuan asal yang
mengalami metamorfosa dynamo.
Milonitik
Hampir sama dengan struktur kataklasti, hanya butirannya lebih halus dan dapat
dibelah-belah seperti skistose. Struktur ini sebagai salah satu cirri adanya sesar.
Filonitik
Hampir sama dengan struktur milonitik, hanya butirannya lebih halus lagi.
Flaser
Seperti struktur kataklastik, dimana struktur batuan asal berbentuk lensa tertanam
pada masa dasar milonit.
Augen
Suatu struktur batuan metamorf juga seperti struktur flaser, hanya lensa-lensanya
terdiri dari butir-butir fledspar, dalam masa dasar yang lebih halus.
b. Tekstur
Mineral batuan metamorfosa disebut mineral metamorfosa yang terjadi karena
kristalnya tumbuh dalam suasan padat dan bukan mengkristal dalam suasana cair, sehingga
kristal yang terjadi disebut blastos.
Tekstur pada batuan metamorf dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Kristaloblastik
Tekstur pada batuan metamorf yang sama sekali baru terbentuk pada saat proses
metamorfisme dan tekstur batuan asal sudah tidak kelihatan.
Porfiroblastik
Seperti tekstur porfiritik pada batuan beku dimana terdapat masa dasar dan fenokris,
hanya dalam batuan metamorf fenokrisnya disebut porfiroblast.
Granoblastik
Tekstur pada batuan metamorf dimana butirannya seragam
Lepidoblastik
Dicirikan dengan susunan mineral dalam batuan saling sejajar dan terarah, bentuk
mineralnya tabular
Nematoblastik
Di sini mineral-mineralnya juga sejajar dan searah hanya mineral-mineralnya
berbentuk prismatic, menyerat dan menjarum
Idioblastik
Tekstur pada batuan metamorf dimana mineral-mineral pembentuknya berbentuk
euhedral (baik).
Hipidioblastik
Tekstur pada batuan metamorf dimana mineral-mineral pembentuknya berbentuk
suhedral (sedang)
Xenoblastik
DAFTAR PUSTAKA
Agus Harjanto, Dr, ST, MT., dkk, 2009, Panduan Praktikum Petrologi, Jurusan
Teknik Geologi, FTM, UPN “Veteran” Yogyakarta.
Antohy, Hall, 1989. Igneous Petrology, Longman Inc, New York, h 573
Blatt, H. Middleton, and G. Murray. R., 1979. Origin of Sedimentary Rock. Prince-
Hall, Englewood, Dlifs
Ehler, E.G and Blatt., H., 1982. Petrology Igneous, Sedimentary and Metamorphic,
Freeman, Cooper & Company, United State of America, h 732
Fisher, R.V and Scmincke, H.U., 1984, Pyroklastic Rocks, Springer Verlag, h 472
Huang, W.T., 1962, Petrology, Mc. Graw Hill Book Company, New York, San
Fransisco, Toronto, London
Jackson K.C., 1970, Text Book of Lithology, Mc. Graw Hill Book Company, New
York
Pettijohn, F.J., 1975, Sedimentary Rocks, 3rd Edition, Marker and Bow Publisher
Wiloso, Danis Agoes, ST, MT., 2010, Buku Petunjuk Praktikum Petrologi, Jurusan
Teknik Geologi, FTMK, ITATS, Surabaya.