PROPOSAL SKRIPSI
JHONIS SARAGI
2016 69 015
UNIVERSITAS PAPUA
MANOKWARI
2020
ANALISIS PROVENANCE BATUPASIR LITIK FORMASI BATUGAMPING
SAGEWIN, DAERAH WAIPELE DAN SEKITARNYA, DISTRIK SALAWATI
UTARA, KABUPATEN RAJA AMPAT, PROVINSI PAPUA BARAT
Proposal Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Mengajukan Rencana Penelitian
Guna Penyusunan Skripsi
JHONIS SARAGI
2016 69 015
UNIVERSITAS PAPUA
MANOKWARI
2021
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Disetujui
Pembimbing I
Rana Wiratama., S.T., M.Eng. ( Dosen Pembimbing I )
Pembimbing II
Meriana Ganda M. Harahap, S.T., M.T ( Dosen Pembimbing II )
Diketahui,
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmatNya penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian yang berjudul Analisis
Provenance Batupasir Litik Formasi Batugamping Sagewin Di Dusun Waipele ,
Distrik Salawati Utara, Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat, sebagai salah
satu syarat untuk mengajukan rencana penelitian guna penyusunan skripsi pada
Program Studi S1 Teknik Geologi, Universitas Papua.
Pada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan terima kasih kepada,
Rana Wiratama, S.T., M.Eng, sebagai pembimbing I dan juga kepada, Meriana
Ganda M. Harahap, S.T., M.T, sebagai pembimbing II serta semua pihak yang telah
memberikan bantuan serta dukungan baik secara moril maupun material.
Proposal ini disusun untuk memaparkan latar belakang, masalah yang akan
dibahas, tujuan dan manfaat, serta alur penelitian yang akan dilaksanakan. Akhir kata,
penulis berharap semoga proposal penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan
dapat digunakan sebaik-baiknya.
Sorong, Maret
Jhonis Saragi
iv
DAFTAR ISI
Hal
Cover
Halaman Judul...............................................................................................................ii
Halaman Pengesahan....................................................................................................iii
Kata Pengantar..............................................................................................................iv
Daftar Isi........................................................................................................................v
Daftar Tabel.................................................................................................................vii
Daftar Gambar............................................................................................................viii
Daftar Singkatan...........................................................................................................ix
Daftar Simbol.................................................................................................................x
BAB 1 PENDAHULUAN
1.4 Tujuan.............................................................................................................2
1.5 Manfaat...........................................................................................................2
2.1.1 Fisiografi...................................................................................................4
v
2.1.3 Stratigrafi Regional...................................................................................8
2.5 Provenance...................................................................................................17
2.7 Hipotesis.......................................................................................................21
vi
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 2.1 Skala ukuran butir material sedimen yang dikenal sebagai
( Penulis,
2021)............................................................................................24
(Penulis,
2021).............................................................................................28
vii
DAFTAR GAMBAR
Hal
(Hall, 2002).................................................................................................6
( Pettijohn,
1975 )......................................................................................14
(Dickinson,1985)....18
viii
Gambar 2.7 Schematic representation of the principal tectonic settings of sediment
source areas. A. Continental block provenances. B. Recycled orogen
provenances. C. Magmatic arcs. The dashed lines with arrows indicate
sediment transport paths.
(Dickinson,
1983)......................................................................................22
DAFTAR SINGKATAN
ix
Hcl HydroChloric Acid 25
DAFTAR SIMBOL
% Persen 10
ᵒ Derajat 20
‘ Menit 23
“ Detik 23
± Kurang Lebih 23
x
xi
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan Amri, dkk (1990) Pulau Salawati merupakan salah satu daerah
yang berada pada zona sistem Sesar Sorong. Namun di temukan juga Formasi yang
seharusnya berada pada blok Tambraww. Formasi yang seharusnya tidak ditemukan
adalah Formasi Batugamping Sagewin (Tmsa), Formasi ini tersusun atas kalkarenit,
kalsilutit, batulanau gampingan, batupasir gampingan dan batupasir Litik.
1
Pembahasan terkait dengan tatanan tektonik khususnya di Regional Sorong
ma-
sih bersifat Regional (skala kecil), padahal batupasir dapat digunakan untuk
rekonstruksi tatanan tektonik daerah sekitar. Berdasarkan tinjauan Regional, dijumpai
batupasir litik yang dapat diteliti untuk mendapatkan inFormasi geologi terkait hal
tersebut, sayangnya penelitian terkait dengan Provenance batupasir yang dapat
membantu menyediakan data – data tersebut belum dilakukan. Berdasarkan rumusan
masalah ini maka pertanyaan penelitian yaitu :
1. Analisis data petrografi (bivariat – multivariat plot). Pada tahap ini analisis
yang dilakukan meliputi pengamatan mineral pada batuan sampel, persentase
mineral yang menyusun batuan tersebut, serta penamaan batuan secara
mikroskopis menggunakan klasifikasi Pettijohn, 1975.
2. Studi khusus yang akan dilakukan adalah analisis Provenance batupasir litik
pada Formasi Batugamping Sagewin (Tmsa), Dengan cara menghitung
persentase kandungan mineral penyusun batuan yang kemudian diplot pada
diagram Pettijohn, Dickinson dan Suczek (1979).
1.4 Tujuan
1.5 Manfaat
2
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah
1. Dapat memberikan informasi tentang batuan asal dan tatanan tektonik daerah
penelitian sebagai informasi awal bagi penelitian selanjutnya, serta dapat
menjadi acuan bagi penelitian serupa ataupun berbeda.
2. Hasil dari penelitian yang dilakukan ini juga dapat dimanfaatkan guna
mengenalkan kepada masyarakat mengenai ilmu geologi serta kondisi geologi
daerah setempat.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Geologi Regional
2.1.1 Fisiografi
Keterdapatan suak yang banyak di sepanjang Pantai Utara dan Batanta itu
mencapai kedalaman beberapa puluh meter memiliki kedudukan pulau yang
teratur di dekatnya, menunjukkan bahwa daerah pantai itu sebelumnya mempunyai
timbulan yang menonjol, kemudian tertutup akibat pencelupan sampai di bawah
4
laut, yang termasuk dalam fisiografi perbukitan kasar (bukit bertonjolan) adalah
Pulau Batanta, Salawati Utara, serta Sungai Warsamson memotong daratan irian
jaya ditimur secara tiba – tiba 15 Km di timur kota Sorong.
Amri at el, (1990) daerah penelitian berada pada Mandala Sistem Sesar
Sorong (Gambar 2.2).
Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian
Gambar 2.2 Mandala Geologi daerah penelitian (Modifikasi dari Amri et al 1990)
5
dimulai dari barat laut Manokwari dan memotong bagian utara Kepala Burung,
hingga Kota Sorong dan menerus ke Selat Sagewin di selatan Pulau Batanta.
1. Kurun Mesozoic hingga, Cenozoic Bawah Selama kurun ini, kerak benua
terpisah dari Gondwana dan menuju ke Asia oleh pergerakan lantai samudera.
Menurut Hall (2002), pada Cretaceous Bawah dua bagian utama berpisah dari
Gondwana dan bergerak ke utara adalah India dan Australia. India mengalami
kolisi dengan Asia (50 jtl) begitu juga dengan Australia dengan pergerakan
6
lebih lambat. Pergerakan Australia ke utara menghasilkan Arc Continent
Collision serta menimbulkan sesar geser utama pada kolisinya.
3. Kurun Cenozoic (masa Eosen Tengah/45-40 jtl) pada kurun ini terjadi
konfigurasi ulang dikarenakan pergerakan Lempeng India melambat tetapi
pergerakan Lempeng Australia sangat cepat dipicu oleh pemisahan Australia
dan Antartika. Bagian timur dari North New Guinea hingga Ofiolit New
Caledonia mulai mengalami perubahan dikarenakan sistem busur Melanesia
diaktifkan oleh rifting. Papua bagian barat dan utara menjadi sebuah passive
margin dan kemudian disubduksi oleh bagian selatan dari busur East
Philippines-Halmahera. Bagian timur, lempeng laut Filipina men subduksi
Lempeng Pasifik membentuk Carolina Sea, Palung Mariana dan lainnya.
Bagian timur New Guinea men subduksi Lempeng Australia menyebabkan
Busur Melanesia mengalami rifting sehingga membentuk Solomon Sea.
7
utama. Kepala Burung bergerak ke Barat berkolisi dengan Sulawesi. Bagian
selatan Carolina dan laut Filipina selanjutnya bergerak berputar searah jarum
jam mendekati utara Papua. Akibat pergerakan yang mengikuti perputaran
jarum jam, sistem sesar geser yang terbentuk di utara Papua kemudian
menerus ke Kepala Burung (Sistem Sesar Sorong) dan juga memicu kegiatan
konvergen dengan Sulawesi sehingga bagian Timur Sulawesi mengalami
pengangkatan.
8
Formasi studi
khusus
Gambar 2.4 Kolom Stratigrafi daerah penelitian (Modifikasi dari Amri et al.,1990)
9
2.2 Batuan Sedimen
Kata sedimen berasal dari bahasa latin, yaitu sedimentum yang berarti
pengendapan. Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari suatu proses
akumulasi tau kumpulan material hasil perombakan batuan yang terlapukkan atau
terusai dari batuan induk atau asalnya yang terbentuk di muka bumi,kemudian
terendapkan pada suatu cekungan dibawah kondisi suhu dan tekanan rendah serta
mempunyai karakteristik terhadap lingkungan pengendapan, proses tersebut dikenal
sebagai proses sedimentasi (Pettijohn, 1975).
Berbeda dari batuan beku yang terbentuk dari hasil kristalisasi magma,
batuan sedimen dianggap sebagai batuan rombakan dikarenakan material
pembentukannya berasal dari aktivitas fisika dan juga kimia yang berlangsung
pada batuan yang telah terbentuk sebelumnya. Material atau partikel penyusun
batuan sedimen terdirri atas hasil rombaan dan hancuran batuan, yang terdiri atas
fragmen batuan dan mineral yang diangkut oleh angin dan air lalu terendapkan di
cekungan – cekungan yang berada di lingkungan darat dan juga laut. Selain itu,
material dalam larutan terendapkan karena adanya perubahan kondisi fisika dan
kimia, atau secara tidak langsung disebabkan oleh aktivitas makhluk hidup baik
binatang dan tumbuhan. Sedimen juga tidak hanya berasal dari darat saja, akan
tetapi juga dapat melalui hasil akumulasi di tepi – tepi cekungan yang melengser
ke bawah akibat gaya berat.
Material sedimen dapat berupa fragmen dari batuan yang sudah ada baik itu
batuan beku, batuan sedimen itu sendiri ataupun batuan metamorf, dan mineral –
10
mineral lainnya. Selain itu, material sedimen juga dapat berupa material organik,
seperti terumbu koral di laut, sisa – sisa cangkang, organisme air, vegetasi serta
hasil evaporasi dan presipitasi yang membentuk garam di lingkungan marin.
1. Batuan sedimen klastik, terbentuk dari hasil pelapukan fisika yang terjadi
pada suatu batuan atau sisa – sisa organisme (cangkang binatang laut atau
air tawar), baik yang masih utuh maupun tidak, yang kemudian terangkut
dan menghasilkan material fragmen – fragmen batuan sedimen klastik
dicirikan oleh butiran detritus yang mempunyai bentuk dan ukuran butir
beragam.
2. Batuan sedimen non klastik atau biasa disebut dengan kimiawi atau
organik, terbentuk dari hasil proses kimia ataupun proses biologi selama
proses sedimentasi
11
2.3 Batuan Sedimen Klastik
Tabel 2.1 Skala ukuran butir material sedimen yang dikenal sebagai skala
Wentworth (folk, 1965)
Butiran besar pada batuan sedimen klastik disebut dengan istilah fragmen dan
diikat oleh butiran – butiran yang lebih halus yang dikenal dengan matriks.
Tabel 2.2 klasifikasi batuan sedimen klastik (Buku Petrologi., Dr. Eng. Adi Maulana,
ST. M. Phi, 2009)
12
Fragmen batuan
konglomerat
Kerikil (gravel) 2 membundar.
mm
Fragmen batuan menyudut. Breksi
Batupasir
Mineral kuarsa dominan
kuarsa
Batupasir
KLASTIK kuarsa dan feldspar
1/16 – 2 mm arkose
Laminasi Serpih
1/256 mm
Masif Lempung
13
1. Arenit (Matriks 0 - 25%), Untuk penentuan nama batuan jika matrik kurang
dari 25 %, digolongkan lagi menjadi:
● Litharenite atau lithic arenite : jika kandungan fragmen batuan kurang
lebih 50 % dengan kuarsa kurang lebih 20%.
● Sublitik arenit : jika kandungan litik arenit banyak mengandung
kuarsa.
● Arkosic arenite : jika kandungan feldspar kurang lebih 50 % dengan
kuarsa kurang lebih 20 %.
● Subarkose : jika kandungan batuan arkosic arenite tersebut banyak
mengandung mineral kuarsa.
● Quartz arenite : jika kandungan kuarsa sudah sangat banyak (sekitar
lebih dari 90 %).
2. Wacke (matriks 25 – 75%), Untuk penentuan nama batuan jika matrik 25 -
75%, digolongkan lagi menjadi:
● Quartz Wacke : jika kelimpahan kuarsa lebih dari 95 %
● Feldspar greywacke : jika kelimpahan feldspar lebih dari 50 %.
● Lithic greywacke : jika kelimpahan litik lebih dari 50 %.
3. Mudstone (matriks 75 – 100%), Untuk penentuan nama batuan jika matrik 75
- 100%, digolongkan lagi menjadi:
● Lithic mudstone : Jika kandungan fragmen batuan kurang lebih 50 %
dengan kuarsa kurang lebih 30 %.
● Arkosic mudstone : Jika kandungan utamanya adalah feldspar, maka
namanya menjadi arkosic mudstone; yaitu kandungan feldspar kurang
lebih 50 % dengan kuarsa kurang lebih 30 %.
● Quartz mudstone : Jika kandungan kuarsa sudah sangat banyak
(sekitar lebih dari 70 %).
Batuan sedimen non – klastik adalah batuan sedimen yang terbentuk melalui
suatu reaksi kimia, seperti hasil aktivitas makhluk hidup (tumbuhan dan binatang)
14
pada umumnya, batuan sedimen non klastik diklasifikasikan berdasarkan komposisi
kimia dan teksturnya (Tabel 2.3 dan 2.4).
Batuan sedimen non klastik dibagi menjadi dua kelompok, yaitu yang
terbentuk secara anorganik dan yang terbentuk secara biokimia. Adapun berdasarkan
komposisinya, batuan anorganik dikelompokkan menjadi batuan yang bersifat
karbonat, silikaan hasil dari evaporasi yang mengandung halit ( halite ) dan gypsum
berdasarkan sifatnya kelompok batuan biokimia terbagi menjadi karbonatan silikaan,
dan karbonat.
Tabel 2.3 Klasifikasi Batuan Sedimen Non-klastik (Buku Petrologi., Dr. Eng. Adi
Maulana, ST. M. Phi, 2009)
Klastik Batugamping
kalsit, CaCO3
/Non Klastik klastik
Klastik
Dolomit, CaMg ( CO3)2 Dolomit
An - organik /Non Klastik
Mikrokristalin
Non Klastik Rijang ( chert )
kuarsa, SiO2
15
Non Klastik Sisa tumbuhan yang terubah Batu bara
Tabel 2.4. Klasifikasi batuan sedimen Non-klastik berdasarkan komposisi (Buku
Petrologi., Dr. Eng. Adi maulana, ST. M. Phi, 2009)
Batugamping biokimia
mollusca)
tersemenkan oleh kalsit
Cangkang dan fragmen
Kalsit
cangkang yang Batugamping fosillan
tersemenkan oleh kalsit
2.5 Provenance
16
Berdasarkan terminologi, kata provenance yang berasal dari bahasa Prancis yakni “
provenir ” yang bermakna sumber atau muncul (Pettijohn, 1987 dalam Boggs, 2008).
Provenance merupakan semua faktor yang berhubungan dengan pembentukan batuan
sedimen khususnya pada komposisi yang berhubungan dengan pembentukan batuan
sedimen, terlebih khusus pada batuan asal dan setting tektonik.
17
petrografi batupasir ini adalah kuarsa monokristalin (Qm) dan kuarsa polikristalin
(Qp), plagioklas feldspar (Fp) dan alkali feldspar (Fa), serta litik metamorf (Lm), litik
vulkanik (Lv), dan litik sedimen (Ls).
1. Dilakukan dengan metode point counting dari 300 butir mineral secara umum
pada sampel sayatan tipis yang telah dianalisis sebelumnya pada pengamatan
petrografi.
2. Kristal atau mineral yang memiliki ukuran > 0,0625 mm (Skala ukuran butir
material sedimen yang dikenal sebagai skala Wentworth (folk, 1965) pada
fragmen batuan tidak termasuk dalam perhitungan butir monomineralik
(Decker dan helmond, 1985)
3. Penentuan tatanan tektonik dan asal batuan (provenance) mengacu pada plot
diagram Dickinson dan Suczek ( 1979 ).
18
Gambar 2.7 Schematic representation of the principal tectonic settings of sediment
source areas. A. Continental block provenances. B. Recycled orogen
provenances. C. Magmatic arcs. The dashed lines with arrows
indicate sediment transport paths. ( Dickinson, W. R., and C. A.
Suczek, 1979 )
Jenis mineral silisiklastik dan fragmen batuan yang terkemas dalam batuan
sedimen merupakan bukti penting untuk sumber batuan. Fragmen batuan juga
memberikan bukti langsung terkait sumber batuan asal seperti fragmen batuan
vulkanik mengidentifikasikan sumber batuannya adalah vulkanik, fragmen batuan
metamorf mengidentifikasikan sumber batuannya adalah metamorfik.
19
Feldspar dan mineral lainnya juga merupakan indikator yang penting. Sebagai
contoh potasium feldspar menunjuk kepada batuan beku plutonik. Dimana sodic
plagioklas (mineral plagioklas kaya Na) terbentuk dari batuan plutonik alkaline
sedangkan calcic plagioclas (mineral plagioklas kaya Ca) terbentuk dari batuan
vulkanik dasar.
Quartz juga memiliki nilai sebagai indikator asal batuan. Basu, et . al ( 1975 ),
menunjukkan bahwa tingginya persentase butiran kuarsa dengan undulose > 5ᵒ yang
dikombinasikan dengan tingginya persentase butiran polycrystalline, mengandung
lebih dari 3 unit kristal per butir mengidentifikasikan berasal dari batuan metamorfik
derajat tinggi atau batuan beku plutonik.
Seorang geologi tertarik pada sumber tatanan tektonik dan tempat ter
asosiasinya endapan dibangun oleh teori pemekaran lantai samudera dan lempeng
tektonik, perhatian ini difokuskan pada menginterpretasikan tatanan tektonik dalam
istilah – istilah lempeng tektonik ( Dickinson and Suczek, 1979; Dickinson, 1982;
Dickinson et al., 1983). Tiga tatanan tektonik atau provenance yang telah
teridentifikasi adalah
20
feldspathic dengan fragmen litik yang jarang dan rasio k-feldspar/plagioklas yang
sama dengan batuan dasar.
21
Gambar 2.6.3 Model klasifikasi setting tektonik Modifikasi Penulis ( Dickinson,
1983)
2.7 Hipotesis
22
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan waktu
Secara administrasi lokasi daerah penelitan berapa pada Pulau Salawati, Pulau
Salawati terbagi menjadi tiga Distrik yaitu Distrik Salawati Utara, Salawati Selatan
dan Selat Sagewin, Pulau Salawati juga terbagi menjadi dua kabupaten yakni
Kabupaten Sorong yang mencakup Salawati Selatan sedangkan Salawati Utara dan
Selat Sagewin tercakup dalam Kabupaten RajaAmpat. Lokasi penelitian berada pada
Distrik Salawati Utara, Dusun Waipele, Kabupaten RajaAmpat, Provinsi Papua Barat.
(Gambar 3.1).
Gambar 3.1 Profil administrasi daerah penelitian (Modifikasi Dari Kabupaten Sorong
2020).
23
Secara Geografis daerah penelitian berada pada ....... dan...... jarak daerah
penelitian dari Basecamp berjarak ± 80 Km, Daerah penelitian hanya bisa dapat
ditempuh menggunakan Transportasi Laut dengan estimasi waktu tempuh ± 4 Jam
yang selanjutnya proses pengambilan data dapat dilakukan dengan berjalan kaki.
24
Tabel 2.5 Waktu penelitian (Penulis, 2021)
Agustus - November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli
No. Kegiatan
Oktober 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Studi Pustaka
Penyusunan
2
Proposal
3 Recognize
Konsultasi
4
Proposal
5 Seminar Proposal
6 Revisi Proposal
7 Pengumpulan Data
Analisi
8 Laboratorium Dan
Studio
Konsultasi Draf
9
Hasil
Presentasi Seminar
10
Hasil
Revisi dan
11
Penjilidan
12 Ujian Akhir
24
3.2 Alat dan Bahan
A. Alat
Adapun alat yang digunakan selama melakukan penelitian ini adalah :
● Clipboard.
● GPS
● Kamera.
● Komparator Ukuran Butir.
● Kompas Geologi.
● Laptop.
● Palu Geologi.
● Penggaris.
● Plastik Sampel.
● Rol Meter (100 ).
B. Bahan
Adapun bahan yang digunakan selama melakukan penelitian adalah :
● Alat Tulis.
● Buku .
● Kertas.
● Larutan HCL (HydroChloric Acid).
● Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) Skala 1 : 50.000.
● Peta Geologi Regional Lembar Sorong Skala 1 : 250.000
1. Litologi
2. Kenampakan Petrografi
3. Struktur
3.4. Data Penelitian
Data yang akan digunakan dan diambil dalam penelitian ini terdiri atas dua
kelompok data meliputi data geologi berupa data struktur yang berada pada daerah
penelitian dan data litologi studi khusus yaitu batupasir litik, adapun tahap-tahap yang
dilakukan sebagai berikut.
Tahap ini dimaksudkan untuk memperoleh dua data primer yang akan
diolah dan dianalisis diantaranya :
1. Analisis petrografi
Analisis data petrografi, sayatan tipis sangat penting untuk dilakukan
pada penelitian ini, sebagian besar tujuan penelitian yang ingin dicapai
26
bertumpuan pada analisis petrografi. Pada tahap ini analisis yang
dilakukan meliputi pengamatan komposisi mineral pada sampel batuan
secara mikroskopis. Pengamatan komposisi mineral pada sampel batuan
juga bukan hanya bertujuan untuk mengetahui penamaan batuan namun
juga untuk menentukan Provenance dari sampel batuan yang diamati
pada studi khusus. Analisis ini dilakukan di Obsidian geo laboratory
services yang sudah terakreditasi, terletak di jl. Kenayakan Bandung.
2. Analisis Struktur
Tahap analisis struktur diawali dengan analisis pemerian unsur-unsur
struktur yang dimaksudkan untuk mengidentifikasikan jenis struktur yang
berkembang pada daerah penelitian, kedudukan dan orientasi sekaligus
dimensi dari unsur struktur yang ada. Tujuan dari analisis struktur adalah
untuk memahami tektonik daerah penelitian yang merupakan data
pendukung yang sangat penting untuk hasil studi khusus yang diambil
penulis. Hasil pengukuran kedudukan lapisan batuan dan beberapa
indikasi lapisan struktur, dapat dianalisis untuk diketahui adanya struktur
geologi, baik struktur mayor maupun minor sebagai hasil dari proses
geologi yang bekerja di daerah telitian berdasar pada Klasifikasi Rickard
(1972).
3. Analisis provenance dan tatanan tektonik
analisis tersebut dilakukan dengan metode pengamatan petrografi atau
sayatan tipis hasil dari pengamatan tersebut selanjutnya dianalisis dengan
metode point counting, dari hasil pengamatan tersebut selanjutnya diplot
pada diagram Dickinson dan Suczek (1979) selanjutnya untuk tatanan
tektonik dikaitkan pada struktur yang berkembang pada daerah penelitian
sehingga menghasilkan data studi khusus yang diinginkan dengan hasil
yang akurat.
27
Data struktur yang telah dianalisis akan memberikan inFormasi tentang
perkembangan struktur yang berada pada daerah penelitian, sedangkan data studi
khusus yang telah dianalisis akan memberikan inFormasi tentang batuan asal dan
juga tatanan tektonik berdasarkan klasifikasi Dickinson dan Suczek (1979),
kedua data tersebut nantinya akan dikaitkan untuk melogiskan dan menjelaskan
tentang hasil studi khusus yaitu studi provenance, yang akan disajikan dalam
bentuk paragraf eksposisi.
1. Data Struktur
Pengukuran dan pengamatan data struktur geologi berupa struktur
garis ataupun struktur bidang merupakan salah satu aspek yang sangat penting
dalam melakukan penelitian terkait studi provenance dimana struktur geologi
tersebut dapat memberikan gambaran tentang orientasi gaya utama serta jenis
struktur yang berkembang pada daerah penelitian.
2. Litologi
Sampel batuan studi khusus yang telah diperoleh selanjutnya di
deskripsi secara megaskopis yang selanjutnya dilakukan analisis petrografi
sehingga menghasilkan penamaan batuan yang valid, penamaan sampel
batuan dilakukan berdasarkan klasifikasi batuan sedimen (Pettijohn 1975),
berdasarkan kandungan mineralogi yang terkandung pada batuan.
3. Analisis provenance
Dickinson (1985) mengemukakan konsep komposisi batupasir
merefle-
ksikan tatanan tektonik dan asal/sumber batuan. Untuk menentukan tatanan
tektonik dan asal batuan berdasarkan data komposisi butir dan mineralogi
batuan yang selanjutnya dilakukan ploting dalam diagram Dickinson Dan
Suczek (1979) dengan parameter persentase kandungan Kuarsa (Q), Feldspar
(F), Dan Fragmen Litik (L) (Q-F-L).
28
3.6 Diagram Alir
29
DAFTAR PUSTAKA
Amri., et al. 1990. Geological Map of Sorong Sheet, Irian Jaya, Scale 1:250.000.
Geological Research and Development Center, Bandung.
Brahmantyo, B., dan Bandono, 2006. Klasifikasi Bentuk Muka Bumi (Landform)
untuk Pemetaan Geomorfologi pada Skala 1:25.000 dan Aplikasinya untuk
Penataan Ruang: Jurnal Geoaplika, 1, 2. 71-78.
Sam Boggs, J. R., 1987. Principles of Sedimentology and Stratigraphy. Upper Saddle
River, New Jersey: Pearson Prentice Hall. Edisi ke-4. 159-196
Pettijohn, F.J, Potter, P.E., and Siever, R., 1987. Sand and Sandstone. Second
Edition. Springer-Verlag, New York. 553 pg.
Hall, R., 2002. Cenozoic Geological and Plate Tectonic Evolution of SE Asia and SW
Pasific: Computer-Based Reconstructions, Model and Animations. Journal of
Asian Earth Science. 20, 353-431
30
Abdillah et al. 2014. Analisis Provenance, Diagenesis Dan Lingkungan Pengendapan
Serta Pengaruh Terhadap Kualitas Reservoir Batupasir Formasi Talang Akar,
Sumur Fa-21, Cekungan Jawa Barat Utara, Universitas Diponegoro,
Semarang.
Waskita et al. 2020. Studi Provenance Dan Analisis Granulometri Endapan Pasir Di
Daerah Tambakromo, Ponjong, Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta,
Geoda, Vol. 01,Institut Teknologi Nasional Yogyakarta.
Balfas et al. 2018. Provenance Batupasir Lintasan Sungai Cilutung, Formasi Halang,
Majalengka Jawa Barat Vol.2.1, Universitas Padjadjaran, Bandung.
Natasia et al. 2016 Batuan Asal (Provenance) Batupasir LSI Formasi Menggala
Daerah Barumun Tengah, Cekungan Sumatera Tengah, Berdasarkan Data
Petrografi, Seminar Nasional Ke – III,. ISSN ; 2407 – 4314 Vol. 3 No.1.
Geologi Universitas Padjadjaran.
Pusat Pendidikan Dan Pelatihan Sumber Daya Air Dan Konstruksi 2019, Modul 2
Geologi Dasar, Bandung.
Aini et al. 2019 Provenance Batupasir Dan Batulempung Anggota Tuf Formasi
Waturanda, Daerah Kebumen, Jawa Tengah, I-ISSN 2597 - 4033 Vol. 3 No.
4. , Universitas Padjadjaran, Jatinangor,
Noegroho 2020 Laporan Tugas Akhir, Pemetaan Geologi Dan Analisis Provenance
Batupasir Formasi Balikpapan Pada Daerah Sepaku, Penajam Paser Utara,
Kalimantan Timur, Universitas Pertamina.
31
Pramana, Studi Provenance Batupasir Masif Karbonatan Formasi Halang
Daerah Cibeler,Kecamatan Paguyangan,Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa
Tengah, Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta.
32