Anda di halaman 1dari 14

Nama : Fikri Boften

NIM : 471 418 016


Kelas : A Teknik Geologi

Tahapan Deskripsi Petrologi Batuan Beku dan Metamorf

Petrologi adalah cabang ilmu pengetahuan geologi yang khusus membahas tentang
batuan. Diawali dengan mengetahui bagaimana batuan itu terbentuk, terubah, kemudian
bagaimana hingga batuan itu sekarang menempati bagian dari pegunungan, dataran-dataran di
benua hingga didalam cekungan dibawah permukaan laut. Kemanapun anda menoleh, maka
anda selalu akan bertemu dengan benda yang dinamakan batu atau batuan. Batu atau batuan
yang anda lihat dimana-mana itu, ada yang sama warna dan jenisnya, tetapi juga banyak yang
berbeda. Untuk membedakan batuan tersebut, perlu dilakukan deskripsi batuan. Secara umum
yang utama harus diperhatikan dalam deskripsi batuan adalah warna batuan, struktur batuan,
tekstur batuan, bentuk batuan, dan komposisi mineral batuan.

A. Batuan Beku
Batuan beku atau batuan igneus (dari bahasa latin = ignis, “api”) adalah jenis batuan yang
terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras dengan atau tanpa proses kritalisasi baik
di bawah permukaan sebagai batuan instrusi, maupun di atas permukaan bumi sebagai ekstrutif.
Batuan beku dalam bahasa latin dinamakan igneus (dibaca ignis) yang artinya api.
1. Warna Batuan

Menurut Subroto (1984), yang diperhatikan pertama kali dalam deskripsi batauan
beku adalah warna. Warna dari sampel batuanbeku dapat menentukan komposisi kimia
batuan tersebut. Ada empat kelompok warna dalam batuan beku:

 Warna Cerah, warna cerah menunjukkan batuan beku tersebut bersifat asam.

 Warna Gelap-Hitam, batuan beku warna gelap-hitam termasuk atau memiliki sifat
intermediet (menengah)

 Warna Hitam Kehijauan, batuan Dengan warna hitam kehijauan mempunyai sifat kimia
basa.

 Warna Hijau Kelam, warna batuan beku yang hijau kelam termasuk dalam batuan ultra
basa.
2. Struktur Batuan adalah bentuk batuan beku dalam skala besar.

a. Struktur batuan beku ekstrusif


Batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya berlangsung
dipermukaan bumi. Batuan beku ekstrusif ini yaitu lava yang memiliki berbagai struktur
yang memberi petunjuk mengenai proses yang terjadi pada saat pembekuan lava tersebut.
Struktur ini diantaranya:
 Masif, yaitu struktur yang memperlihatkan suatu masa batuan yang terlihat seragam.

 Sheeting joint, yaitu struktur batuan beku yang terlihat sebagai lapisan

 Columnar joint, yaitu struktur yang memperlihatkan batuan terpisah poligonal seperti
batang pensil.

 Pillow lava, yaitu struktur yang menyerupai bantal yang bergumpal-gumpal. Hal ini
diakibatkan proses pembekuan terjadi pada lingkungan air.
 Vesikular, yaitu struktur yang memperlihatkan lubang-lubang pada batuan beku. Lubang
ini terbentuk akibat pelepasan gas pada saat pembekuan.

 Amigdaloidal, yaitu struktur vesikular yang kemudian terisi oleh mineral lain seperti
kalsit, kuarsa atau zeolit

 Struktur aliran, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya kesejajaran mineral pada arah
tertentu akibat aliran

 Scoria, yaitu memperlihatkan bekas-bekas lubang yang besar

 Xenolitis, yaitu memperlihatkan adanya fragmen yang masuk dalam batuan


b. Struktur Batuan Beku Intrusif
Batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya berlangsung
dibawah permukaan bumi. berdasarkan kedudukannya terhadap perlapisan batuan yang
diterobosnya struktur tubuh batuan beku intrusif terbagi menjadi dua yaitu konkordan dan
diskordan.
 Konkordan
Tubuh batuan beku intrusif yang sejajar dengan perlapisan disekitarnya, jenis jenis
dari tubuh batuan ini yaitu :
 Sill, tubuh batuan yang berupa lembaran dan sejajar dengan perlapisan batuan
disekitarnya.

 Laccolith, tubuh batuan beku yang berbentuk kubah (dome), dimana perlapisan batuan
yang asalnya datar menjadi melengkung akibat penerobosan tubuh batuan ini, sedangkan
bagian dasarnya tetap datar. Diameter laccolih berkisar dari 2 sampai 4 mil dengan
kedalaman ribuan meter.

 Lopolith, bentuk tubuh batuan yang merupakan kebalikan dari laccolith, yaitu bentuk
tubuh batuan yang cembung ke bawah. Lopolith memiliki diameter yang lebih besar dari
laccolith, yaitu puluhan sampai ratusan kilometer dengan kedalaman ribuan meter.
 Paccolith, tubuh batuan beku yang menempati sinklin atau antiklin yang telah terbentuk
sebelumnya. Ketebalan paccolith berkisar antara ratusan sampai ribuan kilometer
 Diskordan
Tubuh batuan beku intrusif yang memotong perlapisan batuan disekitarnya. Jenis-jenis
tubuh batuan ini yaitu :
 Dike, yaitu tubuh batuan yang memotong perlapisan disekitarnya dan memiliki bentuk
tabular atau memanjang. Ketebalannya dari beberapa sentimeter sampai puluhan kilometer
dengan panjang ratusan meter.

 Batolith, yaitu tubuh batuan yang memiliki ukuran yang sangat besar yaitu > 100 km2 dan
membeku pada kedalaman yang besar.

 Stock, yaitu tubuh batuan yang mirip dengan Batolith tetapi ukurannya lebih kecil

3. Tekstur Batuan

Menurut Sapiie (2006), beberapa tekstur batuan beku yang umum adalah:

o Gelas (Glassy) – tidak berbutir atau tidak mempunyai kristal (amorf).

o Afanitik (aphanitic) – (fine grain texture), berbutir sangat halus, hanya dapat dilihat dengan
mikroskop.

o Faneritik (phaneritic) – ( coarse grain texture), berbutir cukup besar, dapat dilihat tanpa
mikroskop.

o Porfiritik (porphyritik) – mempunyai dua ukuran kristal yang dominan.

o Piroklastik (pyroklastik) – mempunyai fragmen material volkanik.


Beberapa hal utama yang diperhatikan mengenai tekstur dalam deskripsi batuan :

1. Tingkat Kristalisasi merupakan keadaan proporsi antara massa kristal dan massa gelas
dalam batuan. Dikenal 3 kelas derajat kristalisasi yaitu

o Holokristalin, apabila batuan tersususn seluruhnya oleh massa kristal.

o Hipokristalin, apabila batuan tersususun oleh massa gelas dan massa kristal

o Holohyalin, apabila batuan seluruhnya tersusun oleh massa gelas.

2. Granularitas, merupakan ukuran butir kristal dalam batuan beku. Dikenal 2 kelompok
tekstur ukuran butir, yaitu:

o Afanitik: Kelompok ini mempunyai kristal-kristal yang sangat halus, sehingga antara
mineral satu dengan lainya sulit dibedakan dengan mata biasa, ataupun dengan
pertolongan lup atau kaca pembesar.

o Fanerik: Kristal-kristalnya terlihat jelas sehingga dapat dibedakan satu dengan yang
lainnya secara megaskopis. Kristal fanerik dibedakan menjadi 4 kategori, yaitu:

- Halus, ukuran diameter butir (d) >1 mm

- Sedang, 1 mm < d < 5 mm

- Kasar, 5 mm < d < 30 mm

- Sangat Kasar, d > 30 mm


3. Relasi, merupakan hubungan antara kristal satu dengan kristal yang lain atau dengan gelas.
Terdapat beberapa kenampakan:

o Equigranular, yaitu jika ukuran butir sama besar atau seragam. Apabila mineral yang
seragam dapat terlihat jelas dengan mata dan mineral penyusunnya dapat dibedakan
dengan maka disebut dengan fanerik. Sedangkan mineral yang seragam tetapi tidak dapat
dibedakan mineral penyusunnya dengan mata maka disebut afanitik

o Inequigranular, yaitu jika ukuran dari masing-masing kristal tidak sama besar(tidak
seragam). Inequigranular dibedakan menjadi 2 yaitu:

o Faneroporfiritik, yaitu jika fenokris (mineral besar) terdapat diantara massa dasar kristal-
kristal yang faneritik (terlihat dengan mata telanjang).

o Porfiroafanitik, yaitu jika fenokris (mineral besar) terdapat diantara massa dasar kristal-
kristal yang Afanitik ( tidak terlihat dengan mata telanjang).

4. Bentuk Kristal, untuk kristal-kristal yang mempunyai ukuran cukup besar dapat dilihat
kesempurnaan bentuk kristalnya. Hal ini dapat memberikan gambaran mengenai proses
kristalisasi mineral-mineral pembentuk batuan. Bentuk kristal dibedakan menjadi:

o Euhedral: Apabila bentuk kristal sempurna dan dibatasi oleh bidang-bidang kristal yang
jelas.

o Subhedral: Apabila bentuk kristal tidak sempurna dan hanya sebagian saja yang dibatasi
bidang-bidang kristal

o Anhedral: Apabila bidang batas kristal tidak jelas


5. Komposisi Mineral, komposisi mineral penyusun batuan beku dibedakan menjadi:

a. Mineral Primer: Merupakan mineral hasil pertama dari proses pembentukan batuan beku,
terdiri atas:

- Mineral Utama (essential minerals) : yaitu mineral yang jumlahnya cukup banyak (>10%).
Mineral ini sangat penting untuk dikenali karena menentukan nama batuan.

- Mineral tambahan (accessory minerals) : yaitu mineral-mineral yang jumlahnya sedikit


(<10% ) dan tak menentukan nama batuan.

b. Mineral Sekunder: Merupakan mineral hasil ubahan (alterasi) dari mineral primer.

Mineral yang pada umumnya sebagai penyusun batuan beku, yaitu:

1) Mineral-mineral yang tersusun dari unsur silika dan alumina dengan warna yang cerah dan
biasa disebut sebagai mineral asam kecuali (Ca-Plagioklas), yaitu:

 Kuarsa : jernih, putih susu seperti gelas kadang kelabu, tanpa belahan.

 Muskovit : jernih hingga coklat muda, belahan satu arah, sehingga terlihat seperti
lembaran.

 Ortoklas : putih, merah daging (pink), belahan dua arah saling tegak lurus.

 Plagioklas : putih abu-abu (Na), abu-abu gelap (Ca), terdapat striasi pada bidang belah.

2) Mineral-mineral yang tersusun dari unsur-unsur besi, magnesium dan kalsium, warna
gelap dan biasa disebut sebagi mineral basa yaitu:

 Olivin : kuning kehijauan, kristal kecil menyerupai gula pasir.

 Piroksen (augit) : hijau tua, hitam suram, pendek, belahan 2 arah tegak lurus.

 Amfibole/ Hornblende : hitam mengkilat – hijau, panjang, belahan 2 arahmembentuk sudut


60 derajat sampai 120 derajat.

 Biotit : hitam, belahan satu arah, sehingga terlihat seperti lembaran-lembaran.


B. Batuan Metamorf
Menurut Sukandarrumidi, dkk (2017), batuan metamorf merupakan batuan hasil
metamorfose dari batuan yang telah ada sebelumnya yang umurnya lebih tua. Semua batuan
yang telah ada itu merupakan batuan beku, batuan sedimen ataupun batuan metamorf. Ciri
utama batuan metamorf adalah telah terjadi perubahan komposisi mineral , tekstur, dan struktur
batuan semula yang terjadi pada fase padat, sering disebut dengan istilah solid state sebagai
akibat terjadinya perubahan suhu, tekanan, dan unsur kimia di kerak bumi ini. Untuk dapat
mengetahui batuan metamorf, perlu dilakukan pendeskripsian terhadap batuan metamorf, yaitu
dengan tahapan sebagai berikut.
1. Warna,
Warna batuan yang dikenal ada dua yaitu warna segar dan lapuk.
2. Struktur Batuan Metamorf
Struktur Batuan Metamorf, adalah kenampakan batuan yang berdasarkan ukuran, bentuk
atau orientasi unit poligranular batuan tersebut. (Jacson, 1997). Secara umum struktur
batuan metamorf dapat dibadakan menjadi struktur foliasi dan nonfoliasi (Jacson, 1997).
a. Struktur Foliasi
Merupakan kenampakan struktur planar pada suatu massa. Foliasi ini dapat terjadi karena
adnya penjajaran mineral-mineral menjadi lapisan-lapisan (gneissoty), orientasi butiran
(schistosity), permukaan belahan planar (cleavage) atau kombinasi dari ketiga hal tersebut
(Jacson, 1970).
Struktur foliasi yang ditemukan adalah :
 Slaty Cleavage
Umumnya ditemukan pada batuan metamorf berbutir sangat halus (mikrokristalin) yang
dicirikan oleh adanya bidang-bidang belah planar yang sangat rapat, teratur dan sejajar.
Batuannya disebut slate (batusabak).

 Phylitic
Srtuktur ini hampir sama dengan struktur slaty cleavage tetapi terlihat rekristalisasi yang
lebih besar dan mulai terlihat pemisahan mineral pipih dengan mineral granular.
Batuannya disebut phyllite (filit)
 Schistosic
Terbentuk adanya susunan parallel mineral-mineral pipih, prismatic atau lentikular
(umumnya mika atau klorit) yang berukuran butir sedang sampai kasar. Batuannya disebut
schist (sekis).

 Gneissic/Gnissose
Terbentuk oleh adanya perselingan., lapisan penjajaran mineral yang mempunyai bentuk
berbeda, umumnya antara mineral-mineral granuler (feldspar dan kuarsa) dengan mineral-
mineral tabular atau prismatic (mioneral ferromagnesium). Penjajaran mineral ini
umumnya tidak menerus melainkan terputus-putus. Batuannya disebut gneiss.

b. Struktur Non Foliasi


Terbentuk oleh mineral-mineral equidimensional dan umumnya terdiri dari butiran-butiran
(granular). Struktur non foliasi yang umum dijumpai antara lain:
 Hornfelsic/granulose
Terbentuk oleh mozaic mineral-mineral equidimensional dan equigranular dan umumnya
berbentuk polygonal. Batuannya disebut hornfels (batutanduk)
 Kataklastik
Berbentuk oleh pecahan/fragmen batuan atau mineral berukuran kasar dan umumnya
membentuk kenampakan breksiasi. Struktur kataklastik ini terjadi akibat metamorfosa
kataklastik. Batuannya disebut cataclasite (kataklasit).
 Milonitic
Dihasilkan oleh adanya penggerusan mekanik pada metamorfosa kataklastik. Cirri struktur
ini adalah mineralnya berbutir halus, menunjukkan kenampakan goresan-goresan searah
dan belum terjadi rekristalisasi mineral-mineral primer. Batiannya disebut mylonite
(milonit)

 Phylonitic
Mempunyai kenampakan yang sama dengan struktur milonitik tetapi umumnya telah
terjadi rekristalisasi. Cirri lainnya adlah kenampakan kilap sutera pada batuan yang
,mempunyai struktur ini. Batuannya disebut phyllonite (filonit).
3. Tekstur
Tekstur batuan metamorf, merupakan kenampakan batuan yang berdasarkan pada ukuran,
bentuk dan orientasi butir mineral dan individual penyusun batuan metamorf. Penamaan
tekstur batuan metamorf umumnya menggunakan awalan blasto atau akhiran blastic tang
ditambahkan pada istilah dasarnya. (Jacson, 1997).
a. Tekstur Berdasarkan Ketahanan Terhadap Proses Metamorfosa
Berdasarkan ketahanan terhadap prose metamorfosa ini tekstur batuan metamorf dapat
dibedakan menjadi:
 Relict/Palimset/Sisa
Merupakan tekstur batuan metamorf yang masih menunjukkan sisa tekstur batuan
asalnya atau tekstur batuan asalnya nasih tampak pada batuan metamorf tersebut.
 Kristaloblastik
Merupakan tekstur batuan metamorf yang terbentuk oleh sebab proses metamorfosa
itu sendiri. Batuan dengan tekstur ini sudah mengalami rekristalisasi sehingga tekstur
asalnya tidak tampak. Penamaannya menggunakan akhiran blastik.
b. Tekstur Berdasarkan Ukuran Butir
Berdasarkan butirnya tekstur batuan metmorf dapat dibedakan menjadi:
 Fanerit, bila butiran kristal masih dapat dilihat dengan mata
 Afanitit, bila ukuran butir kristal tidak dapat dilihat dengan mata.
c. Tekstur berdasarkan bentuk individu Kristal
Bentuk individu kristal pada batuan metamorf dapat dibedakan menjadi:
 Euhedral, bila kristal dibatasi oleh bidang permukaan bidang kristal itu sendiri.
 Subhedral, bila kristal dibatasi oleh sebagian bidang permukaannya sendiri dan
sebagian oleh bidang permukaan kristal disekitarnya.
 Anhedral, bila kristal dibatasi seluruhnya oleh bidang permukaan kristal lain
disekitarnya.
Berdasarkan bentuk kristal tersebut maka tekstur batuan metamorf dapat dibedakan
menjadi:
 Idioblastik, apabila mineralnya dibatasi oleh kristal berbentuk euhedral.
 Xenoblastik/Hypidioblastik, apabila mineralnya dibatasi oleh kristal berbentuk
anhedral.
d. Tekstur Berdasarkan Bentuk Mineral
Berdasarkan bentuk mineralnya tekstur batuan metamorf dapat dibedakan menjadi:

 Lepidoblastik, apabila mineralnya penyusunnya berbentuk tabular.


 Nematoblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk prismatic.
 Granoblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk granular, equidimensional,
batas mineralnya bersifat sutured (tidak teratur) dan umumnya kristalnya berbentuk
anhedral.
4. Komposisi Batuan Metamorf
Secara umum batuan metamorf disusun oleh mineral-mineral tertentu namun secara
khusus mineral penyusun batuan metamorf dikelompokan menjadi dua yaitu mineral stress
dan mineral anti stress.
 Mineral stress adalah mineral yang stabil dalam kondisi tekanan, dapat berbentuk
pipih/tabular, prismatic dan tumbuh tegak lurus terhadap arah gaya/stress meliputi
mika,hornblende, serpenit, dll.
 Mineral anti stress adan mineral yang terbentuk dalam kondisi tekanan, biasanya
berbentuk equidimensional, meliputi kuarsa,feldspar garnet dll.
DAFTAR PUSTAKA

E. Jackson (1997). MSDM Menghadapi abad ke 21 (Adisi keenam) jilid 1. Jakarta : Erlangga

Sapiie.Benyamin,dll.2011.Geologi Dasar.ITB Express. Bandung

Sukandarrumidi,dll. 2017. Belajar Petrologi.Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Subroto, Suryo. 1984. Dimensi-Dimensi Administrasi. Jakaerta : Gunung Agung

Anda mungkin juga menyukai