Oleh :
Muhammad Bagaspati Pambayun
111.200.095
Plug : 4
i
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
DISUSUN OLEH :
Elkana Amelia
ASSISTEN KRISTALOGRAFI & MINERALOGI
LABORATORIUM BAHAN GALIAN
SIE KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2019
ii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Laporan resmi praktikum Kristalografi dan Mineralogi ini saya persembahkan untuk :
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan resmi praktikum
mineralogi dan kristalografi tepat pada waktunya.
Terima kasih saya ucapkan kepada orang tua, teman seangkatan, dosen, dan para
koordinator beserta pengajar praktikum laboratiorium mineralogy dan kristalografi yang telah
membimbing dan memberi dukungan kepada saya sehingga laporan ini dapat disusun dengan
baik dan tepat waktu.
Melalui laporan yang saya susun diharapkan dapat menambah pengetahuan pembaca.
Saya menyadari bahwa dalam laporan ini masih terdapat banyak kekurangan. Maka dari itu
kami mengharapkan saran dan masukan yang membangun demi penyusunan laporan dengan
tema serupa yang lebih baik lagi.
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN.....................................................................................................ii
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................................................iii
KATA PENGANTAR ................................................................................................................iv
DAFTAR ISI...............................................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................................vi
DAFTAR TABEL ……………………………………………………………………...............vii
PENDAHULUAN ......................................................................................................................viii
I. Latar Belakang ........................................................................................................viii
II. Maksud dan Tujuan Penulisan.................................................................................viii
BAB I KRISTALOGRAFI
I.1 Dasar Teori ..............................................................................................................1
I.2 Gambar Kristal .......................................................................................................2
I.2.a Sumbu dan Sudut Kristalografi..............................................................................2
I.2.b Simbol Kristalografi ..............................................................................................4
I.2.c Kelas Simetri..........................................................................................................5
I.2.d Bentuk-bentuk Kristal............................................................................................9
BAB II MINERALOGI FISIK
II.1 DasarTeori ...............................................................................................................26
II.2 Deskripsi Mineral ....................................................................................................27
BAB III MINERALOGI KIMIAWI
III.1 Dasar Teori..............................................................................................................40
BAB IV ROCK FORMING MINERALS
IV.1 Dasar Teori ...........................................................................................................44
IV.1.a.Felsik Mineral ......................................................................................................47
IV.1.b.Mafik Mineral ......................................................................................................49
BAB V KESIMPULAN
V.1 Kristalografi ............................................................................................................51
V.2 Mineralogi Fisik ......................................................................................................51
V.3 Mineralogi Kimiawi ................................................................................................52
V.4 Rock Forming Mineral .............................................................................................52
BAB VI KRITIK& SARAN ...................................................................................................53
VI.1Kritik dan Saran ......................................................................................................53
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................54
v
DAFTAR GAMBAR
vi
Daftar Tabel
vii
Pendahuluan
I. Latar Belakang
Geologi adalah ilmu yang mempelajari bumi, seperti komposisinya, strukturnya,
sifat-sifat fisik, sejarah, serta proses pembentukannha. Bumi terdiri atas bebatuan,
sedangkan bebatuan tersusun dari minera-mineral.
Mineral adalah benda padat homogen yang terbentuk di alam serta memiliki
kandungan anorganik. Mineral mempunyai komposisi kimia pada batas batas tertentu dan
memiliki atom-atom yang teratur. Mineralogi adalah ilmu cabang geologi yang
memperlajari tentang mineral, baik itu bentuk individu atau bentuk satuan, sifat-sifat
fisik, sifat-sifat kimia, keterdapatannya, cara pembentukannya, dan kegunaannya.
Kristal adalah bahan padat homogen yang memiliki struktur yang tetap dan teratur,
dibatasi oleh polyhedron dengan jumlah dan kedudukan bidang-bidang kristalnya teratur.
Kristalografi adalah ilmu yang mempelajari tentang kristal, yaitu tentang geometri
penyusun, perkembangan, pertumbuhan, dan struktur kristal tersebut.
viii
Laporan Resmi Praktikum Kristalografi dan Mineralogi 2020
BAB I
KRISTALOGRAFI
Sifat geometri,
Memberikan pengertian letak, panjang, dan jumlah sumbu kristal; yang
menyusun suatu bentuk kristal tertentu dan jumlah serta bentuk bidang luar yang
membatasinya.
Stuktur dalam,
Membicarakan susunan dan jumlah sumbu-sumbu kristal juga menghitung
Parameter dan Parameter Rasio.
Menentukan Kelas Simetri atas dasar jumlah unsur simetri setiap kistal.
Meggambarkan semua bentuk kristal atas dasar parameter dan parameter rasio,
jumlah dan posisi sumbu kristal dan posisi sumbu kristal dan bidang kristal yang
dimiliki oleh semua bentuk kristal dalam bentuk proyeksi Orthogonal.
Satuan ukur
Simbol Miller
Bagian yang terpotong
Simbol Miller dipakai sebagai symbol bidang dan symbol bentuk suatu kristal.
Contoh : bidang hal yang tersebut kita gambarkan dalam susunan salip sumbu
sistem Reguler, maka hal tersebut memotong :
1. Sumbu simetri
Sumbu simetri adalah garis lurus yang dibuat melalui pusat kristal, dimana
apabila kristal tersebut diputar sebesar 3600 dengan garis tersebut sebagai poros
putarnya, maka pada kedudukan tertentu, kristal tersebut akan menunjukkan
kenampakan-kenampakan seperti semula.
* Bigyre
Nama : Muhammad Bagaspati Pambayun
NIM : 111200095
Plug :4 5
Laporan Resmi Praktikum Kristalografi dan Mineralogi 2020
Apabila kristal diputar 3600 dengan sumbu tersebut sebagai poros putarannya,
akan muncul 2 kali kenampakan yang sama.
Misal : (L2 = L2 = g2 = g2 )
* Trigyre
Apabila kristal diputar 3600 dengan sumbu tersebut sebagai poros putarannya
maka akan muncul 3 kali kenampakan yang sama.
Misalnya : (L3 = L3 = g3 = g3 )
* Tetragyre
Apabila kristal diputar 3600 dengan sumbu tersebut sebagai poros putarannya
maka akan muncul 4 kali kenampakan yang sama.
Misalnya : (L4 = L4 = g4 = g4 )
* Hexagyre
Apabila kristal diputar 3600, dengan sumbu tersebut sebagai poros putarannya,
akan muncul 6 kali kenampakan yang sama.
Misalnya : (L6= L6= g6= g6)
Sering pula ditulis dengan huruf "L". kemudian di sebelah kanan atas ditulis nilai
sumbu dan kanan bawah ditulis i.
Macam-macam Gyroide :
- Digyroide (S2)
- Trigyroide (S3)
- Tetragyroide (S4)
- Hexagyroide (S6)
- Digyroide (S2)
Sumbu cermin putar bernilai 2, besar perputaran 1800. satu putaran sebesar 1800
menuju 18 dilanjutkan dengan pencerminan tegak lurus bidang cermin putaran
menempati 1 kembali.
- Trigyroide (S3)
Sumbu cermin putar bernilai 3, besar perputaran 1200. Dalam penentuan dan
cara mendapatkan sumbu bernilai 3 caranya sama dengan Digyroide.
- Tetragyroide (S4)
Sumbu cermin putar bernilai 4. Besar perputaran 900. maka akan terjadi
kenampakan baru elemen simetri dari 1 lewat 1’ menempati 2. Pada
kenampakan pertama, Tetragyroide merupakan dygyre, asal susunan
keseluruhannya diputar sebesar 1800.
- Hexagyroide (S6)
Sumbu cermin putar bernilai 6, besar perputaran 600. Kenampakan pertama
Hexagyroide juga trigyre, dengan perputaran sebesar 1200.
2. Bidang simetri
Bidang simetri adalah bidang datar yang dibuat melalui pusat kristal dan
membelah kristal menjadi dua bagian sama besar, dimana bagian yang satu
merupakan pencerminan dari bagian belahan yang lain. Bidang simetri dinotasikan
dengan P (plane) atau M (mirror).
Catatan :
Dalam menghitung jumlah bidang simetri, dihitung dahulu bidang simetri
utama, baru hitung bidang simetri tambahan.
Gambar 1.3 Tujuh Prinsip Letak Bidang Kristal Terhadap Susunan Sumbu Kristalografi
Contoh :
- 4 bidang kristal ------------- Tetrahedron 111
- 6 bidang kristal ------------- Hexahedron 100
b. Bentuk Kombinasi
Bentuk-bentuk kristal yang terjadi dari penggabungan dua atau lebih bentuk
tunggal yang tidak sama, sehingga pada.bentuk tersebut didapatkan dua atau lebih
simbol, bidang yang dipakai sebagai simbol bentuk, Bentuk ini hanya terjadi pada
sistem kristal yang sama.
Contoh :
- Kombinasi Hexahedron (100) + Octahedron (111)
- Kombinasi Rhomben Dodecahedron (110) + Tetrakishexahedron (210)
c. Bentuk Pertumbuhan
Pertumbuhan secara teratur antara dua atau lebih bentuk kristal tunggal atau
kombinasi dari bentuk yang sama, sehingga akan didapatkan unsur-unsur simetri
persekutuan yang sama. Tetapi, apabila kumpulan dari bentuk-bentuk tersebut
disebut kelompok atau kumpulan kristal (Cystal Agregate).
Contoh :
- Tetrakishexahedron 210
- Triakisoktahedron 211
Sistem Kristal
Sistem kristalografi dibagi 7 sistem, ini didasarkan kepada :
Perbandingan panjang sumbu-sumbu kristalografi.
Dilihat perbandingan sumbunya dibagi menjadi 4 yaitu
a=b=c sistem Reguler
a=b≠c sistem Tetragonal
a=b=d≠c sistem Hexagonal
a≠b≠c sistem Orthorombic, Monoklin, Triklin
c+
.
a-
b–
30° b+
a+
c-
Sudut 900
Karena Sb a Sb b Sb c, maka sering disebut sebagai Sb a.
2. Penggambarannya :
Sudut a dengan b 30 0
Perbandingan panjang sumbu a : b : c = 1 : 3 : 3
Notasi : 3, 3
III. Menerangkan sumbu intermediet bernilai 2 dan ada tidaknya bidang simetri
diagonal yang tegak lurus dengan sumbu tersebut.
2
Notasi : 2, m, , atau tidak ada
m
Contoh :
4 2 4 2
- Kelas Hexoctahedral 3 3
m m m m
- Kelas Pentagonal Icositetrahedral 432 432
- Kelas Hextetrahedral 4 3m 4 3m
2 2
- Kelas Dyakisdodecahedral 3 3-
m m
- Kelas Tetratohedris 23 23 -
c+
a+
b-
30° b+
a+
c-
2. Penggambarannya :
Sudut a dengan b 30 0
Perbandingan panjang sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6
Schoenflish ( Sc )
I. Menerangkan nilai sumbu yang tegak lurus dengan sumbu c.
Notasi : D (Diedrish) bila sumbu bernilai 2.
Nama : Muhammad Bagaspati Pambayun
NIM : 111200095
Plug :4 14
Laporan Resmi Praktikum Kristalografi dan Mineralogi 2020
3. Sistem Hexagonal
c+
d+
a-
b–
17° 39° b+
a+
c-
1. Keadaan Sebenarnya :
Jumlah sumbu ada empat, yaitu sumbu a b d c
Sudut 1 2 3 = 90 0 , sudut 1 2 120 0
Nilai Sb c dapat lebih panjang atau lebih pendek dari Sb a dan bernilai 6.
2. Penggambarannya :
Sudut a dengan b 17 0 , sudut b dengan d 390
Perbandingan panjang sumbu b : d : c = 3 : 1 : 6
Schoenflish ( Sc )
I. Menerangkan nilai sumbu yang tegak lurus dengan sumbu c.
Notasi : D (Diedrish) bila sumbu bernilai 4.
C (Cyklich) bila tidak bernilai.
c+
d+
a-
b-
17° 39° b+
a+
c-
2. Penggambarannya :
Sudut a dengan b 17 0 , sudut b dengan d 390
Perbandingan panjang sumbu b : d : c = 3 : 1 : 6
Schoenflish ( Sc )
I. Menerangkan nilai sumbu yang tegak lurus dengan sumbu c.
Notasi : D bila sumbu bernilai 2.
C bila tidak bernilai.
c+
a-
b-
30° b+
a+
c-
.
Gambar 1.8. Sistem Orthorombik
2. Penggambarannya :
Sudut a dengan b 30 0
Perbandingan panjang sumbu a : b : c = 1 : 4 : 6
2
Notasi : 2, m,
m
II. Menerangkan nilai sumbu b, dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus
dengan sumbu b.
2
Notasi : 2, m,
m
III. Menerangkan nilai sumbu c dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus
dengan sumbu c.
2
Notasi : 2,
m
Contoh :
2 2 2 2 2 2
- Kelas Orthorombic Bipyramidal
m m m m m m
- Kelas Orthorombik Bisphenoidai 2 2 2 2 2 2
- Kelas Orthorombic Pyramidal m m 2 m m 2
Schoenflish ( Sc )
I. Menerangkan nilai sumbu yang tegak lurus ( sumbu lateral ) dengan sumbu c
Notasi : D bila sumbu bernilai 2 dan C bila tidak bernilai.
c+
a-
b–
45° b+
a+
c-
2. Penggambarannya :
Sudut a dengan b 450
Perbandingan panjang sumbu a : b : c = 1 : 4 : 6
Sumbu c adalah sumbu terpanjang
Sumbu a adalah sumbu terpendek.
I. Menerangkan nilai sumbu b, dan ada tidaknya bidang simetri yang tegak lurus
dengan sumbu b.
2
Notasi : 2, m,
m
Contoh :
2
- Klas Prismatic
m
- Klas Sphenoidal 2
- Klas Domestik m
Schoenflish ( Sc )
I. Menerangkan nilai sumbu yang tegak lurus ( sumbu lateral ) dengan sumbu c
Notasi : D bila sumbu bernilai 2.
C bila tidak bernilai.
Contoh :
- Kelas Prismatik ……………………………………………C2h
- Kelas Spenoidal …………………………………………...C2
- Kelas Domatic …………………………………………….C1h
c+
a+
b–
80° b+
45°
a+
c-
1. Keadaan Sebenarnya :
Jumlah sumbu ada tiga, yaitu sumbu a b c
Sudut 900
Nama sumbu
Sumbu a = Brachy
Sumbu b = Macro
Sumbu c = Basalt.
2. Penggambarannya :
Sudut a dengan c 450
Sudut b dengan c 800
Perbandingan panjang sumbu a : b : c = 1 : 4 : 6
BAB II
MINERALOGI FISIK
Tetapi dari ketiga definisi tersebut mereka masih memberikan suatu anomaly
atau suatu pengecualian beberapa zat atau bahan yang disebut sebagai mineral,
walaupun tidak termasuk didalam suatu definisi. Ehingga sebernanya dapat dibuat suatu
definisi baru atau definisi kompilasi. Dimana definisi kompilasi tidak menghilangkan
suatu ketentuan umum bahwa mineral mempunyai sifat sebagai : bahan alam,
mempunyai sifat fisis dan kimia tetap, berupa unsure tunggal atau senyawa.
Batasan-batasan definisi mineral :
1. Suatu bahan alam,
2. Mempunyai sifat fisis dan kimia yang tetap,
3. Pada umumnya anorganik,
4. Homogen
1. Meniang (Columnar)
Bentuk kristal prismatic yang menyerupai bentuk tiang.
Contoh : Tourmaline, Pyrolusite, Wollastonite.
2. Menyerat (Fibrous)
3. Menjarum (Acicular)
Bentuk kristal yang menyerupai jarum-jarum kecil.
Contoh : Natrolite, Glaucophane.
4. Menjaring (Reticulate)
Bentuk kristal yang kecil panjang yang tersusun menyerupai jarring.
Contoh : Rulite, Cerussite.
5. Membenang (Filliform)
Bentuk kristal kecil-kecil menyerupai benang.
Contoh : Silver.
6. Merabut (Capilery)
Bentuk kristal kecil-kecil yang menyerupai rambut.
Contoh : Cuprite, Bysolite (variasi dari Actinolite)
8. Membintang (Stellated)
Bentuk kristal yang tersusun menyerupai bintang.
Contoh : Pirofilit.
9. Menjari (Radiated)
Bentuk kristal menyerupai bentuk jari-jari.
Contoh : Markasit, Natrolite.
B. Flattened Habits
1. Membilah (Bladed)
Bentuk kristal yang panjang dan tipis menyerupai bilah kayu, dengan
perbandingan antara lebar dengan tebal sangat jauh.
Contoh : Kyanite, Kalaverite, Glaucopane.
2. Memapan (Tabular)
Bentuk kristal pipih menyerupai bentuk papan, dimana lebar dengan tebal tidak
terlalu jauh.
Contoh : Barite , Hypersthene, Hematite.
3. Membata (Blocky)
Bentuk kristal tebal menyerupai bentuk bata, dengan perbandingan antara tebal
dan lebar hampir sama.
Contoh : Microcline, Calcite.
4. Mendaun (Foliated)
Bentuk kristal pipih dengan melapis (lamellar) perlapisan yang mudah
dikupas/dipisahkan.
Contoh : Mika, Chlorite, Talc.
5. Memencar (Divergent)
Bentuk kristal yang tersusun menyerupai bentuk kipas terbuka.
Contoh : Aragonite, Millerite, Gypsum.
6. Membulu (Plumose)
Bentuk kristal yang tersusun membentuk tumpukan bulu.
Contoh : Mika.
C. Rounded Habits
1. Mendada (Mamillary)
Bentuk kristal bulat-bulat menyerupai buah dada (breast like).
Contoh : Malachite, Opal, Hemimorphite.
2. Membulat (Colloform)
Bentuk kristal yang menunjukkan permukaan yang bulat-bulat.
Nama : Muhammad Bagaspati Pambayun
NIM : 111200095
Plug :4 30
Laporan Resmi Praktikum Kristalografi dan Mineralogi 2020
4. Membutir (Granular)
Kelompok kristal kecil yang berbentuk butiran.
Contoh : Olivine, Anhydrite, Chromite, Sodalite, Alunite, Niceolite, Cryollite,
Cordierite, Cinabar, Rhodochrosite.
5. Memisolit (Pisolitic)
Kelompok kristal lonjong sebesar kerikil, seperti kacang tanah.
Contoh : Gibbsite, Pisolitic, Opal.
6. Stalaktit (Stalactic)
Bentuk kristal yang membulat dengan litologi gamping.
Contoh : Geothite
7. Mengginjal (Renitoform)
Bentuk kristal yang menyerupai bentuk ginjal.
Contoh : Hematite.
3. Kilap (Luster)
Kilap ditimbulkan oleh cahaya yang dipantulkan dari permukaan sebuah
mineral, yang erat hubungannya dengan sifat pemantulan (refleksi) dan pembiasan
(refraksi). Intentitas kilap tergantung dari indeks bias dari mineral, yang apabila
makin besar indeks bias mineral, makin besar pula jumlah cahaya yang dipantulkan.
Nilai ekonomi mineral kadang-kadang ditentukan oleh kilapnya.
Mineral-mineral opag yang mempunyai indeks bias sama dengan 3 atau lebih.
Contoh : Galena, Native metal, Sulphide, Pyrite.
4. Kekerasan (Hardness)
Kekerasan mineral pada umunya diartikan sebagai daya tahan mineral terhadap
goresan (scratching).
Penemtuan kekerasan relative mineral ialah dengan jalan menggoreskan
permukaan mineral yang rata pada mineral standar darai skala Moh’s yang sudah
diketahui kekerasannya.
Skala kekerasan relative mineral dari Moh’s :
1. Talc Mg3Si4O10(OH)2
2. Gypsum CaSO42H2O
3. Calcite CaCO3
4. Fluorite CaF2
5. Apatite Ca5(PO4)3F
6. Orthoclase K(AlSi3O8)
7. Quartz SiO2
8. Topaz Al2SiO4(FOH)2
9. Corondum Al2O3
10. Diamond C
Misal suatu mineral digores dengan Kalsit (H 3) ternyata mineral itu tidak
tergores, tetapi dapat tergores oleh Flourite (H 4), maka mineral tersebut memiliki
kekerasan antara 3 dan 4.
Dapat pula penentuan kekerasan relative mineral dengan mempergunakan alat-
alat sederhana yang sering terdapat di sekitar kita.
Misal :
- Kuku jari manusia H 2,5
- Kawat tembaga H 3
- Pecahan kaca H 5,5
- Pisau baja H 5,5
- Kikir baja H 6,5
- Lempeng baja H 7
Bilamana suatu mineral tidak tergores oleh kuku jari manusia tetapi oleh kawat
tembaga, maka mineral tersebut mempunyai kekerasan antara 2,5 dan 3.
5. Gores (Streak)
Gores merupakan warna asli dari mineral apabila mineral tersebut ditumbuk
sapai halus. Gores ini dapat lebih dipertanggung jawabkan karena stabil dan penting
untuk membedakan 2 mineral yang warnanya sama tetapi goresnya berbeda.
Gores ini diperoleh dengan cara menggoreskan mineral pada permukaan keping
porselin, tetapi apabila mineral mempunyai kekerasan lebih dari 6, maka dapat dicari
dengan cara menumbuk sampai halus menjadi berupa tepung.
Mineral yang berwarna terang biasanya mempunyai gores berwarna putih.
Contoh : - Quartz = putih/tak berwarna
- Gypsum = putih/tak berwarna
- Calcite = tak berwarna
Mineral bukan logam (non metallic mineral) dan berwarna gelap akan
memberikan gores yang lebih terang dari pada warna mineralnya sendiri.
Contoh : - Leucite = warna abu-abu/gores putih
- Dolomite = warna kuning sampai merah jambu/gores putih
6. Belahan (Cleavage)
Apabila suatu mineral mendapat tekanan yang melampaui batas elastisitas dan
plastisitasnya, maka pada akhirnya mineral akan pecah.
Belahan mineral akan selalu sejajar dengan bidang permukaan kristal yang rata,
karena belahan merupakan gambaran dari struktur dalam dari kristal. Belahan tersebut
akan menghasilkan kristal menjadi bagian-bagian yang kecil, yang setiap bagian
kristal dibatasi oleh bidang yang rata.
Berdasarkan dari bagus atau tidaknya permukaan bidang belahannya, belahan
dapat dibagi menjadi :
a. Sempurna (Perfect)
Yaitu apabila mineral mudah terbelah melalui arah belahannya yang merupakan
bidang yang rata dan sukar pecah selain melalui bidang belahannya.
Contoh : Calcite, Muscovite, Galena, Halite.
b. Baik (Good)
Yaitu apabila mineral mudah terbelah melalui bidang belahannya yang rata,
tetapi dapat juga terbelah melalui bidang belahannya.
Contoh : Feldspar, Hyperstene, Diopsite, Augite, Rhodonite.
c. Jelas (Distict)
Yaitu apabila bidang belahan mineral dapat terlihat jelas, tetapi mineral tersebut
sukar membelah melalui bidang belahannya dan tidak rata.
Contoh : Staurolit, Scapolite, Hornblende, Anglesite, Feldspar, Scheelite.
7. Pecahan (Fracture)
Apabila suatu mineral mendapatkan tekanan yang melampaui batas plastisitas
dan elastisitasnya, maka mineral tersebut akan pecah.
Pecahan dapat dibagi menjadi :
a. Choncoidal : Pecahan mineral yang menyerupai pecahan botol atau mengulit
bawang.
Contoh : Quartz, Rutile, Cerrusite, Anglesite, Obsidian.
b. Hackly : Pecahan besi runcing yang tajam serta kasar tak beraturan.
Contoh : Silver, Gold, Platinum, Copper.
c. Even : Permukaan bidang kecil-kecil dengan ujung pecahan masih
mendekati bidang datar.
Contoh : Biotite, Talc, Muscovite, Mineral Lempung
d. Uneven : Pecahan mineral yang menunjukkan permukaan bidang
pecahannya kasar dan tidak teratur.
Contoh : Calcite, Rhodunite, Marcasite, Rutile, Rhodonite.
e. Splintery : Pecahan mineral yang hancur menjadi kecil-kecil menyerupai
benang.
Contoh : Flourite, Serpertine, Antigoite.
f. Earthy : Pecahan mineral yang hancur seperti tanah.
Contoh : Kaoline, Biotite, Talc, Muscovite.
BJ = Berat Mineral
BJ =
Volume Mineral
c. Gelas Ukur
41
MINERALOGI KIMIAWI
7. Bor Tangan.
Ialah alat yang di gunakan untuk membuat lubang pada keping gips atau arang
8. Magnet ( Tipe sepatu Kuda ).
Keterangan :
3 Oksidasi terkuat.
2 Reduksi terkuat.
Cara Penyelidikan.
1. Bersihkan kawat paltina dengan jalan memasukkan ke dalam lampu spritus agar cepat
bersih, masukkan ke dalam HCL encer, kemudian di panaskan. Lakukan hal
demuikian berulang – ulang sampai bersih (berwarna Putih).
2. Masukkan kawat Platina ke dalam tepung Borax .
3. Panaskan ke dalam api Oksidasi sampai terbentuk manik – manik (mutiara Borax)
yang berwarna jernih tanpa noda sedikitpun.
4. Masukkan mutiara Borax (dalam keadaan panas) ke dalam bubuk mineral yang akan
di selidiki.
5. Panaskan dengan api Oksidasi.
6. Amati dan catat warna pada waktu panas dan pada Waktu dingin.
7. Buatlah Mutiara Borax lagi dan masukkan dalam Tepung Mineral yang akan
diselidiki.
8. Panasi dengan api Reduksi.
9. Amati dan catat warna pada Waktu panas dan pada waktu dingin.
10. Cocokkan dengan tabel Kranss, maka dapat di ketahui unsur yang diselidiki. Tabel
Kranss seperti di bawah ini.
2 Co Biru Biru
BAB IV
ROCK FORMING MINERAL
Batuan merupakan satuan pembentuk kulit bumi atau “outer shell” dari bumi,
sementara mineral merupakan satuan pembentuk massa batuan.
Pada dasarnya kulit bumi diperkirakan tersusun oleh lebih dari 99% terdiri atas
hanya 20 mineral dari ribuan mineral yang terdapat di alam. Mineral feldspar tidak
hanya dominan di dalam mineral silikat tetapi juga di dalam mineral-mineral
pembentuk batuan.
Walaupun ada ratusan mineral tetapi beberapa daripadanya yang sering
dijumpai sebagai mineral-mineral pembentuk batuan (“Rock Forming Mineral”).
Seperti terlihat pada table di bawah ini sebagian besar adalah pembentuk batuan beku
dan endapan. Untuk batuan malihan secara kimia sam dengan batuan beku dan
endapan.
Bitownit
Piroksin
Labradorit
Oligoklas
Biotit Albit
Na Rich
K. F e l d s p a r
600oC Muscovit
Qua rtz
Discontinous Series :
Mineral yang terbentuk secara tidak terus- menerus. Pada suhu tinggi terbentuk olivin,
kemudian suhu terus-menerus turun sehingga mineral piroksen dimana mineral olivin
sudah tak dapat terbentuk kembali. Begitu seterusnya sampai terbentuknya mineral
Biotit.
Didominasi oleh mineral-mineral mafic (mineral gelap).
Continous series :
Mineral terbentuk secara terus- menerus. Pada suhu tinggi terbentuk mineral anortit
(Plagioklas Ca). Kemudian suhu menurun dan terbentuk mineral bitownit, tetapi
mineral anortit masih terbentuk. Begitu seterusnya sampai terbentuk mineral albit.
Disebut juga dengan kelompok Plagioklas.
Didominasi oleh mineral felsik (mineral terang).
0
Sampai pada suhu yang rendah +500 C mineral biotit dan mineral albit saling
bertemu dan terbentuklah mineral k.feldspar, muskovit, dan quartz.
1. Felsik mineral, tersusun dari mineral-mineral yang bewarna terang dan cerah serta
mempunyai berat jenis kecil atau ringan.
Contoh : Quartz, Feldspar, Feldspartoid.
2. Mafik mineral, tersusun dari mineral-mineral yang bewarna gelap dan mempunyai berat
jenis yang besar dan berat.
Contoh : Olivin, Ampibol, Piroksen
IV.1.a. Felsik Mineral
Quartz (SiO2)
System : Hexagonal (Prisma, Bipyramid dan kombinasinya)
Berat Jenis : 2,65
Kekerasan : 7
Warna : Putih selama belum ada pengotor .
Belahan : Tidak punya
Pecahan : Concoidal atau kerang
Penggunaan : Sebagai bahan utama atau pelengkap industri glas, pengecoranlogam,
ferro silicon, glass wool, ampelas, bahan bangunan dan semen.
Feldspar
Merupakan mineral yang paling banyak dijumpai dari semua mineral silikat.
Merupakan pembentuk kira-kira setengah batuan-batuan kulit bumi. Mereka
membentuk kristal-kristal monoklin dan triklin juga silikat alumina K, Na, Ca.
Tiga molekul biasanya : - Ortoklas KAlSi3O8
- Albit NaAlSi3O8
- Anorthit CaAlSi3O8
Feldspar biasanya berwarna terang dan dicirikan oleh adanya dua belahan yang
baik. Misal:
- Ortoklas berwarna merah jambu atau seperti warna daging.
- Albit berwarna putih
Orthoklas (KAlSi3O8)
Merupakan feldspar sumber utama dari unsure K yang ada dalam tanah.
Orthoklas sebagian besar terdapat dalam batuan beku asam.
Berat jenis : 2,6
Kekerasan : 6
Warna : Abu-abu kemerahan atau tak berwarna
Sistem kristal : Monoklin, Prismatik, sejajar atau membutir dan massif.
Kilap : Vitrous luster yang berupa translucent atau transparent.
Penggunaan : Bahan dasar industri keramik, namun setelah mengalami
alterasi menjadi serisit (muskovit) dan Kaolin
Plagioklas (NaCaAl2Si3O8)
Dari Anorthit hingga Albit membentuk Feldspar plagioklas. Albit lebih
dikenal dengan Sodic Plagioklase (sebab banyak mengandung Na), sedangkan
Anorthit dikenal dengan Calcic plagioclase (sebab banyak mengandung Ca).
Feldspathoid
Mineral ini disebut juga mineral pengganti feldspar, terbentuk karena dalam
sebuah batuan tidak cukup terdapat SiO2.
Dalam batuan yang mengandung SiO2 bebas, mineral Feldspartoid tidak terbentuk
karena yang akan terbentuk adalah Feldspar.
Kelompok Piroksen
Merupakan kelompok mineral silikat yang kompleks dan memiliki hubungan yang
sangat erat dala struktur kristal, sifat-sifat fisik dan komposisi kimia. Struktur Piroksen
terdiri atas mata rantai tetrahedral SiO4 diikat bersama secara lateral oleh ion logam Mg
dan Ca.
Kelompok Amphibole
Amphibole mungkin dapat dibagi menjadi ser yaitu Antopyllite, Cumingtonite-
Qrunerite, Tremolite-Actinolite, Aluminian Amphibolite-Sodic Amphibole. Anggota
Nama : Muhammad Bagaspati Pambayun
NIM : 111200095
Plug :4 49
Laporan Resmi Praktikum Kristalografi dan Mineralogi 2020
utama dari amphibole adalah Hornblende yang merupakan mineral dengan komposisi
sama dengan Augit, tetapi biasanya lebih kaya kalsium. Selain itu juga, sifat umumnya
meniang atau memeanjang dengan belahan dua arah dengan sudut 56 0 dan 124 0 , yang
kadang tampak jelas dan sering menunjukkan serat – serat dan asikular ( benang kusut ).
Kelompok Mika
Mika merupakan mineral transisi. Struktur mika adalah tipe Tetrahedron dalam
lembaran-lembaran. Tiap SiO4 memiliki tiga oksigen dan satu oksigen bebas. Struktur
lembar direfleksikan oleh belahan bawah pada semua mika adalah elastic dan dapat
dibedakan dengan Chlorite yang Brittle.
Anggotanya terdiri dari :
1. Muscovite (warna terang silikat potassium dan aluminium dengan
hidroksil)
2. Biotit (warna gelap silikat potassium, aluminium, magnesium, dan besi
dengan hidroksil)
3. Klorit berwarna hijau berupa silikat magnesium dan besi dengan hidroksil
sebagai hasil alterasi dari biotit dan mineral ferro-magnesian lainnya.
BAB V
KESIMPULAN UMUM
V.1 Kristalografi
Cabang – cabang ilmu geologi antara lain: Kristalografi dan Mineralogi,
semuanya saling berhubungan dan saling melengkapi satu sama lain. Ilmu – ilmu
yang lain juga menjadi dasar / pedoman. Dari hasil praktikum yang telah dilakukan,
maka dapat ditarik, yaitu :
Mineralogi kimiawi adalah ilmu pasti yang mempelajari sifat – siafat kmiawi dari
mineral. Meliputi perubahan yang terjadi bula dipanasi oleh api Oksidasi maupun api
reduksi mengenai perubahan warna, subliamasi, pengembunan, dan lain – lain. Juga
atas dasar senyawa kimia maupun sifat – sifat kimianya.
BAB VI
KRITIK DAN SARAN
Daftar Pustaka
Berry L.G and Mason B., 1989, Mineralogy, Freeman W. and Co San Francisco.
Danisworo C. Ir., 1980, Mineralogi (Buku Petunjuk Praktikum), Fakultas Teknik Geologi
UPN “Veteran” Yogyakarta.
Amin, M. Mustaghfirin. 2014. Batuan. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
Bonewitz, Ronald Louis. 2012. Rock and Minerals. London: Smithson Project Coordinator
Thomas, John J. 2019. Bowen’s Reaction Series. https://intra.grossmont.edu/people/gary-
jacobson/geol-150/bowens%20reaction%20series%20handout-exercise2019.pdf
.Diakses pada 7 Desember 2020.
Howell, Williams. 1954. Petrography: An Introduction to the Study of Rocks in Thin
Section. San Francisco: W.H. Freeman
Krivovichev, Vladimir G., Mariana V. Charykova, dan Sergey V. Krivovichev. 2018. The
concept of mineral systems and its application to the study of mineraldiversity and
evolution. European Journal Mineralogy. 30 (300-2699). 219-230.