Petrologi adalah cabang ilmu pengetahuan geologi yang khusus membahas tentang
batuan. Diawali dengan mengetahui bagaimana batuan itu terbentuk, terubah, kemudian
bagaimana hingga batuan itu sekarang menempati bagian dari pegunungan, dataran-dataran di
benua hingga didalam cekungan dibawah permukaan laut. Kemanapun anda menoleh, maka
anda selalu akan bertemu dengan benda yang dinamakan batu atau batuan. Batu atau batuan
yang anda lihat dimana-mana itu, ada yang sama warna dan jenisnya, tetapi juga banyak yang
berbeda. Untuk membedakan batuan tersebut, perlu dilakukan deskripsi batuan. Secara umum
yang utama harus diperhatikan dalam deskripsi batuan adalah warna batuan, struktur batuan,
tekstur batuan, bentuk batuan, dan komposisi mineral batuan.
A. Batuan Beku
Batuan beku atau batuan igneus (dari bahasa latin = ignis, “api”) adalah jenis batuan yang
terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras dengan atau tanpa proses kritalisasi baik
di bawah permukaan sebagai batuan instrusi, maupun di atas permukaan bumi sebagai ekstrutif.
Batuan beku dalam bahasa latin dinamakan igneus (dibaca ignis) yang artinya api.
1. Warna Batuan
Menurut Subroto (1984), yang diperhatikan pertama kali dalam deskripsi batauan
beku adalah warna. Warna dari sampel batuanbeku dapat menentukan komposisi kimia
batuan tersebut. Ada empat kelompok warna dalam batuan beku:
Warna Cerah, warna cerah menunjukkan batuan beku tersebut bersifat asam.
Warna Gelap-Hitam, batuan beku warna gelap-hitam termasuk atau memiliki sifat
intermediet (menengah)
Warna Hitam Kehijauan, batuan Dengan warna hitam kehijauan mempunyai sifat kimia
basa.
Warna Hijau Kelam, warna batuan beku yang hijau kelam termasuk dalam batuan ultra
basa.
2. Struktur Batuan adalah bentuk batuan beku dalam skala besar.
Sheeting joint, yaitu struktur batuan beku yang terlihat sebagai lapisan
Columnar joint, yaitu struktur yang memperlihatkan batuan terpisah poligonal seperti
batang pensil.
Pillow lava, yaitu struktur yang menyerupai bantal yang bergumpal-gumpal. Hal ini
diakibatkan proses pembekuan terjadi pada lingkungan air.
Vesikular, yaitu struktur yang memperlihatkan lubang-lubang pada batuan beku. Lubang
ini terbentuk akibat pelepasan gas pada saat pembekuan.
Amigdaloidal, yaitu struktur vesikular yang kemudian terisi oleh mineral lain seperti
kalsit, kuarsa atau zeolit
Struktur aliran, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya kesejajaran mineral pada arah
tertentu akibat aliran
Laccolith, tubuh batuan beku yang berbentuk kubah (dome), dimana perlapisan batuan
yang asalnya datar menjadi melengkung akibat penerobosan tubuh batuan ini, sedangkan
bagian dasarnya tetap datar. Diameter laccolih berkisar dari 2 sampai 4 mil dengan
kedalaman ribuan meter.
Lopolith, bentuk tubuh batuan yang merupakan kebalikan dari laccolith, yaitu bentuk
tubuh batuan yang cembung ke bawah. Lopolith memiliki diameter yang lebih besar dari
laccolith, yaitu puluhan sampai ratusan kilometer dengan kedalaman ribuan meter.
Paccolith, tubuh batuan beku yang menempati sinklin atau antiklin yang telah terbentuk
sebelumnya. Ketebalan paccolith berkisar antara ratusan sampai ribuan kilometer
Diskordan
Tubuh batuan beku intrusif yang memotong perlapisan batuan disekitarnya. Jenis-jenis
tubuh batuan ini yaitu :
Dike, yaitu tubuh batuan yang memotong perlapisan disekitarnya dan memiliki bentuk
tabular atau memanjang. Ketebalannya dari beberapa sentimeter sampai puluhan kilometer
dengan panjang ratusan meter.
Batolith, yaitu tubuh batuan yang memiliki ukuran yang sangat besar yaitu > 100 km2 dan
membeku pada kedalaman yang besar.
Stock, yaitu tubuh batuan yang mirip dengan Batolith tetapi ukurannya lebih kecil
3. Tekstur Batuan
Menurut Sapiie (2006), beberapa tekstur batuan beku yang umum adalah:
o Afanitik (aphanitic) – (fine grain texture), berbutir sangat halus, hanya dapat dilihat dengan
mikroskop.
o Faneritik (phaneritic) – ( coarse grain texture), berbutir cukup besar, dapat dilihat tanpa
mikroskop.
1. Tingkat Kristalisasi merupakan keadaan proporsi antara massa kristal dan massa gelas
dalam batuan. Dikenal 3 kelas derajat kristalisasi yaitu
o Hipokristalin, apabila batuan tersususun oleh massa gelas dan massa kristal
2. Granularitas, merupakan ukuran butir kristal dalam batuan beku. Dikenal 2 kelompok
tekstur ukuran butir, yaitu:
o Afanitik: Kelompok ini mempunyai kristal-kristal yang sangat halus, sehingga antara
mineral satu dengan lainya sulit dibedakan dengan mata biasa, ataupun dengan
pertolongan lup atau kaca pembesar.
o Fanerik: Kristal-kristalnya terlihat jelas sehingga dapat dibedakan satu dengan yang
lainnya secara megaskopis. Kristal fanerik dibedakan menjadi 4 kategori, yaitu:
o Equigranular, yaitu jika ukuran butir sama besar atau seragam. Apabila mineral yang
seragam dapat terlihat jelas dengan mata dan mineral penyusunnya dapat dibedakan
dengan maka disebut dengan fanerik. Sedangkan mineral yang seragam tetapi tidak dapat
dibedakan mineral penyusunnya dengan mata maka disebut afanitik
o Inequigranular, yaitu jika ukuran dari masing-masing kristal tidak sama besar(tidak
seragam). Inequigranular dibedakan menjadi 2 yaitu:
o Faneroporfiritik, yaitu jika fenokris (mineral besar) terdapat diantara massa dasar kristal-
kristal yang faneritik (terlihat dengan mata telanjang).
o Porfiroafanitik, yaitu jika fenokris (mineral besar) terdapat diantara massa dasar kristal-
kristal yang Afanitik ( tidak terlihat dengan mata telanjang).
4. Bentuk Kristal, untuk kristal-kristal yang mempunyai ukuran cukup besar dapat dilihat
kesempurnaan bentuk kristalnya. Hal ini dapat memberikan gambaran mengenai proses
kristalisasi mineral-mineral pembentuk batuan. Bentuk kristal dibedakan menjadi:
o Euhedral: Apabila bentuk kristal sempurna dan dibatasi oleh bidang-bidang kristal yang
jelas.
o Subhedral: Apabila bentuk kristal tidak sempurna dan hanya sebagian saja yang dibatasi
bidang-bidang kristal
a. Mineral Primer: Merupakan mineral hasil pertama dari proses pembentukan batuan beku,
terdiri atas:
- Mineral Utama (essential minerals) : yaitu mineral yang jumlahnya cukup banyak (>10%).
Mineral ini sangat penting untuk dikenali karena menentukan nama batuan.
b. Mineral Sekunder: Merupakan mineral hasil ubahan (alterasi) dari mineral primer.
1) Mineral-mineral yang tersusun dari unsur silika dan alumina dengan warna yang cerah dan
biasa disebut sebagai mineral asam kecuali (Ca-Plagioklas), yaitu:
Kuarsa : jernih, putih susu seperti gelas kadang kelabu, tanpa belahan.
Muskovit : jernih hingga coklat muda, belahan satu arah, sehingga terlihat seperti
lembaran.
Ortoklas : putih, merah daging (pink), belahan dua arah saling tegak lurus.
Plagioklas : putih abu-abu (Na), abu-abu gelap (Ca), terdapat striasi pada bidang belah.
2) Mineral-mineral yang tersusun dari unsur-unsur besi, magnesium dan kalsium, warna
gelap dan biasa disebut sebagi mineral basa yaitu:
Piroksen (augit) : hijau tua, hitam suram, pendek, belahan 2 arah tegak lurus.
Phylitic
Srtuktur ini hampir sama dengan struktur slaty cleavage tetapi terlihat rekristalisasi yang
lebih besar dan mulai terlihat pemisahan mineral pipih dengan mineral granular.
Batuannya disebut phyllite (filit)
Schistosic
Terbentuk adanya susunan parallel mineral-mineral pipih, prismatic atau lentikular
(umumnya mika atau klorit) yang berukuran butir sedang sampai kasar. Batuannya disebut
schist (sekis).
Gneissic/Gnissose
Terbentuk oleh adanya perselingan., lapisan penjajaran mineral yang mempunyai bentuk
berbeda, umumnya antara mineral-mineral granuler (feldspar dan kuarsa) dengan mineral-
mineral tabular atau prismatic (mioneral ferromagnesium). Penjajaran mineral ini
umumnya tidak menerus melainkan terputus-putus. Batuannya disebut gneiss.
Phylonitic
Mempunyai kenampakan yang sama dengan struktur milonitik tetapi umumnya telah
terjadi rekristalisasi. Cirri lainnya adlah kenampakan kilap sutera pada batuan yang
,mempunyai struktur ini. Batuannya disebut phyllonite (filonit).
3. Tekstur
Tekstur batuan metamorf, merupakan kenampakan batuan yang berdasarkan pada ukuran,
bentuk dan orientasi butir mineral dan individual penyusun batuan metamorf. Penamaan
tekstur batuan metamorf umumnya menggunakan awalan blasto atau akhiran blastic tang
ditambahkan pada istilah dasarnya. (Jacson, 1997).
a. Tekstur Berdasarkan Ketahanan Terhadap Proses Metamorfosa
Berdasarkan ketahanan terhadap prose metamorfosa ini tekstur batuan metamorf dapat
dibedakan menjadi:
Relict/Palimset/Sisa
Merupakan tekstur batuan metamorf yang masih menunjukkan sisa tekstur batuan
asalnya atau tekstur batuan asalnya nasih tampak pada batuan metamorf tersebut.
Kristaloblastik
Merupakan tekstur batuan metamorf yang terbentuk oleh sebab proses metamorfosa
itu sendiri. Batuan dengan tekstur ini sudah mengalami rekristalisasi sehingga tekstur
asalnya tidak tampak. Penamaannya menggunakan akhiran blastik.
b. Tekstur Berdasarkan Ukuran Butir
Berdasarkan butirnya tekstur batuan metmorf dapat dibedakan menjadi:
Fanerit, bila butiran kristal masih dapat dilihat dengan mata
Afanitit, bila ukuran butir kristal tidak dapat dilihat dengan mata.
c. Tekstur berdasarkan bentuk individu Kristal
Bentuk individu kristal pada batuan metamorf dapat dibedakan menjadi:
Euhedral, bila kristal dibatasi oleh bidang permukaan bidang kristal itu sendiri.
Subhedral, bila kristal dibatasi oleh sebagian bidang permukaannya sendiri dan
sebagian oleh bidang permukaan kristal disekitarnya.
Anhedral, bila kristal dibatasi seluruhnya oleh bidang permukaan kristal lain
disekitarnya.
Berdasarkan bentuk kristal tersebut maka tekstur batuan metamorf dapat dibedakan
menjadi:
Idioblastik, apabila mineralnya dibatasi oleh kristal berbentuk euhedral.
Xenoblastik/Hypidioblastik, apabila mineralnya dibatasi oleh kristal berbentuk
anhedral.
d. Tekstur Berdasarkan Bentuk Mineral
Berdasarkan bentuk mineralnya tekstur batuan metamorf dapat dibedakan menjadi:
E. Jackson (1997). MSDM Menghadapi abad ke 21 (Adisi keenam) jilid 1. Jakarta : Erlangga