Anda di halaman 1dari 20

PRAKTIK AKUNTANSI SOSIAL PADA PERUSAHAAN

Kelompok 10
1. Rika Dwi Astuti (142190020)

2. Rinda Fitria (142190093)

3. Risma Nugrahani (142190110)


Definisi Akuntansi Sosial

Akuntansi sosial (dikenal juga sebagai akuntansi sosial dan lingkungan, pelaporan sosial perusahaan, pelaporan
tanggung jawab sosial perusahaan, pelaporan non-keuangan, atau akuntansi keberlanjutan) adalah proses
mengkomunikasikan dampak sosial dan lingkungan dari tindakan ekonomi organisasi untuk kepentingan
kelompok tertentu dalam masyarakat dan untuk masyarakat luas.
Definisi yang diberikan oleh para pakar akuntansi mengenai akuntansi sosial memiliki karakteristik yang sama,
sebagaimana yang dikemukakan oleh Ramanathan (1976) dalam Arief Suadi (1988), yaitu Akuntansi sosial
berkaitan erat dengan masalah :
(1) Penilaian dampak sosial dari kegiatan entitas bisnis,
(2) Mengukur kegiatan tersebut
(3) Melaporkan tanggungjawab sosial perusahaan, dan
(4) Sistem informasi internal dan eksternal atas penilaian terhadap sumber-sumber daya perusahaan dan
dampaknya secara sosial ekonomi.
Tujuan Akuntansi Sosial

Menurut Ramanathan (1976), tujuan diterapkannya akuntansi sosial adalah mengidentifikasikan dan mengukur
kontribusi sosial neto periodik suatu perusahaan,membantu menentukan apakah strategi dan praktik perusahaan
yang secara langsung mempengaruhi relatifitas sumberdaya dan status individu, masyarakat dan segmen-segmen
sosial memberikan dengan cara yang optimal, kepada semua kelompok sosial, informasi yang relevan tentang
tujuan, kebijakan, program, strategi dan kontribusi suatu perusahaan terhadap tujuan-tujuan sosial perusahaan.

Beberapa tujuan dari akuntansi sosial yaitu :

a. Memberikan informasi yang memungkinkan pengaruh kegiatan perusahaan terhadap masyarakat dapat di evaluasi.
b. Membantu menentukan apakah strategi dan praktik perusahaan yang secara langsung mempengaruhi relatifitas
sumberdaya dan status individu, masyarakat dan segmen-segmen sosial adalah konsisten dengan prioritas sosial
yang diberikan secara luas pada satu pihak dan aspirasi individu pada pihak lain.
c. Memberikan dengan cara yang optimal, kepada semua kelompok sosial, informasi yang relevan tentang tujuan,
kebijakan, program, strategi dan kontribusi suatu perusahaan terhadap tujuan-tujuan sosial perusahaan
Terdapat beberapa tujuan lain diterapkannya akuntansi sosial, yaitu :
a. Keterlibatan sosial merupakan respon terhadap keinginan dan harapan masyarakat terhadap peranan badan usaha. Dalam
jangka panjang,hal ini sangat menguntungkan badan usaha. 
b. Keterlibatan sosial mungkin akan mempengamhi perbaikan lingkungan, masyarakat yang mungkin akan menurunkan
biaya produksi.
c. Meningkatkan nama baik badan usaha, dan akan menimbulkan simpati langganan, karyawan, investor dan lain-lain.
d. Menghindari campur tangan pemerintah dalam melindungi masyarakat. Campur tangan pemerintah cenderung
membatasi peran badan usaha sehingga jika badan usaha memiliki tanggung menghindari pembatasan kegiatan jawab
sosial mungkin dapat menghindari pembatasan kegiatan jawab sosial mungkin dapat badan usaha.
e. Dapat menunjukkan respon positif terhadap norma dan masyarakat kepada badan usaha nilai yang berlaku sehingga
mendapat simpati masyarakat.
f. Sesuai dengan keinginan pemegang saham, dalam hal ini terkait dengan publik.
g.  Mengurangi tensi kebencian masyarakat kepada badan usaha yang kadang-kadang tidak mungkin masyarakat dihindari.
h. Membantu kepentingan nasional seperti konversi alam, pemeliharaan, seni budaya, peningkatan adalah pendidikan
rakyat, lapangan kerja, dsb.
Berdasarkan tujuan akuntansi sosial yang diuraikan diatas dapat dipahami bahwa akuntansi sosial berperan dan menjalankan
fungsinya sebagai bahasa bisnis yang mengakomodasi masalah–masalah sosial yang dihadapi oleh perusahaan, sehingga
pos–pos biaya sosial yang dikeluarkan kepada masyarakat dapat menunjang operasional dan pencapaian tujuan jangka
panjang perusahaan.
Fungsi Akuntansi Sosial

Fungsi akuntansi yang paling utama adalah sebagai media informasi keuangan suatu organisasi karna dari
laporan akuntansi kita dapat melihat seperti apa kualitas yang ada dalam suatu organisasidan seperti apa
perubahan yang terjadi dalam organisasi.

Pada dasarnya proses akuntansi akan membuat output laporan rugi laba, laporan perubahan modal, dan
laporan neraca pada suatu perusahaan atau organisasi lainnya. Pada suatu laporan akuntansi harus
mencantumkan nama perusahaan, nama laporan, dan tanggal penyusunan atau jangka waktu laporan tersebut
Peran Akuntansi Sosial

Peran akuntansi diharapkan dapat merespons lingkungan sosialnya sebagai perwujudan kepekaan dan
kepedulian entitas bisnis terhadap lingkungan sosialnya.
Akuntansi sosial secara teoritis mensyaratkan perusahaan harus melihat lingkungan sosialnya antara lain
masyarakat, konsumen, pekerja, pemerintah dan pihak lain yang dapat menjadi pendukung jalannya operasional
karena pergeseran tanggungjawab perusahaan. Untuk mendapatkan gambaran inilah perusahaan harus mampu
mengakses lingkungan sosialnya, setelah itu untuk menindak lanjuti dan mengukur kepekaan tersebut,
perusahaan memerlukan informasi secara periodikal, sehingga informasi ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi yang bermanfaat bagi semua pihak (Shareholders, stakeholders, debtholders). Akuntansi sosial
dilaksanakan atas dasar aktifitas sosial yang dijalankan oleh suatu entitas bisnis, selanjutnya diproses
berdasarkan prinsip, metode dan konsep akuntansi untuk diungkapkan bagi pihak – pihak yang berkepentingan,
kemudian dari informasi yang dihasilkan pengguna informasi akan dapat menentukan kebijakan selanjutnya
untuk aktifitas sosial dan kebijakan untuk lingkungan sosial entitas bisnis yang dijalankan.
Pengukuran Akuntansi Sosial
Harahap (1993) menguraikan beberapa metode yang biasa dipakai dalam
pengukuran Akuntansi sosial yaitu;
1. Menggunakan penilaian dengan menghitung Opportunity cost approach.
2. Menggunakan daftar kuesioner
3. Menggunakan hubungan antara kerugian massal dengan permintaan untuk barang
perorangan dalam menghitung kerugian masyarakat
4. Menggunakan reaksi pasar dalam menentukan harga
Ansry Zulfikar (1987) dalam Achmad Sonhadji (1989) memberikan beberapa teknik
pengukuran yang dapat diapakai, antara lain:
• Penilaian pengganti, yaitu jika nilai dari sesuatu tidak dapat langsung ditentukan,
maka dapat mengetimasikannya dengan nilai pengganti.
• Teknik survey, yaitu mencakup cara-cara untuk mendapatkan informasi dari
kelompok masyarakat tentang pengukuran aktifitas sosial perusahaan.
Pengukuran Akuntansi Sosial
Ansry Zulfikar (1987) dalam Achmad Sonhadji (1989) memberikan beberapa
teknik pengukuran yang dapat diapakai, antara lain:
• Biaya perbaikan dan pencegahan, yaitu biaya-biaya perbaikan yang dikeluarkan
oleh perusahaan sebuhubungan dengan lingkungan sosialnya.
• Penilaian dari penilai independen, yaitu memberikan suatu wewnang kepada
pihak luar untuk mengukur aktifitas sosial perusahaan
• Putusan pengadilan, yaitu dengan suatu keputusan yang mempunyai kekuatan
hokum
Secara empiris beberapa perusahaan di Amerika seperti IBM, Chase
Manhattan corporation, Bank of Minneapolis telah memaparkan informasi social
secara kuantitatif dalam laporan keuangannya, yang menunjukkan pengukuran
ataas praktik pengukuran dampak social perusahaan mereka (Achmad Sonhadji,
1989).
Pelaporan Akuntansi Sosial
Estes (1976) dalam Achmad Sondhaji (1989) menggambarkan Praktik pelaporan
akuntansi sosial yang terdiri dari :
• Praktik yang sederhana, yaitu laporan terdiri dari uraian akuntansi sosial yang tidak
disertai dengan data kuantitaif, baik satuan uang maupun satuan yang lainnya
• Praktik yang lebih maju, yaitu laporan terdiri dari uraian akuntansi sosial dan
disertai dengan data kuantitatif
• Praktik yang paling maju, yaitu laporan dalam bentuk kualitatif, perusahaan juga
menyusun laporannya dalam bentuk neraca
Selanjutnya dengan semakin berkembangnya pasar modal, perusahaan-
perusahaan melaporkan dan mengungkapkan aktifitas sosial untuk memberikan
informasi kepada pemilik modal, calon investor dan pihak-pihak luar (stakeholders)
lainnya yang juga berkepentingan. Praktik pengungkapan sosial (social disclosure)
dalam laporan tahunan perusahaan telah dilakukan dinegara negara Eropa barat,
Amerika Serikat, Australia, Selandia Baru, Singapura dan Malaysia.
Pelaporan Akuntansi Sosial

Keadaan ini turut mendorong perusahaan–perusahaan untuk


mengungkapkan secara sukarela untuk setiap periode mengenai
lingkungan sosialnya, sehingga dapat menunjukkan kepada kepada pihak–
pihak yang berkepentingan terhadap laporan tahunan perusahaan yang
dapat menjelaskan kepedulian dan kepekaan sosial suatu entitas bisnis.
Namun demikian, pengungkapan informasi sosial di Amerika Serikat
sampai saat ini masih bersifat kerelaaan (Voluntary disclosure) dan bukan
merupakan suatu kewajiban (Mandatory disclosure), tetapi
kecenderungan yang terjadi adalah perusahaan mengungkapkan aktifitas
sosial tersebut untuk mendeskripsikan lebih jauh tentang kiprah suatu
perusahaan dalam menjalankan fungsi – fungsi sosialnya.
Hubungan Akuntansi Dengan Lingkungan
Sosial
Selama ini perusahaan dianggap sebagai lembaga yang dapat
memberikan banyak keuntungan bagi masyarakat. Ia bisa
memberikan kesempatan kerja, menyediakan barang yang
dibutuhkan masyarakat untuk dikonsumsi, ia membayar pajak,
memberikan sumbangan, dan lain-lain. Karenanya perusahaan
mendapat legitimasi bergerak leluasa melaksanakan kegiatannya.
Setiap perusahaan didirikan dengan maksud dan tujuan untuk
memenuhi kebutuhan hidup masyarakat. Tetapi dibalik semua itu,
ada hal lain yang lebih penting menyebabkan keberadaan dari
perusahaan-perusahaan tersebut yaitu mencari keuntungan atau
laba yang sebesar-besarnya dalam setiap aktivitas produksi mereka.
Hubungan Akuntansi Dengan Lingkungan
Sosial
Dalam upaya untuk mendatangkan laba tersebut, setiap perusahaan selalu
berusaha mencari peluang dan kesempatan untuk melakukan sesuatu yang
dapat memberikan nilai tambah, dan pada akhirnya jika hal itu dibiarkan tidak
terkontrol maka kemungkinan besar yang dapat timbul adalah dampak-
dampak negatif yang dapat merugikan lingkungan dan masyarakat.
Dampak-dampak yang semakin lama dan semakin besar serta sukar untuk
dikendalikan ini seperti: polusi, keracunan, kebisingan, eksploitasi besar-besaran
terhadap sumber daya alam, diskriminasi, pemaksaan, kesewenang-wenangan,
produksi makanan haram, sampai ke penipuan-penipuan terhadap konsumen
seperti penjualan barang dengan kualitas rendah atau barang-barang yang sudah
tidak layak pakai lagi (kadaluarsa), dan sebagainya. Dampak luar ini disebut
Externalities. Karena besarnya dampak externalities terhadap kehidupan
masyarakat, maka masyarakatpun menginginkan agar dampak ini dikontrol
sehingga dampak negatif, external diseconomy atau social cost yang ditimbulkan
tidak semakin besar.
Hubungan Akuntansi Dengan Lingkungan
Sosial
Karena besarnya dampak externalities terhadap kehidupan
masyarakat, masyarakat pun menginginkan agar dampak ini
dikontrol sehingga dampak negatif atau social cost yang ditimbulkan
tidak semakin besar.
Akuntansi sosial ekonomi atau akuntansi pertanggungjawaban
sosial merupakan alat yang sangat berguna bagi perusahaan dalam
mengungkapkan aktivitas sosialnya di dalam laporan keuangan.
Pengungkapan melalui social reporting disclosure akan membantu
pemakai laporan keuangan untuk menganalisis sejauh mana perhatian
dan tanggung jawab sosial perusahaan dalam menjalankan bisnis.
Dalam PSAK tidak secara tegas mengharuskan perusahaan untuk
melaporkan tanggung jawab sosial mereka.
Hubungan Akuntansi Dengan Lingkungan Sosial

Pengelompokan, pengukuran, dan pelaporan juga belum diatur,


jadi untuk pelaporan tanggung jawab sosial diserahkan pada
masing-masing perusahaan. Berbeda dengan negara-negara Eropa,
laporan yang dibuat bersifat mandatory (kewajiban) yaitu
mewajibkan perusahaan-perusahaan terutama perusahaan yang
telah go public untuk membuat sustainability reporting (Laporan
Pertanggungjawaban) yang meliputi aspek keuangan, aspek sosial,
dan aspek lingkungan yang terjadi di perusahaan.
Penerapan Akuntansi Sosial Perusahaan di Indonesia

Di Indonesia sendiri, tanggungjawab akuntansi sosial ini diatur dalam UU No. 40


tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas :
• pasal 74 ayat 1 menyebutkan bahwa “perseroan yang menjalankan usahanya
dibidang atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung
jawab sosial dan lingkungannya”.
• Ayat 2 “tanggung jawab sosial badan usaha merupakan kewajiban perseroan yang
dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaanya
dilakukan dengan memperhatikan kepatuhan dan kewajaran” dan
• pasal 3 “perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban dikenai sanksi sesuai
ketentuan dan perundangundangan.
Selain diatur dalam peraturan perundang-undangan, Akuntansi Sosial juga diatur di
dalam PSAK. Regulasi mengenai akuntansi pertanggungjawaban sosial di Indonesia telah
diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 57 yang diterbitkan
oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).
Akuntansi dampak lingkungan dari aktivitas perusahaan juga telah diatur SAK. PSAK No.
1 paragraf 9 telah memberikan penjelasan mengenai penyajian dampak lingkungan
sebagai berikut :
• “ Perusahaan dapat pula menyajikan laporan tambahan seperti laporan mengenai
lingkungan hidup dan laporan nilai tambah ( value added statement), khususnya bagi
industri dimana faktor – faktor lingkungan hidup memegang peranan penting dan bagi
industri yang menganggap pegawai sebagai kelompok pengguna laporan yang
memegang peranan penting.
• “…Perusahaan menyajikan laporan tambahan mengenai lingkungan hidup (atau nilai
tambah), khususnya bagi industri dengan sumber daya utama terkait dengan
lingkungan hidup (atau karyawan dan stakeholder lainnya sebagai pengguna laporan
keuangan penting)
Pengungkapan sosial (Social Disclosure) di Indonesia

• Berdasarkan PSAK diatas, perusahaan-perusahaan di Indonesia dapat melaporkan


kegiatan sosialnya untuk dikomunikasikan kepada pihak luar dalam bentuk
laporan nilai tambah, sehingga dapat dipahami bahwa upaya untuk pelaporan
tanggungjawab sosial perusahaan sudah diakomodir oleh profesi akuntan di
Indonesia.
• Untuk melihat lebih jauh praktik pengungkapan sosial dalam laporan tahunan
perusahaan di Indonesia, para peneliti akuntansi telah melakukan berbagai
penelitian seperti yang dilakukan oleh Utomo (2000); Heny dan Murtanto (2001).
Hasil riset tersebut menemukan bahwa perusahaan di Indonesia mengungkapkan
3 tiga tema utama dalam pengungkapan sosialnya, yaitu ketenagakerjaan, produk
dan konsumen dan tema kemasyarakatan 
Contoh Kasus I :
PT Indorayon mulai beroperasi pada akhir 1980-an. Tahun 1999, perusahaan tersebut ditutup
berdasarkan rekomendasi dari Menteri Negara Lingkungan Hidup, ketika itu dijabat oleh Sonny
Keraf. Alasannya, perusahaan tersebut terbukti telah mencemari dan membahayakan lingkungan.
Pada Maret 2002, PT Indorayon kembali dibuka atas rekomendasi Wakil Presiden Republik
Indonesia, ketika itu dijabat oleh Megawati Soekarnoputri. PT Indorayon kembali buka dengan
nama lain, yaitu PT Toba Pulp Lestari (PT TPL).
Sepuluh tahun beroperasi, masyarakat Porsea merasakan dampak yang tak menyenangkan.
Perusahaan tersebut mencemari lingkungan dan mendatangkan masalah sosial, misalnya konflik
dan intimidasi aparat terhadap warga yang menolak PT Indorayon. Kualitas lingkungan yang buruk
juga membuat kesehatan masyarakat menurun.  Limbah dari perusahaan tak hanya mencemari
udara, tetapi juga membuat hasil panen warga menurun. Banyak bulir padi yang kosong atau tak
berisi. Masyarakat sekitar pun khawatir jika kejadian 10 tahun sebelumnya terjadi lagi sejak PT TPL
dibuka. Selain itu, warga sekitar mengaku bahwa limbah uap dari pabrik cukup mengganggu udara.
Berdasarkan data di Puskesmas Porsea, jumlah penderita Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA)
pada Januari 2001 mencapai 92 orang. Pada Januari 2002 mencapai 103 orang. Jumlah tersebut
meningkat lagi pada Januari 2003, yaitu menjadi 128 orang.
Kasus II
• Pemerintah menyimpulkan, perusahaan tambang emas PT Newmont Minahasa Raya
telah mencemari lingkungan di Teluk Buyat, Minahasa, Sulawesi Utara. Pencemaran
dan Dampak akibat kegiatan penambangan PT. NMR terjadi mulai tahun 1996–
1997 dengan 2000-5000 kubik ton limbah setiap hari di buang oleh PT. NMR ke
perairan di teluk Buyat yang di mulai sejak Maret 1996. Menurut PT. NMR, buangan
limbah tersebut, terbungkus lapisan termoklin pada kedalaman 82 meter. Nelayan
setempat sangat memprotes buangan limbah tersebut. Apalagi diakhir Juli 1996,
nelayan mendapati puluhan bangkai ikan mati mengapung dan terdampar di pantai.
Kematian misterius ikan-ikan ini berlangsung sampai Oktober 1996. Kemudian pada
tanggal 19 juni 2004, Yayasan Suara Nurani (YSN) dengan dr. Jane Pangemanan
melaksanakan kegiatan program pengobatan gratis untuk warga korban tambang
khususnya Kab. Minahasa Selatan, dan dari hasil pemeriksaan tersebut menyatakan
bahwa 93 orang yang diteliti menunjukkan keluhan atau penyakit yang diderita seperti
sakit kepala, batuk, beringus, demam, gangguan daya ingat, sakit perut, sakit maag,
sesak napas, gatal-gatal dan lain-lain. Diagnosa yang disimpulkan oleh dr Jane
Pangemanan, adalah warga Buyat Pantai menderita keracunan logam berat.
• Polemik tentang Penyakit akibat limbah NMR ini berkembang menjadi tajam.
Kemudian pihak pemerintah didalamnya Menteri Negara Lingkungan Hidup
menyelesaikan permasalahan ini memalui jalur non – litigasi  terhadap PT. NMR
dengan meminta ganti kerugian sebesar  124 juta dolar AS sebagai ganti rugi
akibat turunnya mutu lingkungan dan kehidupan warga Buyat yang menjadi
korban akibat kegiatan tambang newmont. Pihak  PT. NMR hanya sanggup
membayar 30 juta dolar AS, dan penyelesaian melalui jalur non litigasi tersebut
pun dianggap sebagai jalan keluar yang tepat. Namun pada tahun 2005 kasus ini
masuk ke jalur pidana

Anda mungkin juga menyukai