Anda di halaman 1dari 52

BUKU PANDUAN PRAKTIKUM

PETROLOGI

Disusun Oleh :
Tim Dosen Pengampu Petrologi

NAMA : …………………………………….
NPM : …………………………………….

LABORATORIUM GEOLOGI DINAMIK


JURUSAN TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL DAN KELAUTAN
INSTITUT TEKNOLOGI ADHI TAMA SURABAYA
2020
LABORATORIUM GEOLOGI DINAMIK
SIE. PETROLOGI
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL DAN KELAUTAN
INSTITUT TEKNOLOGI ADHI TAMA SURABAYA
SURABAYA
2020

Staff Asisten Petrologi


.................Nama................. (................NPM..............)

.................Nama................. (................NPM..............)

.................Nama................. (................NPM..............)

….

LABORATORIUM GEOLOGI DINAMIK


SIE. PETROLOGI
Jurusan Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral dan Kelautan
Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
Jalan Arif Rachman Hakim No. 100, Surabaya

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat
rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan revisi Panduan Praktikum Petrologi ini.
Penyusunan Panduan Praktikum Petrologi ini dimaksudkan agar dipergunakan
sebagai penuntun bagi para praktikan dan diharapkan praktikan mampu mengelompokan,
mendeskripsikan dan menamai batuan baik berupa sekepal batuan maupun suatu singkapan.
Adapun tujuan utama adalah supaya praktikan dapat memahami batuan yang ada dibumi.
Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah membantu kami selama proses penyelesaian Buku Panduan Praktikum Petrologi ini.
Dan tidak lupa kami mengharapka para pembaca untuk membantu kami dalam mengoreksi
buku ini, sehingga pada masa yang akan datang dapat tercapai kesempurnaan dalam
penyusunan Buku Panduan Praktikum Petrologi ini.

Penyusun

iii
TATA TERBIB PRAKTIKUM PETROLOGI
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI
FTMK – ITATS

1. Praktikan harus sudah datang 5 menit sebelum praktikum dimulai dengan toleransi
keterlambatan 15 menit.
2. Apabila terlambat lebih dari 15 menit maka praktikan tidak diperkenankan mengikuti
praktikum pada acara tersebut dan nilai tugas praktikum 0 (kosong).
3. Praktikan harus mengikuti tes awal (kuis).
4. Praktikan harus mengikuti semua acara praktikum.
5. Praktikan yang tidak mengikuti kegiatan praktikum 2 kali berturut-turut tanpa alasan
yang jelas dan tidak dapat dipertanggungjawabkan dianggap gugur.
6. Apabila ada tugas dari Institut dan disertai dengan Surat Tugas dari Rektor praktikan
dapat minta praktikum susulan atau tugas pengganti praktikum.
7. Praktikan yang tidak mengumpulkan tugas laporannya, maka nilainya 0 (kosong)
pada tugas tersebut.
8. Kerusakan alat-alat yang digunakan menjadi tanggung jawab praktikan.
9. Praktikan tidak diperkenankan memakai sandal, kaos oblong dan celana sobek/celana
pendek selama mengikuti praktikum.
10. Selama kegiatan praktikum, praktikan dilarang merokok, makan, minum dan kegiatan
lain yang menggangu jalannya praktikum.
11. Setelah selesai praktikum praktikan mengembalikan alat-alat ke tempatnya dan
merapikan meja kursi.

Dosen Pengampu Mata Kuliah

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................... i


STAFF ASISTEN PETROLOGI ........................................................... ii
KATA PENGANTAR ............................................................................. iii
TATA TERTIB PRAKTIKUM .............................................................. iv
DAFTAR ISI ........................................................................................... v

BAB I BATUAN BEKU


I.1 Pengenalan Magma ..................................................................... 2
I.2 Evolusi Magma .......................................................................... 3
I.3 Seri Reaksi Bowen ..................................................................... 4
I.4 Jenis Batuan Beku ....................................................................... 6
I.5 Struktur Batuan Beku .................................................................. 7
I.6 Tekstur Batuan Beku ................................................................... 8

BAB II BATUAN PIROKLASTIK


II.1. Komponen Penyusun Batuan Piroklastik .................................... 19
II.2. Struktur Dan Tekstur Batuan Piroklastik .................................... 20
II.3. Komposisi Mineral Batuan Piroklastik ...................................... 22

BAB III BATUAN SEDIMEN


III.1. Penggolongan Dan Penamaan ................................................ 24
III.2. Pemeriaan Batuan Sedimen Klastik ......................................... 25
III.3. Pemeriaan Batuan Sedimen Non Klastik .................................. 30
III.4. Pemeriaan Batuan Sedimen Karbonat ...................................... 32
III.5. Pemeriaan Karbonat Klastik .................................................... 32
III.6. Pemeriaan Karbonat Non Klastik ............................................. 33

v
BAB IV BATUAN METAMORF
IV.1. Tipe – Tipe Metamorfosa ...................................................... 37
IV.2. Pemeriaan Batuan Metamorf................................................. 38
IV.3. Komposisi Mineral ............................................................... 41
IV.4. Penamaan Batuan Metamorf ................................................. 42

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 45

vi
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL

GAMBAR
Gambar 1.1 Jenis-jenis intrusi ................................................................... 2
Gambar 1.2 Skema differensiasi magma (Atlas of Volcanic USGS) ........... 4
Gambar 1.3 Skema yang menunjukan Seri Reaksi Bowen ......................... 5
Gambar 2.1. Mekanisme pengendapan material Piroklastik
(Cas & Wright, 1988) ................................................................ 20
Gambar 3.1 Derajad Sortasi ...................................................................... 26
Gambar 3.2 Derajad Kebundaran Butiran .................................................. 27
Gambar 3.3 Bentuk – bentuk lapisan sedimen ........................................... 29

TABEL
Tabel 1.1 Pengenalan Mineral dan Sifatnya ............................................... 13
Tabel 1.2 Dasar Penamaan Batuan Beku ................................................... 14
Tabel 1.3 Pembagian Batuan Beku dari berbagai aspek ............................. 15
Tabel 1.4 Determinasi batuan beku (Russel B. Travis) ............................... 17
Tabel 2.1 Kesetaraan Penamaan batuan piroklastik, vulkanik epiklastik
dan sedimen .............................................................................. 20
Tabel 2.2 Matrik nama endapan dan batuan piroklastik berdasarkan
ukuran butirnya ......................................................................... 21
Tabel 3.1 Ukuran butir pada batuan sedimen (Wentworth, 1922) .............. 25
Tabel 3.2 Pembagian lapisan berrdasarkan ketebalannya
(Mc. Kee & Weir, 1953) ............................................................ 30
Tabel 3.4 Ukuran butir sedimen karbonat klastik ....................................... 32
Tabel 3.5 Nama-nama Batuan Karbonat .................................................... 33
Tabel 3.6 Klasifikasi batu pasir (Pettijohn, 1973) ...................................... 34
Tabel 4.1.Pemerian Nama Batuan Metamorf ............................................. 44

v
Modul Praktikum Petrologi 2020

BAB I
BATUAN BEKU

Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari pembekuan larutan silikat cair liat,
pijar, bersifat mudah bergerak yang kita kenal dengan nama magma, pembentukan batuan
beku dapat terjadi di atas permukaan bumi maupun di bawah permukaan bumi. Ciri khas atas
batuan beku adalah secara kristalin dan membentuk hubungan kristal – kristal yang saling
erat mengunci (interlocking).
Penggolongan batuan beku dapat dikelompokan menjadi 3 (tiga) yaitu :
a) Berdasarkan genetik batuan
Sifat genetik batuan beku yakni merujuk kepada genesa atau tempat terbentuknya batuan
beku yakni : Batuan beku ekstrusi dan batuan beku Intrusi.
b) Berdasarkan senyawa kimia terkandung
Senyawa kimia membentuk mineral – mineral penyusun batuan beku seperti SiO2, Fe2O3,
k AlSi3O8, Na2O, dan sebagainya. Dari susunan kimia tersebut mencerminkan jenis
batuan beku dan lingkungan pembentukan dari batuan beku
c) Berdasarkan susunan mineraloginya
Hubungan susunan mineralogi sangat mempengaruhi jenis penggolongan batuan beku
(Mineral Felsik dan Mineral Mafik) seperti contoh Plagioklas, Feldspar, muskovit, olivin,
dan lain sebagainya.
Berdasarkan genetaik batuan batuan beku dapat dibagi menjadi :
 Batuan Beku Ekstrusi
Batuan beku sebagai hasil pembekuan magma yang keluar di atas permukaan bumi
secara langsung dari lubang kepundan gunungapi atau melalui rekahan baik di darat maupun
di bawah muka air laut secara lelehan aliran ataupun ledakan. Pada saat mengalir di
permukaan masa tersebut membeku relative cepat dengan melepaskan kandungan gasnya,
oleh karena itu sering memperlihatkan struktur aliran dan banyak lubang gasnya (vesikuler).
Magma yang keluar di permukaan atau lava setidaknya ada dua jenis : Lava Aa dan Lava
Pahoehoe. Lava Aa terbentuk dari masa yang kental, memiliki tekstur permukaan yang kasar
dan jauh dengan sumbernya, sedangkan lava Pahoehoe terbentuk oleh masa yang encer,
dengan tekstur permukaan porfiritik halus tersusun oleh lapisan gelas tipis obsidian, dan
dekat dengan sumbernya (Sri Mulyaningsih, 2013).

Lab. Geologi Dinamik


1 Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
2020
Modul Praktikum Petrologi 2020

 Batuan Beku Intrusi


Batuan hasil pembekuan magma di bawah permukaan bumi, ukuran mineralnya kasar,
> 1 mm atau 5 mm.

Gambar 1.1 Jenis-jenis intrusi


a. Batolit adalah intrusi yang berbentuk tidak teratur dengan dinding yang curam dan
tidak diketahui batas bawahnya, yang memiliki penyebaran > 100 km2, apabila kurang
dari 100 km2 dikenal dengan stock sedangkan yang lebih kecil dan relatif membuat
disebut boss. Ketiganya merupakan peristilahan dalam batuan plutonik.
b. Intrusi berbentuk tabular yang memotong struktur setempat (diskordan) disebut
dyke/korok sedangkan yang konkordan disebut sill atau lakolit kalau cembung ke
atas.
c. Intrusi berdimensi kecil dan membulat sering dikenal dengan intrusi silinder atau
pipa (pipe).

I.1 Pengenalan Magma


Magma adalah cairan atau silikat pijar yang terbentuk secara alamiah bersifat mobile,
bersuhu antara 9000 – 12000 C atau lebih berasal dari kerak bumi bagian bawah atau selubung
bumi bagian atas (F.F. Grouth, 1947; Tumer dan verhogen, 1960, H. William, 1962).
Komposisi kimiawi magma dari contoh-contoh batuan beku terdiri dari :
a. Senyawa-senyawa yang bersifat non-volatil dan merupakan senyawa oksida dalam
magma, jumlahnya sekitar 99% dari seluruh isi magma, sehingga merupakan mayor
element, terdiri dari SiO2, Al2O3, Fe2O3, FeO, MnO, CaO, Na2O, K2O, TiO2, P2O5.

Lab. Geologi Dinamik


2 Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
2020
Modul Praktikum Petrologi 2020

b. Senyawa volatile yang banyak pengaruhnya terhadap magma, terdiri dari fraksi-fraksi
gas CH4, CO2, HCl, H2S, SO2 dsb.
c. Unsur-unsur lain yang disebut unsure jejak (trace element) dan merupakan minor
element seperti Rb, Ba, Sr, Ni, Li, Cr, S dan Pb.
(Dally 1933, Winkler 1957, Vide W.T. Huang 1962) berpendapat lain yaitu magma
asli (primer) adalah bersifat basa yang selanjutnya akan mengalami proses differensiasi
menjadi magma yang bersifat lain.
(Bunsen 1951, W. T. Huang 1962) mempunyai pendapat bahwa ada dua jenis magma
primer, yaitu basaltis dan granitis dan batuan beku merupakan hasil campuran dari dua
magma ini yang kemudian mempunyai komposisi lain.

I.2 Evolusi Magma


Magma dapat berubah menjadi magma yang bersifat lain oleh proses-proses sebagai
berikut :
 Hibridasi : Pembentukan magma baru karena percampuran dua magma yang
berlainan jenisnya.
 Sinteksis : Pembentukan magma baru karena proses asimilasi dengan batuan samping.
 Anateksis : Proses pembentukan magma dari peleburan batuan pada kedalaman yang
sangat besar.
Dari magma dengan kondisi tertentu ini selanjutnya mengalami diffrensiasi magma.
Differensiasi magma ini meliputi semua proses yang mengubah magma dari keadaan awal
yang homogeny dalam skala besar menjadi masa batuan beku dengan komposisi yang
bervariasi.

Proses-proses differensiasi magma meliputi :


 Fragnisasi adalah pemisahan kristal dari larutan magma, karena proses Kristalisasi
berjalan tidak seimbang atau kristal-kristal pada waktu pendinginan tidak dapat
mengikuti perkembangan.komposisi larutan magma yang baru ini terjadi terutama
karena adanya perubahan temperature dan tekanan yang menyolok dan tiba-tiba.
 Crystal Settling / Gravitional Settling adalah pengendapan kristal oleh gravitasi dari
kristal-kristal berat Ca, Mg, Fe yang akan memperkaya magma pada bagian dasar
waduk, disini mineral silikat berat akan terletak di bawah mineral silikat ringan.

Lab. Geologi Dinamik


3 Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
2020
Modul Praktikum Petrologi 2020

 Liquid Immisibillity adalah larutan magma yang mempunyai suhu rendah akan pecah
menjadi larutan yang masing-masing akan membeku membentuk bahan yang
heterogen.
 Crystal Flotation adalah pengembangan kristal ringan dari Sodium (Na) dan
Potassium (K) yang akan memperkaya magma pada bagian atas dari waduk magma.
 Vesiculation adalah proses dimana magma yang mengandung komponen seperti CO2,
SO2, S2, Cl2, dan H2O sewaktu naik kepermukaan membentuk gelembung-
gelembung gas dan membawa serta komponen volaltile Sodium (Na) dan Potasium
(K).
 Diffusion adalah bercampurnya batuan dinding dengan magma di dalam waduk
magma secara lateral.

Gambar 1.2 Skema differensiasi magma (Atlas of Volcanic USGS)

I.3 Seri Reaksi Bowen (Bowen Reaction Series)


Seri Reaksi Bowen merupakan suatu skema yang menunjukan urutan kritalisasi dari
mineral pembentuk batuan beku yang terdiri dari dua bagian.
Mineral-mineral tersebut dapat digolongkan dalam dua golongan besar yaitu :
a. Golongan mineral berwwarna gelap atau mafik mineral
b. Golongan mineral berwarna terang atau felsik mineral
Dalam proses pendinginan magma, dimana magma itu tidak langsung semuanya
membeku, tetapi mengalami penurunan temperatur secara perlahan bahkan mungkin cepat.

Lab. Geologi Dinamik


4 Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
2020
Modul Praktikum Petrologi 2020

Penurunan temperatur ini disertai mulainya pembentukan dan pengendapan mineral-mineral


tertentu yang sesuai dengan temperaturnya pembentukan mineral dalam magma karena
penurunan temperatur telah disusun oleh Bowen.
Mineral sebelah kiri mewakili mineral-mineral mafik, yang pertama kali terbentuk
dalam temperatur sangat tinggi adalah mineral Olivin, akan tetapi jika magma tersebut jenuh
oleh SiO2 maka mineral Piroksenlah yang terbentuk pertama kali. Mineral Olivin dan mineral
Piroksen merupakan pasangan “Incongruent Melting” dimana setelah pembentukannya
mineral Olivin akan bereaksi dengan larutan sisa membentuk mineral Piroksen. Temperatur
menurun terus dan pembentukan mineral berjalan sesaui dengan temperaturnya. Mineral yang
terakhir terbentuk adalah Biotit, terbentuk dalam temperatur yang rendah.

Discontinue series Continue series

Ultrabasa
± 14000C Olivin
Anortit (Ca-Al Siliikat)
Basa
Pyroxene Bitownit (Ca-Na-Al Siliikat)

Labradorit (Ca-Na-Al Siliikat)

Amphibole Andesin (Na-Ca-Al Siliikat) Intermediet

Oligoklas (Na-Ca-Al Siliikat)

Biotit Albit (Na-Al Silikat)


Asam

Kalium Feldspar (K-Al Silikat)

± 600 0C Muskovit (K-Al-Cr Silikat)

Kuarsa(SiO2)

Gambar 1.3 Skema yang menunjukan Seri Reaksi Bowen

Mineral sebelah kanan diwakili oleh mineral kelompok Plagioklas, karena mineral ini
paling banyak terdapat dan tersebar luas. Anortite adalah mineral yang pertama kali terbentuk
pada suhu yang tinggi dan banyak terdapat pada batuan beku basa seperti Gabro atau Basalt.
Andesin terbentuk pada suhu menengah dan terdapat batuan beku Diorit atau Andesit.
Sedangkan mineral yang terbentuk pada suhu rendah adalah Albit, mineral ini banyak
tersebar pada batuan asam seperti Granit atau Riolit.

Lab. Geologi Dinamik


5 Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
2020
Modul Praktikum Petrologi 2020

Reaksi berubahnya komposisi Plagioklas ini merupakan deret : “Solid Solution” yang
merupakan reaksi menerus, artinya kristalisasi Ca-Plagioklas – Na-Plagioklas, jika reaksi
setimbang akan berjalan menerus. Dalam hal ini Anortite adalah jenis Plagioklas yang kaya
Ca, sering disebut juga “Calcic Plagioklas”, sedangkan Albit adalah Plagioklas kaya Na
“Sodic Plagioklas / Alkali Plagioklas”.
Mineral sebelah kanan dan sebelah kiri bertemu pada mineral Potasium Feldspar ke
mineral Muskovit dan yang terakhir mineral Kuarsa, maka mineral kuarsa merupakan mineral
yang paling stabil diantara seluruh mineral Felsik atau mineral Mafik, dan sebaliknya mineral
yang terbentuk pertama kali adalah mineral yang sangat tidak stabil dan mudah sekali terubah
menjadi mineral lain.
Garis putus-putus merupakan batasan golongan batuan yang ditandai dengan
komposisi mineral yang dominan dalam pembatasannya, misalnya Kuarsa, Muskovit, Biotit,
Kalium Feldspar tergolong ke dalam Batuan Asam. Selanjutnya amati apakah batuan tersebut
Plutonik atau Vulkanik, lalu perhatikan antara perbandingan Plagioklas dengan Kalium
Feldspar.

I.4 Jenis Batuan Beku


 Klasifikasi berdasarkan tekstur dan komposisi mineral
Berdasarkan ukuran besar butir dan tempat terbentuknya, batuan beku dapat dibagi
menjadi dua : yaitu Batuan beku vulkanik dan Batuan beku plutonik
a. Batuan Beku Vulkanik
Batuan beku vulkanik adalah batuan beku yang terbentuk di atas atau di dekat
permukaan bumi (intrusi dangkal). Menurut Williams, 1983 batuan beku yang berukuran
kristal < 1 mm adalah kelompok batuan vulkanik, terutama kehadiran masa gelas.
b. Batuan Beku Plutonik
Batuan beku yang terbentuk pada kedalaman yang sangat besar dan mempunyai
ukuran kristal > 1 mm.
 Klasifikasi berdasarkan kimiawi
Klasifikasi ini telah lama menjadi standar dalam Geologi (Hughes, 1962) dan dibagi
dalam empat golongan, yaitu :
a. Batuan beku asam, apabila batuan beku tersebut mengandung > 66% SiO2.
Contoh : Batuan Granit dan Riolit

Lab. Geologi Dinamik


6 Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
2020
Modul Praktikum Petrologi 2020

b. Batuan beku menengah atau Intermediet, apabila batuan tersebut mengandung


52% - 66% SiO2.
Contoh : Batuan Diorit dan Andesit
c. Batuan beku basa, apabila batuan tersebut mengandung 45% - 52% SiO2.
Contoh : Batuan Gabro dan Basalt
d. Batuan beku ultra basa, apabila batuan beku tersebut mengandung < 45% SiO2.
Contoh : Batuan Peridotite dan Dunit.
 Klasifikasi berdasarkan kejenuhan silica (SiO2)
Berdasarkan kejenuhan silika (SiO2) batuan beku dapat dikelompokan menjadi 3
(tiga), yaitu :
a. Over saturated rock, apabila batuan tersebut lewat jenuh silika
Contoh : Batuan tridimit
b. Saturated rock, apabila batuan beku tersebut jenuh silica.
Contoh : batuan mengandung Feldspar, Piroksen, Amphibole bervariasi dengan
mineral sphene, zircon, apatit, dll.
c. Under saturated rock, apabila batuan beku tersebut tidak jenuh silica.
Contoh : batuan yang non-feldspatoid yaitu batuan yang tidak muncul mineral
felspatoid biasanya pada fase Olivin magnesian.

I.5 Struktur Batuan Beku


Struktur batuan beku adalah bentuk batuan beku dalam skala yang besar, seperti lava
bantal yang berbentuk di lingkungan air (laut), seperti lava bongkah, struktur aliran dan lain-
lain. Suatu bentuk struktur batuan sangat erat sekali dengan waktu terbentuknya.
Macam-macam struktur batuan beku adalah :
a. Massif, apabila tidak menunjukan adanya fragmen batuan lain yang tertanam dalam
tubuhnya.
b. Pillow lava atau lava bantal, merupakan struktur yang dinyatakan pada batuan ekstrusi
tertentu, yang dicirikan oleh masa berbentuk bantal dimana ukuran dari bentuk ini
adalah umumnya 30 – 60 cm dan jarak berdekatan, khas pada vulkanik bawah laut.
c. Struktur Kekar, merupakan kenampakan bidang – bidang pemisah dalam sistem
tertentu yang terbagi atas :
- Kekar Tiang, kenampakan membentuk belahan – belahan tubuh batuan beku
menjadi kolom – kolom yang memotong secara tegak (membentuk meniang).

Lab. Geologi Dinamik


7 Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
2020
Modul Praktikum Petrologi 2020

- Kekar Lembar atau Lempeng, yaitu bentukan – bentukan retakan yang


memotong sejajar permukaan bumi menghasilkan struktur perlapisan dan
umumnya akan semakin tipis mendekati permukaan bumi (membentuk
lempeng atau lembaran).
d. Vesikuler, merupakan struktur batuan beku ekstrusi yang ditandai dengan lubang-
lubang sebagai akibat pelepasan gas selama pendinginan, dalam struktur versikuler
terbagi atas :
- Scoria, adalah struktur batuan yang terjadi pada magma berjenis basa dimana
lubang – lubang akibat pelepasan gas (vesikuler) tidak beraturan.
- Pumice, adalah struktur batuan yang membentuk lubang – lubang sebagai
hasil keluarnya gas pada magma berjenis asam.
e. Amygdaloidal, struktur dimana lubang-lubang keluar gas terisi oleh mineral-mineral
sekunder seperti zeolit, karbonat dan bermacam silika.
f. Struktur Weldeel, adalah struktur pada batuan beku dengan kenampakan lubang –
lubang yang merupakan bentukan akibat bekas – bekas mineral yang terlepas dari
batuan induk karena proses pencucian.
g. Xenolith, struktur yang memperlihatkan adanya suatu fragmen batuan yang masuk
atau tertanam ke dalam batuan beku. Struktur ini berbentuk sebagai akibat peleburan
tidak sempurna dari suatu batuan samping di dalam magma yang menerobos.
h. Xenokris, merupakan kristal yang berasal dari batuan dinding yang masuk ke dalam
tubuh batuan oleh karena magma yang menerobos.
i. Struktur Aliran, struktur yang memperlihatkan akibat lava yang berjenis homogen
dalam proses terbentuknya (perjalanan menuju permukaan) terjadi perubahan seperti
komposisi, gas, visikositas, dan derajat kristalisasi sehingga menjadikan tidak
homogen dan membentuk seperti aliran.
j. Autobreccia, struktur pada lava yang memperlihatkan fragmen-fragmen dari lava itu
sendiri.

I.6 Tekstur Batuan Beku


Tekstur dalam batuan beku merupakan “hubungan antar mineral atau mineral dengan
masa gelas yang membentuk masa yang merata pada batuan”. Selama pembentukan tekstur
dipengaruhi oleh kecepatan dan stadia kristalisasi, suhu (temperatur), komposisi kandungan

Lab. Geologi Dinamik


8 Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
2020
Modul Praktikum Petrologi 2020

gas, kekentalan magma dan tekanan. Sehingga tekstur merupakan fungsi dari sejarah
pembentukan batuan beku.
Sehingga dalam hal ini tekstur tersebut menunjukan Derajad kristalisasi (dergree of
crystalllinity), ukuran butir (grain size), granularitas dan kemas (fabric), Williams, 1982;
Huang, 1962.
a. Derajat Kristalisasi
Derajat kristalisasi merupakan keadaan proporsi antara masa kristal dan masa
gelas dalam batuan, ada tiga derajat kristalisasi, yaitu :
 Holokristalin : apabila batuan tersusun seluruhnya oleh masa kristal
 Hipokristalin : apabila batuan tersusun oleh masa kristal dan gelas
 Holohylalin : apabila batuan seluruhnya tersusun oleh masa gelas
b. Granularitas
Granularitas merupakan ukuran butir kristal dalam batuan beku, dapat sangat
halus yang tidak dapat dikenal meskipun menggunakan mikriskop, tetapi dapat pula
sangat kasar, umumnya dikenal dua kelompok ukuran butir :
 Afanitik
Apabila ukuran butir individu kristal sangat halus, sehingga tidak dapat dibedakan
dengan mata telanjang.
 Fanerik
Kristal individu yang termasuk kristal fanerik dapat dibedakan menjadi ukuran-
ukuran :
 Halus, ukuran diameter rata-rata kristal individu < 1 mm
 Sedang, ukuran diameter kristal 1 mm – 5 mm
 Kasar, ukuran diameter kristal 5 mm – 30 mm
 Sangat kasar, ukuran diameter kristal > 30 mm
c. Kemas
Kemas meliputi bentuk butir dan susunan hubungan kristal dalam suatu batuan.
 Bentuk kristal
Ditinjau dari pandangan dua dimensi, dikenal tiga macam :
 Euhedral, apabila bentuk kristal dan butiran mineral mempunyai bidang
kristal yang sempurna
 Subhedral, apabila bentuk kristal dari butiran mineral dibatasi oleh sebagian
bidang kristal yang sempurna.

Lab. Geologi Dinamik


9 Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
2020
Modul Praktikum Petrologi 2020

 Anhedral, apabila bentuk kristal dari butiran mineral dibatasi oleh sebagian
bidang kristal yang tidak sempurna.
Secara tiga dimensi dikenal :
 Equidimensional, apabila bentuk kristal ketiga dimensinya sama panjang
 Tabular, apabila bentuk kristal dua dimensi lebih panjang dari satu dimensi
lain.
 Irregular, apabila bentuk kristal tidak teratur.
 Relasi
Merupakan hubungan antara kristal satu dengan yang lain dalam suatu batuan dari
ukuran dikenal :
 Granularitas (Equigranular), apabila mineral mempunyai ukuran butir yang
relative seragam, terdiri dari :
- Panidiomorfik granular, yaitu sebagain besar mineral berukuran seragam
dan euhedral. Bentuk butir euhedral merupakan penciri mineral-mineral
yang terbentuk paling awal, hal ini dimungkinkan mengingat ruangan yang
tersedia masih sangat luas sehingga mineral-mineral tersebut sampai
membentuk kristal secara sempurna.
- Hipidiomorfik granular, yaitu sebagian besar mineralnya berukuran
relative seragam dan subhedral. Bentuk butiran penyusunnya subhedral
atau kurang sempurna yang merupakan penciri bahwa pada saat mineral
terbentuk, maka rongga atau ruangan yang tersedia sudah tidak memadai
untuk dapat membentuk kristal secara sempurna.
- Allotiomorfik granular, yaitu sebagian besar mineralnya yang berukuran
relative seragam dan anhedral. Bentuk anhedral atau tidak beraturan sama
sekali merupakan tanda bahwa pada saat mineral-mineral penyusun ini
terbentuk hanya dapat mengisi rongga yang tersedia saja. Sehingga dapat
ditafsirkan bahwa mineral-mineral anhedral tersebut terbentuk paling akhir
dari rangkaian proses pembentukan batuan beku.
 Inequigranular, apabila mineralnya mempunyai ukuran butir tidak sama,
antara lain terdiri dari :
- Porfiritik, adalah tekstur batuan beku dimana kristal besar (fenokris)
tertanam dalam masa dasar kristal yang lebih halus.

Lab. Geologi Dinamik


10 Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
2020
Modul Praktikum Petrologi 2020

- Vitroverik, apabila fenokris tertanam dalam masa dasar berupa gelas,


Terbagi atas :
- Gelasan (Glassy), merupakan tekstur yang tersusun
seluruhnya atas mineral – mineral gelas.
- Fragmental, yakni tekstur yang tersusun atas fragmen –
fragmen batuan beku sebagai hasil letusan eksplosif.
d. Tekstur khusus batuan beku
Karakter tekstur ditentukan oleh bentuk kristal, struktur, relasi, atau karakter
internal telah memberikan bentuk khusus. Dalam beberapa kasus ditemukan bahwa
detail dari suatu batuan tidak bisa ditentukan tanpa menggunakan mikroskop. Selain
tekstur menunjukan bentuk dan relasi antar kristal juga menunjukan pertumbuhan
bersama antara mineral-mineral yang berbeda.
Berikut beberapa tekstur khusus dari batuan beku :
 Diabasik, yaitu tekstur dimana plagioklas tumbuh bersama dengan piroksen, di
sini piroksen tidak terlihat jelas dan plagioklas radier terhadap piroksen.
 Trachitik, yaitu tekstur dimana fenokris sanidin dan piroksen tertanam dalam
masa dasar kristal sanidin yang relatif tampak penjajaran dengan isian butir-butir
piroksen, oksida besi dan aksesori mineral.
 Intergranular adalah tekstur batuan beku yang memiliki ruang antar plagioklas
ditempati oleh kristal-kristal piroksen, olivin atau bijih besi.

I.7 Komposisi Mineral


Menurut Walker T. Huang, 1962, komposisi mineral dikelompokan menjadi 3 (tiga)
kelompok mineral yaitu :
a. Mineral Utama
Mineral-mineral ini terbentuk langsung dari kristalisasi magma dan kehadirannya
sangat menentukan dalam penamaan batuan.
1. Mineral felsic (mineral berwarna terang dengan densitas rata-rata 2,5 – 2,7), :
 Kuarsa (SiO2)
 Kelompok feldspar, terdiri dari seri feldspar alkali (K, Na) AlSi3O8. Seri
feldspar alkali terdiri dari sanidin, orthoklas, anorthoklas, adularia dan
mikrolin. Seri plagioklas terdiri dari albit, oligoklas, andesin, labradorit,
bitownit dan anortit.

Lab. Geologi Dinamik


11 Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
2020
Modul Praktikum Petrologi 2020

 Kelompok felspatoid (Na, K Alumina silika), terdiri dari nefelin, sodalit,


leusit.
2. Mineral mafik (mineral-mineral feromagnesia dengan warna gelap dan densitas
rata-rata 3,0 – 3,6), yaitu :
 Kelompok olivin, terdiri dari fayalite dan forsterite
 Kelompok piroksen, terdiri dari enstatite, hiperstein, augit, pigeonit, diopsid
 Kelompok mika, terdiri dari biotit, muskovit, plogopit
 Kelompok amphibole, terdiri dari antofilit, cumingtonit, hornblende, rieberkit,
tremolit, aktinolit, glaukofan, dll.
b. Mineral Sekunder
Merupakan mineral-mineral ubahan dari mineral utama,dapat dari hasil
pelapukan, hydrothermal maupun metamorfisme terhadap mineral-mineral utama,
dengan demikian mineral-mineral ini tidak ada hubungannya dengan pembekuan
magma (non pirogenetik).
Mineral sekunder terdiri dari :
 Kelompok kalsit (kalsit, dolomite, magnesit, siderite) dapat terbentuk dari
hasil ubahan mineral plagioklas.
 Kelompok serpentin (antigorit dan krisotil), umumnya terbentuk dari hasil
ubahan mineral mafik (terutama kelompok olivin dan piroksen)
 Kelompok klorit (proctor, penin, talk) umumnya terbentuk dari hasil ubahan
mineral kelompok plagioklas
 Kelompok serisit sebagai ubahan mineral plagioklas
 Kelompok kaolin (kaolin, hallosit) umumnya ditemukan sebagai hasil
pelapukan batuan beku.
c. Mineral Tambahan
Merupakan mineral-mineral yang terbentuk pada kristalisasi magma, umumnya dalam
jumlah sedikit. Termasuk dalam golongan ini antara lain :
Hematite, Kromit, Muskovit, Rutile, Mganetite, Zeolit, Apatit dan lain-lain.

Lab. Geologi Dinamik


12 Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
2020
Modul Praktikum Petrologi 2020

Tabel 1.1 Pengenalan Mineral dan Sifatnya


Bentuk dan
Nama Mineral Warna Belahan Keterangan
Perawakan kristal
Prismatik panjang, 2 arah
Amphibole Hitam – cokelat menyerat dan membentuk Kilap arang
membutir sudut lancip
Putih, abu-abu, biru
Anhidrit Massif, membutir Sempurna Karena evaporasi
pucat
Putih, abu-abu Menyerat, masa fiber
Asbes - Kilap lemak
kehijauan asbestos
Tabular, berlembar
Biotit Hitam – cokelat 2 arah Kilap kaca
(memika)
Prismatik, tabular,
Merah
Feldspar Alkali panjang, massif, 2arah Kilap kaca/lemak
jambu/putih/hijau
membutir
Garnet Cokelat merah-hitam Poligonal, membutir Kilap kaca/mutiara
Memapan, membutir, Lembar-lembar tipis
Gypsum Tidak berwarna, putih Sempurna
menyerat terjadi karena evaporasi
Tidak berwarna, putih Kubus, massif,
Halit Sempurna Sebagai garam evaporit
kekuningan, merah membutir
Rombohedral, massif, Kilap kaca, berbuih
Kalsit Tidak berwarna, putih Sempurna
membutir dengan HCl
Umumnya pada batuan
Klorit Hijau Berlembar, memika Sempurna metamorfik dan lapukan
batuan beku basa
Tidak teratur,
Kuarsa Tidak berwarna 3 arah Kilap kaca/lemak
membutir dan masif
Tabular, berlembar
Muskovit Putih transparan 1 arah Kilap kaca/mutiara
(memika)
Tidak teratur, Tidak
Olivin Hijau Kilap kaca
membutir dan massif sempurna
Prosmatik pendek, 2 arah saling Kilap kaca dan
Piroksen Hijau tua – Hitam
massif, membutir tegak lurus permukaannya halus
Prismatik/tabular
Plagioklas Putih susu, abu-abu panjang, massif, 3 arah Kilap kaca/lemak
membutir
Lab. Geologi Dinamik
13 Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
2020
Modul Praktikum Petrologi 2020

Tabel 1.2 Dasar Penamaan Batuan Beku


Berdasarkan perbandingan K.Feldspar dengan Total Plagioklas
Asam
KF > 2/3 Plagioklas KF > 2/3 < Plagioklas KF < 1/3 Plagioklas
Vulkanik Riolit Riodasit Dasit
Plutonik Granit Adamelit Granodiorit

Intermediet
KF > 2/3 Plagioklas KF > 2/3 < Plagioklas KF < 1/3 Plagioklas
Vulkanik Trachyt Trachyandesit Andesit
Plutonik Syenit Monzonit Diorit

Berdasarkan Teksturnya
Basa
Vulkanik Basalt
Plutonik Gabro

Ultarbasa
Plutonik Peridotite dan Dunite

Lab. Geologi Dinamik


14 Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
2020
Modul Praktikum Petrologi 2020

Tabel 1.3 Pembagian Batuan Beku dari berbagai aspek

VARIABEL
ULTRABASA BASA INTERMEDIET ASAM
DASAR
SiO2 < 45% 45 – 52% 52 – 66% >66%
Warna Gelap Gelap Abu-abu Terang
Ultra mafik > Mafik (40 – Mafelsik (10 –
Indeks warna Felsik ± 10%
70% 70%) 40%)
Melanokratik
Hipermelanik Mesokromatik Leukokratik (30%
Mineralogi (60-90%
(90% mafik) (30% mafik) mafik)
mafik)
Magma/lava - Encer Kental
Holo -
- Hipokristalin Holohyalin
hipokristalin
Vesikuler-
skoria Vesikuler (kand. Vesikuler (kand.
-
Kecenderungan (kand. gas gas sedang) gas rendah)
V tekstur tinggi)
U Tak ada- Gelas umum-
- Gelas umum
L sedikit gelas banyak
K Afirik- Porfiritik;
- Porfiritik
A porfiritik vitroverik
N Olivine,
I piroksen, Piroksen, Biotit,<hornblende,
K Fenokris - plagioklas hornblende, kuarsa, plagioklas,
basa, biotit, plagioklas fledspar alkali
feldspatoid
BASALT /
ANDESIT /
BASANIT /
Nama - TRAKIANDESIT DASIT / RIOLIT
TEPRIT /
/ TRAKIT
SPILIT
Hornblende, Biotit, kuarsa,
Olivine,
P Olivine, piroksen, piroksen <<, feldspar alkali,
Komposisi piroksen,
L plagioklas, spinel, plagioklas, biotit, hornblende <<,
mineral plagioklas
U hornblende feldspar, alkali plagioklas,
basa
T kuarsa << muskovit
O Tekstur Holokristalin
N DUNIT,
GABRO, DIORIT, GRANIT,
I PERIDOTIT,
Nama DIABAS / MONZONIT, ADAMELIT,
K HORNBLENDIT,
DOLERIT SYENIT GRANODIORIT
SERPENTINIT

Lab. Geologi Dinamik


15 Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
2020
Modul Praktikum Petrologi 2020

DIAGRAM ALIR DESKRIPSI BATUAN

Warna :
Hitam bintik-bintik putih / hijau gelap dll (warna yang mewakili)

Struktur :
Massif/vesikuler/amygdaloidal/kekar akibat pendinginan dll

Tekstur

Granularitas/Besar butir

Kasar 5 mm – 3 cm, Sedang 1 mm – 5 mm Tekstur

Fanerik Afanitik

Derajad kristalisasi

Holokristalin Kasar 5 mm – 3 cm, Sedang 1 mm – 5 mm Holohyalin

Keseragaman Butir / Kristal

Equigranular Inequigranular Porfiritik/Vitroverik

Panidiomorfik Hipidiomorfik Alotriomorfik


Fenokris
Granular Granular Granular

Komposisi mineral :
Kuarsa (%), cirri-cirinya, dll

Nama Batuan :
Granitoid / Syenitoid / Dioritoid,dll (gunakan diagram dari IUSGS)

Lab. Geologi Dinamik


16 Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
2020
Modul Praktikum Petrologi 2020

Tabel 1.4 Determinasi batuan beku (Russel B. Travis)


K.Feldspar ˃ 2/3 total Feldspar K. Feldspar 1/3 -2/3 total Feldspar Plagioklas ˃ 2/3 total Feldspar Sedikit / tidak ada Feldspar
K. Feldspar K. Feldspar ˂ 10% total Feldspar
Kuarsa ˂ Kuarsa ˂ ˂ 10% total Na- Plagioklas Ca-Plagioklas Terutama:
Feldspar Terutama:
Mineral Utama Kuarsa 10% Feldspatoid ˃ Kuarsa ˃ 10%, Feldspatoid ˃ Mineral Fe/Mg
Kuarsa Feldspatoid Piroksen atau
˃ 10% Feldspatoid 10% 10% Feldspatoid ˂ 10% Kuarsa ˂ 10% dan
Kuarsa ˃ ˂10% ˃ 10% Olivin
˂ 10% 10% Kuarsa ˃ Feldspatoid ˂ Feldspatoid
10% Feldspato Piroksen ˃
10% 10%
id ˂ 10% 10%
Terutama :
Terutama : Hornblende, Biotit, Piroksen, Terutama : Hornblende, Biotit, Piroksen Terutama : Piroksen, Uralit,
Terutama : Hornblende, Biotit, Piroksen Serpentin ,
Muskovit (dalam Andesit) Olivin Hornblende,
Mineral Tambahan Bijih Besi
Biotit Bijih
Khas Juga
Juga Na-Amfibol, Aegirin, Kankrinit, Juga Hornblende, Biotit, Besi
Juga Na-Amfibol, Aegirin Juga Na-Amfibol, Feldspatoid Hornblende,
Tourmalin, Sodalit Kuarsa, Aegirin, Na-Amfibol
Biotit
Indeks Warna 10 15 20 20 25 30 20 20 25 30 60 95 55
Gabro,
Lakolit, Retas,
Ekuigranular

Peridotit,
Fanerik &

Norit,
Lopolit,
Batolit,

Stocks,

Monsonit Diorit Hazburgit,

Diabas
Monsonit Traktolit, Ijolit,
sill

Granit Syenit Syenit Nefelin Kuarsa ( Monsonit Grano Diorit Kuarsa Diorit Teralit Dunit, Pikrit,
Nefelin Anortit, Messorite
Adamelit) (Tonalit) Piroksenit,
Gabro
Serpentinit
Kuarsa
Fanerik &

Retas, sil,
Porfiritik

Lakolit,

Porfiri Porfiri Porfiri


Stock
kecil

Porfiri Porfiri Porfiri Syenit Porfiri Porfiri Porfiri Porfiri Porfiri


Monsonit Monsonit Diorit Porfiri Gabro
Granit Syenit Nefelin Monsonit Grano Diorit Diorit Teralit Peridotit
Kuarsa Nefelin Kuarsa
permukaan
Retas, sil,
Afanitik

Lakolit,

aliran

Porfiri Porfiri Porfiri Latit Porfiri Latit Porfiri Porfiri Porfiri


Porfiri Fonolit Porfiri Latit Porfiri Dasit Porfiri Basalt
Riolit Trakhit Kuarsa Nefelin Andesit Tefrit Limburgit
permukaan
Mikrokrist

Retas, sil,

Nefelit Lesitit,
aliran

Latit Kuarsa Latit (Trakit-


alin

Riolit Trakit Fonolit Latit Nefelin Dasit Andesit Basalt Tefrit Limburgit Melilitit Olivin,
(Delenit) Andesit)
Nefelinit
permukaan,
Tepi Retas
Vitrofirik
(Glassy)

dan Sill
aliran

Obsidian, Pitchstone, Vitrofir, Perlit, Pumis, Skoria

Lab. Geologi Dinamik


17 Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
2020
Modul Praktikum Petrologi 2020

CONTOH DESKRIPSI BATUAN BEKU


Nama / NPM

Nomor Sampel : Ign-01 Sketsa Sampel Foto Sampel


Jenis Batuan : Batuan Beku Asam Plutonik

Warna : Cokelat

Struktur : Masif

Tekstur : Derajad Kristalisasi : Holokristalin

Derajad Granularitas : Fanerik Kasar ( 5 mm – 30 mm)

Kemas :
Surabaya, .............................................
 B. Kristal : Euhedral
Asisten Laboratorium Asisten Laboratorium
 Relasi : Panidiomofik Granular Petrologi Petrologi
Komposisi : Orthoklas 40% Acc
(praktikan)
Kuarsa 35%

Plagioklas 10% (...............................) (................................)


NPM.......................... NPM. ........................
Biotit 7%

Hornblende 6%

Nama Batuan : Batuan Granit

Genesa : Batuan beku granit pada sampel Ign-01 terbentuk pada zona Plutonik ...... dengan proses terbentuknya.... dst.

Lab. Geologi Dinamik


18 Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
2020
Modul Praktikum Petrologi 2020

BAB II
BATUAN PIROKLASTIK

Batuan piroklastik adalah batuan vulkanik yang bertekstur klastik yakni hasil akibat
oleh serangkaian proses yang berkaitan dengan letusan guunung api. Material penyusun
tersebut terendapkan dan terbatukan / terkonsolidasikan sebelum mengalami transportasi
(reworked) oleh air atau es (Williams, 1982). Pada kenyataannya batuan hasil kegiatan
letusan gunung api dapat berupa aliran lava yang sebagaimana diklasifikasikan dalam batuan
beku, serta dapat pula berupa ledakan (eksplosif) dari material yang bersifat fragmental dari
semua bentuk padat, cair ataupun gas yang terdapat dalam perut gunung.

II.1. Komponen Penyusun Batuan Piroklastik


Fisher, 1984 dan Williams, 1982 mengelompokan material-material penyusun batuan
piroklastik menjadi :
a. Kelompok Material Esensial (Juvenil)
Material yang langsung dari magma yang diletuskan baik yang tadinya berupa
padatan atau cairan serta buih magma. Masa yang tadinya berupa padatan akan menjadi blok
piroklastik, masa cairan akan segera membeku selama diletuskan dan cenderung membentuk
bom piroklastik dan buih magma akan menjadi batuan yang porous dan sangat ringan,
dikenal dengan batuapung (pumice).
b. Kelompok Material Asesori (Cognate)
Material yang berasal dari endapan letusan sebelummnya dari gunung api yang sama
atau tubuh vulkanik yang lebih tua.
c. Kelompok Asidental (Bahan Asing)
Material hamburan dari batuan dasar yang lebih tua di bawah gunung api tersebut,
terutama adalah batuan dinding di sekitar leher vulkanik. Batuannya dapat berupa batuan
beku, endapan maupun batuan ubahan.

Lab. Geologi Dinamik


19 Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
2020
Modul Praktikum Petrologi 2020

Gambar 2.1. Mekanisme pengendapan material Piroklastik (Cas & Wright, 1988)

Tabel 2.1 Kesetaraan Penamaan batuan piroklastik, vulkanik epiklastik dan sedimen

Batuan sedimen
Batuan sedimen
Ukuran butir (mm) Batuan Piroklastik bercampur dengan
vulkanik epiklastik
piroklastik
Aglomerat atau Breksi Vulkanik atau
Breksi Tufan atau
Breksi Piroklastik Konglomerat
64 Konglomerat Tufan
Batu Lapili Vulkanik
2
Batu Pasir Vulkanik Batu Pasir Tufan
0,06
Batu Lanau Vulkanik Batu Lanau Tufan
0,004 Tuff
Batu Lempung
Batu Lempung Tufan
Vulkanik

II.2 Struktur dan Tekstur Batuan Piroklastik


Seperti halnya batuan vulkanik lainnya, batuan piroklastik mempunyai struktur
vesikuler, scoria dan amygdaloidal. Jika klastika pijar dilemparkan ke udara dan kemudian
terendapkan dalam kondisi masih panas, memiliki kecenderungan mengalami pengelasan
antara klastika satu dengan yang lainnya. Struktur tersebut dikenal dengan pengelasan atau
welded.

Lab. Geologi Dinamik


20 Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
2020
Modul Praktikum Petrologi 2020

a. Ukuran Butir
Ukuran butiran pada piroklastika tersebut merupakan salah satu criteria untuk
menamai batuan piroklastik tanpa mempertimbangkan cara terjadi endapan piroklastik
tersebut.

Tabel 2.2 Matrik nama endapan dan batuan piroklastik berdasarkan ukuran butirnya
Nama endapan Piroklastik
Ukuran butir
Bentuk butir Nama klastika Belum
(mm) Terbatukan
terbatukan
Membulat Bom Tepra bom Aglomerat
64
Runcing Blok Tepra blok Breksi piroklastik
2 2 – 64 Lapillus Tepra lapilli Batulapili
0,04 – 2 Kasar Debu kasar Tuff kasar
0,04 Debu
< 0,04 Halus Debu halus Tuff halus
Ada tiga cara kejadian endapan piroklastik, pengendapan yang dikarenakan gaya
beratnya dikenal dengan piroklastik jatuhan. Jenis piroklastik ini umum terjadi di setiap
gunung api. Struktur dan teksturnya menyerupai batuan endapan. Dua kelompok piroklastik
yang lain adalah piroklastik yang lain adalah piroklastik aliran dan piroklastik hembusan.
b. Derajad Pembundaran (Roundness)
Kebundaran adalah nilai membulat atau meruncingnya bagian tepi butiran pada
batuan Sedimen Klastik Sedang sampai Kasar.
Kebundaran dibagi menjadi :
 Membulat Sempurna (Well Rounded), hamper semua permukaan cembung
(equidimensional)
 Membundar (Rounded), umumnya memiliki permukaan bundar, ujung-ujung dan tepi
butiran cekung.
 Agak Membundar (Subrounded), permukaan umumnya datar dengan ujung-ujung
yang membundar.
 Agak menyudut (Sub Angular), permukaan datar dengan ujung-ujung yang tajam.
 Menyudut (Angular), permukaan kasar dengan ujung-ujung butir runcing dan tajam.
c. Derajad Pemilahan (Sorting)
Pemilahan adalah keseragaman ukuran besar butir penyususn batuan endapan /
sedimen, dalam pemilahan dipergunakan pengelompokan sebagai berikut :

Lab. Geologi Dinamik


21 Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
2020
Modul Praktikum Petrologi 2020

 Terpilah baik (well sorted), kenampakan ini diperlihatkan oleh ukuran besar butir
yang seragam pada semua komponen batuan sedimen.
 Terpilah buruk (poorly sorted) merupakan kenampakan pada batuan sedimen yan
memiliki besar butir yang beragam dimulai dari lempung hingga kerikil atau bahkan
bongkah.
 Selain dua pengelompokan tersebut ada kalanya seorang peneliti menggunakan
pemilahan sedang untuk mewakili kenampakan yang agak seragam

II.3 Komposisi Mineral Batuan Piroklastik


a. Mineral-mineral Sialis
Mineral-mineral sialis terdiri dari :
 Kuarsa (SiO2), ditentukan hanya pada batuan gunung api yang kaya kandungan silika
atau bersifat asam.
 Feldspar, baik alkali maupun kalsium feldspar (Ca)
 Feldspatoid, merupakan kelompok mineral yang terjadi jika kondisi larutan magma
dalam keadaan tidak atau kurang jenuh silika.
b. Mineral Ferromagnesian
Merupakan kelompok mineral yang kaya kandungan Fe dan Mg silikat yang kadang-
kadang disusul oleh Ca silikat. Mineral tersebut hadir berupa kelompok
 Piroksen, mineral penting dalam batuan gunung api
 Olivine, merupakan mineral yang kaya akan besi dan magnesium dan miskin silika.
 Hornblende, biasanya hadir dalam andesit
 Biotit, merupakan mineral mika yang terdapat dalam batuan vulkanik berkomposisi
intermediet hingga asam.
c. Mineral Tambahan
Yang sering hadir adalah ilmenit dan magnetit, keduanya merupakan mineral bijih,
selain itu seringkali didapati mineral senyawa sulfide atau sulfur murni.
d. Mineral Ubahan
Dalam batuan piroklastik mineral ubahan seringkali muncul saat batuan terlapukkan
atau terkena alterasi hydrothermal. Mineral tersebut, seperti : klorit, epidot, serisit, limonit,
montmorilonit dan lempung, kalsit.

Lab. Geologi Dinamik


22 Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
2020
Modul Praktikum Petrologi 2020

CONTOH DESKRIPSI BATUAN PIROKLASTIK

Jenis Batuan : Batuan Piroklastik


Warna : Abu-abu
Struktur : Masif
Tekstur : Ukuran butir : Lapillus (0,04 – 2 mm)
Derajad pembundaran : Menyudut
Derajad pemilahan : Terpilah Buruk
Kemas : Terbuka
Komposisi : Mineral Sialis : Kuarsa
Mineral Ferromagnesia : Hornblende
Mineral Tambahan : Ilmenit
Nama Batuan : Batulapili

Lab. Geologi Dinamik


23 Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
2020
Modul Praktikum Petrologi 2020

BAB III
BATUAN SEDIMEN

Pengertian umum mengenai batuan endapan / sedimen adalah batuan yang terbentuk
akibat litifikasi bahan rombakan batuan asal atau hasil reaksi kimia maupun hasil kegiatan
organism. Dimuka bumi ini dibandingkan dengan batuan beku, batuan endapan sangatlah
sedikit, ± 5 % volume walupun demikian penyebaraannya di muka bumi menempati lebih
dari 65 % luasan, oleh karena itu batuan endapan merupakan lapisan tipis di kulit bumi.
Kenampakan yang paling menonjol dari jenis batuan sedimen adalah perlapisan,
struktur internal dan eksternal lapisan, bahan rombakan yang tidak kristalin, mengandung
fosil dan masih banyak lagi. Pada sedimen yang kristalin, umumnya monomineralik dan
tergolong ke dalam batuan Sedimen Non Klastik seperti Rijang, Kalsit, Gypsum dll.

III.1 Penggolongan dan Penamaan


Batuan sedimen dapat dikelompokan menjadi 2, yaitu : Batuan Sedimen Klastik dan
Batuan Sedimen Non Klastik

a. Batuan Sedimen Klastik


Batuan sedimen klastik terbentuk sebagai akibat pengendapan kembali rombakan
batuan asal, baik batuan beku, batuan metamorf ataupun batuan sedimen yang lebih tua.
Adapun fragmentasi batuan asal dimulai dari pelapukan, baik mekanik maupun kimiawi, lalu
tererosi, tertransportasi dan terendapkan pada cekungan pengendapan lalu mengalami proses
Diagenesa yaitu proses perubahan-perubahan pada temperatur rendah yang meliputi
Kompakasi, Sementasi, Rekristalisasi, Autigenesis dan Metasomatisme.
 Klastik yang bersifat Silikaan (Breksi, Konglomerat, Pasir, Lanau, Lempung)
 Klastik yang bersifat Karbonatan (Kalsidurite, Kalkarenite, Kalsilutite)

b. Batuan Sedimen Non Klastik


Terbentuk dari Reaksi kimia atau kegiatan organisme, rekasi kimia yaitu Kristalisasi
atau reaksi Organik (Penggaraman unsure – unsur laut, pertumbuhan kristal dari agregat
kritstal yang terpresipitasi dan replacement).
 Non Klastik bersifat silikaan (Rijang)
 Non Klastik bersifat Karbonatan (Batu Gamping Nonklastik)

Lab. Geologi Dinamik


24 Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
2020
Modul Praktikum Petrologi 2020

III. 2 Pemerian Batuan Sedimen Klastik


Pemerian batuan sedimen klastik meliputi :
a. Tekstur
Tekstur adalah kenampakan yang berhubungan dengan ukuran dan bentuk butir serta
susunannya (Pettijohn, 1975).
1. Ukuran Butir (Grain Size)
Pemerian ukuran butir didasarkan pada pembagian besar butir yang disampaikan oleh
Wentworth, 1922, seperti di bawah ini :

Tabel 3.1 Ukuran butir pada batuan sedimen (Wentworth, 1922)


Ukuran butir Nama Butiran
(mm) Bahasa Indonesia Bahasa Inggris
> 256 Bongkah Boulder
64 – 256 Brangkal Couble
4 – 64 Kerakal Pebble
2–4 Kerikil Gravel
1–2 Sangat Kasar Very coarse
0,5 – 1 Kasar Coarse
0,25 – 0,5 Pasir Menengah Sand Medium
0,125 – 0,25 Halus Fine
0,06 – 0,125 Sangat halus Very fine
0,004 – 0,06 Lanau Silt
< 0,004 Lempung Clay

2. Pemilahan (Sorting)
Pemilahan adalah keseragaman ukuran besar butir penyususn batuan endapan /
sedimen. Dalam pemilahan dipergunakan pengelompokan sebagai berikut :
 Terpilah baik (Well sorted), kenampakan ini diperlihatkan oleh ukuran besar butir
yang seragam pada semua komponen batuan sedimen
 Terpilah buruk (poorly sorted), merupakan kenampakan pada batuan sedimen yang
memilki besar butir yang beragam dimulai dari lempung hingga kerikil atau bahkan
bongkah.

Lab. Geologi Dinamik


25 Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
2020
Modul Praktikum Petrologi 2020

 Selain dua pengelompokan tersebut adakalanya seorang peneliti menggunakan


pemilahan sedang untuk mewakili kenampakan yang agak seragam.

Gambar 3.1 Derajad Sortasi


3. Kebundaran (Roundness)
Kebundaran adalah nilai membulat atau meruncingnya bagian tepi butiran pada
batuan sedimen klastik sedang sampai kasar. Kebundaran dibagi menjadi
 Membundar Sempurna (Well Rounded), hampir semua permukaan cembung
(equidimensional)
 Membundar (Rounded), pada umumnya memiliki permukaan bundar, ujung-ujung
dan tepi butiran cekung.
 Agak Membundar (Subrounded), permukaan umumnya datar dengan ujung-ujung
yang membundar
 Agak Menyudut (Sub Angular), permukaan datar dengan ujung-ujung yang tajam
 Menyudut (Angular), permukaan kasar dengan ujung-ujung butir runcing dan tajam

Lab. Geologi Dinamik


26 Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
2020
Modul Praktikum Petrologi 2020

Gambar 3.2 Derajad Kebundaran Butiran


4. Kemas (Fabric)
Kemas yaitu banyak sedikitnya rongga antar butir pada Batuan Sedimen. Batuan
sedimen yang memiliki kemas tertutup memiliki sedikit ruang antar butir dan sebaliknya
batuan sedimen yang berkemas terbuka berarti bahwa banyak ruang atau rongga antar butir
yang cenderung tertutup yang memiliki ukuran butir pasir halus hingga lempung karena pada
ukuran tersebut cenderung sekali memiliki ruang antar butiran.

b. Struktur
Struktur sedimen merupakan suatu kelainan dari perlapisan normal dari batuan
sedimen yang diakibatkan oleh proses pengendapan dan keadaan energy pembentuknya.
Studi struktur paling baik dilakukan di lapangan (Pettijohn, 1975).
Berdasarkan asalnya, struktur sedimen yang terbentuk dapat dibagi menjadi tiga
macam yaitu :
1. Struktur Sedimen Primer
Terbentuk karena proses sedimentasi, dapat merefleksikan meknisme
pengendapannya. Struktur sedimen primer antara lain : perlapisan, gelembur gelombang,
perlapisan silang siur, konvolut, perlapisan bersusun dan lain-lain.
2. Struktur Sedimen Sekunder
Terbentuk setelah proses sediemntasi, sebelum atau setelah diagenesa. Menunjukan
keadaan lingkungan pengendapannya. Contoh struktur sedimen sekunder antar lain : cetak
beban, cetak suling dll

Lab. Geologi Dinamik


27 Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
2020
Modul Praktikum Petrologi 2020

3. Struktur Organik
Struktur yang terbentuk oleh kegiatan organisme seperti molusca, cacing atau
binatang lainnya. Struktur organik antara lain : kerangka, laminasi pertumbuhan dan lain-lain.
Struktur batuan sedimen yang penting adalah perlapisan. Struktur ini umum terdapat
pada batuan Sedimen Klastik yang terbentuknya disebabkan beberapa faktor antara lain :
Faktor-faktor yang mempengaruhi kenampakan adanya struktur perlapisan adalah :
 Adanya perbedaan warna mineral
 Adanya perbedaan ukuran besar butir
 Adanya perbedaan komposisi mineral
 Adanya perubahan macam batuan
 Adanya perubahan struktur sedimen
 Adanya perubahan kekompakan

Macam – macam Perlapisan


a. Masif
Bila tidak menunjukan struktur dalam (Pettijohn & Potter, 1964) atau ketebalan lebih
dari 120 cm (Mc. Kee & Weir, 1953)
b. Perlapisan Sejajar
Bila menunjukan bidang perlapisan yang sejajar.
c. Laminasi
Perlapisan sejajar yang memiliki ketebalannya kurang dari 1 cm. Terbentuk dari
suspensi tanpa energi mekanis.
d. Perlapisan Pilihan
Bila perlapisan disusun oleh butiran yang berubah dari halus ke kasar pada arah
vertical
e. Perlapisan Silang Siur
Perlapisan yang membentuk sudut terhadap bidang lapisan yang berada di atas atau di
bawahnya dan dipisahkan oleh bidang erosi, terbentuk akibat intensitas arus yang
berubah-ubah.

Pada Bidang Perlapisan


Macam – macam yang penting antara lain :
 Gelembur gelombang, terbentuk sebagai akibat pergerakan air atau angin

Lab. Geologi Dinamik


28 Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
2020
Modul Praktikum Petrologi 2020

 Rekah kerut, rekahan pada permukaan bidang perlapisan sebagai akibat proses
penguapan
 Cetak suling, cetakan sebagai akibat pengerusan media terhadap batuan dasar
 Cetak beban, cetakan akibat pembebanan pada sedimen yang masih plastis
 Bekas jejak organisme, bekas rayapan, rangka, apaun tempat berhenti binatang

Gambar 3.3 Bentuk – bentuk lapisan sedimen

Lab. Geologi Dinamik


29 Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
2020
Modul Praktikum Petrologi 2020

Tabel 3.2 Pembagian lapisan berrdasarkan ketebalannya (Mc. Kee & Weir, 1953)
Ketebalan (cm) Penamaan lapisan sedimen
>120 Lapisan sangat tebal
60 – 120 Lapisan tebal
5 – 60 Lapisan tipis
1–5 Lapisan sangat tipis
0,2 – 1 Laminasi
< 0,2 Laminasi tipis

c. Komposisi Mineral
Komposisi mineral dari batuan sedimen klastik dapat dibedakan menjadi :
1. Fragmen
Fragmen adalah bagian butiran yang berukuran lebih besar, dapat berupa pecahan-pecahan
batuan, mineral, cangkang fosil dan zat organic.
2. Matrik (masa dasar)
Matrik adalah butiran yang berukuran lebih kecil dari fragmen dan terletak diantaranya
sebagai masa dasar. Matrik dapat berupa pecahan batuan, mineral atau fosil.
3. Semen
Semen adalah material pengisi rongga serta pengikat antar butir sedimen, dapat
berbentuk Amorf atau Kristalin.
Bahan – bahan semen yang lazim adalah :
 Semen karbonat (kalsit dan dolomit)
 Semen silika (kalsedon, kuarsit)
 Semen oksida besi (limonit, hematit dan siderite)
Pada sedimen berbutir halus (lempung dan lanau) semen umumnya tidak hadir karena
tidak adanya rongga antar butiran.

III.3 Pemerian Batuan Sedimen Non Klastik


Pemerian batuan sedimen Non Klastik didasarkan pada :
a. Tekstur
Tekstur dibedakan menjadi :
1. Kristalin

Lab. Geologi Dinamik


30 Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
2020
Modul Praktikum Petrologi 2020

Terdiri dari kristal-kristal yang interlocking, untuk pemeriannya menggunakan skala


wentworth dengan modifikasi sebagai berikut :

Tabel 3.3 Pemerian batu pasir dari Skala Wentworth


Nama Butir Besar Butir (mm)
Berbutir kasar >2
Berbutir sedang 1/16 – 2
Berbutir halus 1/256 – 1/16
Berbutir sangat halus < 1/256

2. Amorf
Terdiri dari mineral yang tidak membentuk kristal-kristal atau amorf

b. Struktur
Struktur batuan sedimen Non Klastik terbentuk oleh reaksi kimia maupun aktifitas
organisme.
Macam-macamnya :
1. Fossiliferous, struktur yang menunjukan adanya fosil
2. Oolitik, struktur dimana fragmen klastik diselubungi oleh mineral non klastik, bersifat
konsentris dengan diameter kurang dari 2 mm
3. Pisolitik, sama dengan oolitik tetapi ukuran diameternya lebih dari 2 mm
4. Konkresi, sama dengan oolitik namun tidak konsentris
5. Cone in cone, struktur pada batu gamping kristalin berupa pertumbuhan kerucut per
kerucut.
6. Biohernm, tersusun oleh organisme murni insitu
7. Biostorm, seperti bioherm namun bersifat klastik
8. Septaria, sejenis konkresi tapi memiliki komposisi lempungan. Cirri khasnya adalah
adanya rekahan-rekahan tak teratur akibat penyusutan bahan lempungan tersebut
karena proses dehidrasi yang semua celah-celahnya terisi oleh mineral karbonat.
9. Goode, banyak dijumpai pada batu gamping, berupa rongga-rongga yang terisi oleh
kristal-kristal yang tumbuh ke arah pusat rongga tersebut. Kristal dapat berupa kalsit
maupun kuarsa.
10. Styolit, kenampakan bergerigi pada batugamping sebagai hasil pelarutan

Lab. Geologi Dinamik


31 Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
2020
Modul Praktikum Petrologi 2020

c. Komposisi Mineral
Monomineralik Karbonat

III. 4 Pemerian Batuan Sedimen Karbonat


Batuan karbonat adalah batuan sedimen dengan komposisi yang dominan (lebih dari
50%) terdiri dari mineral-mineral atau garam-garam karbonat, yang dalam praktek secara
umum meliputi batugamping dan dolomite.
Dalam praktikum, akan disajikan klasifikasi sebagai berikut :
a. Batu gamping Klastik :
Batu gamping yang terbentuk dari pengendapan kembali detritus batu gamping asal.
Contoh : Klasidurite, Kalkarenite, Kalsilutite
b. Batu gamping Non Klastik
Batu gamping yang terbentuk dari proses kimia maupun aktifitas organisme dan
umum monomineralik.
Dapat dibedakan :
 Hasil biokimia : bioherm, biostorm
 Hasil larutan kimia : travertine, tufa
 Hasil replacement : batu gamping fosfat, batu gamping dolomite, batu gamping
silikat dll.

III. 5 Pemerian Karbonat Klastik


Pemeriannya meliputi tekstur, struktur dan komposisi mineral.
a. Tekstur
Pemeriannya meliputi, Tekstur, Struktur dan Komposisi mineral

Tabel 3.4 Ukuran butir sedimen karbonat klastik


Nama butir Ukuran butir (mm)
Rudite >1
Arenit 0,062 – 1
Lutite < 0,062

b. Struktur
Pemerian sama dengan batuan sedimen klastik

Lab. Geologi Dinamik


32 Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
2020
Modul Praktikum Petrologi 2020

c. Komposisi
Terdapat pemerian fragmen, matrik dan semen hanya terdapat perbedaan istilah (Folk,
1954), meliputi :
1. Allochem, sama seperti fragmen pada batuan sedimen klastik
Macam-macam Allochem :
Kerangka organisme (skeletal), berupa cangkang binatang atau kerangka hasil
pertumbuhan
 Interclass, merupakan butiran-butiran dari hasil abrasi bati gamping yang telah
ada
 Pisolit, merupakan butiran-butiran oolit berukuran lebih dari 2 mm
 Pellet, fragmen menyerupai oolit tetapi tidak menunjukan struktur konsentris.
2. Mikrit, merupakan agregat halus berukuran 1 – 4 mikron, berupa kristal-kristal
karbonat terbentuk secara bikomia atau kimia langsung dari presipitasi dari air laut
dan mengisi rongga antar butir.
3. Sparit
Merupakan semen yang mengisi ruang antar butir dan rekahan, berukuran halus (0,02
– 0,1 mm), dapat terbentuk langsung dari sedimentasi secara insitu atau rekrsitalisasi
dari mikrit.

III. 6 Pemerian Karbonat Non Klastik


Pemeriannya sama dengan pemerian batuan sedimen non klastik lainnya hanya saja
dalam jenis batuan memakai karbonat non klastik

Tabel 3.5 Nama-nama Batuan Karbonat


Batuan Karbonat
Klastik Non Klastik
Dominasi rombakan Dominasi Pertumbuhan
Kristalin
karbonat rombakan fosil terumbu
>2 mm Kalsirudite
Batu gamping Batu gamping Batu gamping
1 – 0,06 mm Kalkarenite
bioklastik terumbu kristalin
< 0,06 mm Kalsilutite

Lab. Geologi Dinamik


33 Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
2020
Modul Praktikum Petrologi 2020

Tabel 3.6 Klasifikasi batu pasir (Pettijohn, 1973)


Matrik
rombakan Matrik rombakan tak ada /
Semen atau matrik dominan (> jarang (< 15%, pori-pori
15%) semen kosong / diisi semen
tidak ada
A R
Feldspar
R Subarkose I
lebih besar
G Graywacke K / J
dari
R feldspatik O Batupasir A
fragmen
A S Feldspatik N
batuan
Y E G
W Batu Pasir litik
Fraksi
Fragmen A R
pasir atau
batuan C I
rombakan Graywacke
lebih besar K Sub Proto J
litik
dari E Graywacke Kuarsiit A
feldspar N
G
Variable
Kandungan > 75% -
biasanya < < 75% >95%
kuarsa < 95%
75%

Lab. Geologi Dinamik


34 Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
2020
Modul Praktikum Petrologi 2020

CONTOH DESKRIPSI
BATUAN SEDIMEN KLASTIK

Nomor sampel : 01
Jenis Batuan : Batuan Sedimen Klastik
Warna : Cokelat
Struktur : Laminasi
Tekstur : Ukuran butir : Pasir halus (0,125 – 0,25 mm)
Derajad pembundaran : Rounded
Derajad pemilahan : Baik
Kemas : Tertutup
Komposisi : Fragmen : Kuarsa
Matrik : Hornblende
Semen : Silika
Nama Batuan : Batu pasir Silikaan

CONTOH DESKRIPSI
BATUAN SEDIMEN NON KLASTIK

Nomor Sampel : 02
Jenis Batuan : Batuan Sedimen Non Klastik
Warna : Cokelat
Struktur : Masif
Tekstur : Amorf
Komposisi : Monomineralik Silika
Nama Batuan : Rijang

Lab. Geologi Dinamik


35 Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
2020
Modul Praktikum Petrologi 2020

CONTOH DESKRIPSI
BATUAN SEDIMEN KARBONAT KLASTIK

Nomor Sampel : 03
Jenis Batuan : Batuan Sedimen Karbonat Klastik
Warna : Cokelat
Struktur : Masif
Tekstur : Ukuran butir : Arenit (0,062 – 1 mm)
Derajad pembundaran : Rounded
Derajad pemilahan : Baik
Kemas : Tertutup
Komposisi : Allochem : Interclast
Mikrit : Kalsit
Sparit : Karbonat
Nama Batuan : Kalkarenit

CONTOH DESKRIPSI
BATUAN SEDIMEN KARBONAT NON KLASTIK

Nomor Sampel : 04
Jenis Batuan : Batuan Sedimen Karbonat Non Klastik
Warna : Cokelat
Struktur : Fossiliferous
Tekstur : Amorf
Komposisi : Monomineralik Karbonat
Nama Batuan : Batu gamping Berfosil

Lab. Geologi Dinamik


36 Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
2020
Modul Praktikum Petrologi 2020

BAB IV
BATUAN METAMORF

Batuan metamorf adalah batuan yang dihasilkan dari perubahan-perubahan


fundamental batuan yang sebelumnya telah ada. Proses metamorf terjadi dalam keadaan
padat dengan perubahan kimiawi dalam batas-batas tertentu saja dan meliputi proses-proses
rekristalisasi, orientasi dan pembentukan mineral-mineral baru dengan penyusunan kembali
elemen-elemen kimia yang sebenarnya telah ada.
Metamorfosa adalah proses rekristalisasi di kedalaman kerak bumi (3 – 20 km) yang
keseluruhan atau sebagian besar terjadi dalam keadaan padat, yakni tanpa melalui fasa cair.
Proses metamorfasa suatu proses yang tidak mudah untuk dipahami karena sulitnya
menyelidiki kondisi di kedalaman dan panjangnya waktu.
Proses perubahan yang terjadi di sekitar muka bumi seperti pelapukan, diagenesa,
sementasi sedimen tidak termasuk ke dalam pengertian metamorfosa.

IV. 1 Tipe – tipe Metamorfosa


a. Metamorfsa Lokal
 Metamorfosa Kontak (Thermal)
Panas tubuh intrusi yang diteruskan ke batuan sekitarnya, mengakibatkan
metamorfosa kontak dengan tekanan berkisar antara 1000 – 3000 atm dan temperatur 300 –
8000 C. Pada metamorfosa kontak, batuan sekitarnya berubah menjadi hornfels atau
hornstone (batu tanduk).
Susunan batu tanduk itu sama sekali tergantung pada batuan sedimen asalnya (batu
lempung) dan tidak tergantung pada jenis batuan beku disekitarnya. Pada tipe metamorfosa
lokal ini, yang paling berpengaruh adalah faktor suhu disamping faktor tekanan, sehingga
struktur metamorfosa yang khas adalah non foliasi, antara lain hornfels itu sendiri.
 Metamorfosa Dislokasi / Dinamik / Kataklastik
Batuan ini dijumpai pada daerah yang mengalami dislokasi, seperti di sekitar sesar.
Pergerakan antar blok batuan akibat sesar akan menghasilkan breksi sesar dan batuan
metamorfik dinamik.
b. Metamorfosa Regional
 Metamorfosa Regional Dinamothermal

Lab. Geologi Dinamik


37 Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
2020
Modul Praktikum Petrologi 2020

Metamorfosa regional terjadi pada daerah luas akibat orogenesis. Pada proses ini
pengaruh suhu dan tekanan berjalan bersama-sama. Tekanan yang terjadi di daerah tersebut
berkisar antara 2000 – 13.000 bars (1 bars = 106 dyne/cm2) dan temperatur berkisar antara
200 – 8000 C.
 Metamorfosa Beban
Metamorfosa regional yang terjadi jika batuan terbebani oleh sedimen yang tebal di
atasnya. Tekanan mempunyai peranan yang penting dari pada suhu. Metamorfosa ini
umumnya tidak disertai oleh deformasi ataupun perlipatan sebagaimana pada metamorfosa
dinamothermal. Metamorfosa regional beban, tidak berkaitan dengan kegiatan orogenesa
ataupun intrusi magma. Temperatur pada metamorfosa beban lebih rendah dari pada
metamorfosa dinamothermal, berkisar antara 400 – 4500 C. gerak-gerak penetrasi yang
menghasilkan skistositas hanya aktif secera setempat, jika tidak biasanya tidak hadir.
 Metmorfosa Lantai Samudera
Batuan penyusunnya merupakan material baru yang dimulai pembentukannya di
punggungan tengah samudera. Perubahan mineraloginya dikenal juga metamorfisme
hydrothermal (Coomb, 1961). Dalam hal ini larutan panas (gas) memanasi retakan-retakan
batuan dan menyebabkan perubahan mineralogi batuan sekitarnya. Metamorfisme semacam
ini melibatkan adanya penambahan unsur dalam batuan yang dibawa oleh larutan panas dan
lebih dikenal dengan metasomatisme.

IV.2 Pemerian Batuan Metamorf


a. Struktur
Struktur dalam batuan metamorf dapat dibagi menjadi 2 golongan besar, yaitu :
1. Struktur Foliasi (schistosity)
Dimana mineral baru menunjukan penjajaran mineral yang planar. Seringkali terjadi
pada metamorfisme regional dan kataklastik.
Struktur foliasi yang menunjukan urutan derajad metamorfosa dari rendah ke tinggi :
 Slatycleavage
Berasal dari batuan sedimen (lempung) yang berubah ke metamorfik, sangat halus
dan keras, belahannya rapat, mulai terdapat daun-daun mika halus, memberikan warna
kilap, klorit dan kuarsa mulai hadir. Umumnya dijumpai pada batuan sabak / slate.
Filitik / Phylitik

Lab. Geologi Dinamik


38 Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
2020
Modul Praktikum Petrologi 2020

Rekristalisasi lebih kasar dari pada slatycleavage, lebih mengkilap dari pada batu sabak,
mineral mika lebih banyak disbanding slatycleavage. Mulai terdapat mineral lain yaitu
tourmaline, contohnya batuannya adalah filit.
 Schistosa
Merupakan batuan yang sangat umum dihasilkan dari metamorfosa regional, sangat
jelas keeping-kepingan mineral-mineral plat seperti mika, talk, klorit, hematite dan mineral
lain yang berserabut. Terjadi perulangan antara mineral pipih dengan mineral granular
dimana mineral pipih lebih banyak dari pada mineral granular, orientasi penjajaran mineral
pipih menerus.
 Gneistosa
Jenis ini merupakan metamorfosa derajad paling tinggi, dimana terdapat mineral
mika dan mineral granular, tetapi orientasi mineral pipihnya tidak menerus / terputus.
2. Struktur Non Foliasi
Dimana mineral baru tidak menunjukan penjajaran mineral yang planar. Seringkali
terjadi pada metamorfisme kontak / termal.
Pada struktur nonfoliasi ini hanya ada beberapa pembagian saja, yaitu :
 Granulose / Hornfelsik
Merupakan mozaik yang tediri dari mineral-mineral equideminsional serta pada jenis
ini tidak ditemukan menunjukan cleavage (belahan). Contohnya antara lain adalah marmer,
kuarsit
 Liniasi
Pada jenis ini, akan ditemukan keidentikian yaitu berupa mineral-mineral menjarum
dan berserabut. Contonya seperti serpentin dan asbestos.
 Kataklastik
Suatu struktur yang berkembang oleh penghancuran terhadap batuan asal yang
mengalami metamorfosa dynamo.
 Milonitik
Hampir sama dengan struktur kataklasti, hanya butirannya lebih halus dan dapat
dibelah-belah seperti skistose. Struktur ini sebagai salah satu cirri adanya sesar.
 Filonitik
Hampir sama dengan struktur milonitik, hanya butirannya lebih halus lagi.

Lab. Geologi Dinamik


39 Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
2020
Modul Praktikum Petrologi 2020

 Flaser
Seperti struktur kataklastik, dimana struktur batuan asal berbentuk lensa tertanam
pada masa dasar milonit.
 Augen
Suatu struktur batuan metamorf juga seperti struktur flaser, hanya lensa-lensanya
terdiri dari butir-butir fledspar, dalam masa dasar yang lebih halus.

b. Tekstur
Mineral batuan metamorfosa disebut mineral metamorfosa yang terjadi karena
kristalnya tumbuh dalam suasan padat dan bukan mengkristal dalam suasana cair, sehingga
kristal yang terjadi disebut blastos.
Tekstur pada batuan metamorf dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Kristaloblastik
Tekstur pada batuan metamorf yang sama sekali baru terbentuk pada saat proses
metamorfisme dan tekstur batuan asal sudah tidak kelihatan.
 Porfiroblastik
Seperti tekstur porfiritik pada batuan beku dimana terdapat masa dasar dan fenokris,
hanya dalam batuan metamorf fenokrisnya disebut porfiroblast.
 Granoblastik
Tekstur pada batuan metamorf dimana butirannya seragam
 Lepidoblastik
Dicirikan dengan susunan mineral dalam batuan saling sejajar dan terarah, bentuk
mineralnya tabular
 Nematoblastik
Di sini mineral-mineralnya juga sejajar dan searah hanya mineral-mineralnya
berbentuk prismatic, menyerat dan menjarum
 Idioblastik
Tekstur pada batuan metamorf dimana mineral-mineral pembentuknya berbentuk
euhedral (baik).
 Hipidioblastik
Tekstur pada batuan metamorf dimana mineral-mineral pembentuknya berbentuk
suhedral (sedang)
 Xenoblastik

Lab. Geologi Dinamik


40 Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
2020
Modul Praktikum Petrologi 2020

Tekstur pada batuan metamorf dimana mineral-mineral pembentuknya berbentuk


anhedral (buruk)
2. Polimsest (Tekstur Sisa)
 Blastoporfiritik
Sisa tekstur porfiritik batuan asal (batuan beku) yang masih nampak
 Blastofitik
Sisa tekstur ofitik pada batuan asal (batuan beku) yang masih nampak
 Blastopsepit
Tekstur sisa dari batuan sedimen yang mempunyai ukuran butir lebih besar dari pasir
(psepit)
 Blastopsamit
Suatu tekstur sisa dari batuan sedimen yang mempunyai ukuran butir pasir (psemit)
 Blastopellit
Suatu tekstur sisa dari batuan sedimen yang mempunyai ukuran butir lempung
(pelit).

IV. 3 Komposisi Mineral


Berdasarkan bentuk / mineralnya, dibagi menjadi :
a. Mineral Stress
Mineral yang stabil dalam kondisi tertekan, dimana mineral ini berbentuk pipih atau
tabular, prismatik. Mineral ini tumbuh memanjang dengan kristal tegak lurus gaya.
Contohnya : Mika, Zeolit, Tremolit, Aktinolit, Glaukofan, Hornblende, Serpentin,
Silimanit, Kyanit, Antofilit.
b. Mineral Antistress
Mineral yang terbentuk bukan dalam kondisi tekanan, umunya berbentuk
equidimensional.
Contoh : Kuarsa, Garnet, Kalsit, Staurolit, Feldspar, Kordierit, Epidot.
Berdasarkan jenis metamorfismenya mineral ini khas muncul pada jenis
metamorfisme tertentu seperti :
1. Pada metamorfisme regional
Kyanit, Staurolit, Garnet, Silimanit, Talk, Glaukofan
2. Pada metamorfisme termal
Garnet, Andalusit, Korundum

Lab. Geologi Dinamik


41 Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
2020
Modul Praktikum Petrologi 2020

IV. 4 Penamaan Batuan Metamorf


Penamaan batuan metamorfik dimaksudkan untuk mengenali dan memberikan
informasi yang berarti pada batuan tersebut. Ada 5 kriteria utama dalam penamaannya, yaitu
:
a. Asal batuan semula
b. Mineralogi batuan metamorf
c. Tekstur
d. Penamaan secara khusus
e. Tekstur dan mineralogi
Istilah metabasit, metapelit adalah batuan metamorf yang berasal dari batuan beku
dan batuan sedimen, metasedimen, metabatupasir, metagranit, semua mengisyaratkan
batuan semula. Skis, Gneis, Hornfles, filit adalah penamaan berdasarkan pada tekstur batuan
metamorf tersebut. Kuarsit, Serpentinit adalah penamaan berdasarkan mineralogi.
 Slate adalah batuan metamorf derajd sangat rendah, disusun oleh mineral pilosilikat
sangat halus tersusun membentuk orientasi kesejajaran yang memperlihatkan
lembaran.
 Filit adalah bertekstur skitose tetapi disusun oleh mineral pilosilikat yang halus
(dalam ukuran 0,1 – 1 mm)
 Sekis ditandai dengan penjajaran mineral pipih berukuran >1 mm sehingga mudah
dikenali dengan mata telanjang. Pada sekis tampak kehadiran mineral pipih lebih
melimpah dari pada mineral granular.
 Gneiss berkristal sangat kasar, dapat mencapai beberapa millimeter dan mineral
tabularnya memperlihatkan foliasi. Batuan ini didominasi oleh mineral granular dari
pada mineral pipih (tabular / prismatik) yang menjajar. Istilah ortogenesis dipakai
untuk genes yang berasal dari batuan beku dan paragenesis untuk genes yang berasal
dari batuan sedimen.
 Milonit nerupakan batuan metamorf kataklastik yang disusun oleh matrik antara 50
– 90% dan sisanya berupa porfiklas. Jika hampir keseluruhan terdiri dari matrik dan
porfiroklas kurang dari 10% maka disebut ultra milonit. Pilonit adalah batuan
metamorf kataklastik yang kaya akan mineral pilosilikat yang secara khas
meperlihatkan seperti slate. Sedangkan batuan metmorfik yang bertekstur
granoblastik di sekitar intrusi dikenal dengan hornfels.

Lab. Geologi Dinamik


42 Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
2020
Modul Praktikum Petrologi 2020

Berikut adalah nama-nama batuan metamorf berdasarkan penamaan yang khas


padanya :
 Sekis Hijau adalah batuan metamorf yang berasal dari batuan beku basa, berwarna
hijau, berfoliasi, berderajad rendah, umumnya disusun oleh klorit, epidot, aktinolit.
 Sekis Biru adalah berasal dari batuan beku, berwarna gelap kebiruan, pada derajad
sangat rendah , tekstur berfoliasi, warnanya berasal dari melimpahnya Amphibole
Na terutama Glaukofan dan Krosit.
 Amfibolit utamanya disusun oleh mineral hijau gelap, hornblende dan plagioklas
dengan ditambah berbagai mineral aksesori
 Serpentinit adalah batuan berwarna hijau, hitam atau kemerah-merahan, disusun
secara mencolok oleh serpentin. Batuan ini berasal dari batuan beku ultrabasa.
 Eklogit adalah batuan metamorf berkomposisi utama garnet dan amfasit (piroksen
klino hijau rumput) tanpa plagioklas dengan sedikit mineral aksesori kuarsa, kyanit,
amfibolit, zeosit dan rutil
 Granulit adalah batuan metamorf dicirikan dengan tekstur granoblastik, berukuran
butir seragam bahkan membentuk kristal yang sempurna (polygonal) dan mineral
penyusunnya terbentuk pada temperatur tinggi seperti feldspar, piroksen, amfibolit
 Magmatit adalah percampuran batuan metamorf, skis atau gneiss pada derajad tinggi
berselang-seling dengan urat-urat batuan beku berkomposisi granitic hasil anateksis.

Lab. Geologi Dinamik


43 Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
2020
Modul Praktikum Petrologi 2020

Tabel 4.1.Pemerian Nama Batuan Metamorf

Lab. Geologi Dinamik


44 Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
2020
Modul Praktikum Mineralogi 2020

DAFTAR PUSTAKA

Agus Harjanto, Dr, ST, MT., dkk, 2009, Panduan Praktikum Petrologi, Jurusan
Teknik Geologi, FTM, UPN “Veteran” Yogyakarta.

Antohy, Hall, 1989. Igneous Petrology, Longman Inc, New York, h 573

Blatt, H. Middleton, and G. Murray. R., 1979. Origin of Sedimentary Rock. Prince-
Hall, Englewood, Dlifs

Ehler, E.G and Blatt., H., 1982. Petrology Igneous, Sedimentary and Metamorphic,
Freeman, Cooper & Company, United State of America, h 732

Fisher, R.V and Scmincke, H.U., 1984, Pyroklastic Rocks, Springer Verlag, h 472

Huang, W.T., 1962, Petrology, Mc. Graw Hill Book Company, New York, San
Fransisco, Toronto, London

Jackson K.C., 1970, Text Book of Lithology, Mc. Graw Hill Book Company, New
York

Koessoemadinata, R.P., 1981, Prinsip-prinsip Sedimentasi, Departemen Teknik


Geologi, ITB

Mulyaningsih, Sri. (2013), Vulkanologi, Akprind Press, Yogyakarta, 168 hal

Pettijohn, F.J., 1975, Sedimentary Rocks, 3rd Edition, Marker and Bow Publisher

Williams, H, Turner, F.J and Gilbert, C.M., 1954, Petrography : An Introduction to he


Study of Rocks in Thin Section, 2nd Edition, W.H Freeman and Company, New York

Winkler H.G.F., 1975, Petrogenesis of Metamorphic Rocks, 2nd Edition, Spring


Verlag, New York Inc

Wilson, M., 1989., An Introduction Petrogenesis A Global Tectonic Approach,


London : Depart of Earth Sciences, University of Leeds

Yardley, B.W.D, 1989, An Introduction to Metamorphic Petrology, 1 st Edition, John


Willey and Sons Inc

Wiloso, Danis Agoes, ST, MT., 2010, Buku Petunjuk Praktikum Petrologi, Jurusan
Teknik Geologi, FTMK, ITATS, Surabaya.

Lab. Geologi Dinamik


45 Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
2020

Anda mungkin juga menyukai