KAJIAN TEORI
2.1 GEOLOGI
1. Pengertian Geologi
Zuhdi (2019:1) berpendapat bahwa “geologi adalah ilmu (sains) yang
mempelajari komposisi bumi, struktur, sifat-sifat fisik, sejarah, dan proses
pembentukannya”. Sedangkan Zikri (2018:2) mendefinisikan “geologi adalah
kelompok ilmu yang mengupas mengenai berbagai sifat dan bahan yang
membentuk planet bumi, strukturnya, maupun proses yang sedang berjalan
didalam dan diatas permukaan permukaan planet bumi”.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
geologi adalah suatu bidang ilmu yang mempelajari tentang komposisi yang
membentuk bumi, struktur, sifat-sifat fisik, sejarah, serta proses pembentukan
bumi.
Batuan dapat mengalami perubahan dari satu tipe menjadi tipe batuan
yang lainnya. Batuan dari jenis apapun jika tertimbun kedalam bumi,
mendapatkan energi panas hingga meleleh, kemudian membeku kembali, maka
batuan tersebut akan menjadi batuan beku. Batuan jenis apapun jika mengalami
pelapukan, transportasi, kemudian terendapkan kembali, maka batuan tersebut
akan menjadi batuan sedimen. Batuan jenis apapun jika mengalami pemanasan
(pematangan termal) dan penekanan, maka batuan tersebut akan berubah menjadi
batuan metamorf. Gambar 1 menunjukkan siklus batuan yang dapat berubah
menjadi tipe batuan lain.
3. Batuan Beku
a. Pengertian Batuan Beku
Zikri (2018:2) mengemukakan bahwa “batuan beku atau batuan igneous
(dari Bahasa Latin: ignis, “api”) termasuk jenis batuan yang terbentuk dari
magma. Magma akan mendingin dan mengalami pengerasan. Proses pengerasan
ini dilalui dengan atau tanpa kristalisasi, baik di dalam lapisan bumi sebagai
batuan intrusif (plutonik) maupun di atas permukaan sebagai batuan ekstrusif
(vulkanik)”. Sedangkan Zuhdi (2019:9) menjelaskan bahwa “batuan beku adalah
batuan yang terbentuk oleh pembekuan magma. Batuan beku dibagi menjadi
6
batuan plutonik dan batuan vulkanik. Batuan plutonik atau intrusive terbentuk
ketika magma mendingin dan terkristalisasi perlahan di dalam kerak bumi.
Sedangkan batuan beku vulkanik atau extrusive membeku dan terbentuk pada saat
magma keluar ke permukaan bumi sebagai lava atau fragment bekuan”.
Berdasarkan definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa batuan beku
adalah batuan yang terbentuk karena pembekuan magma. Magma yang mendingin
dan terkristalisasi perlahan di dalam kerak bumi disebut sebagai batuan intrusif
(plutonik). Sedangkan magma yang membeku dan terbentuk pada saat keluar ke
permukaan bumi disebut sebagai batuan ekstrusif (vulkanik).
b. Proses Terbentuknya Batuan Beku
Batuan beku ini terbentuk karena adanya magma yang mengeras atau
mengalami pembekuan. Magma ini berasal dari batuan setengah cair ataupun oleh
batuan yang sudah ada sebelumnya, baik yang berada di mantel maupun di kerak
bumi. Secara umum, proses pelelehan tersebut terjadi pada salah satu proses dari
kenaikan temperatur, penurunan tekanan, ataupun perubahan komposisi.
Selanjutnya untuk proses pembentukan batuan beku ini juga terkadang tergantung
pada jenis batuan bekunya masing-masing.
c. Klasifikasi Batuan Beku
1) Batuan Beku Berdasarkan Tempat Terbentuknya
a) Batuan Beku Dalam
Batuan beku dalam adalah batuan beku yang terbentuk di dalam perut
bumi, bahkan beberapa terbentuk dekat dengan dapur magma. Ini terjadi
karena proses pendinginan yang sangat cepat dan magma yang sangat kental.
Batuan ini sering juga disebut dengan batuan plutonik atau deep seated rock.
Contohnya batuan granit.
b) Batuan Beku Korok
Batuan beku korok merupakan batuan beku yang terbentuk pada celah-
celah litosfer (kerak bumi) atau lereng gunung. Batuan ini biasanya terbentuk
di dekat permukaan bumi. Batuan ini juga sering disebut dengan batuan beku
dike rock. Contohnya batu diorit.
c) Batuan Beku Luar
7
b) Batu Obsidian
Batu obsidian merupakan batu yang berbentuk seperti kaca dan tidak
terdapat kristal-kristal. Batu ini terbentuk dari lava permukaan yang
mendingin dengan cepat. Batu ini berfungsi sebagai alat pemotong atau ujung
tombak (pada zaman dahulu) dan bisa dijadikan sebagai kerajinan.
c) Batu Granit
Batu granit merupakan batu yang terdiri dari kristal-kristal kasar,
berwarna putih sampai abu-abu, dan ada beberapa yang berwarna jingga,
Batuan ini banyak ditemukan di pinggiran pantai atau sungai besar, atau bisa
juga di dasar sungai. Batu ini terbentuk dari pendinginan magma yang terjadi
secara perlahan di bawah permukaan bumi. Batu ini dapat digunakan sebagai
ubin lantai.
9
d) Batu Basalt
Batu basalt merupakan batuan yang terdiri dari kristal-kristal yang sangat
kecil, berwarna hijau keabu-abuan dan terdapat banyak lubang-lubang kecil.
Batu basalt terbentuk dari pendinginan lava yang mengandung gas akan tetapi
gasnya telah menguap. Batu basalt ini berfungsi sebagai bahan baku dalam
industri poles, bahan bangunan, pondasi bangunan atau jalan, dan lain
sebagainya.
e) Batu Diorit
Batu diorit merupakan batu yang umumnya berwarna kelabu bercampur
putih atau hitam bercampur putih. Batu diorit terbentuk dari hasil peleburan
lantai samudera. Batu diorit berfungsi sebagai ornamen dinding atau pun
lantai bangunan gedung. Bisa pula digunakan sebagai bahan bangunan.
f) Batu Andesit
Batu andesit merupakan batuan yang bertekstur halus, berwarna abu-abu
hijau atau sering pula merah serta jingga. Batu andesit terbentuk dari lelehan
10
lava gunung merapi yang meletus, kemudian membeku tatkala suhu lava yang
meleleh turun antara 900 sampai dengan 1.100 Derajat Celcius. Batu andesit
berfungsi sebagai ornamen pengindah dinding rumah, pagar.
g) Batu Gabro
Batu gabro merupakan batuan yang berwarna hitam, hijau, atau abu-abu
gelap, tidak terdapat rongga atau lubang udara maupun retakan-retakan di
dalamnya. Mineral-mineralnya terlihat secara jelas dan mineral yang besar
menunjukkan bahwa mineral tersebut terbentuk pada suhu pembekuan yang
relatif lambat sehingga bentuk mineralnya tampak besar-besar. Batuan ini
terbentuk dari magma yang membeku di dalam gunung. Batuan ini berfungsi
sebagai bahan pelapis dinding.
4. Batuan Sedimen
a. Pengertian Batuan Sedimen
Zikri (2018:64) mengemukakan bahwa “batuan sedimen adalah batuan
yang terbentuk sebagai hasil pemadatan endapan yang berupa bahan lepas”.
Sedangkan menurut Zuhdi (2019:17) “batuan sedimen adalah batuan yang
terbentuk karena proses diagenesis dari material batuan lain yang sudah
mengalami sedimentasi. Sedimentasi ini meliputi proses pelapukan, transportasi,
dan deposisi”.
Berdasarkan defenisi di atas, maka ditarik kesimpulan bahwa batuan
sedimen merupakan batuan yang terbentuk dari hasil sedimentasi material batuan
lain. Sedimentasi ini meliputi proses pelapukan, transportasi, dan deposisi.
11
dari terumbu karang yang mati dan fosfat yang terbentuk dari kotoran
kelelawar serta batu gamping.
d) Batuan Volkanoklastik
Batuan sedimen yang berasal dari hasil aktivitas gunung api, seperti debu
yang diendapkan kembali. Contohnya: Pasir tuff (tuff gunung api),
Aglomerat.
2) Berdasarkan Jenisnya
a) Batu Konglomerat
Batu konglomerat merupakan batuan yang terbentuk dari material
kerikil-kerikil bulat, batu-batu dan pasir yang merekat satu sama lainnya.
Batu konglomerat terbentuk dari bahan-bahan yang lepas karena gaya
beratnya kemudian menjadi padat dan saling terikat. Batu konglomerat
berfungsi sebagai bahan pendukung bangunan (bukan bahan utama).
b) Batu Pasir
Batu pasir merupakan batuan yang tersusun dari butiran-butiran pasir,
umumnya berwarna abu-abu, kuning, atau pun merah. Batu pasir terbentuk
dari bahan-bahan yang lepas karena gaya beratnya menjadi terpadatkan dan
menjadi saling terikat. Batu pasir dapat berfungsi sebagai material penyusun
gelas/kaca atau pun sebagai konstruksi bangunan.
c) Batu Serpih
Batu serpih merupakan batu yang berbau seperti tanah liat, berbutir-butir
halus, berwarna hijau, hitam, kuning, merah, atau pun abu-abu. Batu serpih
terbentuk dari bahan-bahan yang lepas dan halus karena gaya beratnya
13
menjadi terpadatkan dan saling terikat. Batu ini dapat digunakan sebagai
bahan bangunan.
d) Batu Gamping
Batu gamping merupakan batu yang agak lunak, berwarna putih keabu-
abuan, dan dapat membentuk gas karbon dioksida apabila ditetesi asam. Batu
ini terbentuk dari cangkang binatang lunak seperti siput, kerang, dan
binatang-binatang laut lainnya yang telah mati. Rangkanya yang terbuat dari
kapur tidak akan musnah, akan tapi memadat dan membentuk batu kapur.
Batu ini digunakan sebagai bahan baku semen.
e) Batu Breksi
Batu breksi merupakan batuan yang terbentuk dari gabungan pecahan-
pecahan yang berasal dari letusan gunung berapi. Batu ini terbentuk karena
bahan-bahan ini terlempar tinggi ke udara dan mengendap di suatu tempat.
Batu ini berfungsi sebagai bahan kerajinan atau pun bahan bangunan.
putih. Stalaktit dan stalagmit terbentuk dari air yang larut dan turun ke gua
dan menetes-netes dari atap gua ke dasar gua. Tetesan-tetesan air yang
mengandung kapur tersebut lama kelamaan kapurnya membeku dan
menumpuk sedikit demi sedikit sehingga menjadi batuan kapur yang
berbentuk runcing-runcing. Stalaktit dan stalagmit dapat berfungsi sebagai
panorama indah bagi pengunjung wisatawan yang mengunjungi gua.
g) Batu Lempung
Batu lempung merupakan batuan yang umumnya berwarna coklat,
keemasan, merah, atau abu-abu. Batuan ini umumnya terbentuk karena proses
pelapukan batuan beku yang menghasilkan material lempung dan umumnya
ditemukan disekitar batuan induknya. Kemudian material lempung ini
mengalami proses pengendapan sehingga membentuk batu lempung. Batu
lempung cocok dijadikan sebagai bahan kerajinan.
5. Batuan Metamorf
a. Pengertian Batuan Metamorf
Secara bahasa kata metamorf berasal dari bahasa Yunani, yaitu “Meta”
yang artinya berubah dan “Morph” yang artinya bentuk. Zikri (2018:74)
menjelaskan bahwa “batuan metamorf merupakan batuan hasil transformasi atau
perubahan dari suatu tipe batu yang telah ada sebelumnya. Proses terbentuknya
batuan metamorf disebut dengan metamorfisme”. Sedangkan Zuhdi (2019:33)
berpendapat bahwa “batuan metamorf terbentuk oleh proses rekristalisasi di kerak
15
bumi pada kedalaman 3 hingga 20 km dari permukaan bumi, yang sebagian besar
terjadi dalam keadaan padat, yakni tanpa melalui fasa cair”.
Dari pendapat di atas, maka disimpulkan bahwa batuan metamorf adalah
batuan yang terbentuk dari hasil transformasi atau perubahan dari batuan yang
telah ada sebelumnya. Batuan metamorf mengalami proses rekristalisasi di kerak
bumi pada kedalaman 3 hingga 20 km dari permukaan bumi.
b. Proses Terbentuknya Batuan Metamorf (Malihan)
Proses terbentuknya batuan metamorf dipengaruhi oleh perubahan-
perubahan tekanan, temperatur, dan aktivitas kimia yang berhubungan dengan
batu yang sudah ada. Berikut adalah penjelasan tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi terbentuknya batuan metamorf.
1) Perubahan Temperatur
Perubahan suhu atau temperatur bisa terjadi karena intrusi magma atau
perubahan gradient geothermal. Atau juga dapat terjadi karena gesekan antar
massa batuan.
2) Perubahan Tekanan
Penyebab dapat terjadinya perubahan tekanan biasanya juga karena
aktivitas vulkanik dan tektonik.Perubahan tekanan juga dapat terjadi karena
bertumpuknya endapan dari jenis batuan yang sudah ada.
3) Aktivitas kimia
Aktivitas kimia baik fluida atau gas pada jaringan batuan yang sudah ada
dapat menjadi penyebab terbentuknya batuan metamorf karena berperan dalam
perubahan komposisi kimianya. Fluida dan gas aktif yang banyak ditemukan
adalah air, karbondioksida, asam hidroklorik, dan hidroflorik. Biasanya zat kimia
ini berperan sebagai katalis yang membentuk dan menyeimbangkan reaksi kimia.
4) Proses Perubahan Batuan Metamorf dari Batuan Asal
Batuan metamorf dapat terbentuk dari perubahan yang terjadi kepada
batuan beku atau batuan sedimen, berikut adalah prosesnya :
Magma mengalami pendinginan sehingga membeku membentuk batuan
beku. Kemudian batuan beku mengalami pelapukan dan erosi sehingga partikel-
partikelnya dibawa ke tempat lain oleh air, angin, atau es. Nah partikel yang
tertumpuk di suatu tempat ini akan mengalami sedimentasi (pengendapan)
16
keras dan mengkilap jika dipoles. Batu ini terbentuk karena batu kapur
mengalami perubahan suhu dan tekanan tinggi. Batu ini bisa digunakan
sebagai bahan ubin.
b) Batu Sabak
Batu sabak merupakan batu yang berasal dari batu serpih, umumnya
berwarna abu-abu kehijau-hijauan dan hitam, dapat dibelah-belah menjadi
lempeng-lempeng tipis. Batu ini terbentuk apabila batu serpih terkena suhu
dan tekanan tinggi. Batu ini bisa dijadikan sebagai bahan kerajinan atau
bahan bangunan.
d) Batu Sekis
Batu sekis merupakan batu yang umumnya berwarna hitam, hijau dan
ungu, mineralnya umumnya terpisah menjadi berkas-berkas bergelombang
yang diperlihatkan dengan kristal yang berkilau. Batuan ini terbentuk dari
perubahan batuan-batuan yang berubah bentuk pada taraf menengah. Batu ini
dapat digunakan sebagai sumber mika yang utama (komponen penting dalam
industri elektronika).
e) Batu Kuarsit
Batu kuarsit merupakan batu yang umumnya berwarna abu-abu,
kekuningan, coklat, atau merah, sering berlapis-lapis dan dapat mengandung
fosil. Batu ini merupakan perubahan dari batuan pasir yang mendapatkan
suhu yang tinggi. Batu ini dapat digunakan sebagai bahan kerajinan ataupun
konstruksi jalan raya.
f) Batu Milonit
Batu milonit merupakan batuan yang terdapat butir-butir halus, dapat
dibelah, berwarna abu-abu, kehitaman, coklat, atau pun biru. Batu ini
terbentuk oleh mineral-mineral yang mengakibatkan pengurangan ukuran
butir-butir batuan awal. Batu ini dapat digunakan sebagai bahan kerajinan.
2.2 Geomorfologi
1. Pengertian Geomorfologi
Menurut Thornbury (1958) “Geomorfologi adalah ilmu pengetahuan
tentang bentuk lahan”. Sedangkan Verstappen (1983) berpendapat bahwa
“Geomorfologi merupakan studi yang mempelajari bentuk lahan dan proses yang
mempengaruhinya serta menyelidiki hubungan timbal balik antara bentuk lahan
dan proses-proses itu dalam dalam susunan keruangan”.
Berdasarkan pendapat di atas, maka disimpulkan bahwa geomorfologi
adalah suatu bidang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang bentuk lahan
serta hubungan timbal balik antara bentuk lahan dan proses-proses yang terjadi di
dalamnya.
3. Proses-Proses Geomorfologi
a. Pelapukan
Pelapukan adalah proses disintegrasi atau disagregasi secara berangsur
dari material penyusun kulit bumi yang berupa batuan. Pelapukan sangat
dipengaruhi oleh kondisi iklim, temperatur dan komposisi kimia dari mineral-
mineral penyusun batuan. Pelapukan dapat melibatkan proses mekanis, aktivitas
kimiawi, dan aktivitas organisme (termasuk manusia).
1) Pelapukan mekanis
Adalah semua mekanisme yang dapat mengakibatkan terjadinya proses
pelapukan sehingga suatu batuan dapat hancur menjadi beberapa bagian yang
lebih kecil atau partikel-partikel yang lebih halus. Mekanisme dari proses
pelapukan mekanis antara lain adalah abrasi, kristalisasi es (pembekuan air) dalam
batuan, perubahan panas secara cepat (thermal fracture), proses hidrasi, dan
eksfoliasi/pengelupasan yang disebabkan pelepasan tekanan pada batuan karena
perubahan tekanan.
Hasil akhir dari ketiga jenis pelapukan batuan tersebut diatas dikenal
sebagai soil (tanah). Oleh karena tanah merupakan hasil dari pelapukan batuan.
Proses pelapukan, baik secara mekanis yang disebabkan antara lain oleh
perubahan temperatur panas, dingin, angin, hujan, es, pembekuan pada batuan
menyebabkan batuan induk mengalami disintegrasi (perombakan) menjadi bagian
yang lebih kecil, sedangkan proses kimiawi yang disebabkan oleh larutan asam,
kelembaban merubah mineral-mineral menjadi ion-ion, oksidasi besi dan alumina,
mineral silika akan menghasilkan lapisan lapisan lempung.
23
b. Erosi
Erosi adalah istilah umum yang dipakai untuk proses penghancuran
batuan (pelapukan) dan proses pengangkutan hasil penghancuran batuan. Proses
erosi fisika disebut sebagai proses corration (erosi mekanis) sedangkan proses
erosi kimia disebut dengan corrosion. Agen dari proses erosi adalah gaya
gravitasi, air, es, dan angin. Berdasarkan bentuk dan ukurannya, erosi dapat dibagi
menjadi 5 (lima) yaitu:
1) Erosi alur (Riil erosion)
Erosi alur adalah proses pengikisan yang terjadi pada permukaan tanah
(terrain) yang disebabkan oleh hasil kerja air berbentuk alur-alur dengan ukuran
berkisar antara beberapa milimeter hingga beberapa centimeter. Pada dasarnya
erosi alur merupakan tahap awal dari hasil erosi air yang mengikis permukaan
tanah (terrain) membentuk alur-alur sebagai tempat mengalirnya air. Pada
perkembangannya erosi alur akan berkembang menjadi erosi ravine.
Erosi drainase adalah proses pengikisan yang disebabkan oleh kerja air
pada permukaan tanah (terrain) yang membentuk saluran-saluran dengan lembah-
lembah salurannya berukuran antara beberapa centimeter hingga satu meter.
c. Mass Wasting
Mass wasting pada dasarnya adalah gerakan batuan, regolith, dan tanah
ke arah kaki lereng sebagai akibat dari pengaruh gaya berat (gravity) melalui
proses rayapan (creep), luncuran (slides), aliran (flows), rebah (topples), dan
jatuhan (falls). Mass wasting umumnya terjadi di daratan maupun di lautan
terutama di lereng benua. Longsoran merupakan satu contoh yang spektakuler dari
mass wasting.
Hasil pelapukan batuan yang berada di puncak puncak bukit akan
tertransport sebagai debris ke arah kaki bukit, sedangkan air sungai bertindak
sebagai ban berjalan yang membawa material hasil pelapukan menjauh dari
sumbernya. Walaupun sepanjang perjalanannya, material hasil pelapukan batuan
yang dibawa oleh air sungai kadang-kadang berhenti untuk sementara waktu,
namun pada akhirnya material tersebut akan diendapkan di tempat terakhir, yaitu
di laut.
d. Sedimentasi
Sedimentasi adalah suatu proses pengendapan material yang ditranspor
oleh media air, angin, es/gletser di suatu cekungan. Delta yang terdapat di mulut-
mulut sungai adalah hasil dari proses pengendapan material-material yang
diangkut oleh air sungai. Sedangkan Sand Dunes yang terdapat di gurun-gurun
26
dan di tepi pantai adalah hasil dari pengendapan material- material yang diangkut
oleh angin.
juga memberi penggambaran objek yang lebih spesifik pada suatu wilayah kota,
misalnya saja pada pasar, jika pada peta skala besar. Sebuah garis juga dapat
menggambarkan objek geografi yang berbeda-beda menurut skalanya. Sebuah
garis menggambarkan jalan atau sungai pada peta skala kecil, tetapi
menggambarkan batas wilayah administratif pada peta skala besar. Area, Seperti
halnya titik dan garis, area juga dapat menggambarkan objek yang berbeda
menurut skalanya. Area dapat menggambarkan wilayah hutan atau sawah pada
peta skala besar.
2) Data atribut
Data atribut merupakan data berbentuk penjelasan yang setiap
fenomenanya kemudian terjadi di permukaan bumi. Data atribut berfungsi
menggambarkan berbagai gejala topografi sebab memiliki aspek kualitatif dan
deskriptif. Karenanya data atribut akan berperan penting dalam menjelaskan
berbagai objek geografi. Contohnya, pada atribut kualitas tanah yang terdiri dari
status luas lahan, kepemilikan lahan, tingkat kesuburan tanah serta berbagai
kandungan mineral di dalam tanah.
b. Perangkat Keras
Perangkat keras atau hardware pada Sistem Informasi Geografis (SIG)
sebagai suatu perangkat-perangkat fisik yang digunakan dalam suatu sistem
komputer. Perangkat keras pada Sistem Informasi Geografis (SIG) diantaranya
sistem komputer yang mendukung analisis pemetaan dan geografi. Perangkat
Keras pada Sistem Informasi Geografis (SIG) sendiri memiliki berbagai
kemampuan dalam penyajian citra dengan kecepatan dan resolusi yang tinggi dan
mampu mendukung operasi operasi basis data bervolume besar dengan kurun
waktu yang cepat. Perangkat keras SIG sendiri terdiri dari beberapa bagian untuk
mengolah data, menginput data, dan mencetak hasil proses. Pembagian
berdasarkan proses pada perangkat SIG mulai dari Input data yaitu scanner,
mouse, digitizer. Sementara olah datanya dilakukan oleh harddisk, RAM, VGA
Card, processor, Output data yaitu plotter, printer, screening.
c. Perangkat Lunak
Perangkat lunak atau software merupakan program yang digunakan
dalam mengoperasikan Sistem Informasi Geografis (SIG), ia berfungsi melakukan
32
atau data sendiri dapat diperoleh dari penelitian lapangan, peta, kantor pemerintah,
dan data citra penginderaan jauh.
b. Proses
Proses dalam suatu Sistem Informasi Geografis (SIG) dapat berfungsi
juga untuk memanipulasi, memanggil, serta menganalisis data yang tersimpan
dalam suatu komputer. Jenis analisis data diantaranya:
1) Analisis lebar
Adalah Analisis yang mengolah data dari komputer, untuk kemudian
menghasilkan daerah tepian sungai yang lebar.
2) Analisis penjumlahan aritmatika
Analisis ini mengolah data di komputer, untuk kemudian menghasilkan
penjumlahan. Analisis ini sendiri dapat digunakan untuk peta berklasifikasi yang
kemudian akan menghasilkan klasifikasi baru.
3) Analisis garis bidang
Analisis pengolahan data ini dapat digunakan dalam penentuan region
atau wilayah pada suatu radius tertentu. Contohnya dalam menentukan suatu
daerah rawan gempa, rawan penyakit dan rawan banjir.
c. Output
Data yang telah dianalisis oleh Sistem Informasi Geografis (SIG)
kemudian akan menginformasikan kepada pengguna data sehingga kemudian
dapat dipakai sebagai dasar suatu pengambilan keputusan. Keluaran Sistem
Informasi Geografis (SIG) dapat berupa peta hardcopy atau peta cetak, rekaman
soft copy atau display. Dengan keberadaan Sistem Informasi Geografis (SIG)
kemudian setiap orang dapat membuat peta dan mengubah serta memodifikasinya
dengan cepat dan kapan bioskop. Selain itu pengguna Sistem Informasi Geografis
(SIG) juga dapat memproses ulang pembuatan peta dengan tingkat ketelitian
tinggi kapan saja contohnya pada pembuatan peta Amerika Selatan berdasarkan
berbagai informasi atau tema yang tersedia.
Dalam bidang ini, SIG dapat digunakan untuk kegiatan inventarisasi dan
manajemen pengamatan pasang surut laut, manajemen daerah pesisir, manajemen
kawasan wisata laut, taman laut dan hutan bakau.
g. Transportasi dan Perhubungan
Dalam bidang ini, SIG dapat dimanfaatkan untuk manajemen
pemeliharaan, perencanaan dan perluasan jaringan jalan tol, rel kereta dan jalan
raya, penentuan jalur transportasi, analisa rawan kemacetan dan bahaya
kecelakaan dan pemantauan jalur mudik.
h. Telekomunikasi
Dalam bidang ini, SIG dapat digunakan pada saat perencanaan,
pemeliharaan dan analisa perluasan jaringan telekomunikasi, pembuatan sistem
informasi pelanggan dan fasilitas umum telekomunikasi seperti, telepon umum,
warnet dan lainnya. Selain itu, SIG dapat dimanfaatkan untuk menginventarisasi
jaringan telekomunikasi dan pelanggan TV kabel, antena parabola dan jaringan
internet.
i. Ekonomi, Bisnis, dan Marketing
Dalam bidang ini, dapat SIG digunakan untuk menentukan lokasi bisnis
prospektif seperti bank, pasar, mall, ATM, kantor cabang, showroom, outlet
makanan, gudang dan lainnya dengan memperhatikan lokasi konsumen dan
pelanggan di sekitar. Selain itu, SIG bisa digunakan untuk menganalisa rute
terpendek yang harus dilalui oleh salesmen.
j. Perpajakan
Dalam bidang ini, SIG dapat digunakan untuk memperkirakan potensi
pendapatan dari sektor pajak dengan membuat sistem informasi untuk penarikan
pajak dari sektor periklanan yang berasal dari perizinan dan pemasangan papan
komersil, misalnya baliho yang terkait dengan data posisi, ruang dan waktu.
k. Militer
Dalam bidang ini, SIG dapat diperlukan untuk penyediaan data spasial
untuk analisa rute-rute perjalanan logistik dan peralatan perang, pembuatan peta
elektronik yang dihubungkan dengan radar yang mampu mendeteksi kendaraan
atau pesawat musuh di wilayah teritorial negara.
l. Kesehatan
36