Anda di halaman 1dari 18

DAFTAR ISI

Daftar Gambar...............................................................................................ii
Daftar Tabel....................................................................................................iii
Bab I Pendahuluan.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................1
1.2 Tujuan......................................................................................................2
1.3 Alat dan Bahan.....................................................................................2
Bab II Tinjauan Pustaka............................................................................3
Bab III Hasil Dan Pembahasan................................................................6
3.1 Proses Hidrotermal..................................................................................7
3.2 Proses Magmatis..................................................................................7
3.2.1 Proses Diferensiasi Magma...................................................7
3.2.2 Deret Bowen.....................................................................................9
3.2 proses sublimasi...............................................................................10
3.4 Proses Metamorfisme......................................................................11
Bab IV Penutup............................................................................................13
4.1 Kesimpulan..........................................................................................13
4.2 Saran.......................................................................................................14
Daftar Pustaka.............................................................................................15

i|Sistem Kristal
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Proses Diferensiasi Magma.......................................................7
Gambar 2. Deret Bowen....................................................................................9

ii | S i s t e m K r i s t
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Skala Kekerasan Mohs Pada Mineral.......................................12

iii | S i s t e m K r i s t
1.1 Latar Belakang BAB I
PENDAHULUAN
Geologi adalah studi tentang bumi dan Bumi sebagai
seluruh kelompok studi, asal, struktur, komposisi, sejarah
(termasuk perkembangan kehidupan) dan proses alami yang
sudah ada dan sedang berlangsung, yang membuat keadaan bumi
seperti itu dari awal terbentuknya ini dan sampai sekarang yang
terjadi pun.
Mineral adalah padatan senyawa kimia homogen, non-
organik, yang memiliki bentuk teratur (sistem kristal) dan
terbentuk secara alami. Istilah mineral termasuk tidak hanya
bahan komposisi kimia tetapi juga struktur mineral.
Mineralogi adalah salah satu cabang ilmu geologi yang
mempelajari mengenai mineral, baik dalam bentuk individu
maupun dalam bentuk kesatuan, antara dan kegunaannya.
Mineral sering diartikan sebagai bahan bukan organik (anorganik).
Maka pengertian yang jelas dari batasan mineral oleh beberapa
ahli geologi perlu diketahui walaupun dari kenyataannya tidak ada
satupun persesuaian umum untuk definisinya. Saat ini telah
dikenal lebih dari 2000 mineral. Sebagian merupakan mineral-
mineral utama yang dikelompokkan sebagai rock forming mineral.
Mineral-mineral tersebut terutama mengandung unsur-unsur lain
mempelajari tentang sifat-sifat fisik, sifat-sifat kimia, cara
terdapatnya, cara terjadinya yang menempati bagian terbesar di
bumi, antara lain unsur Oksigen (O), Silikon (Si), Aluminium (AL),
Besi (Fe), Kalsium (Ca), Sodium (Na), Potasium (K) dan Magnesium
(Mg).
Indonesia memiliki sumber potensi batuan mineral yang
melimpah, dari yang memiliki tingkat kekerasan 1 Mohs yaitu Talk
(rumus kimia Mg3Si4O10(OH)2) hingga tingkat kekerasan 10 Mohs
yaitu berlian (rumus kimia C), dari yang jenis mineral silikat
1|Sistem Kristal
hingga jenis mineral karbonat-sulfat. Hal ini berawal dari adanya
aktivitas dapur magma di perut bumi. Batuan cair bersuhu di atas
1.000 C ini terus bergerak dalam selubung atau mantel bumi. Di
luar mantel ini adalah lapisan kerak bumi, yang tersusun dari
lempeng-lempeng yang terus bertumbukan dan menyisakan
banyak retakan. Tekanan yang kuat dari dalam cenderung
mendorong magma untuk mencari jalan keluar ke permukaan.
Ketika cairan superpanas dan bertekanan tinggi ini mulai naik,
cairan ini akan melarutkan berbagai batuan lain yang telah ada.
Pada praktikum kali ini dilakukan pembelajaran atau
pengenalan mineral, salah satunya adalah sifat fisis dan kimia
pada mineral, Dengan mengenal sifat-sifat tersebut maka setiap
jenis mineral dapat dikenal atau diketehui jenisnya.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari dilaksanakannya praktikum ini adalah :
1. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui apa itu
mineral dan mineralogi.
2. Mahasiswa diminta untuk dapat membedakan magma,
lava, dan lahar.
3. Mahasiswa dapat mengetahui sifat-sifat fisik dari mineral
4. Mahasiswa dapat mengetahui proses diferensiasi magma
1.3 Alat dan Bahan
a. Alat
Peralatan yang digunakan pada saat praktikum adalah
sebagai berikut :
1. Alat Tulis Lengkap
2. Modul
3. Clipboard
b. Bahan
Bahan yang digunakan pada saat praktikum adalah
sebagai berikut :
1. Lembar Kerja Sementara

2|Sistem Kristal
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Mineral dapat kita jumpai dalam kehidupan kita. Kita


bahkan tidak dapat hidup jauh-jauh dari mineral, dari pakaian
yang kita pakai, perhiasan, peralatan tulis, kendaraan kita, rumah
kita, perabotan makanan kita, kacamata, alat masak kita dan lain-
lain. Itu semua terbuat dari bahan mineral, yang diambil di alam,
baik yang menyusun batuan maupun yang dijumpai secara
tunggal membentuk batu homogen (Mulyaningsih, 2018).
Mineral merupakan salah satu komponen yang dibutuhkan
oleh makhluk hidup dan dikenal sebagai zat anorganik.
Berdasarkan kegunaannya dalam aktivitas kehidupan, mineral
terbagi menjadi dua golongan, yaitu mineral primer dan non
sekunder (Bali dkk, 2019)
Mineral adalah zat anorganik alami, tersusun dari atom-
atom baik satu elemen kimia tunggal atau sejumlah elemen
berbeda dan masing-masing dibedakan oleh komposisi kimianya
(rasio tertentu kimianya elemen) dan struktur kristalnya, oleh
karena itu ampir semua mineral adalah kristal, atom-atom
disusun secara teratur, bila dibiarkan tumbuh besar, mereka
membentuk simetris kristal (Price, 2005).
Suatu bentuk mineral dapat berupa kristal bisa jadi
tunggal atau rangkaian kristal. Menurut asal usul
pembentukannya, mineral dibagi menjadi 2 macam, yaitu mineral
primer dan mineral skunder, mineral primer atau terbentuk
melalui proses primer, macam-macam proses primer yaitu
pembekuan magma atau magmatisme, proses sedimentasi dan
kristalisasi pada larutan, pengendapan uap, metamorfisme, dan
hidrotermal, mineral pada saat proses pembentukannya tidak
tercampur oleh mineral lain oleh karena itu disebut juga dengan
mineral primer dan mineral sekunder. Mineralogi merupakan ilmu
yang mempelajari tentang asal-usul, pembentukan, sifat fisik, sifat

3|Sistem Kristal
kimia, serta klasifikasi dan manfaat mineral. Mineral adalah zat
atau benda yang biasanya padat dan homogen, merupakan hasil
bentukan alam, anorganik, memiliki sifat-sifat fisik dan kimia
tertentu serta umumnya berbentuk kristalin atau yang disebut
kristal (Bayu, 1998).
Mineralogi merupakan bagian dari geologi yang khusus Me-
mpelajari tentang mineral. Mineralogi fisik secara khusus memba-
has tentang susunan kristal dalam mineral. Di dalam Rock
Forming mineral, kajian yang paling utama adalah kristalografi
mineral dan Deret Bowen. Kajian mengenai kristalografi mineral
berdasarkan kepada pemahaman tentang kimia unsur,
stoikiometri, geometri dan vektor. Keutamaannya disebabkan oleh
kondisi mineral-mineral yang merupakan kristalin. Karena hal
tersebut, mineral itu memiliki sifat-sifat kristal yang dapat
digambarkan dan diproyeksikan. Penggambaran ini dilakukan
dalam bentuk penyajian grafis, dan gambaran struktur dari Deret
Bowen (Wertheim, 2004).
Mineral dapat kita jumpai dimana-mana di sekitar kita,
dapat berwujud batuan, tanah, atau pasir yang diendapkan di
dasar sungai. Beberapa dari mineral tersebut dapat mempunya
nilai ekonomis karena didapatkan dalam jumlah yang besar,
sehingga memungkinkan untuk ditambang seperti emas dan
perak. Mineral, kecuali beberapa jenis, memiliki sifat, bentuk
tertentu dalam keadaan padatnya, sebagai perwujudan dari
susunan yang teratur didalamnya. Apabila kondisinya
memungkinkan, mereka akan dibatasi oleh bidang-bidang rata,
Dengan demikian Mineral secara umum dapat di-defenisikan
sebgai bahan padat yang homogen yang memiliki pola internal
susunan tiga dimensi yang teratur. Dan salah satu cabang ilmu
geologi yang khusus mempelajari sifat-sifat, bentuk susunan dan
cara-cara yang terjadinya bahan padat tersebut dinamakan
Mineralogi (Audia, 2010).

4|Sistem Kristal
Mineralogi merupakan ilmu yang mempelajari tentang asal-
usul, pembentukan, sifat fisik, sifat kimia, serta klasifikasi dan
manfaat mineral. Mineral adalah padatan senyawa kimia homogen,
non-organik, yang memiliki bentuk teratur dan terbentuk secara
alami. Istilah mineral termasuk tidak hanya bahan komposisi
kimia tetapi juga struktur mineral. Mineral termasuk dalam
komposisi unsur murni dan garam sederhana sampai silikat yang
sangat kompleks dengan ribuan bentuk yang diketahui
(senyawaan organik biasanya tidak termasuk). Ilmu yang
mempelajari mineral disebut mineralogi (Wijayanto, 2006).
Deret reaksi Bowen adalah suatu deret reaksi
pembentukan mineral yang dibuat oleh seorang petrologis
bernama Norman L. Bowen. Deret ini berisi tentang urutan
pembentukan mineral yang terbentuk dari hasil pendinginan
magma dan perbedaan kandungan magma, dengan asumsi dasar
bahwa semua magma berasal dari magma induk yang bersifat
basa. Mineral yang terbentuk dengan kecepatan pendinginan yang
lambat akan memiliki bentuk dan ukuran kristal yang lebih besar.
Dalam proses pendinginan magma dimana magma itu tidak
langsung semuanya membeku, tetapi mengalami penurunan
temperatur secara perlahan bahkan mungkin cepat. Penurunan
temperatur ini disertai mulainya pembentukan dan pengendapan
mineral-mineral tertentu yang sesuai dengan temperaturnya pada
proses pembentukannya (Barmawi, 2009).
Karakteristik batuan yang tampak secara fisik sangat
ditentukan oleh proses evolusi magma yang terjadi sebelum
magma keluar ke permukaan. Proses-proses tersebut meliputi
diferensiasi magma, fraksionasi kristal, asimilasi magma, maupun
kontaminasi kerak. Perubahan tekstur dan komposisi mineral
dapat terjadi sebagai akibat dari perubahan-perubahan kondisi
fisika dan kimia yang terjadi di dapur magma melalui proses yang
panjang (Draniswari dkk, 2020).

5|Sistem Kristal
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Mineral adalah suatu bahan alam yang mempunyai sifat-
sifat fisis dan kimia tetap dapat berupa unsur tunggal atau
persenyawaan kimia yang tetap, pada umumnya anorganik,
homogen, dapat berupa padat, cair dan gas. Mineral adalah zat-zat
hablur yang ada dalam kerak bumi serta bersifat homogen, fisik
maupun kimiawi. Mineral itu merupakan persenyewaan anorganik
asli, serta mempunyai susunan kimia yang tetap. Yang dimaksud
dengan persenyawaan kimia asli adalah bahwa mineral itu harus
terbentuk dalam alam, karena banyak zat-zat yang mempunyai
sifat-sifat yang sama dengan mineral, dapat dibuat didalam
laboratorium. Sebuah zat yang banyak sekali terdapat dalam bumi
adalah SiO2 dan dalam ilmu mineralogi, mineral itu disebut
kuarsa. Sebaliknya zat inipun dapat dibuat secara kimia akan
tetapi dalam hal ini tidak disebut mineral melainkan zat Silisium
dioksida.
Mineralogi adalah salah satu cabang ilmu geologi yang
mempelajari mengenai mineral, baik dalam bentuk individu
maupun dalam bentuk kesatuan, antara lain mempelajari tentang
sifat-sifat fisik, sifat-sifat kimia, cara terdapatnya, cara terjadinya
dan kegunaannya. Minerologi terdiri dari kata mineral dan logos,
dimana mengenai arti mineral mempunyai pengertian berlainan
dan bahkan dikacaukan dikalangan awam. Sering diartikan
sebagai bahan bukan organik (anorganik). Maka pengertian yang
jelas dari batasan mineral oleh beberapa ahli geologi yang perlu
diketahui walaupun dari kenyataannya tidak ada satupun
persesuaian umum untuk definisinya. Ada beberapa proses
pembentukkan magma baik jenis logam maupun non-logam
antara lain : terbentuk dari larutan, terbentuk dari magma,
terbentuk dari sublimasi dan yang terakhir adalah pembentukkan
mineral dari proses metamorfisme.

6|Sistem Kristal
3.1 Proses Hidrotermal
Proses hidrotermal yaitu proses pembentukan mineral karena
adanya pengaruh dari suhu atau temperatur serta tekanan sangat
rendah dan adanya larutan magma yang sudah terbentuk
sebelumnya. Bentuk – bentuk dari endapan mineral bisa
ditemukan sebagai bagian dari proses endapan hidrotermal yang
disebut Cavity Filling. Cavity Filling sendiri merupakan suatu
proses mineralisasi dengan mengisi ruang bukan rongga yang
terdapat di dalam batuan dan terdiri atas mineral – mineral yang
telah diendapkan dari larutan bukaan – bukaan batuan
3.2 Proses Magmatis
Secara umum, proses pembentukan mineral, baik jenis logam
maupun non-logam dapat terbentuk karena proses mineralisasi
yang diakibatkan oleh aktivitas magma, dan mineral ekonomis
selain karena aktivitas magma, juga dapat dihasilkan dari proses
alterasi, yaitu mineral hasil ubahan dari mineral yang telah ada
karena suatu faktor. Ada proses pembentukan mineral baik secara
mineralisasi dan alterasi tidak terlepas dari faktor-faktor tertentu.
Dalam geologi, diferensiasi magma atau pembedaan magma adalah
berbagai proses kimia yang dialami magma selama terjadinya
lelehan parsial, pendinginan, emplasemen, atau erupsi.
3.2.1 Proses Diferensiasi Magma

Gambar 1. Proses Diferensiasi Magma


1. Vesiculation
Magma yang mengandung unsur-unsur volatile seperti air
(H2O), karbon dioksida (CO2), sulfur dioksida (SO2), sulfur (S) dan

7|Sistem Kristal
klorin (Cl). Pada saat magma naik kepermukaan bumi, unsur-
unsur ini membentuk gelombang gas, seperti buih pada air soda.
Gelombang (buih) cenderung naik dan membawa serta unsur-
unsur yang lebih volatile seperti sodium dan potasium.
2. Diffusion
Pada proses ini terjadi pertukaran material dari magma
dengan material dari batuan yang mengelilingi reservoir magma,
dengan proses yang sangat lambat. Proses diffusi tidak seselektif
proses-proses mekanisme differensiasi magma yang lain.
Walaupun demikian, proses ini dapat menjadi efektifnya, jika
magma diaduk oleh suatu pencaran (convection) dan disirkulasi
dekat dinding dimana magma dapat kehilangan Beberapa
unsurnya dan mendapatkan unsur lain dari dinding reservoar.
3. Flotation
Kristal ringan yang mengandung sodium dan poyasium cen-
derung untuk memperkaya magma yang terletak pada bagian atas
reservoar dengan unsur-unsur sodium dan potasium.
4. Gravitational Settling
Mineral-mineral berat yang mengandung kalsium,
magnesium dan besi, cenderung memperkaya resevoir magma
yang terletak disebelah bawah reservoir dengan unsur-unsur
tersebut. Proses ini mungkin menghasilkan kristal badan bijih
dalam bentuk perlapisan. Lapisan paling bawah diperkaya dengan
mineral-mineral yang lebih berat seperti mineral-mineral silikat
dan lapisan diatasnya diperkaya dengan mineral-mineral silikat
yang lebih ringan.
5. Assimilation of Wall Rock
Selama emplacement magma, batu yang jatuh dari dinding
reservoir akan bergabung dengan magma. Batuan ini bereaksi
dengan magma atau secara sempurna terlarut dalam magma,
sehingga merubah komposisi magma. Jika batuan dinding kaya
akan sodium, potasium dan silikon, magma akan berubah

8|Sistem Kristal
menjadu komposisi granitik. Jika batuan dinding kaya akan
kalsium, magnesium dan besi, magma akan berubah menjadi
berkomposisi gabroik.
6. Thick Horizontal Sill
Secara umum bentuk ini memperlihatkan proses
differensiasi magmatik asli yang membeku karena kontak dengan
dinding reservoirl Jika bagian sebelah dalam memebeku, terjadi
Crystal Settling dan menghasilkan lapisan, dimana mineral silikat
yang lebih berat terletak pada lapisan dasar dan mineral silikat
yang lebih ringan.
3.2.2 Deret Bowen
Deret bowen adalah deret yang menjelaskan urutan
pengkristalan magma berdasarkan temperature pembentukan
magma tersebut. Dimana pembentukan magma ini ditentukan
berdasarkan pada derajat kristalisasi dan lama pendinginan
magma, dan berpengaruh pada sifat yang akan dibawa oleh
mineral yang terbentuk. Komposisi kimia, reaksi unsur, dan
proses keterbentukannya mineral menjadi jawaban mengapa
terdapat deret kontinyu dan deret diskontinyu pada deret bowen.
Dengan mempelajari deret bowen kita dapat menentukan apakah
suatu mineral dapat berasosiasi dengan mineral lain.

Gambar 2. Deret Bowen


Sebelah kiri mewakili mineral-mineral mafik, yang pertama
kali terbentuk dalam temperatur sangat tinggi adalah olivin. Akan
tetapi jika magma tersebut jenuh oleh Si02 maka piroksen-lah
yang terbentuk pertama kali. Olivin dan piroksen merupakan

9|Sistem Kristal
pasangan "inconruent melting", dimana setelah pembentukannya
olivin akan bereaksi dengan larutan sisa membentuk piroksen.
Temperatur menurun terus dan pembentukan mineral berjalan
sesuai dengan temperaturnya. Mineral yang terakhir terbentuk
adalah biotit, dibentuk dalam temperatur yang rendah.
Mineral di sebelah kanan diwakili oleh mineral kelompok
plagioklas, karena mineral ini paling banyak terdapat dan tersebar
luas. Anorthite adalah mineral yang pertama kali terbentuk pada
suhu yang tinggi dan banyak terdapat pada batuan beku basa
seperti gabro atau basal.
Andesin terbentuk pada suhu menengah dan terdapat pada
batuan beku diorit atau andesit. Sedangkan mineral yang
terbentuk pada suhu rendah adalah albit, mineral ini banyak
tersebar pada batuan asam seperti granit atau rhyolite. Reaksi
berubahnya komposisi plagioklas ini merupakan deret “solid solut-
ion" yang merupakan reaksi kontinu, artinya kristalisasi pagiokias
Ca-Plagioklas Na-plagioklas, jika reaksi setimbang akan berjalan
menerus.
Mineral sebelah kanan dan sebelah kiri bertemu pada mineral
potassium feldspar dan menerus ke mineral muskovite dan
terakhir adalah mineral kwarsa. Maka mineral kwarsa merupakan
mineral yang paling stabil diantara seluruh mineral felsik atau
mineral mafik, dan sebaliknya mineral yang terbentuk pertama
kali adalah mineral yang sangat tidak stabil dan mudah sekali
terubah menjadi mineral lain.
Dari segi tekstur, mineral-mineral yang terbentuk pada awal
kristalisasi pada temperatur tinggi akan mendingin secara
perlahan, menghasilkan kristal mineral berukuran kasar.
Sebaliknya mineral yang terbentuk pada temperatur rendah dan
mendingin secara cepat akan menghasilkan mineral-mineral
berukuran halus.
3.3 proses sublimasi

10 | S i s t e m K r i s t a
Sublimasi merupakan proses pengendapan langsung mineral dari
uap atau gas. Pembentukan mineral merupakan proses kecil bila
dibandingkan dengan proses-proses lainnya. Prinsip proses
tersebut terletak pada penurunan suhu maupun tekanan.
endapan mineral biasanya terbentuk akibat dua atau lebih gas
bereaksi. Mineral bijih yang berada di dekat permukaan bumi,
akan mengalami pelapukan dan itu disebabkan oleh udara
ataupun rembesan dari air. Akibatnya muncullah pelapukan
hingga pelarutan dari batuan di mana batuan tersebut
membentuk padatan yang masif berubah menjadi porus disebut
dengan gossam. Terdapat mineral primer yang mengalami oksidasi
sampai dengan batas muka air tanah atau zona oksidasi. Di zona
oksidasi terjadi akumulasi mineral oksida sekunder limonit yang
mempunyai ciri khusus. Selanjutnya terjadi pelarutan garam dan
asam sulfat di zona sulfidasi atau daerah di bawah air tanah, pada
daerah ini juga akan terbentuk mineral - mineral sekunder
3.4 Proses Metamorfisme
Pada proses ini terbentuk batuan metamorf yang berasal dari
mineral batuan beku, mineral metamorf dan mineral batuan
sedimen. Di proses metamorfisme ini terjadi perubahan dari suatu
mineral menjadi mineral baru atau menghasilkan mineral yang
sama akan tetapi mempunyai sifat berbeda sebab menyesuaikan
dengan keadaan lingkungan yang baru. Contoh perubahan
mineral lama menjadi mineral baru yaitu mineral homblende
menjadi mineral serpentine, sedangkan perubahan mineral lama
menjadi mineral sama dengan sifat berbeda yaitu mineral calcite
menjadi mineral calcite kembali namun dengan sifat yang berbeda.
Mineral memiliki tingkat kekerasan tertentu, skala kekerasan
mineral yang sering dipakai sampai saat ini adalah skala
kekerasan Mohs. Skala ini didasarkan pada tingkat kemampuan
mineral dalam menggores benda lain. Skala ini diciptakan oleh
Friedrich Mohs (Jerman) pada tahun 1812.

11 | S i s t e m K r i s t a
Skala Mohs adalah skala yang paling umum digunakan untuk
mengukur kekerasan suatu mineral. Kekerasan merupakan salah
satu karakteristik utama dari sebuah mineral. Kekerasan adalah
ukuran daya tahan relatif suatu mineral terhadap goresan.
Karakteristik ini mengukur apakah suatu mineral akan tergores a-
tau dapat menggores mineral lain. Mineral dapat menggores
mineral apapun yang derajat kekerasannya lebih rendah, serta
dapat digores oleh mineral apapun yang derajat kekerasannya
lebih tinggi. Sebagai contoh, mineral quartz dapat menggores
mineral apatite serta dapat tergores oleh topaz. Berikut ini adalah
tabel kekerasan mineral menurut Mohs dari yang paling lunak
Kekerasan
Mineral Rumus Kimia
Mohs
1 Talek Mg3Si4O10(OH)2
2 Gipsum CaSO4·2H2O
3 Kalsit CaCO3
4 Fluorit CaF2
5 Apatit Ca5(PO4)3(OH–,Cl–,F–)
6 Feldspar Ortoklas KAlSi3O8
7 Kuarsa SiO2
8 Topaz Al2SiO4(OH–,F–)2
9 Korundum Al2O3
10 Intan C
Tabel 1. Skala Kekerasan Mohs Pada Mineral
Semua materi mineral yang kita ketahui selama ini memiliki
susunan kimiawi tertentu dan disusun oleh atom – atom yang
teratur. Sehingga setiap mineral mempunyai sifat kimia ataupun
fisika yang berbeda antara mineral satu dengan mineral yang
lainnya. Dengan mempelajari sifat – sifat tersebut, setiap mineral
akan mudah untuk diidentifikasi susunan kimianya dalam
batasan tertentu. Sifat – sifat fisik mineral berupa : yang pertama
adalah Struktur (Form), Pecahan (Fracture), Kilap (Luster), Warna
(Colour), Cerat (Streak), Belahan (Cleavage), Berat Jenis (Specific
Gravity), Kemagnetan, dan Sifat Dalam (Tenacity).

12 | S i s t e m K r i s t a
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang di dapat dari praktikum ini adalah :

1. Mineral adalah padatan senyawa kimia homogen, non-


organik, yang memiliki bentuk teratur dan terbentuk
secara alami. Istilah mineral termasuk tidak hanya bahan
komposisi kimia tetapi juga struktur mineral. Mineralogi
merupakan ilmu yang mempelajari tentang asal-usul,
pembentukan, sifat fisik, sifat kimia, serta klasifikasi dan
manfaat mineral.
2. Pada gunung berapi, magma berada di dapur magma.
Lava adalah lelehan magma yang keluar ke permukaan
bumi. Lahar adalah lava yang sudah bercampur dengan
material lain yang ada di sekitar kawah gunung api. Lahar
dapat berupa lahar panas maupun lahar dingin
3. Sifat – sifat fisik mineral adalah : Struktur (Form),
Pecahan (Fracture), Kilap (Luster), Kekerasan (Hardness),
Warna (Colour), Cerat (Streak), Belahan (Cleavage), Berat
Jenis (Specific Gravity), Kemagnetan, dan Sifat Dalam
(Tenacity)
4. Diferensiasi magma atau pembedaan magma adalah
berbagai proses kimia yang dialami magma selama
terjadinya lelehan parsial, pendinginan, emplasemen, atau
erupsi. Penyebab utama dari perubahan komposisi magma
adalah pendinginan, yang merupakan konsekuensi tak
terelakkan dari magma yang telah dibuat dan bermigrasi dari
daerah lelehan parsial ke daerah dengan stres yang lebih
rendah - umumnya volume kerak yang lebih dingin.
Pendinginan menyebabkan magma mulai mengkristalkan
mineral -mineral dari lelehan atau bagian cair dari
magma. Kebanyakan magma adalah campuran batuan

13 | S i s t e m K r i s t a
cair (lelehan) dan mineral (fenokris). Kontaminasi adalah
penyebab lain dari diferensiasi magma. Kontaminasi dapat
disebabkan oleh asimilasi batuan induk, pencampuran
dari dua atau lebih magma atau bahkan dengan
penambahan ruang magma dengan magma panas dan
segar. Seluruh mekanisme diferensiasi biasa disebut
sebagai proses FARM, yang merupakan singkatan dari
Kristalisasi fraksional (Fractional Cryztallization, Asimilasi,
pengisian(Replenishment) dan pencampuran magma
(Magma mixing).
4.2 Saran
Pada kegiatan praktikum sebaiknya alat dan bahan yang
akan digunakan di persiapkan terlebih dahulu, agar praktikan
dapat berjalan dengan baik. Dan untuk para praktikan agar
mempersiapkan diri dengan mempelajari materi-materi yang akan
dipraktekkan agar dalam kegiatan praktikum tidak terhambat.

14 | S i s t e m K r i s t a
DAFTAR PUSTAKA

Audia. 2010. Kristalografi. Malang:Universitas Negeri Malang.


Bali I, Ahmad A, dan Christianto L. 2019. “Mineral Identification
For Nutrients Potential To Assess Soil Fertility”. Makassar :
Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas
Hasanuddin,
Barmawi. 2009. “Kristalografi dan Mineralogi Kuarsa”. Jurnal
Ilmiah MTG. Vol.5 (1): 1-2.
Bayu, S. 1998. Ilmu Dasar Geologi. Yogyakarta: Departemen
Teknik Geologi FTUGM.
Draniswari, W A., Kusuma, S I T., Adimedha, T B dan Sukadana, I
G. 2020. “Crustal Contamination Role on Magma
Differentiation of Volcanic Rocks in Ampalas River, Mamuju,
West Sulawesi” Jurnal Eksplorium Volume 41 No. 2, 73–86
Price, M dan Kevin, W. 2005. Natural Pocket Rocks and Mineral.
London: Dorling Kindersley.
Wijayanto, A. 2006. “Mineralogi Kimia”. Jurnal Anakgeotoba. Vol. 3
(1): 4-5.
Wertheim, J. 2004. Kamus Kimia Bergambar. Jakarta: Erlangga.

15 | S i s t e m K r i s t a

Anda mungkin juga menyukai