Anda di halaman 1dari 10

BATUAN BEKU

Batuan beku (Igneous Rock) adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang
mendingin dan mengeras, dengan atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan
sebagai batuan intrusif (plutonik) maupun di atas permukaan sebagai batuan ekstrusif
(vulkanik). Batuan yang terbentuk sebelumnya baik batuan beku, sedimen atau metamorf
dapat diterobos oleh intruisi magma. Perubahan lingkungan yang menyebabkan magma mulai
mendingin di bawah permukaan. Batuan yang terbentuk pada kondisi ini disebut sebagai
batuan beku pluton (plutonic rocks) atau sering disebut juga sebagai batuan beku intrusif.

Magma yang menerobos dapat mencapai permukaan. Manifestasi dari capaian magma
mencapai permukaan ditujukan sebagai aktivitas gunungapi (volcanic activity). Magma
lelehan yang mengalir keluar dari kepundan disebut sebagai lava. Lava yang mendingin
membentuk batuan beku ekstrusif.

Klasifikasi Batuan Beku

Batuan beku terbentuk sesuai dengan komposisi magmanya. Komposisi magma


menentukan komposisi batuan. Selain itu kecepatan pendinginan magma sangat berpengaruh
terhadap tekstur batuan. Pendinginan magma menyebabkan kristalisasi dari berbagai mineral
yang sesuai dengan kondisinya.

Gambar 1.1 Bowens Reaction Series

Berdasarkan Bowens Reaction Series (Gambar 1.1), temperatur pada saat kristalisasi
menentukan terbentuknya jenis mineral dan assosiasi mineralnya. Kristalisasi memunculkan
mineral yang tertentu sesuai dengan kondisi komposisi asal magma. Pada magma basa
terbentuk mineral-mineral yang cenderung berwarna gelap. Sedangkan pada magma asam

1
cendrung membentuk mineral-mineral berwarna terang. Bila diklasifikasikan berdasar
warnanya, mineral pembentuk batuan beku ada dua yaitu mineral mafic (gelap) dan mineral
felsic (terang).

a. Felsic : feldspar + silica, ~55-70% silica


b. Intermediate: antara Felsic dan Mafic, ~55-65% silica
c. Mafic: magnesium + ferric iron, ~45-50% silica
d. Ultramafic: >90% mafic minerals, silica < 45%,

Batuan beku juga dapat diklasifikasikan berdasarkan tekstur dan komposisinya,


(Gambar 1.2). Variasi komposisi dapat dilihat perubahannya secara horizontal, sedangkan
variasi tekstur dapat dilihat perubahannya secara vertikal.

Gambar 1.2 Klasifikasi batuan beku didasarkan pada komposisi (Tabel Rosenbusch)

Klasifikasi tekstur pada batuan beku didasarkan pada kecepatan pendinginan, karena
dapat mempengaruhi kristalisasi terutama pada pertumbuhan kristal (crystal growth).

a. Faneritik, pada pendinginan yang perlahan di bawah permukaan bumi cendrung


memberikan kesempatan untuk terbentuknya Kristal dengan ukuran yang relatif kasar.
b. Afanitik, pada pendinginan yang berlangsung cepat tidak punya cukup waktu untuk
kristal tumbuh sehingga terbentuk kristal yang relatif halus. Terutama pada aktivitas
magma ekstrusif.

2
c. Glass, pada aktivitas magma yang ekplosif ke permukaan, sering kali tidak cukup waktu
untuk membentuk kristal sehingga yang terbentuk adalah gela
d. Porfiritik, pendinginan magma dapat pula mengalami pendinginan perlahan yang
kemudian berubah mengalami pendinginan cepat. Magma yang semula perlahan-lahan
membentuk kristal yang relatif kasar, kemudian tiba-tiba dilingkungi oleh kristal halus
atau bahkan gelas kalau pendinginan sangat cepat. Kondisi ini akan memberikan
gambaran percampuran antara ukuran kristal kasan dan ukuran kristal halus dan atau
gelas.

Batuan beku dapat pula diklasifikasikan berdasarkan derajat kekristalannya.

a. Holokristalin, batuan yang tersusun seluruhnya oleh massa kristal.


b. Hipokristalin, batuan yang tersusun atas massa kristal dan gelas. Namun massa kristalnya
mendominasi
c. Holohyalin, batuan yang tersusun atas seluruhnya oleh massa gelas
d. Hipohyalin, batuan yang tersusun atas massa gelas dan kristal. Namun massa gelasnya
mendominasi.

Klasifikasi batuan beku berdasarkan ukuran butir mineral dan tempat terjadi.
Berdasarkan tempat terbentuk dan sifat batuannya.

a. Batuan beku dalam


Bertekstur faneritik yang berarti mineral-mineral yang menyusun batuan tersebut
dapat dilihat dengan mata biasa tanpa bantuan alat pembesar. Terbentuk kurang lebih 3
4 km di bawah permukaan bumi, dan batuan dalam sering disebut juga batuan plutonik
atau batuan abisik. Struktur kristalnya adalah holokristalin atau berhablur penuh. Contoh
batuannya adalah gabbro dan granodiorit.
b. Batuan beku gang
Bertekstur porfiritik dengan masa dasar faneritik atau bertekstur porfiritik dengan
masa dasar afanitik. Terbentuk dalam celah-celah atau retak-retak kulit bumi, pada jalan
magma menuju permukaan bumi. Batuan gang sering disebut juga batuan hypoabisik dan
struktur kristalnya adalah holkristalin dan porfir atau amorf. Contoh batuannya adalah
diorite porfiri dan granit porfiri.
c. Batuan beku luar
Bertekstur afanitik, yaitu individu mineralnya tidak dapat dilihat dengan mata biasa.
Terbentuk melalui pembekuan tiba-tiba ketika magma sampai ke permukaan bumi dan
berubah menjadi lava yang langsung menjadi padat karena pendinginan dari lingkungan.
Sedangkan batuan lelehan memiliki struktui kristal yang kecil-kecil atau bahkan tidak
mempunyai bentuk kristal (amorf). Contoh batuannya adalah batu riolit dan obsidian.

3
BATUAN SEDIMEN

Batuan sedimen (Sedimentary Rock) adalah batuan yang terbentuk di permukaan bumi
pada kondisi temperatur dan tekanan yang rendah. Batuan ini berasal dari batuan yang lebih
dahulu terbentuk, yang mengalami pelapukan, erosi, dan kemudian lapukannya diangkut oleh
air, udara, atau es, yang selanjutnya diendapkan dan berakumulasi di dalam cekungan
pengendapan, membentuk sedimen. Material-material sedimen itu kemudian terkompaksi,
mengeras, mengalami litifikasi, dan terbentuklah batuan sedimen.

Mineral Pembentuk Batuan Sedimen

1. Mineral Autigenic, terbentuk di daerah sedimentasi dan langsung diendapkan.


Contoh: Gipsum, kalsit, anhidrit, oksida besi, halit glaukonit
2. Mineral Allogenik, terbentuk diluar daerah sedimentasi dan telah mengalami transportasi
dan kemudian diendapkan di daerah sedimentasi. Syaratnya adalah harus tahan pelapukan
dan tahan terhadap pengikisan selama transportasi sampai pengendapan.

Tekstur Batuan Sedimen

Batuan sedimen memiliki tekstur klastik dan kristalin (non-klastik). Tekstur klastik
merupakan tekstur utama di dalam batuan sedimen. Kenampakan tekstural batuan sedimen
meliputi besar butir, pemilahan, bentuk butir, kebundaran dan hubungan antar butiran.

a. Besar Butir
Besar butir adalah ukuran (diameter dari fragmen batuan). Skala pembatasan yang
dipakai adalah Skala Wenthworth (Gambar 2.1). Besar ukuran butir ditentukan oleh
beberapa faktor diantaranya Jenis Pelapukan, macam transportasi, waktu/jarak
transportasi. (Kimia dan Mekanis)

Gambar 2.1. Skala Wenworth

4
b. Pemilahan
Pemilahan adalah keseragaman dari ukuran besar butir penyusun batuan sedimen,
artinya bila semakin seragam ukurannya dan besar butirnya maka pemilahan semakin
baik. Perhatikan Gambar 2.2.

Gambar 2.2. Pemilahan pada Batuan Sedimen

c. Bentuk Butir
Berdasar perbandingan diameter panjang (long) (l), menengah (intermediate) (i) dan
pendek (short) (s) maka terdapat empat bentuk butir di dalam batuan sedimen:
1. Oblate, bila l = i tetapi tidak sama dengan s.
2. Equant, bila l = i = s.
3. Bladed, bila l tidak sama dengan i tidak sama dengan s.
4. Prolate, bila i = s, tetapi tidak sama dengan l.

Gambar 2.3. Bentuk Butir


5
Apabila bentuk-bentuk teratur tersebut tidak dapat diamati, maka cukup disebutkan
bentuknya tidak teratur. Pada kenyataannya, bentuk butir yang dapat diamati secara
megaskopik adalah yang berukuran paling kecil granule).

d. Kebundaran
Berdasarkan kebundaran atau keruncingan butir sedimen maka Pettijohn, dkk., (1987)
membagi kategori kebundaran menjadi enam tingkatan ditunjukkan dengan pembulatan
rendah dan tinggi (Gambar 2.4). Keenam kategori kebundaran tersebut yaitu:
1. Sangat meruncing (sangat menyudut) (very angular)
2. Meruncing (menyudut) (angular)
3. Meruncing (menyudut) tanggung (subangular)
4. Membundar (membulat) tanggung (subrounded)
5. Membundar (membulat (rounded), dan
6. Sangat membundar (membulat) (well-rounded).

Gambar 2.4 Kategori kebundaran dan keruncingan butiran sedimen


(Pettijohn, dkk., 1987).

e. Hubungan antar Butiran (Kemas)


1. Kemas tertutup, bila butiran fragmen di dalam batuan sedimen saling bersentuhan
atau bersinggungan atau berhimpitan, satu sama lain (grain/clast supported). Apabila
ukuran butir fragmen ada dua macam (besar dan kecil), maka disebut bimodal clast
supported. Tetapi bila ukuran butir fragmen ada tiga macam atau lebih maka
disebut polymodal clast supported.
2. Kemas terbuka, bila butiran fragmen tidak saling bersentuhan, karena di antaranya
terdapat material yang lebih halus yang disebut matrik (matrix supported).

6
Klasifikasi Batuan Sedimen

Pettijohn (1975), ODunn & Sill (1986) membagi batuan sedimen berdasar teksturnya
menjadi dua kelompok besar, yaitu batuan sedimen klastika dan batuan sedimen non-klastika.

a. Batuan Sedimen Klastika


Batuan sedimen klastika (detritus, mekanik, eksogenik) adalah batuan sedimen yang
terbentuk sebagai hasil pengerjaan kembali (reworking) terhadap batuan yang sudah ada.
Proses pengerjaan kembali itu meliputi pelapukan, erosi, transportasi dan kemudian
redeposisi (pengendapan kembali). Sebagai media proses tersebut adalah air, angin, es
atau efek gravitasi (beratnya sendiri). Media yang terakhir itu sebagai akibat longsoran
batuan yang telah ada. Kelompok batuan ini bersifat fragmental, atau terdiri dari
butiran/pecahan batuan (klastika) sehingga bertekstur klastika.
b. Batuan Sedimen Non-Klastika
Batuan sedimen non-klastika adalah batuan sedimen yang terbentuk sebagai hasil
penguapan suatu larutan, atau pengendapan material di tempat itu juga (insitu). Proses
pembentukan batuan sedimen kelompok ini dapat secara kimiawi, biologi /organik, dan
kombinasi di antara keduanya (biokimia). Secara kimia, endapan terbentuk sebagai hasil
reaksi kimia. Secara organik adalah pembentukan sedimen oleh aktivitas binatang atau
tumbuh-tumbuhan, sebagai contoh pembentukan rumah binatang laut (karang),
terkumpulnya cangkang binatang (fosil), atau terkuburnya kayu-kayuan sebagai akibat
penurunan daratan menjadi laut.

Komposisi Mineral Batuan Sedimen

a. Fragmen : Bagian butiran yang ukurannya paling besar dan dapat berupa pecahan-
pecahan batuan, mineral, cangkang-cangkang fsil atau zat organik lainnya.
b. Matriks : Bagian butiran yang ukurannya lebih kecil dari fragmen dan terletak diantara
fragmen sebagai massa dasar. Matriks dapat berupa batuan, mineral, maupun fosil.
c. Semen : Semen merupakan zat perekat pada batuan sedimen, semen mengisi rongga-
rongga antar butir antara fragmen dan matriks.
Ada beberapa jenis semen pada batuan sedimen, berdasarkan kandungannya semen
tersebut dibagi atas:
a. Semen karbonat
b. Semen Silikat
c. Semen Oksida
Untuk mengetahui jenis semen pada batuan sedimen dapat dilakukan dengan uji HCL.

7
BATUAN METAMORF

Batuan metamorf (Metamorphic Rock) adalah batuan yang merupakan hasil


transformasi atau ubahan dari suatu tipe batuan yang telah ada sebelumnya atau protolith,
oleh suatu proses yang disebut metamorfisme, yang berarti "perubahan bentuk". Batuan asal
atau protolith yang dikenai panas (lebih besar dari 150 Celsius) dan tekanan ekstrem (1500
bar) akan mengalami perubahan fisika dan/atau kimia yang signifikan membentuk batuan
metamorf. Protolith dapat berupa batuan sedimen, batuan beku, atau batuan metamorf lain
yang lebih tua.

Metamorfisme

Proses metamorfisme membentuk batuan yang sama sekali berbeda dengan batuan
asalnya, baik tekstur maupun komposisi mineral. Mengingat bahwa kenaikan tekanan atau
temperatur akan mengubah mineral bila batas kestabilannya terlampaui, dan juga hubungan
antar butiran/kristalnya. Proses metamorfisme tidak mengubah komposisi kimia batuan. Oleh
karena itu disamping faktor tekanan dan temperatur, pembentukan batuan metamorf ini juga
tergantung pada jenis batuan asalnya. Agen atau media menyebabkan terjadinya proses
metamorfisme adalah panas, tekanan dan cairan kimia aktif. Sedangkan perubahan yang
terjadi pada batuan meliputi tekstur dan komposisi mineral.

Metamorfisme menyebabkan perubahan secara tekstural, mineralogi atau keduanya,


yang terjadi diantara dua kondisi. Pertama adalah kondisi diagenesis-weathering, dan kedua
pada kondisi melting. Pada perubahan tekstur dapat terjadi tanpa disertai dengan perubahan
komposisi mineral, yaitu tejadi kataklastis (penghancuran) dan rekristalisasi.

Jenis Metamorfisme

a. Metamorfisme thermal (kontak), terjadi karena aktifitas intrusi magma, proses yang
berperan adalah panas larutan aktif.
b. Metamorfisme dinamis, terjadi di daerah pergeseran/pergerakan yang dangkal (misalnya
zona patahan), dimana tekanan lebih berperan dari pada panas yang timbul. Seringkali
hanya terbentuk bahan yang sifatnya hancuran, kadang-kadang juga terjadi rekristalisasi.
c. Metamorfisme regional, proses yang berperan adalah kenaikan tekanan dan temperatur.
Proses ini terjadi secara regional, berhubungan dengan lingkungan tektonis.

Tekstur Batuan Metamorf

Ada dua jenis tekstur batuan metamorf, yaitu foliasi dan non-foliasi.
a. Tekstur batuan metamorf foliasi
1. Gneiss
Lapisan permukaannya kasar dan tidak mempunyai batas yang jelas. Terlihat berlapis-
lapis karena susunan mineralnya searah atau karena barisantar mineral gelap dan
mineral terang berurutan, terdapat pada batuan orthometamorf.

8
2. Schist
Lapisan permukaannya halus, pararel dan mempunyai bidang batas yang jelas.
Biasanya ditandai dengan adanya mineral mika, kuarsa dan chlorite. Terdapat pada
batuan orthometamorf dan parametamorf.
3. Filitik
Lapisan permukaannya kasar, pararel dan jelas batasnya tetapi tidak begitu kompak.
Terdapat pada batuan metamorf.
4. Slaty
Lapisan permukaanya sangat halus, rapat dan pararel. Kristalnya sangat halu tetapi
batuannya sangat kompak.
b. Tekstur batuan metamorf Unfoliated
1. Homeoblastik, terdiri dari satu macam bentuk. Homeoblastik dibagi atas tiga, yakni :
Lepidoblastik, mineral-mineral pipih dan sejajar
Nematoblastik, bentuk menjarum dan sejajar
Granoblastik, berbentuk butir

2. Heteroblastik, terdiri dari kombinasi tekstur homeoblastik. Heteroblastik terbagi atas


tiga, yakni : Porfiroblastik, Grano-lepidoblastik dan Grano-nemtaoblastik.

Struktur Batuan Metamorf

Struktur pada batuan metamorf yang terpenting adalah foliasi, yaitu hubungan
tekstur yang memperlihatkan orientasi kesejajaran. Foliasi juga mencerminkan derajat
metamorfisme.

9
Untuk struktur foliasi merupakan struktur pada batuan metamorf yang ditunjukkan
dengan adanya penjajaran mineral-mineral penyusun batuan tersebut, struktur ini meliputi :
a. Gneissic
b. Schistosity
c. Phyllitic
d. Slaty

Sedangkan struktur non-foliasi merupakan struktur yang tidak memperlihatkan


adanya penjajaran mineral penyusun batuan metamorf, meliputi :
a. Hornfelsik
Dicirikan dengan adanya butiran-butiran yang seragam, terbentuk pada bagian dalam
daerah kontak sekitar tubuh batuan beku. Pada umumnya merupakan rekristalisasi
batuan asal, tidak ada foliasi tetapi batuan halus dan padat.
b. Milonitik
Struktur yang berkembang karena adanya penghancuran terhadap batuan asal yang
mengalami metamorfosa dynamo, batuan berbutir halus dan liniasinya ditunjukkan
dengan adanya orientasi mineral yang berbentuk rentikuler yang terkadang masih
meyimpan lensa batuan asalnya.
c. Kataklastik
Sruktur ini hampir sama dengan milonitik hanya saja butirannya lebih kasar.
d. Pilonitik
Struktur ini menyerupai milonit tetapi butirannya relative lebih kasar dan strukturnya
mendekati struktur tipe philit.
e. Flaser
Struktur ini mirip dengan kataklastik dimana struktur batuan asal berbentuk lensa
yang tertanam pada masa dasar milonit.
f. Augen
Seperti struktur flaser, hanya saja lensa-lensanya terdiri dari butir-butir feldspar dalam
masa dasar yang lebih halus.
g. Granulose
Struktur ini hampir sama dengan hornfelsik, hanya butirannya mempunyai ukuran
yang tidak sama besar.
h. Liniasi
Struktur ditandai dengan adanya kumpulan mineral yang berbentuk seperti jarum.

Batuan Metamorf Penting

Pada batuan metamorf struktur foliasi, batuan pentingnya diantaranya adalah, batu sabak
(slate), sekis (schist), filit, gneiss, dan amfibolit. Sedangkan yang struktur non-foliasi anara
lain kwarsit, marmer/pualam (marble), grafit, dan serpentinit

10

Anda mungkin juga menyukai