GEOLOGI DASAR
PENGENALAN MINERAL
Oleh:
NATASHA TRI ANANTA
H1C021034
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI
PURBALINGGA
2021
i
DAFTAR ISI
COVER .................................................................................................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................................... iii
PENDAHULUAN ................................................................................................................... 1
A. Pengertian Mineral dan Mineraloid ........................................................................ 1
B. Hubungan Unsur Mineral dan Batuan .................................................................... 3
C. Sifat Fisik Mineral .................................................................................................... 5
D. Klasifikasi Mineral. .................................................................................................. 9
E. Deret Bowen. ........................................................................................................ 10
F. Deskripsi Lima Mineral .......................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 15
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar I.1. Mineral Kuarsa................................................................................. 1
Gambar I.2. Mineral Obsdidian............................................................................ 2
Gambar I.3. Mineral Granit…………………………………………………….. 3
Gambar I.4. Mineral Lapis Lazuri…………………………………………........ 4
Gambar I.5. Mineral Bressia……………………………………………………. 4
Gambar I.6. Mineral Andesite………………………………………………….. 4
Gambar I.7. Mineral Kuarsa……………………………………………………. 5
Gambar I.8. Mineral Flaurit…………………………………………………….. 5
Gambar I.9. Mineral Granit…………………………………………………...... 6
Gambar I.10. Mineral Galena……………………………………………… ….. 6
Gambar I.11. Mineral Pirit……………………………………………………… 6
Gambar I.12. Skala Kekerasan Mineral………………………………………… 7
Gambar I.13. Goresan Sulfur…………………………………………………… 8
Gambar I.14. Goresan Azurate…………………………………………………. 8
Gambar I.15. Deret Bowen …………………………………………………….. 10
Gambar I.16. Mineral Tembaga………………………………………………… 12
Gambar I.17. Mineral Pirit……………………………………………………… 13
Gambar I.18. Mineral Hamatit………………………………………………….. 13
Gambar I.19. Mineral Flaurit………………………………………………….... 13
Gambar I.20. Mineral Halit……………………………………………………... 14
iii
PENDAHULUAN
A. Pengertian Mineral dan Mineraloid
Gambar diatas adalah salah satu contoh mineral yang bernama quartz
atau dalam Bahasa Indonesia biasa disebut kuarsa. Kuarsa adalah salah
satu jenis mineral yang dapat kita temukan dalam kehidupan sehari-hari
sebagai contoh sebagai perhiasan. Jadi ap aitu mineral? Menurut buku
“Smithsonian Nature Guide Rock and Mineral” mineral adalah padatan
alami dengan struktur kimia tertentu yang memiliki komposisi dan struktur
kristal eksternal yang khas.
Sedangkan menurut buku “Pengantar Geologi” dari Djauhari Noor
mineral memiliki definisi sebagai bahan padat anorganik yang terdapat
secara alamiah, yang terdiri dari unsur-unsur kimiawi dalam perbandingan
tertentu, dimana atom-atom didalamnya tersusun mengikuti suatu pola
yang sistimatis. Selain dari kuarsa diatas ada berbagai jenis mineral
lainnya baik yang dekat dengan kehidupan sehari-hari maupun yang belum
kita jumpai sekalipun. Manusia banyak sekali memanfaatkan mineral
dalam berbagai hal mulai dari kebutuhan tubuh, ekonomi, perhiasan,
kontruksi dan lain-lain. Bentuk, warna, karakteristik dari mineral sangatlah
1
beragam sehingga bagi ahlipunn masih terasa sulit untuk
mengidentifikasinya. Penampakannya yang indah dan berkilap membuat
mineral enak dipandang dan semakin menarik untuk dipelajari. Ada
beberapa sifat yang menjadikan suatu objek dapat disebut sebagai mineral,
diantaranya:
1. Naturally occurring (terbentuk secara natural)
2. Inorganic (anorganik)
3. Solid (padat)
4. Internal structure is ordered atau memiliki struktur kristal.
5. Specific chemical composition (mempunyai komposisi kimia
yang spesifik)
6. Specific physical and chemical properties (memiliki sifat
kimi dan sifat fisika tertentu)
2
ridak memiliki struktur atom tertentu dan beberapa diantaranya tidak
memiliki komposisi kimia yang pasti atau spesifik sehingga tidak dapat
disebut sebagai mineral.
Hal menarik bahwa mineraloid dapat terbentuk dari peristiwa langit
misalnya dampak dari asteroid dan komet sebagai contoh tektites dan
moldavites. Selain tu, mineraloid Sebagian besar terbentuk pada suhu
rendah dan tekanan rendah yang ditemukan dipermukaan bumi dan di
lingkungan bawah permukaan yang dangkal.
B. Hubungan Unsur Mineral dan Batuan
3
Gambar I.4 Gambar I.5
Gambar I.6
Gambar I.4 Lapis lazuli (mindat.org), Gambar I.5 Bressia sedimen (mindat.org), Gambar I.6
Andesite (mindat.org)
4
Kesimpulan dari penjabaran diatas ialah mineral memiliki hubungan
yang sangat kuat dengan batuan. Dimana segala karakteristik baik secara
fisika dan kimia batuan terbentuk bergantung dari mineral penyusunnya.
Unsur mineral yang berbeda dalam batuan dapat membentuk strutur,
tekstus, perilaku, dan kegunaan yang berbeda pula.
C. Sifat Fisik Mineral
Mineral memilik komposisi kima dan sifat fisika yang khusus atau
tertentu. Kedua aspek tersebut bisa digunakan untuk mengenal atau
mengidentifikasi mineral. Sifat fisik yang dimiliki mineral antara lain.
1. Reaksi terhadap cahaya (warna dan luster atau kilap)
2. Bentuk Kirtal (habit)
3. Kekerasan (hardnees), dan Kepejalan (tenacity)
4. Bidang belah (Cleavage dan fracture).
5. Goresan pada bidang (streak)
Keenam sifat tersebut dapat digunakan untuk mengidentifikansi
mineral secara fisik atau melalu pengindraan yang tidak memerlukan ala-
alat yang sulit. Berikut sifat-sifat fisik mineral yang dipakai untuk
mengenal mineral, yaitu:
a. Reaksi terhadap Cahaya.
Cahaya dapat menimbulkan dua sifat fisik terhadap mineral
yaitu warna dan kilap atau luster
1) Warna
5
Warna merupakan penampakan pertama yang kita
amati dari sebuah mineral. Namun, warna bukannlah
penciri utama dari sebuah mineral karena sifatnya yang
tidak tepat. Ada mineral yang memiliki warna sama, namun
merupakan jenis berbeda dan ada mineral dengan warna
yang berbeda, namun datang dari jenis yang sama.
Warna dalam mineral disebabkan oleh adanya
penyerapan dan pembiasan cahaya dengan panjang
gelombang tertentu. Cahaya yang datang aka nada yang
dipantulkan, dibiaskan dan diserap oleh mineral. Panjang
gelombang cahaya yang diserap oleh mineral inilah warna
yang akan dihasilkan oleh mineral tersebut.
2) Kilap (luster)
6
Jika suatu mineral berkembang tanpa suatu hambatan,
mineral tersebut mendapat kesempatan untuk memiliki bentuk
kristal yang khas. Setiap mineral memiliki sifat bentuk kristal
yang khas yang merupakan wujud dari kenampakan luar, terjadi
kare susunan kristal didalamnya. Terdapat dua hal yang
mempengaruhi bentuk kristal suatu mineral yaitu struktur atom
mineralnya dan lingkungan pertumbuhan kristal.
Habit dapat disebut pula crystal form, “kubus” menyiratkan
mineral mengkristal benbrntuk kubus begitu pula bentuk lainnya.
Secara garis besar bentuk krisal dibagi menjadi dua yaitu non-
Isometrik seperti pedion, trigonal, piramida, hexagonal
dipyramid; dan bentuk isometric seperti cube, octahedron, gyroid
dan lain-lain
c. Kekerasan (hardnees), dan Kepejalan (tenacity)
1) Kekerasan atau hardness
Gambar I.12 Skala kekerasan mineral (buku Smithsonian Nature Guide Rock and Mineral)
7
2) Kepejalan atau tenacity
Sifat kepejalan dari mineral ini berdasarkan kohesi
antar atom dalam struktur didalam mineral. Mineral
fleksibel berubah bentuk dengan mudah dan bentuknya
tetap saat diberi tekanan. Mineral yang elastis akan berubah
Kembali ke bentuk semula bila diberi tekanan.
d. Bidang belah (Cleavage dan fracture).
1) Cleavage.
Pembelahan jenis ini memberlah dengan rata dan
permukaan yang datar. Hal ini terjadi karena struktur kristal
pembentuknya memiliki ikatan atom yang lemah. Ciri-ciri
dari mineral dengan pembelahan cleavage ini ialah belahan
berpotongan sepanjang bidang halua, dapat diprediksi dan
teratur. Conton mineralnya antara lain kalsit, galena dan
halit.
2) Fracture.
Sedangkan pembelahan jenis ini, mineral cenderunng
membelah tidak beraturan. Ciri-ciri dari pembelahan ini
ialah potongan tidak teratur, asimestris serta acak. Contoh
mineralnya antara lain hamatite, olivine, dan pirit.
e. Goresan pada bidang (streak)
8
mengidentifikasi mineral dari pada pengamatan warna mineral.
Warna yang ditinggalkan mineral pada porselen bisa saja sama
dengan warna mineral yang tangkap mata, bisa juga berbeda.
D. Klasifikasi Mineral.
Hal yang digunakan untuk mengklasifikasikan mineral yaitu sifak
kimianya. Sifat kimia yang ada dalam mineral menunjukan atom yang
terbentuk dan proporsinya. Secara garis besar, mineral dikelompokkan
dikelompokkan menjadi 2 (dua) yaitu mineral silikat dan mineral non-
silikat. Saat ini hanya ada kurang lebih 2000 mineral yang telah ditemukan
dan beberapa diantaranya terlibat dalam dalam pembentukan batuan.
Mineral-mineral ini disebut mineral pembentuk batuan yang ditemukan
pada penyusun utama kerak dan mantel bumi.
1. Mineral silikat.
Mineral jenis ini 90% merupakan pembentuk batuan. Batuan
sedimen, batuan beku dan batuan metamorf dibentuk dari silikat.
Secara umum silikat pembentuk batuan dibagi dua kelompok
ferromagnesium dan non-ferromagnesium. Contoh mineral jenis ini
yaitu kuarsa (SiO2), olivine (MgFe)2SiO4, pyroksen (Mg,Fe)SiO3.
2. Mineral oksida.
9
3. Mineral sulfida
10
Pada bagian tengah derat terdapat tanda panah putus-putus
diserbalah kanan, bagian tersebut disebut seriyang tidak berkelanjutan
(discontinuous series) dan bagian kanan dengan panah disebut seri
berkelanjutan (continuous series).
Secara umum, mineral dengan suhu yang tinggi memiliki kadar besi dan
magnesium yang lebih tinggi, mineral ini termasuk katergori mafik.
Sedangkan mineral suhu rendah dengan kadar magnesium dan besi yang
rendah dan kadar silicon serta oksigen yang tinggi termasuk felsic.
Mineral-mineral yang kadaannya selain mafik dan felsic disebut
ultramafic (melebihi malfik) dan intermediet, (diantara malfik dan felsic)
mineral olivine, piroksen, ambifol dan biotit masuk dalam kategosi ini.
1. Discontinuous series
2. Continuous series
11
Seri ini menunjukan terbentuknya mineral plagioklas.
Pada Bentuk anothite mineral memiliki kadar kalsium yang tinggi
dan saat oligoclase mineral memiliki kadar sodium yang tinggi.
F. Deskripsi Lima Mineral
1. Tembaga.
2. Pirite.
12
Pirite berasal dari Bahasa Yunani yang berarti “api”, sebab pirit
akan memancarkan api bila dikenai besi. Pirit jauh lebih ringan dari
emas namun, memiliki kepadatan yang yang tinggi membuat pirit
sering disebut “fool’s gold”. Saat segar pirit berwarna keperakan
pucat, menjadi lebih gelap saat terpapar oksigen. Kristal pirit
berbentuk kubik, octahedral atau memiliki dua belas sisi
4. Flaurit.
13
Salah satu mineral industri yang sangat penting yaitu flaurit.
Flaurif berasl dari Bahasa latin “fluere” yang bereti mengalir. Frourite
digunkan untuk peleburan besi dan pemurnian logam. Kebanyakan
kristal flourit berbentuk kubus, untuk flaurit kembar ditemukan dengan
kristal octahedral. Flaurit juga digunakan untuk pembuatan bahan bakr
beroktan tinggi.
5. Halite.
14
DAFTAR PUSTAKA
Anomin. (2012). Bowen’s Reaction Series. Diakses pada 2 Setember 2021 dari
https://geologyscience.com/general-geology/bowens-reaction-series/
Bonewitz, Ronald. (2012). Smithson Nature Guide Rock and Mineral. Delhi:DK
King, Hobart M. (2016), Mohn Hardness Scale. Diakses pada tanggal 2 September
2021 dari https://geology.com/minerals/mohs-hardness-scale.shtml
King, Hobart M. (2016). Crytal Habits and Forms of Mineral and Gems. Diakses
pada tanggal 2 September 2021 dari https://geology.com/minerals/crystal-
habit/
King. Hobart M. (2019). What are Minerals? Diakses pada tangga 1 September
2021 di https://geology.com/minerals/what-is-a-mineral.shtml
Noor, Djauhari. (2012). Pengantar Geologi. Bogor: Universitas Pakuan.
15