Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN

PRAKTIKUM PETROLOGI

OLEH:
ISWAR PUTRA PRATAMA
D061221072

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN

GOWA
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Geologi adalah suatu bidang Ilmu Pengetahuan Kebumian yang mempelajari

segala sesuatu mengenai planit Bumi beserta isinya yang pernah ada. Merupakan

kelompok ilmu yang membahas tentang sifat-sifat dan bahan-bahan yang

membentuk bumi, struktur, proses-proses yang bekerja baik didalam maupun

diatas permukaan bumi, kedudukannya di Alam Semesta serta sejarah

perkembangannya sejak bumi ini lahir di alam semesta hingga sekarang (Djauhari

Noor, 2009). Adapun salah satu dari cabang ilmu geologi yaitu, petrologi.

Petrologi adalah cabang ilmu dalam geologi yang mempelajari asal-usul atau

origin, penyebaran, struktur, serta evolusi dari batuan yang Menyusun kerak

bumi, baik kerak samudera maupun kerak benua. Dalam petrologi dibahas pula

mengenai sejarah atau proses pembentukan batuan tersebut. Batuan diartikan

sebagai bahan padat yang terbentuk secara alami yang disusun oleh satu atau lebih

kumpulan mineral tertentu. Oleh karena batuan disusun atas mineral-mineral,

maka penguasaan tentang dasar-dasar mineral sangat diperlukan dalam

mempelajari petrologi. (Adi Maulana, 2019)

Dalam beberapa pustaka, petrologi umumnya terbagi menjadi dua, yaitu

petrologi batuan beku dan metamorf, serta petrologi batuan sedimen. Hal ini

dikarenakan batuan beku dan metamorf memiliki keterkaitan secara langsung

dalam proses pembentukannya. Mineral menjadi dasar pembentukan dari batuan,

maka dari itu penting untuk mempelajari mineral sebagai dasar dalam praktikum.
1.2 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dari praktikum acara ini adalah mengembangkan

pemahaman mengenai ilmu petrologi khususnya batuan beku intermediet, basa,

dan ultrabasa.

Adapun tujuan dari praktikum acara ini yaitu :

1. Praktikan mampu mengetahui pengertian mineral

2. Praktikan mampu mendeskripsikan mineral pada batuan

3. Praktikan mampu menjelaskan proses pembentukan mineral.

1.3 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan saat praktikum, diantaranya :

1. Kertas HVS A4

2. Alat uji kekerasan

3. Buku Petrologi Prof. Adi Maulana

4. Lembar Kerja Praktikum (LKP)

5. ATK

6. Loupe

7. Komporator batuan beku

8. Klasifikasi Fenton

9. Penggaris

10. Kamera
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Mineral

Mineral pada batuan merujuk pada komponen-komponen padat dan kristal

yang membentuk batuan itu sendiri. Berikut adalah pengertian mineral pada

batuan:

Mineral adalah substansi padat yang terbentuk secara alami melalui proses

geologis dalam kerak bumi. Mineral memiliki struktur kristal yang teratur dan

komposisi kimia yang khas. Mereka terdiri dari unsur-unsur kimia tertentu yang

terikat bersama dalam pola kristal yang teratur. Setiap mineral memiliki sifat-sifat

fisik dan kimia yang unik, seperti warna, kilau, kekerasan, dan komposisi kimia

tertentu.

Ketika mineral-mineral ini terkumpul dan mengkristal bersama-sama

dalam jumlah yang cukup besar, mereka membentuk batuan. Batuan adalah

agregat atau gabungan mineral-mineral yang terikat bersama melalui berbagai

proses geologis, seperti pendinginan magma, pelapukan, dan pengendapan.

Contoh mineral yang sering ditemukan dalam berbagai jenis batuan adalah

kuarsa, feldspar, mika, piroksen, amfibol, dan banyak lainnya. Setiap jenis batuan,

seperti batuan beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf, memiliki komposisi

mineral yang berbeda-beda, yang memberikan karakteristik unik pada masing-

masing jenis batuan.


Pemahaman tentang mineral dalam batuan penting dalam ilmu geologi

karena membantu geologis memahami bagaimana batuan terbentuk, sejarah

geologis suatu wilayah, dan proses-proses geologis yang telah terjadi selama

jutaan tahun. Pemahaman ini juga penting dalam industri seperti pertambangan,

pembangunan, dan pengolahan mineral.

2.2 Pengertian Batuan Beku

Istilah batuan beku atau igneous rock berasal dari bahasa Latin, yaitu ignis

yang berarti api. Batuan beku merupakan salah satu jenis batuan penyusun bumi

yang terbentuk dari proses pembekuan magma yang merupakan fase cair dari

batuan . Batuan beku merupakan kerangka utama dari lapisan kerak bumi

terutama lapisan litosfer, yaitu sekitar 65% (Adi Maulana, 2019)

Dalam mempelajari batuan beku ada beberapa hal yang perlu diperhatikan,

yaitu di antaranya struktur, tekstur, dan komposisi mineral dari suatu batuan beku.

Struktur batuan beku akan menentukan kondisi dimana batuan beku tersebut

terbentuk, sedangkan tekstur batuan beku akan memberikan informasi mengenai

lama waktu dan proses- proses yang terjadi pada saat pembekuan magma menjadi

batuan beku. Komposisi mineral pada suatu batuan beku mencerminkan

komposisi kimia dari magma yang membentuknya dan akan sangat berguna dalam

menafsirkan lingkungan tektonik dan asal-usul dari magma tersebut.

2.3 Struktur Batuan Beku

Berdasarkan tempat pembekuannya batuan beku dibedakan menjadi batuan

beku ekstrusif dan intrusif. Hal ini pada nantinya akan menyebabkan perbedaan

pada tekstur masing masing batuan tersebut. Kenampakan dari batuan beku yang
tersingkap merupakan hal pertama yang harus kita perhatikan. Kenampakan inilah

yang disebut sebagai struktur batuan beku (Djauhari Noor, 2009).

Gambar 2.1 Ilustrasi pembagian jenis batuan beku berdasarkan tempat pembentukannya,

yaitu batuan beku dalam atau intrusif dan batuan beku luar atau ekstrusif.

2.3.1 Struktur batuan beku ekstrusif

Batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya

berlangsung dipermukaan bumi. Batuan beku ekstrusif ini yaitu lava yang memiliki

berbagia struktur yang memberi petunjuk mengenai proses yang terjadi pada saat

pembekuan lava tersebut. Struktur ini diantaranya:

a. Masif, yaitu struktur yang memperlihatkan suatu masa batuan yang terlihat

seragam.

b. Sheeting joint, yaitu struktur batuan beku yang terlihat sebagai lapisan

c. Columnar joint, yaitu struktur yang memperlihatkan batuan terpisah poligonal

seperti batang pensil.

d. Pillow lava, yaitu struktur yang menyerupai bantal yang bergumpal-gumpal. Hal

ini diakibatkan proses pembekuan terjadi pada lingkungan air.


e. Vesikular, yaitu struktur yang memperlihatkan lubang-lubang pada batuan beku.

Lubang ini terbentuk akibat pelepasan gas pada saat pembekuan.

f. Amigdaloidal, yaitu struktur vesikular yang kemudian terisi oleh mineral lain

seperti kalsit, kuarsa atau zeolite.

g. Struktur aliran, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya kesejajaran mineral

pada arah tertentu akibat aliran

2.3.2 Struktur Batuan Beku Intrusif

Batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya

berlangsung dibawah permukaan bumi. berdasarkan kedudukannya terhadap

perlapisan batuan yang diterobosnya struktur tubuh batuan beku intrusif terbagi

menjadi dua yaitu konkordan dan diskordan (Djauhari Noor, 2019)

1. Konkordan, tubuh batuan beku intrusif yang sejajar dengan perlapisan

disekitarnya, jenis jenis dari tubuh batuan ini yaitu :

a. Sill, tubuh batuan yang berupa lembaran dan sejajar dengan perlapisan batuan

disekitarnya.

b. Laccolith, tubuh batuan beku yang berbentuk kubah (dome), dimana perlapisan

batuan yang asalnya datar menjadi melengkung akibat penerobosan tubuh batuan

ini, sedangkan bagian dasarnya tetap datar. Diameter laccolih berkisar dari 2

sampai 4 mil dengan kedalaman ribuan meter.

c. Lopolith, bentuk tubuh batuan yang merupakan kebalikan dari laccolith, yaitu

bentuk tubuh batuan yang cembung ke bawah. Lopolith memiliki diameter yang

lebih besar dari laccolith, yaitu puluhan sampai ratusan kilometer dengan

kedalaman ribuan meter.


d. Paccolith, tubuh batuan beku yang menempati sinklin atau antiklin yang telah

terbentuk sebelumnya. Ketebalan paccolith berkisar antara ratusan sampai ribuan

kilometer

2. Diskordan

Tubuh batuan beku intrusif yang memotong perlapisan batuan disekitarnya. Jenis-

jenis tubuh batuan ini yaitu :

a. Dike, yaitu tubuh batuan yang memotong perlapisan disekitarnya dan memiliki

bentuk tabular atau memanjang. Ketebalannya dari beberapa sentimeter sampai

puluhan kilometer dengan panjang ratusan meter.

b. Batolith, yaitu tubuh batuan yang memiliki ukuran yang sangat besar yaitu > 100

km2 dan membeku pada kedalaman yang besar.

c. Stock, yaitu tubuh batuan yang mirip dengan Batolith tetapi ukurannya lebih kecil

Gambar 2.2 Bagan struktur batuan beku intrusif

2.4 Tekstur Batuan Beku

Tekstur pada batuan beku merupakan indicator yang penting untuk

menentukan tingkat pembekuan atau kristalisasi dari magma dan hubungan fase

antara mineral dan magma pada saat proses kristalisasi. Tekstur pada batuan beku

secara umum dapat dikelompokkan menjadi ; batuan bertekstur faneritik,


porfiritik, dan tekstur gelas (glassy). Tekstur fanerik memperlihatkan kenampakan

batuan dimana mineral-mineral penyusun batuan tersebut dapat dikenali dengan

pengamatan mata secara langsung atau megaskopis. Sebaliknya jika mineral-

mineral penyusun batuan tersebut sulit dikenali secara megaskopis maka batuan

tersebut digolongkan kedalam batuan yang bertekstur afanitik. Tekstur porfiritik

memperlihatkan kenampakan batuan yang disusun oleh percampuran antara

mineral berukuran besar (fenokris) tertanam pada masa dasar batuan yang disusun

oleh gelas. Batuan yang mempunyai tekstur gelas (glassy) merupakan batuan yang

disusun oleh kristal-kristal sangat halus (mikrokristal) yang terbentuk dari hasil

proses erupsi gunungapi dimana lava (magma yang sampai di permukaan)

membeku dengan cepat sehingga proses kristalisasi tidak sempat terjadi. (Asri

Jaya & Adi Maulana, 2018)

Tekstur pada batuan beku juga mencerminkan lingkungan pembentukannya,

apakah terbentuk jauh di kedalaman ataukah dekat dengan permukaan bumi.

Batuan yang bertesktur afanitik disusun oleh mineral-mineral yang mempunyai

butiran halus, terbentuk secara cepat di permukaan bumi yang disebut dengan

batuan vulkanik/ekstrusif. (Asri Jaya & Adi Maulana, 2018)

Gambar 2.3 Sketsa kenampakan tekstur batuan beku


Berikut adalah komponen-komponen tekstur yang harus diperhatikan

dalam melakukan pengenalan batuan beku :

1. Tingkat kristalinitas (crystallinity)

 Holokristalin : komposisi 100% adalah mineral

 Hipokristalin : komposisi percampuran antara mineral dan gelas

 Holohyalin : komposisi 100% adalah gelas

2. Granularitas (Granularity)

 Faneritik : Besar kristal-kristal dari golongan ini dapat dibedakan satu

sama lain secara megaskopisdengan mata telanjang.

 Porfiritik : Tekstur yang khusus dimana terdapat campuran antara butiran

kasar di dalam massa dengan butiran yang lebih halus. Butiran yang

relative sempurna dinamakan fenokris, sedangkan butiran yang lebih kecil

disebut massa dasar (groundmass).

 Afanitik : Kenampakan batuan beku berbutir sangat halus sehingga

mineral/kristal penyusunnya tidak dapat diamati secara mata telanjang atau

dengan loupe.

3. Keseragaman butir (Grain equality)

 Equigranular : Umumnya adalah kristal mineral yang mempunyai ukuran

relatif sama

 Inequigranular : Terdiri dari butiran kristal yang berukuran tidak seragam.

Butiran kristal yang lebih besar disebut dengan fenokris (phenocryst) dan

massa dasar yang lebih halus disebut dengan groundmass

4. Batas dan bentuk kesempurnaan butir / fabric


 Euhedral, idiomorphic, automorphic : Bentuk kristal sempurna

 Subhedral, hypidiomorphic, hyautomorphic : Sebagian bentuk kristal tidak

sempurna

 Anhedral, allotriomorphic, xenomorphic : Bentuk kristal umumnya tidak

sempurna

5. Struktur batuan beku

 Masif atau pejal, umumnya terjadi pada batuan beku dalam. Pada batuan

beku luar yang cukup tebal, bagian tengahnya juga dapat berstruktur

masif.

 Berlapis, terjadi sebagai akibat pemilahan kristal (segregasi) yang berbeda

pada saat pembekuan.

 Vesikuler, yaitu struktur lubang bekas keluarnya gas pada saat

pendinginan. Struktur ini sangat khas terbentuk pada batuan beku luar.

Namun pada batuan beku intrusi dekat permukaan struktur vesikuler ini

kadang-kadang juga dijumpai. Bentuk lubang sangat beragam, ada yang

berupa lingkaran atau membulat, elip, dan meruncing atau menyudut,

demikian pula ukuran lubang tersebut. Vesikuler berbentuk melingkar

umumnya terjadi pada batuan beku luar yang berasal dari lava relatif encer

dan tidak mengalir cepat. Vesikuler bentuk elip menunjukkan lava encer

dan mengalir. Sumbu terpanjang elip sejajar arah sumber dan aliran.

Vesikuler meruncing umumnya terdapat pada lava yang kental.

 Struktur skoria (scoriaceous structure) adalah struktur vesikuler berbentuk

membulat atau elip, rapat sekali sehingga berbentuk seperti rumah lebah.
 Struktur batuapung (pumiceous structure) adalah struktur vesikuler dimana

di dalam lubang terdapat serat-serat kaca.

 Struktur amigdaloid (amygdaloidal structure) adalah struktur vesikuler

yang telah terisi oleh mineral-mineral asing atau sekunder.

 Struktur aliran (flow structure), adalah struktur dimana kristal berbentuk

prismatik panjang memperlihatkan penjajaran dan aliran.

Struktur batuan beku tersebut di atas dapat diamati dari contoh setangan

(hand specimen) di laboratorium. Sedangkan struktur batuan beku dalam lingkup

lebih besar, yang dapat menunjukkan hubungan dengan batuan di sekitarnya,

seperti dike (retas), sill, volcanic neck, kubah lava, aliran lava dan lain-lain hanya

dapat diamati di lapangan.

2.5 Komposisi Mineral Batuan Beku

Selain tekstur, penentuan jenis batuan beku sangat ditentukan oleh komposisi

mineral penyusunnya. Kumpulan mineral secara sederhana dapat dikenali dengan

memperlihatkan warna batuan yang merupakan representase dari komposisi

kimia. Nama batuan terang (felsic dan intermediate) umumnya disusun oleh

kumpulan mineral terang dan bersifat asam-menengah yang kaya akan kandungan

SiO2 seperti kuarsa, plagioklas, muskovit, sedangkan batuan gelap (mafic)

umumnya disusun oleh mineral gelap yang bersifat basa dengan kandungan Mg

dan Fe yang tinggi yaitu oleh antara lain amfibol, piroksin, hornblende. Untuk

mengenali batuan beku dapat dilakukan secara sederhana dengan membedakan

mineral gelap (mafic) dan mineral terang (felsic) dengan bantuan komparator.
Gambar 2.4 Persentase mineral gelap/ mafic dan terang/ felsic
BAB III
METODOLOGI

TAHAP PENGUMPULAN
LAPORAN

Gambar 3.1 Diagram Alir Praktikum


3.1 Metodologi

Metode yang akan digunakan dalam praktikum acara kelima ini adalah

pengenalan batuan beku asam seperti yang di lakukan oleh praktikan.

3.2 Tahapan Praktikum

Adapun tahapan-tahapan praktikum, diantaranya:

3.2.1 Tahapan Pendahuluan

Pada tahapan awal, kami melakukan studi literatur dan terbagi kedalam

berbagai tahapan seperti asistensi acara dimana dijelaskan secara umum mengenai

materi batuan beku asam. Selanjutnya akan diberikan tugas pendahuluan


mengenai materi praktikum. Tahapan terakhir dari studi literatur ini adalah

responsi sebelum praktikan dimulai.

3.2.2 Tahapan Praktikum

Kegiatan praktikum dilakukan di Laboratorium Field Geology, Departemen

Teknik Geologi, Universitas Hasanuddin. Setelah responsi dilakukan, dilanjutkan

dengan kegiatan praktikum. Praktikan diberikan 5 sampel batuan untuk kemudian

di deskripsikan dan dituliskan pada lembar kerja praktikan.

3.2.3 Analisis Data

Pada tahapan ini kami melakukan diskusi beserta pengecekan ulang sampel

batuan beku asam yang telah dideskripsi di laboratorium pada tahapan

sebelumnya.

3.2.4 Pembuatan Laporan

Setelah memperoleh analisis data yang benar berdasarkan hasil asistensi dari

asisten, dilanjutkan dengan penusunan laporan sesuai dengan format laporan yang

telah ditentukan.
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Sampel 1

Gambar 4.1 Plagioklas

Batuan dengan nomor peraga 01 ini dalam keadaan segar Putih dan dalam

keadaan lapuk berwarna kuning kecokelatan, dengan kilap lemak, untuk

kekerasannya ada 3 yaitu menggunakan kawat tembaga, dengan berat jenis

3,27-4,20 g/cm3. Sifat kemagnetannya yaitu diamagnetic, derajat kejernihan

translucent, tenacitynya brittle, system kristalnya orthorombik, dengan

komposisi kimia NaAlSi3O8, termasuk kedalam golonan Silikat dan nama

mineralnya adalah Plagioklas.

4.2 Sampel 2

Gambar 4.2 Olivine


Batuan dengan nomor peraga 02 ini dalam keadaan segar Hijau dan dalam

keadaan lapuk berwarna putih kekuningan, dengan kilap kaca, untuk


kekerasannya ada 3 yaitu menggunakan kawat tembaga, dengan berat jenis

3,27-4,20 g/cm3. Sifat kemagnetannya yaitu diamagnetic, derajat kejernihan

translucent, tenacitynya brittle, system kristalnya orthorombik, dengan

komposisi kimia (Mg, Fe)2 SiO4 , termasuk kedalam golonan Silikat dan nama

mineralnya adalah Olivine.

4.3 Sampel 3

Gambar 4.3 Muscovite

Batuan dengan nomor peraga 03 ini dalam keadaan segar Abu-Abu silver

dan dalam keadaan lapuk berwarna kuning kecokelatan, dengan kilap kaca,

untuk kekerasannya ada 3 yaitu menggunakan kawat tembaga, dengan berat

jenis 2,76-2,88 g/cm3. Sifat kemagnetannya yaitu diamagnetic, derajat

kejernihan translucent, tenacitynya brittle, system kristalnya monoklin, dengan

komposisi kimia (KaI2 (AlSi3) termasuk kedalam golonan Silikat dan nama

mineralnya adalah Muscovite.


4.4 Sampel 4

Gambar 4.4 Kalsit

Batuan dengan nomor peraga 04 ini dalam keadaan segar Bening dan

dalam keadaan lapuk berwarna kuning kecokelatan, dengan kilap kaca, untuk

kekerasannya ada 3 yaitu menggunakan kawat tembaga, dengan berat jenis 2,65

g/cm3. Sifat kemagnetannya yaitu diamagnetic, derajat kejernihan transparant,

tenacitynya brittle, system kristalnya Hexagonal, dengan komposisi kimia SiO2

termasuk kedalam golonan Silikat dan nama mineralnya adalah Kalsit.

4.5 Sampel 5

Gambar 4.5 Biotit

Batuan dengan nomor peraga 05 ini dalam keadaan segar Hitam dan

dalam keadaan lapuk berwarna kuning, dengan kilap kaca, untuk kekerasannya

ada 3 yaitu menggunakan kawat tembaga, dengan berat jenis 2,8-3,2 g/cm 3.

Sifat kemagnetannya yaitu diamagnetic, derajat kejernihan translucent,


tenacitynya brittle, system kristalnya monoklin, dengan komposisi kimia K

(Mg,Fe)3 (Al,Fe) termasuk kedalam golonan Silikat dan nama mineralnya

adalah Biotit.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari praktikum acara ini, diantaranya :

1. Mineral adalah substansi padat yang terbentuk secara alami melalui proses

geologis dalam kerak bumi. Mineral memiliki struktur kristal yang teratur

dan komposisi kimia yang khas. Mereka terdiri dari unsur-unsur kimia

tertentu yang terikat bersama dalam pola kristal yang teratur. Setiap

mineral memiliki sifat-sifat fisik dan kimia yang unik, seperti warna, kilau,

kekerasan, dan komposisi kimia tertentu.

Ketika mineral-mineral ini terkumpul dan mengkristal bersama-sama

dalam jumlah yang cukup besar, mereka membentuk batuan. Batuan

adalah agregat atau gabungan mineral-mineral yang terikat bersama

melalui berbagai proses geologis, seperti pendinginan magma, pelapukan,

dan pengendapan.

2. Mendeskripsikan mineral adalah salah satu aspek penting dalam ilmu

geologi dan mineralogi. Untuk melakukan deskripsi mineral dengan baik,

Anda perlu memperhatikan beberapa karakteristik fisik dan kimia dari

mineral tersebut.

3. Proses pembentukan mineral dalam batuan secara singkat melibatkan

beberapa mekanisme geologis utama, termasuk:

Pembekuan dari Magma dan Lava:


a. Mineral terbentuk melalui pendinginan dan pembekuan dari magma (dalam

kerak bumi) atau lava (saat mencapai permukaan).

Kristalisasi mineral dimulai ketika suhu magma atau lava turun, membentuk

batuan beku seperti granit, basalt, atau andesit.

b. Pengendapan dari Larutan:

Mineral juga bisa terbentuk ketika larutan air yang mengandung larutan mineral

mengalami pengendapan. Misalnya, ketika air menguap atau mengalami

perubahan kimia, mineral seperti garam, kalsit, atau kuarsa dapat mengendap.

c. Proses Metamorfisme:

Proses metamorfisme terjadi ketika batuan eksisting mengalami tekanan, suhu

tinggi, atau aktivitas kimia yang mengubah mineral-mineral dalam batuan

tersebut. Mineral baru terbentuk sebagai hasil dari perubahan kristal atau

komposisi kimia, membentuk batuan metamorfik seperti marmur, schist, atau

serpentin.

d. Pelapukan dan Diagenesis:

Proses pelapukan adalah penguraian batuan oleh faktor-faktor cuaca, air, dan

angin. Selama pelapukan, mineral-mineral dalam batuan bisa terlepas.

Diagenesis adalah perubahan kimia dan fisik yang terjadi pada endapan sedimen

menghasilkan mineral baru seperti kuarsa atau kaolin.

e. Kristalisasi dari Fluida Hidrotermal:

Mineral juga bisa terbentuk melalui kristalisasi dari fluida hidrotermal, yaitu air

yang kaya mineral dan panas yang mengalir melalui rekahan dalam batuan.
5.2 Saran

5.2.1 Saran untuk Lab

1. Sebaiknya disediakan tempat penyimpanan sapu agar tertata rapih

2. Sebaiknya menjaga kerapihan Lab

3. Sebaiknya menjaga kerapihan sampel di lab

5.2.2 Saran untuk asisten

1. Tetap menjaga Keramahannya.

2. Tetap memberikan Penjelasan yang mudah dipahami.

3. Tetap sabar membimbing kami


DAFTAR PUSTAKA

Best, M.G., 2013. Igneous and metamorphic petrology. John Wiley & Sons

Haldar S.K. 2014. Introduction to Mineralogy and Petrology, Elsevier Library

and Congress : Oxford.

Noor Djauhari. 2012. Pengantar Geologi, Program studi Teknik Geologi,

Fakultas teknik, Universitas Pakuan: Bogor.

Noor Djauhari. 2009. Pengantar Geologi Edisi Pertama, Program studi Teknik

Geologi: Fakultas teknik Universitas Pakuan: Bogor

Simon dan Schusters. 2008. Guide to Rocks and Minerals, Rockefeller Cent.
L

Anda mungkin juga menyukai