Anda di halaman 1dari 55

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

VULKANOLOGI

Disusun Oleh :

Oknis Puspitasari

141.10.1125

LABORATORIUM GEOLOGI DINAMIK


JURUSAN TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI AKPRIND
YOGYAKARTA
2016
HALAMAN PENGESAHAN

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Praktikum Vulkanologi


semester V pada Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral
InstitutSains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta.

Penyusun :

OKNIS PUSPITASARI
141.10.1125

Disetuju Oleh :
Asisten Praktikum Vulkanologi

1. Muhammad Yasin 111.10.1073 (..)


2. Yuri Rouzi Mufti 121.10.1013 (..)
3. Croseas Tabrani Putra 121.10.1056 (..)
4. Rizki Jumadin Akhir 121.10.1087 (..)
5. Fadri Wowa 131.10.1109 (..)
6. Fitrio Pambudi 131.10.1110 (..)
7. Juventus Karo Sekali Naibobe 131.10.1169 (..)
8. Frando Ryan Alansa 131.10.1173 (..)

Mengetahui,
Kepala Laboratorium Geologi Dinamik

Fivry Wellda Maulana, S.T.,M.T


NIK.12.0182.684 E
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat
dan rahmatnya saya dapat menyelesaikan tugas praktikum Vulkanologi ini dengan
baik. Saya sebagai penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Sri Mulyaningsih, S.T., M.T Selaku pengampu Matakuliah
Vulkanologi yang telah memberi banyak materi dan ilmu selama
perkuliahan
2. Kepada asisten dosen Vulkanologi yang sudah berusaha mengajar dan
membagikan ilmu kepada selama praktikum ini.
3. Tak lupa juga penyusun mengucapkan terima kasih kepada teman-teman
uranium angkatan 2014 dan semua pihak yang telah membantu demi
terselesaikan laporan praktikum ini.
Laporan ini dibuat sebagai syarat kelulusan praktikum Vulkanologi tahun
ajaran 2016 /2017 dan sebagai syarat untuk mengikuti responsi.
Penyusun menyadari bahwa laporan praktikum Vulkanologi ini, baik
materi maupun tata cara penulisan dan tata letak masih banyak kekurangan dan
ketidaksempurnaan. Untuk itu penyusun mohon masukan, kritik dan saran untuk
perbaikan laporan ini, agar dalam waktu yang akan datang, lebih baik dalam
menyusun laporan.

Yogyakarta, 07 Desember 2016

Penyusun

vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
DAFATAR GAMBAR...........................................................................................v
DAFTAR TABEL.................................................................................................vi
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Maksud dan Tujuan............................................................................................1
1.2.1 Maksud......................................................................................................1
1.2.2 Tujuan.......................................................................................................2
BAB II TEKTONISME DAN MAGMATISME.................................................3
II.1 Tektonisme........................................................................................................3
II.2 Magmatisme....................................................................................................10
BAB III AKTIFITAS DAN MEKANISME GUNUNGAPI.............................21
III.1 Beberapa Jenis Lempeng................................................................................22
III.2 Beberapa Bentuk Gunung Di Indonesia.........................................................23
III.3 Bahaya Gunungapi.........................................................................................25
BAB IV MATERIAL ERUPSI GUNUNGAPI..................................................28
IV.1 Batuan Intrusi.................................................................................................28
IV.2 Lava................................................................................................................36
IV.2.1 Lapangan 1 (Turgo Plawangan).........................................................
IV.3 Endapan Piroklastik.......................................................................................
IV.3.1 Lapangan 2 (Kali Gendol).................................................................
IV.4 Lahar..............................................................................................................
IV.4.1 Lapangan 4 (Candi Kedulan).............................................................
IV.5 Gunungapi Purba............................................................................................
IV.5.1 Lapangan 3 (Gunungapi Purba Nglanggeran)....................................
BAB V ANALISIS BATUAN GUNUNGAPI....................................................46
V.1 Analisis Petrografi...........................................................................................46
V.1.1 Petrografi Batuan Piroklastik................................................................47
V.1.2 Klasifikasi Dan Penamaan Batuan Piroklastik......................................50
V.2 Analisis Geokimia...........................................................................................52
V.2.1 Pengeplotan Data Geokimia..................................................................52
V.2.2 Analisis Kimia Isotop dan REE ...........................................................53
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................54
VI.1 Kesimpulan....................................................................................................54
VI.2 Saran..............................................................................................................55
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................56
LAMPIRAN

vii
DAFTAR GAMBAR

1.
DAFTAR TABEL

1.

vii
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Vulkanologi Ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang kegunungapian

baik proses terbentuknya maupun hal-hal lain dan segala sesuatu yang

berhubungan dengan batuan beku serta kandungan meneral-mineralnya.

Vulkanisme Gejala aktivitas magma sejak terbentuk di dalam bumi, keadaannya,

gerakan-gerakannya dan hasil kegiatannya baik dibawah permukaan ataupun

diatas permukaan bumi.

Gunung Api Merupakan suatu stadia aktivitas magma yang sedang

berlangsung. Tempat keluar dan munculnya batuan lelehan atau rempah lepas

volkanik yang berasal dari dalam bumi. Bentuk yang dibangun atau himpunan

rempah volkanik seperti kerucut, perisai, strato, dll.

Terjadinya Gunung Api, dimana lempeng samudera sama lempeng benua

terus bergerak dari waktu ke waktu, karena ada gaya dari dalam bumi yang terus

bergerak.Karena lempeng benua dan lempeng samudera berbeda bahannya

(lempeng benua dari sial/silicon dan Allumunium dan lempeng samudera dari

Sima/Silicon dan Magnesium), sehingga lempeng samudera jika bertabrakan

dengan lempeng benua cenderung berada di bawah dan lempeng benua berada di

atas. Dari tabrakan inilah terjadi sebuah gesekan dari dua lempeng tersebut dan

karena lempeng samudra masuk kedalam dan suhunya lebih tinggi maka terjadi

lelehan lempeng samudra dari aktifitas tersebut terjadi desakan-desakan dari

dalam perut bumi sehingga terbentuklah sebuah atau jajaran gunung api.
I.2 Maksud dan Tujuan
1.2.1 Maksud
Ada pun dari praktikum vulkanologi adalah untuk memenuhi

kurikulum dari matakuliah vulkanologi dan juga sebagai salah satu bukti

bahwa praktikan telah mengikuti praktium vulkanologi dan dapat

mengikuti responsi praktikum vulkanologi.

1.2.2 Tujuan

Sedangkan tujuanya agar praktikan mampu mengetahui jenis

magma, lava, gunungapi serta proses tektonika yang membentuk aktivitas

tersebut, dan juga dapat mengedintifikasi geokimia batuan gunung api,

petrografi batuan gunung api, dan juga mampu menganalisis data tersebut

baik di lapangan dan di laboratorium.

vii
BAB II
TEKTONISME DAN MAGMATISME

II.1 Tektonisme

Tektonisme adalah proses yang terjadi akibat pergerakan, pengangkatan,

lipatan dan patahan pada struktur tanah di suatu daerah. Yang di maksud lipatan

adalah bentuk muka bumi hasil gerakan tekanan secara horizontal yang

menyebabkan lapisan permukaan bumi menjadi berkerut dan melipat. Patahan

adalah permukaan bumi hasil dari gerakan tekanan horizontal dan tekanan vertikal

yang menyebabkan lapisan bumi menjadi retak dan patah. Ada dua jenis

tektonisme, yaitu Epirogenesa dan Orogenesa. Epirogenesa adalah proses

perubahan bentuk daratan yang disebabkan oleh tenaga lambat dari dalam bumi

dengan arah vertikal, baik ke atas maupun ke bawah melewati daerah luas. Ada

dua Epirogenesa:

1. Epirogenesa positif, yaitu gerakan yang mengakibatkan turunnya lapisan

kulit bumi, sehingga permukaan air laut terlihat naik.

2. Epirogenesa negatif, yaitu gerakan yang mengakibatkan naiknya lapisan

kulit bumi, sehingga permukaan air laut terlihat turun.

Orogenesa adalah pergerakan lempeng tektonis yang sangat cepat dan meliputi

wilayah yang sempit. Tektonik Orogenesa biasanya disertai proses pelengkungan

(Warping), lipatan, (Folding), patahan (Faulting) dan retakan (Jointing). Serta

salah satu contoh hasil Orogenesa adalah deretan Pegunungan Mediterania.e

A. Tektonisme (Diastropisme)

Proses tektonisme bisa disamakan dengan dislokasi yang berarti disertai

dengan perubahan letak lapisan kulit Bumi dari kedudukan semula. Perubahan ini
bisa secara vertikal maupun horizontal. Tektonisme berpengaruh pada wilayah

yang luas. Berdasarkan kecepatan gerakan dan luas wilayah yang terkena

pengaruh, tektonisme dibedakan menjadi dua.

B. Gerak Epirogenesa

Gerak inilah yang membentuk benua. Gerakan ini berlangsung dengan

sangat pelan sehingga kadang tidak kita rasakan. Gerakan ini meliputi wilayah

luas dan tanda-tandanya dapat dilihat dari adanya perubahan garis pantai. Gerakan

ini dibedakan menjadi epirogenesa positif dan negatif. Epirogenesa positif

ditandai dengan adanya kenaikan permukaan air laut sehingga garis pantai pindah

ke daratan karena daratan mengalami penurunan. Sementara itu, epirogenesa

negatif ditandai dengan permukaan air laut yang menurun. Salah satu tandanya

adalah pantai yang berteras karena mengalami kenaikanatau pengangkatan

berulang kali.

Gambar 1 : Epirogenesa positif dan negatif


Sumber : Pararas-Carayannis, G., 1997

vii
C. Gerak Orogenesa

Gerakan ini merupakan gerakan pembentuk pegunungan lipatan maupun

patahan. Terjadi dalam waktu yang relatif lebih singkat dan daerah yang lebih

sempit.

1. Lipatan

Lipatan terjadi ketika dua lempeng kerak Bumi yang saling berhadapan

bertabrakan. Lapisan batuan pada kerak Bumi mendapat tekanan hebat yang

menyebabkan pelipatan lapisan batuan. Proses pelipatan lapisan batuan ini

merupakan awal pembentukan pegunungan lipatan. Contohnya pembentukan

pegunungan lipatan Himalaya. Terlipatnya lapisan batuan ini dapat mendorong

terbentuknya perbukitan (antiklinal) dan lembah (sinklinal). Dalam suatu wilayah

yang luas terkadang juga dapat dijumpai deretan antiklinal secara berulang-ulang

(antiklinorium) maupun rangkaian sinklinal (sinklinorium).Tekanan dengan

tingkat tenaga yang berlainan pada lapisan batuan dapat membentuk lipatan yang

berbeda. Berikut ini gambaran terjadinya antiklinorium dan sinklinorium serta

jenis lipatan batuan.

Gambar 2 : Model lipatan


Sumber : Syarifudin, M.Z., dan Hadian, R., 1977
2. Patahan

Tekanan dalam Bumi menyebabkan patahan jika bekerja pada lapisan

batuan yang tidak elastis atau keras. Akibatnya, kerak Bumi retak kemudian

patah. Di patahan ini ada bagian yang turun disebut graben (slenk). Contohnya

graben Semangko di sepanjang Pegunungan Bukit Barisan, Sumatra. Kadang

graben sangat dalam yang disebut ngarai. Contohnya Ngarai Sianok di Sumatra

Barat. Jika graben itu terisi air dan menggenang akan menciptakan sebuah danau.

Misalnya, Danau Toba di Sumatra Utara dan Danau Tempe di Sulawesi Selatan.

Sementara itu, lapisan tanah yang terangkat disebut horst yang menghasilkan

kenampakan sebuah plato (dataran tinggi). Contohnya Plato Dieng di Jawa

Tengah dan Plato Wonosari di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Gambar 3 : Model patahan


Sumber : Pararas-Carayannis, G., 1997

Lempeng-lempeng tektonik di bumi barulah dipetakan pada paruh kedua

abad ke-20. Bagian terluar dari interior bumi terbentuk dari dua lapisan. Di bagian

atas terdapat litosfer yang terdiri atas kerak dan bagian teratas mantel bumi yang

kaku dan padat. Di bawah lapisan litosfer terdapat astenosfer yang berbentuk

vii
padat tetapi bisa mengalir seperti cairan dengan sangat lambat dan dalam skala

waktu geologis yang sangat lama karena viskositas dan kekuatan geser (shear

strength) yang rendah. Lebih dalam lagi, bagian mantel di bawah astenosfer

sifatnya menjadi lebih kaku lagi. Penyebabnya bukanlah suhu yang lebih dingin,

melainkan tekanan yang tinggi.

Lapisan litosfer dibagi menjadi lempeng-lempeng tektonik (tectonic plates).

Di bumi, terdapat tujuh lempeng utama dan banyak lempeng-lempeng yang lebih

kecil. Lempeng-lempeng litosfer ini menumpang di atas astenosfer. Mereka

bergerak relatif satu dengan yang lainnya di batas-batas lempeng, baik divergen

(menjauh), konvergen (bertumbukan), ataupun transform (menyamping). Gempa

bumi, aktivitas vulkanik, pembentukan gunung, dan pembentukan palung

samudera semuanya umumnya terjadi di daerah sepanjang batas lempeng.

Pergerakan lateral lempeng lazimnya berkecepatan 50-100 mm/a.

D. Jenis-jenis batas lempeng

Ada tiga jenis batas lempeng yang berbeda dari cara lempengan tersebut

bergerak relatif terhadap satu sama lain. Tiga jenis ini masing-masing

berhubungan dengan fenomena yang berbeda di permukaan. Tiga jenis batas

lempeng tersebut merupakan:

1. Batas transform (transform boundaries) terjadi jika lempeng bergerak dan

mengalami gesekan satu sama lain secara menyamping di sepanjang sesar

transform (transform fault). Gerakan relatif kedua lempeng bisa sinistral (ke kiri

di sisi yang berlawanan dengan pengamat) ataupun dekstral (ke kanan di sisi yang
berlawanan dengan pengamat). Contoh sesar jenis ini merupakan Sesar San

Andreas di California.

2. Batas divergen/konstruktif (divergent/constructive boundaries) terjadi

ketika dua lempeng bergerak menjauh satu sama lain. Mid-oceanic ridge dan zona

retakan (rifting) yang aktif merupakan contoh batas divergen.

3. Batas konvergen/destruktif (convergent/destructive boundaries) terjadi

jika dua lempeng bergesekan mendekati satu sama lain sehingga membentuk zona

subduksi jika salah satu lempeng bergerak di bawah yang lain, atau tabrakan

benua (continental collision) jika kedua lempeng mengandung kerak benua.

Palung laut yang dalam biasanya berada di zona subduksi, di mana potongan

lempeng yang terhunjam mengandung banyak bersifat hidrat (mengandung air),

sehingga kandungan air ini dilepaskan saat pemanasan terjadi bercampur dengan

mantel dan menyebabkan pencairan sehingga menyebabkan aktivitas vulkanik.

Contoh kasus ini dapat kita lihat di Pegunungan Andes di Amerika Selatan dan

busur pulau Jepang (Japanese island arc).

Kekuatan penggerak pergerakan lempeng Pergerakan lempeng tektonik bisa

terjadi karena kepadatan relatif litosfer samudera dan karakter astenosfer yang

relatif lemah. Pelepasan panas dari mantel telah didapati sebagai sumber asli dari

energi yang menggerakkan tektonik lempeng. Pandangan yang disetujui sekarang,

meskipun masih cukup diperdebatkan, merupakan bahwa kelebihan kepadatan

litosfer samudera yang membuatnya menyusup ke bawah di zona subduksi

merupakan sumber terkuat pergerakan lempeng. Pada waktu pembentukannya di

mid ocean ridge, litosfer samudera pada mulanya memiliki kepadatan yang lebih

vii
rendah dari astenosfer di sekitarnya, tetapi kepadatan ini meningkat seiring

dengan penuaan karena terjadinya pendinginan dan penebalan.

Besarnya kepadatan litosfer yang lama relatif terhadap astenosfer di

bawahnya memungkinkan terjadinya penyusupan ke mantel yang dalam di zona

subduksi sehingga menjadi sumber sebagian besar kekuatan penggerak

pergerakan lempeng. Kelemahan astenosfer memungkinkan lempeng untuk

bergerak secara mudah menuju ke arah zona subduksi. Meskipun subduksi

dipercaya sebagai kekuatan terkuat penggerak pergerakan lempeng, masih ada

gaya penggerak lain yang dibuktikan dengan adanya lempeng seperti lempeng

Amerika Utara, juga lempeng Eurasia yang bergerak tetapi tidak mengalami

subduksi di manapun. Sumber penggerak ini masih menjadi topik penelitian

intensif dan diskusi di kalangan ilmuwan ilmu bumi.

Pencitraan dua dan tiga dimensi interior bumi (tomografi seismik)

menunjukkan adanya distribusi kepadatan yang heterogen secara lateral di seluruh

mantel. Variasi dalam kepadatan ini bisa bersifat material (dari kimia batuan),

mineral (dari variasi struktur mineral), atau termal (melalui ekspansi dan kontraksi

termal dari energi panas). Manifestasi dari keheterogenan kepadatan secara lateral

merupakan konveksi mantel dari gaya apung (buoyancy forces) Bagaimana

konveksi mantel berhubungan secara langsung dan tidak dengan pergerakan

planet masih menjadi bidang yang sedang dipelajari dan dibincangkan dalam

geodinamika. Dengan satu atau lain cara, energi ini harus dipindahkan ke litosfer

supaya lempeng tektonik bisa bergerak. Ada dua jenis gaya yang utama dalam

pengaruhnya ke pergerakan planet, yaitu friksi dan gravitasi.


II.2 Magmatisme

Magmatisme adalah seluruh kegiatan magma, mulai dari saat peleburan,

proses ketika magma naik ke permukaan bumi, sampai membeku membentuk

batuan. Proses magmatisme selalu berkaitan dengan kegiatan tektonik. Lokasi-

lokasi pembentukan magma inilah yang menjadi model-model setting tektonik,

Magma terbentuk karena adanya perubahan tiga parameter utama, yaitu

temperatur, tekanan, dan komposisi kimia. Berdasarkan konteks tektonik global,

lokasi terbentuknya magma dapat dibedakan menjadi (Wilson, 1989) :

1. Batas lempeng konstruktif, merupakan batas lempeng divergen yang

meliputi rekahan tengah samudera dan back-arc spreading.

2. Batas lempeng destruktif, merupakan batas lempeng konvergen yang

meliputi busur kepulauan (island arc) dan tepi benua aktif (active

continental margin).

3. Tatanan antar lempeng samudera, meliputi busur samudera.

4. Tatanan antar lempeng benua, meliputi continental flood basalt, zona

rekahan benua.

Proses dari magamatisme dibagi menjadi 7 (tujuh) berdasarkan dari sifat

ketektonikannya, antara lain sebagai berikut :

vii
Gambar 4 : Tujuh busur magmatik
Sumber : http://zullogist.blogspot.co.id/2013/05/7-busur-magmatisme.html

A. Zona Subduksi

Gambar 5 : Zona subduksi


Sumber : http://zullogist.blogspot.co.id/2013/05/7-busur-magmatisme.html

Zona subduksi adalah zona pertemuan antara dua buah lempeng dimana

kedua lempeng ini mengalami tumbukan, baik antara lempeng benua dengan

lempeng samudra, maupun lempeng samudra dengan lempeng samudra yang

menyebabkan salah satu dari lempeng tersebut menunjam di bawah lempeng yang

lain. Akibatnya terjadilah proses magmatisme. Proses magmatisme yang terjadi


pada zona subduksi ini pun menghasilkan magma yang sumbernya dibagi atas 3

(tiga) kemungkinan, yaitu:

a. Berasal dari pelelehan sebagian mantel atas ( Paling dominan terjadi).

b. Berasal dari pelelehan sebagian kerak samudra yang menunjam ke bawah.

c. Berasal dari pelelehan sebagian kerak benua bagian bawah (anateksis).

Magma yang dihasilkan dari 3 kemungkinan di atas, ini komposisinya sangat

bervariasi. Secara umum, magma yang berasal dari pelelehan kerak samudra yang

menunjam dan dari pelelehan mantel atas akan bersifat basa, namun apabila

magma naik menuju permukaan, akan terjadi proses diferensiasi sehingga magma

yang dihasilkan berubah sifat menjadi intermediet hingga asam. Sedang untuk

magma yang berasal dari pelelehan kerak benua bagian bawah (anateksis), pada

awalnya memang sudah bersifat asam sesuai dengan komposisi umum kerak

benua, kemungkinan besar jika naik menuju permukaan magma tidak akan

mengalami diferensiasi, sehingga magma yang dihasilkan tetap bersifat asam.

Secara lebih jelasnya, Zona subduksi dapat dikenali dengan adanya busur

kepulauan dan busur tepi benua aktif, yang keduanya mempunyai karakteristik

seperti adanya kepulauan yang berbentuk busur dan membentang hingga ribuan

kilometer, adanya palung samudera yang dalam, adanya volkanisme aktif dan

gempa bumi, serta asosiasi volkanik yang khas, yang disebut orogenic andesit.

Di permukaan, zona subduksi dapat dibagi menjadi tiga wilayah, yaitu busur

depan (fore arc), busur gunungapi (volcanic arc), dan busur belakang (back arc)

(Tatsumi & Eggins, 1993).

vii
Proses magmatisme di zona subduksi berbeda dengan magmatisme di tatanan

tektonik lain karena adanya peran fluida pada kerak yang menunjam dan adanya

pelelehan sebagian baik dari baji mantel, kerak samudera, ataupun kerak benua

bagian bawah. Secara umum, mekanisme magmatismenya adalah adanya finger

tip effect, dimana kerak samudera yang menunjam menjadi lebih panas oleh

mantel dan gesekan yang mengakibatkan mineral melepas H2O dan adanya

pelelehan sebagian mantel. Zona subduksi atau penekukan terjadi ketika lempeng

samudra bertabrakan dengan lempeng benua, dan menelusup ke bawah lempeng

benua tersebut ke dalam astenosfer. Lempeng litosfer samudra mengalami

subduksi karena memiliki densitas yang lebih tinggi. Lempeng ini kemudian

mencair dan menjadi magma.

B. MOR (Mid Oceanic Ridge)

Gambar 6 : Zona mid oceanic ridge


Sumber : http://zullogist.blogspot.co.id/2013/05/7-busur-magmatisme.html

Punggung tengah samudra (Mid Oceanic Ridge) atau biasa disingkat MOR,

adalah rantai gugusan gunungapi di bawah laut dimana kerak bumi baru terbentuk

dari leleran magma dan aktivitas gunung berapi. MOR juga berasosiasi dengan
daerah divergensi lempeng tektonik yang membentuk celah di dasar laut (rift).

Kebalikan dari MOR adalah zona subduksi lempeng Subduction Zone.

C. Back arc basin

Gambar 7 : Zona back arc basin


Sumber : http://zullogist.blogspot.co.id/2013/05/7-busur-magmatisme.html

Back arc basin merupakan suatu cekungan laut yang terkait dengan pulau

busur dan zona subduksi.Back arc basin ditemukan di beberapa batas lempeng

konvergen, saat ini terkonsentrasi di Pasifik Barat laut. Sebagian besar dari back

arc basin hasil dari pasukan tensional disebabkan oleh samudera parit rollback

(parit samudera yang mengembang ke arah dasar laut) dan runtuhnya tepi benua.

Busur kerak berada di bawah ekstensi / rifting sebagai akibat dari tenggelamnya

lempengan mensubduksi. Cekungan busur belakang-tidak diprediksi oleh teori

lempeng tektonik, tetapi mereka konsisten dengan model ini untuk bagaimana

Bumi kehilangan panas.

Back arc basin yang diduga membentuk sebagai hasil dari proses disebut parit

rollback (juga, rollback engsel). Istilah ini menggambarkan gerakan mundur dari

zona subduksi relatif terhadap gerakan lempeng yang sedang subduksi. Sebagai

vii
zona subduksi dan parit terkait tarik mundur, lempeng utama ditarik, penipisan

kerak yang terwujud dalam cekungan busur belakang. Sedimentasi yang sangat

asimetris, dengan sebagian besar sedimen dipasok dari busur magmatik aktif yang

regresi sejalan dengan rollback parit.

D. Island Arc (Busur Kepulauan)

Gambar 8 : Zona island arc


Sumber : http://zullogist.blogspot.co.id/2013/05/7-busur-magmatisme.html

Sebuah busur kepulauan, sering terdiri dari rantai gunung berapi, dengan

berbentuk busur keselarasan, terletak sejajar dan dekat dengan perbatasan antara

dua lempeng tektonik konvergen.

Sebagian besar busur pulau terbentuk sebagai salah satu samudera lempeng

tektonik subduksi satu sama lain dan, dalam banyak kasus, menghasilkan magma

pada kedalaman di bawah piring over-naik. Namun, ini hanya berlaku bagi

mereka busur pulau yang merupakan bagian dari kelompok sabuk gunung yang

disebut busur vulkanik, sebuah istilah yang digunakan ketika semua elemen dari

sabuk gunung berbentuk busur terdiri dari gunung berapi. Sebagai contoh,

sebagian besar dari rantai gunung Andes Tengah/Amerika/Kanada mungkin


dikenal sebagai busur vulkanik, tetapi mereka tidak pulau (yang terletak di atas

dan di sepanjang wilayah benua) dan dengan demikian tidak diklasifikasikan

sebagai busur kepulauan. Di sisi lain, Aegea atau Hellenic busur di daerah

Mediterania, yang terdiri dari banyak pulau seperti Kreta, merupakan busur

kepulauan, tetapi tidak ada gunung api. Sejalan dengan itu adalah South Aegean

Volcanic Arc, yang merupakan pulau busur vulkanik dari sistem tektonik yang

sama.

E. Hotspot Zone

Gambar 9 : Zona hotspot magmatik


Sumber : http://zullogist.blogspot.co.id/2013/05/7-busur-magmatisme.html

Tempat-tempat yang dikenal sebagai hotspot atau titik panas dalam geologi

merupakan daerah vulkanik dianggap makan oleh mantel yang mendasari anomali

panas dibandingkan dengan jubah tempat lain. Mereka mungkin bulat panas, dan

memberikan banyak magma cair. Mereka mungkin berada di, dekat, atau jauh dari

batas lempeng tektonik. Ada dua hipotesis untuk menjelaskan mereka. Satu

menunjukkan bahwa mereka adalah karena bulu mantel panas yang naik karena

diapirs termal dari batas inti-mantel. Hipotesis lain mendalilkan bahwa tidak suhu

vii
tinggi yang menyebabkan vulkanisme, tapi ekstensi litosfer yang memungkinkan

pasif meningkatnya meleleh dari kedalaman dangkal. Hipotesis ini menganggap

istilah "hotspot" untuk menjadi sebuah ironi, menegaskan bahwa sumber mantel

bawah mereka, pada kenyataannya, tidak anomali panas sama sekali. Contoh

terkenal termasuk Hawaii dan Yellowstone.Contoh lain adalah kepulauan Hawaii,

di mana pulau menjadi semakin tua dan lebih mendalam terkikis ke arah barat

laut. Ahli geologi telah mencoba menggunakan rantai vulkanik hotspot untuk

melacak pergerakan lempeng tektonik bumi.

F. Continental Rifting

Gambar 10 : Zona continental rifting


Sumber : http://zullogist.blogspot.co.id/2013/05/7-busur-magmatisme.html

Continental Rifting adalah zona linear di mana kerak bumi dan litosfer sedang

ditarik terpisah dan merupakan contoh dari ekstensional tektonik. Fitur keretakan

khas depresi pusat linier downfaulted, disebut graben, atau lebih umum setengah

graben sesar normal dan uplifts keretakan-sayap terutama pada satu sisi. Dimana

perpecahan tetap berada di atas permukaan laut mereka membentuk sebuah

lembah celah yang dapat diisi oleh air membentuk danau keretakan. Sumbu
daerah keretakan mungkin berisi batuan vulkanik, dan gunung berapi aktif adalah

bagian dari banyak, tetapi tidak semua sistem keretakan aktif. Keretakan terjadi di

sepanjang poros tengah dari sebagian pegunungan di tengah laut, di mana kerak

samudera baru dan litosfer dibuat sepanjang batas divergen antara dua lempeng

tektonik.

Perpecahan/keretakan gagal dapat disebabkan oleh hasil dari benua rifting

yang gagal untuk melanjutkan ke titik break-up. Biasanya transisi dari rifting

menyebarkan berkembang di persimpangan tiga di mana tiga perpecahan

konvergen bertemu lebih dari hotspot. Dua dari ini berevolusi ke titik dasar laut

menyebar, sementara yang ketiga akhirnya gagal, menjadi aulacogen.

G. Continental Intraplate

Gambar 11 : Zona continental intraplate


Sumber : http://zullogist.blogspot.co.id/2013/05/7-busur-magmatisme.html

Continental intraplate ini juga terjadi pada zona hotspot tepatnya pada

lempeng continental. Dari peregerakan lempeng tersebut menjadikan kerak benua

mulai menipis namun magma tidak bisa keluar karena berada paling jauh dibawah

sehingga hanya terbentuk gunung. Dari lempeng continental yang terus bergerak

vii
maka terbentuk deretan pegunungan. Magma yang dihasilkan bersifat ultra basah

yang berasal dari astenosfer dalam bumi.


BAB III
AKTIFITAS DAN MEKANISME GUNUNG API

Gunung berapi atau gunung api secara umum adalah istilah yang dapat

didefinisikan sebagai suatu sistem saluran fluida panas (batuan dalam wujud cair

atau lava) yang memanjang dari kedalaman sekitar 10 km di bawah permukaan

bumi sampai ke permukaan bumi, termasuk endapan hasil akumulasi material

yang dikeluarkan pada saat meletus. Suatu gunung berapi merupakan bentukan

alam dari pecahan yang terjadi di kerak dari benda langit bermassa planet, seperti

Bumi, dimana patahan tersebut mengakibatkan lava panas, abu vulkanik dan gas

bisa keluar dari dapur magma yang terdapat di bawah permukaan bumi.

Gunungapi terbentuk akibat adanya pergerakan lempeng yang terus

menekan sejak jutaan tahun lalu hingga sekarang. Pengetahuan tentang gunungapi

berawal dari perilaku manusia dan manusia purba yang mempunyai hubungan

dekat dengan gunungapi. Hal tersebut diketahui dari penemuan fosil manusia di

dalam endapan vulkanik dan sebagian besar penemuan fosil itu ditemukan di

Afrika dan Indonesia berupa tulang belulang manusia yang terkubur oleh endapan

vulkanik.

Gunungapi terbentuk pada empat busur, yaitu busur tengah benua,

terbentuk akibat pemekaran kerak benua; busur tepi benua, terbentuk akibat

penunjaman kerak samudara ke kerak benua, busur tengah samudera, terjadi

akibat pemekaran kerak samudera dan busur dasar samudera yang terjadi akibat

terobosan magma basa pada penipisan kerak samudera.

Pengetahuan tentang tektonik lempeng merupakan pemecahan awal dari

teka-teki fenomena alam termasuk deretan pegunungan, benua, gempabumi dan

vii
gunungapi. Planet bumi mepunyai banyak cairan dan air di permukaan. Kedua

faktor tersebut sangat mempengaruhi pembentukan dan komposisi magma serta

lokasi dan kejadian gunung api.

III.1 Beberapa jenis lempeng

Gambar 12 : Jenis gerakan lempeng


Sumber : https://tsumasaga.files.wordpress.com/2013/01/lempeng1.jpg?w=788
Panas bagian dalam bumi merupakan panas yang dibentuk selama

pembentukan bumi sekitar 4,5 miliar tahun lalu, bersamaan dengan panas yang

timbul dari unsur radioaktif alami, seperti elemen-elemen isotop K, U dan Th

terhadap waktu. Bumi pada saat terbentuk lebih panas, tetapi kemudian mendingin

secara berangsur sesuai dengan perkembangan sejarahnya. Pendinginan tersebut

terjadi akibat pelepasan panas dan intensitas vulkanisme di permukaan.

Perambatan panas dari dalam bumi ke permukaan berupa konveksi, dimana

material-material yang terpanaskan pada dasar mantel, kedalaman 2.900 km di

bawah muka bumi bergerak menyebar dan menyempit disekitarnya. Pada bagian

atas mantel, sekitar 7-35 km di bawah muka bumi, material-material tersebut

mendingin dan menjadi padat, kemudian tenggelam lagi ke dalam aliran konveksi

tersebut.
III.2 Beberapa bentuk gunung di Indonesia

Gambar 13 : Tipe gunung dan erupsinya


Sumber : https://tsumasaga.files.wordpress.com/2013/01/gb0410.jpg

Litosfir termasuk juga kerak umumnya mempunyai ketebalan 70-120 km

dan terpecah menjadi beberapa fragmen besar yang disebut lempeng tektonik.

Lempeng bergerak satu sama lain dan juga menembus ke arah konveksi mantel.

Bagian alas litosfir melengser di atas zona lemah bagian atas mantel, yang disebut

juga astenosfir. Bagian lemah astenosfir terjadi pada saat atau dekat suhu dimana

mulai terjadi pelelehan, kosekuensinya beberapa bagian astenosfir melebur,

walaupun sebagian besar masih padat. Kerak benua mempunyai tebal. 35 km,

berdensiti rendah dan berumur 1-2 miliar tahun, sedangkan kerak samudera lebih

tipis 7 km, lebih padat dan berumur tidak lebih dari 200 juta tahun. Kerak benua

posisinya lebih di atas dari pada kerak samudera karena perbedaan berat jenis, dan

keduanya mengapung di atas astenosfir.

Pergerakan antar lempeng ini menimbulkan empat busur gunungapi berbeda :

1. Pemekaran kerak benua, lempeng bergerak saling menjauh sehingga

memberikan kesempatan magma bergerak ke permukaan, kemudian membentuk

busur gunungapi tengah samudera.

vii
2. Tumbukan antar kerak, dimana kerak samudera menunjam di bawah kerak

benua. Akibat gesekan antar kerak tersebut terjadi peleburan batuan dan lelehan

batuan ini bergerak ke permukaan melalui rekahan kemudian membentuk busur

gunungapi di tepi benua.

3. Kerak benua menjauh satu sama lain secara horizontal, sehingga menimbulkan

rekahan atau patahan. Patahan atau rekahan tersebut menjadi jalan ke permukaan

lelehan batuan atau magma sehingga membentuk busur gunungapi tengah benua

atau banjir lava sepanjang rekahan.

4. Penipisan kerak samudera akibat pergerakan lempeng memberikan kesempatan

bagi magma menerobos ke dasar samudera, terobosan magma ini merupakan

banjir lava yang membentuk deretan gunungapi perisai. Penampang diagram yang

memper lihatkan bagaimana gunungapi ter bentuk di permukaan melalui kerak

benua dan kerak samudera serta mekanisme peleburan batuan yangmenghasilkan

busur gunungapi, busur gunungapi tengah samudera, busur gunungapi tengah

benua dan busur gunungapi dasar samudera.

Gambar 14 : Rekonstruksi pembentukan gunungapi


Sumber : Sigurdsson, 2000
III.3 Bahaya Gunungapi

Bahaya letusan gunungapi dapat berpengaruh secara langsung (primer)

dan tidak langsung (sekunder) yang menjadi bencana bagi kehidupan manusia.

Bahaya yang langsung oleh letusangunungapi adalah :

1. Lelehan lava

lelehan lava merupakan cairan lava yang pekat dan panas dapat merusak

segala infrastruktur yang dilaluinya. Kecepatan aliran lava tergantung dari

kekentalan magmanya, makin rendah kekentalannya, maka makin jauh jangkauan

alirannya. Suhu lava pada saat dierupsikan berkisar antara 800-1200 C. Pada

umumnya di Indonesia, leleran lava yang dierupsikan gunungapi, komposisi

magmanya menengah sehingga pergerakannya cukup lamban sehingga manusia

dapat menghindarkan diri dari terjangannya.Leleran lava dapat merusak segala

bentuk infrastruktur.

2. Aliran piroklastik (awan panas)

Aliran piroklastik dapat terjadi akibat runtuhan tiang asap erupsi plinian,

letusan langsung ke satu arah, guguran kubah lava atau lidah lava dan aliran pada

permukaan tanah (surge). Aliran piroklastik sangat dikontrol oleh gravitasi dan

cenderung mengalir melalui daerah rendah atau lembah. Mobilitas tinggi aliran

piroklastik dipengaruhi oleh pelepasan gas darimagma atau lava atau dari udara

yang terpanaskan pada saat mengalir. Kecepatan aliran dapat mencapai 150-250

km/jam dan jangkauan alirandapat mencapai puluhan kilometer walaupun

bergerak di atas air/laut. Awan panas Gunung Merapi (Badan Geologi) Awan

vii
panas mempunyai mobilitas dan suhu tinggi sangat berbahaya bagi penduduk

sekitar gunungapi.

Gambar 15 : awan panas


Sumber : https://swarabumi.files.wordpress.com/2010/11/picture1.jpg

3. Jatuhan piroklastik

Jatuhan piroklastik terjadi dari letusan yang membentuk tiang asap cukup

tinggi, pada saat energinya habis, abu akan menyebar sesuai arah anginkemudian

jatuh lagi ke muka bumi. Hujan abu ini bukan merupakan bahaya langsung bagi

manusia, tetapi endapan abunya akan merontokkan daun-daun dan pepohonan

kecil sehingga merusak agro dan pada ketebalantertentu dapat merobohkan atap

rumah. Sebaran abu di udara dapatmenggelapkan bumi beberapa saat serta

mengancam bahaya bagi jalur penerbangan. Hujan abu dapat merusak tanaman,

merobohkan rumah, mengganggu pernafasan dan membahayakan jalur

penerbangan pesawat.
4.Lahar letusan

Lahar letusan terjadi pada gunungapi yang mempunyai danau kawah. Apabila

volume air alam kawah cukup besar akan menjadi ancamanlangsung saat terjadi

letusan dengan menumpahkan lumpur panas.

5. Gas vulkanik beracun

Gas beracun umumnya muncul pada gunungapi aktif berupa CO, CO2,

HCN, H2S, SO2 dll, pada konsentrasi di atas ambang batas dapat membunuh

manusia.

vii
BAB IV
MATERIAL ERUPSI GUNUNGAPI

IV.1 Batuan Instrusi

Dalam geologi, sebuah intrusi adalah sebuah batuan beku yang telah

menjadi kristal dari sebuah magma yang meleleh di bawah permukaan Bumi.

Magma yang membeku di bawah tanah sebelum mereka mencapai permukaan

bumi dinamakan pluton, dari nama Pluto, Dewa Romawi dunia bawah tanah.

Dalam artian lain, batuan beku intrusi adalah batuan yang membeku di

dalam permukaan bumi, atau dengan kata lain disebut batuan beku dalam atau

batuan beku plutonik. Kenampakannya dicirikan oleh kristal-kristalnya yang

berukuran besar karena pembekuan yang berlangsung sangat lambat (bisa

mencapai jutaan tahun lamanya), mengakibatkan permukaan batuan

menjadi kasar. Intrusi terjadi ketika magma yang mempunyai sifat volatil

(sehingga massa jenis kecil) terdorong ke atas sehingga menerobos batuan

disekitarnya karena menemukan ruang berupa retakan ataupun bidang lemah

lainnya pada batuan. Pada intrusi sering dijumpai fragmen batuan yang masuk ke

dalam batuan lain. Kenampakan itu disebut Xenolit. Jika fragmen tersebut berupa

Kristal, maka disebut Xenokris.

Struktur batuan beku intrusi berdasarkan kedudukannya terhadap

perlapisan batuan disekitarnya, dapat dibedakan menjadi diskordan (memotong

perlapisan di sekitarnya) dan konkordan (sejajar perlapisan batuan di sekitarnya).

dalam pembagiannya dapat dilihat dalam intrusi magma antara lain yaitu :
A. Diskordan

Diskordan adalah salah satu tipe intrusi batuan beku dimana intrusi ini memotong

perlapisan batuan di sekitarnya. Macam-macam intrusi dengan tipe diskordan

adalah:

a. Batolit

Gambar 16 : Bentuk batolit


Sumber : https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/_bg_090404.jpg

Tubuh intrusi yang mempunyai ukuran sangat besar, yaitu >100 km2 dan

membeku pada kedalaman yang sangat besar. Kata batolith berasal dari bahasa

Yunani bathos yang artinya dalam dan lithos yang artinya batu. Batolith hampir

selalu memiliki komposisi jenis batuan asam dan intermediet, seperti granit,

monzonit kuarsa, atau diorite. Meskipun tampak seragam, batolith sebenarnya

mempunyai struktur dengan sejarah yang komplek dan komposisi yang beragam.

Batolith dapat dibedakan dengan batuan beku yang ada di sekitarnya dengan

beberapa kriteria seperti umurnya, komposisi, tekstur maupun strukturnya.

Batolith dapat tersingkap ke permukaan bumi dari kedalaman yang sangat besar

dengan dua proses yaitu jika lapisan di atasnya terkena gaya eksogen berupa erosi

vii
yang lama kelamaan akan menyingkapkan batolith tersebut, juga karena gaya

endogen yaitu berapa pengangkatan. Contoh batolith yang terkenal adalah batolith

yang tersingkap di Sierra Nevada (USA) yang berkomposisi batuan granit.

b. Stock

Gambar 17 : Sketsa stock


Sumber : https://medlinkup.files.wordpress.com/2010/11/picture1.jpg

Stock adalah salah satu batuan intrusive yang mempunyai kenampakan

seperti batolith, yaitu bentuknya tidak beraturan, tetapi dimensinya lebih kecil

yaitu kurang dari 10 km2. Stock merupakan penyerta tubuh suatu batolith atau

bagian atas dari batolith.

c. Dike

Intrusi dike berkomposisi basaltic merupakan suatu tubuh intrusi yang

memotong perlapisan batuan di sekitarnya. Dike mempunyai bentuk tabular atau

memanjang. Intrusi dike adalah suatu tubuh batuan beku yang mempunyai

perbandingan aspek yang sangat besar. Ini berarti bahwa ketebalannya biasanya

akan lebih kecil dari dua dimensi lainnya. Ketebalannya bisa bervariasi antara

beberapa sentimeter sampai meter, dan panjangnya bisa ratusan meter


Gambar 18 : Bentuk Dike
Sumber : http://www.oldearth.org/curriculum/geology/images/Dike_Cross-
Island_Trail_Alaska.jpg

Tekstur dan komposisi dike dapat bervariasi dari diabas atau basaltik

sampai granitik atau riolitik, tapi yang paling banyak dijumpai adalah

berkomposisi basaltik. Dike bisa disebut pegmatit apabila kristal yang ada di

batuan tersebut berukuran sangat kasar, dengan ukuran beberapa cm sampai 10

meter.

d. Leher Vulkanik (vulkanik neck) atau diatrema

Gambar 19 : Bentuk leher vulkanik


Sumber : http://www.internetdict.com/uploads/related_images/2016/01/18/volcanic-neck_1.jpg

vii
Leher vulkanik yang tersingkap di permukaan bumi dan terus mengalami

erosi pada Pipa gunung api di bawah kawah yang mengalirkan magma ke pipa

kepundan. Kemudian setelah batuan yang menutupi di sekitarnya tererosi, maka

batuan beku yang bentuknya kurang lebih silindris dan menonjol dari topografi

disekitarnya.

Konkordan

Konkordan adalah tubuh batuan beku intrusif yang sejajar dengan perlapisan

batuan di sekitarnya.

a. Sill

Tubuh batuan intrusif yang berupa lembaran dan sejajar dengan perlapisan batuan

di sekitarnya. Sill akan menyisip di antara bidang lemah pada batuan, sebagai

contoh pada bidang perlapisan pada batuan sedimen atau foliasi pada batuan

metamorf. Ciri kenampakan Sill di lapangan adalah adanya efek terbakar pada

bagian atas dan bawah batuan yang diintrusi. Karena magma yang sangat cair

adalah salah satu yang paling dibutuhkan pada pembentukan sill, maka sill sering

ditemukan berkomposisi basaltik.

Gambar 20 : Bentuk sill


Sumber : http://ebhsearthscience.wikispaces.com/file/view/montana.jpg/5141/montana.jpg
Sill sering ditemukan mengandung banyak mineral berharga seperti emas,

platina, chrom, dan elemen jarang lainnya

b. Laccolith

Gambar 21 : Bentuk laccolith


Sumber : http://volcano.oregonstate.edu/vwdocs/volc_images/north_america/Bear_Butte.jpg

Tubuh batuan intrusi yang berbentuk cembung, dimana perlapisan batuan

yang semula datar menjadi melengkung karena terdesak oleh intrusi ini,

sedangkan bagian bawahnya tetap datar. Diameter berkisar antara 2 sampai 4 mil

dengan kedalaman mencapai ribuan meter. Bentuk laccolith bisa cembung karena

saat menyusup tekanan magma cukup besar. Laccolith cenderung terbentuk pada

tempat yang dangkal dan viskositas magma besar, dan berkomposisi seperti

magma pembentuk diorite, granodiorit, dan granit.

c. Lopolith

Tubuh batuan intrusi yang berbentuk cekung. Lopolith mempunyai

diameter yang lebih besar dari Lopolith yaitu dari puluhan sampai ratusan

kilometer dengan kedalaman ribuan meter.

vii
Gambar 22 : Sketsa lapolith
Sumber : http://www.tulane.edu/~sanelson/images/lopolith.gif

Lopolith biasanya mempunyai komposisi basaltic, sehingga massa jenis

besar dan cenderung menempati bagian cekungan

d. Paccolith

Gambar 23 : Bentuk paccolith


Sumber : http://formontana.net/cb2015.jpg

Tubuh batuan beku yang menempati sinklin atau antiklin yang telah

terbentuk sebelumnya. Ketebalannya berkisar antara ratusan sampai ribuan

kilometer.
IV.2 Lava

Lava adalah magma yang keluar dari tubuh gunung api dan bersifat panas.

Setiap gunung api memiliki karakteristik jenis lava yang berbeda. Berdasarkan

komposisi dan sifat fisik dari magma asalnya, sifat eksternal lava seperti cara

mengalir, struktur lava setelah membeku dan sebarannya, lava dapat

dikelompokan ke dalam 3 jenis yaitu:

1. Lava tipe basalt

2. Lava tipe andesit

3. Lava tipe rhyolite

Lava basalt merupakan lava yang banyak dikeluarkan dari magma yang

berkomposisi mafic, bersuhu tinggi dan memiliki viskositas (kekentalan) yang

rendah. Lava ini mudah mengalir mengikuti lembah dan menyebar hingga jarak

yang sangat jauh. Contoh gunung api yang mengeluarkan lava jenis ini adalah

Gunung Kilauea dan Maona Loa di Kepulauan Hawaii, dan Gunung api di

Islandia. Di Hawaii jenis lava ini sering disebut Pahoehoe (tali) oleh masyarakat

sekitar, karena bentuknya yang menyerupai sebuah tali. Lava basalt pada saat

akan membeku seringkali membentuk struktur tiang dan penampang segilima

(Columnar jointing).

vii
Gambar 24 : Lava basalt
Sumber : https://1.bp.blogspot.com/-i1YQP-
SQGu4/UbZ0ymLwN6I/AAAAAAAACnc/4VOmaI78ADI/s1600/AS_05262004_212045_1527.j
pg

Lava andesit merupakan lava yang memiliki komposisi antara basalt dan

rhyolite atau sering disebut juga intermediate. Lava andesit memiliki ciri kental

dan tidak mampu mengalir jauh dari pusat erupsi. Pada saat membeku lava jenis

ini dapat membentuk struktur seperti tiang, bantal tapi jarang membentuk struktur

Pahoehoe.

Gambar 25 : Lava andesit


Sumber : https://1.bp.blogspot.com/-DL-
cE2COEUE/UbZ1iOS2UvI/AAAAAAAACnk/GaNbHDRUAoI/s1600/24-
Stewart_Peak_andesite.jpg
Lava rhyolite merupakan lava yang bersifat sangat kental dan jarang sekali

dijumpai mencapai permukaan bumi karena sudah membeku dibawah permukaan

bumi sebelum terjadi erupsi.

Gambar 26 : Lava rhyolite


Sumber : https://2.bp.blogspot.com/-
CrrOS04WVms/UbZ2_9WBfII/AAAAAAAACoA/swkl2lmgf24/s1600/folded_rhyolite.JPG

vii
BAB V
ANALISIS BATUAN GUNUNGAPI

V.1 Analisis Petrografi

Petrografi adalah cabang petrologi yang berfokus pada deskripsi rinci dari

batuan. Seseorang yang mempelajari petrografi disebut petrografer. Kandungan

mineral dan hubungan tekstur dalam batuan dijelaskan secara rinci. Klasifikasi

batuan didasarkan pada informasi yang diperoleh selama analisis petrografi.

Deskripsi petrografi dimulai dengan catatan lapangan di singkapan dan mencakup

deskripsi makroskopik spesimen tangan. Namun, alat yang paling penting bagi

petrografer adalah mikroskop petrografi. Analisis rinci dari mineral dengan

mineralogi optik dari sayatan tipis dan mikro-tekstur dan struktur sangat penting

untuk memahami asal-usul batuan.

Analisis mikroskrop elektron dari butir individu serta analisis kimia batuan

keseluruhan oleh resapan atom atau fluoresensi sinar x digunakan di laboratorium

petrografi modern. Butiran mineral individu dari sampel batuan juga dapat

dianalisis dengan difraksi sinar-X ketika sarana optik tidak mencukupi. Analisis

inklusi fluida mikroskopis dalam butiran mineral dengan tahap pemanasan pada

mikroskop petrografi memberikan petunjuk mengenai kondisi suhu dan tekanan

selama pembentukan mineral.

V.1.1 Petrografi Batuan Piroklastik

Batuan Piroklastik merupakan batuan gunungapi bertekstur klastika

sebagai hasil letusan gunungapi dan langsung dari magma pijar. Piroklastik

merupakan fragmen yang dibentuk dalam letusan volkanik, dan secara khusus

menunjuk pada klastika yang dihasilkan dari magmatisme letusan.


Dalam mempelajari batuan piroklastik kita tidak dapat lepas dari

mempelajari bagaimana mekanisme pembentukan dan karakteristik endapan

piroklastik. Tekstur batuan piroklastik pada sayatan petrografi ada 5 (lima) antara

lain sebagai berikut :

1. Volcanic breccia

Merupakan breksi yang terdiri atas fragmen dari berbagai bahan

vulkanik.

Gambar 27 : Sayatan tipis volcanic breccia


Sumber : http://2.bp.blogspot.com/-
akR_pxYR1ho/VqbYdUGaeiI/AAAAAAAAAzo/DOly2pDZxkY/s1600/Volcanic%2BBr
eccia.jpg

2. Spherulites

Merupakan massa kristal yang memancar dalam matriks gelas,

terdiri dari alkali feldspar dan beberapa polimorf silika, kenampakan

dalam syatan tipis berupa objek bulat dengan persilangan hitam.

vii
Gambar 28 : Sayatan tipis spherulites
Sumber : http://3.bp.blogspot.com/-
mq2uZ21KYqQ/VqbYt4OE2GI/AAAAAAAAAzw/zgJcWzhqTsQ/s1600/Shperulites.jpg

3. Vitrophyre

Merupakan nama lain dari obsidian bearing fenokris, pada sayatan

tipis sebagian besar fenokris adalah plagioklas dan massa dasar berupa

kaca obsidian.

Gambar 29 : Sayatan tipis vitrophyre


Sumber : http://4.bp.blogspot.com/-
dFxhRa9vfmQ/VqbY_oBE0KI/AAAAAAAAAz4/6DrsTLvVI8o/s1600/Vitrophyre.jpg

4. Poorly-welded tuff, kenampakan dari tekstur ini adalah pecahan-pecahan

glass yang telah mengalami deformasi.


Gambar 30 : Sayatan tipis poorly-welded tuff
Sumber : http://1.bp.blogspot.com/-
6gPqjkp0WLw/VqbZPvNZETI/AAAAAAAAA0A/lACay5Dmsgc/s1600/Poorly-
welded%2Btuff.jpg

5. Lightly-compacted tuff, kenampakan dari sayatan tipis pada tekstur ini

adalah kebalikan dari Poorly-welded tuff dimana pecahan-pecahan glass

belum mengalami deformasi

Gambar 31 : Sayatan tipis lightly-compacted tuff


Sumber : http://2.bp.blogspot.com/-
XQFFx19FzlI/VqbZe0lkyKI/AAAAAAAAA0I/x1ijwyAcnkg/s1600/Lighty-
compact%2Btuff.jpg

V.1.2 Klasifikasi Dan Penamaan Batuan Piroklastik

Beragam klasifikasi piroklastik telah diusulkan oleh para ahli, yang masing-

masing mempunyai dasar klasifikasi sendiri-sendiri. Namun secara umum dapat

vii
disimpulkan bahwa mereka sepakat memberi nama piroklastik , dari mulai yang

paling halus hingga yang sangat kasar, berkisar dari abu hingga bom. Meskipun

dasar penamaan adalah ukuran butir , tetapi tetap saja tidak ada keseragaman

dalam ukuran besar butirnya. Salah satu contoh klasifikasi penamaan batuan

piroklastik adalah menurut Tunner & Gilbert, 1954.

Klasifikasi Menurut H. William F.J Tunner Dan C.M Gilbert (1954).

William F.J Turner Dan C.M Giblert (1954) berdasarkan ukuran butir, membagi

piroklastik menjadi bom dan bongkahan apabila ukurannya lebih besar dari

32mm, lapili (4-32mm) dan abu (<4mm) . Bom merupakan bahan lepas yang

padat saat dikeluarkan sudah berupa bahan padat akan membentuk endapan breksi

gunung api.

Tabel : 1 Klasifikasi Menurut H. William F.J Tunner Dan C.M Gilbert


(1954)
Sumber : https://elangnaga.wordpress.com/2014/01/26/petrografi-batuan-
beku-fragmental-piroklastik/

Size UNCONSOLIDATED CONSILDATED

Bomb Angglomerat

> 23 Block Volcanic Breciass

Block and ashes Tuff Breceiass

Lapili Lapili
4 - 32
Cinder (vecikuler) Cindey lapili tuft

-4 Coarse Ash Coarse Tuft

< Asg or volcanic dust Tuft

Tabel : 2 Klasifikasi batuan piroklastik berdasarkan ukurannya (Schmid, 1981)


Sumber : https://elangnaga.wordpress.com/2014/01/26/petrografi-batuan-beku-
fragmental-piroklastik/

Endapan piroklastik

Ukuran Piroklas Tefra(tidak Batuanpiroklastik

terkonsolidasi) (terkonsolidasi)

Lapisan bom/blok
>64 mm Bom, blok Aglomerat, breksi piroklastik
Tefra bom atau blok

Lapisan lapili atau


2 - 64 mm Lapili Batulapili (lapilli stone)
Tefra lapili

Abu/debu
1/16 - 2 mm Abu kasar Tuf kasar
kasar

Abu/debu
<1/16 mm Abu/debu halus tuf halus
halus

Berdasarkan terbentuknya, fragmen piroklastik dapat dibagi menjadi:


1. Juvenile pyroclasts : hasil langsung akibat letusan, membeku dipermukaan
(fragmen gelas, kristal pirojenik)
2. Cognate pyroclasts : fragmen batuan hasil erupsi terdahulu (dari
gunungapi yang sama)
3. Accidental pyroclasts : fragmen batuan berasal dari basement (komposisi
berbeda)
Fragmen: Gelas/Amorf, Litik, dan Kristalin

V.2 Analisis Geokimia


Geokimia adalah sains yang menggunakan prinsip dan teknologi bidang

kimia untuk menganalisis dan menjelaskan mekanisme di balik sistem geologi

seperti kerak bumi dan lautan yang berada di atasnya.

vii
V.2.1 Pengeplotan Data Geokimia

Total alkali - diagram silika :

Gambar 32 : Diagram silika


Sumber : https://learning.uonbi.ac.ke/courses/SGL301/scormPackages/path_2/ultrabasin.JPG

plot ini, yang berguna untuk klasifikasi batuan vulkanik, juga berguna

untuk membedakan antara dua jenis magma induk (atau seri batuan magmatik

atau tren), bersifat alkali dan tholeiitic. magma bersifat alkali diproduksi oleh

pencairan sebagian pada kedalaman yang cukup besar dan berdiferensiasi menjadi

kelompok tertentu dari batu, dengan yang paling dibedakan jarang, jika pernah,

menjadi SiO2 jenuh. magma Tholeiitic terbentuk pada kedalaman dangkal dan

dapat membedakan dengan rhyolites SiO2 jenuh.

V.2.2 Analisis Kimia Isotop dan REE

Diagram diskriminasi tektonik :


Gambar 33 : Diagram diskriminasi tektonik
Sumber : Godangs & fadlin, 2016

Diagram ini digunakan untuk mengetahui tatanan tektonika batuan


berdasarkan unsur kimia yang dikandungnya dan untuk mengetahui transisi antar
tatanan tektonik batuan, tatanan tektonika baik dari mid oceanic ridge basalt,
within plate basalts, dan lainnya. Pengeplotan dari data nb/zr (ppm) dan th/zr
(ppm), dimana dari titik temu kedua garis tersebut menjadi data tektonikanya.
Serta mengetahui komposisi batuan pada tatanan tektonika yang didapat.

vii
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan

Vulkanologi Ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang kegunungapian

baik proses terbentuknya maupun hal-hal lain dan segala sesuatu yang

berhubungan dengan batuan beku serta kandungan meneral-mineralnya.

Vulkanisme Gejala aktivitas magma sejak terbentuk di dalam bumi, keadaannya,

gerakan-gerakannya dan hasil kegiatannya baik dibawah permukaan ataupun

diatas permukaan bumi.

Tektonisme adalah proses yang terjadi akibat pergerakan, pengangkatan,

lipatan dan patahan pada struktur tanah di suatu daerah. Yang di maksud lipatan

adalah bentuk muka bumi hasil gerakan tekanan secara horizontal yang

menyebabkan lapisan permukaan bumi menjadi berkerut dan melipat.

Magmatisme adalah seluruh kegiatan magma, mulai dari saat peleburan,

proses ketika magma naik ke permukaan bumi, sampai membeku membentuk

batuan. Dan membentuk 7 (tujuh) busur magmatik, Zona Subduksi, MOR (Mid

Oceanic Ridge), Back arc basin, Island Arc (Busur Kepulauan), Hotspot Zone,

Continental Rifting, dan Continental Intraplate

Gunung berapi atau gunung api secara umum adalah istilah yang dapat

didefinisikan sebagai suatu sistem saluran fluida panas (batuan dalam wujud cair

atau lava) yang memanjang dari kedalaman sekitar 10 km di bawah permukaan

bumi sampai ke permukaan bumi, termasuk endapan hasil akumulasi material

yang dikeluarkan pada saat meletus.


batuan beku intrusi adalah batuan yang membeku di dalam permukaan

bumi, atau dengan kata lain disebut batuan beku dalam atau batuan beku plutonik.

dapat dibedakan menjadi diskordan (memotong perlapisan di sekitarnya) dan

konkordan (sejajar perlapisan batuan di sekitarnya).

Lava adalah magma yang keluar dari tubuh gunung api dan bersifat panas.

Setiap gunung api memiliki karakteristik jenis lava yang berbeda. Tipe-tipe lava.

Lava tipe basalt, Lava tipe andesit, Lava tipe rhyolite

Petrografi Batuan Piroklastik secara teksturnya dibagi menjadi 4 (empat).

Volcanic breccia, Spherulites, Vitrophyre, Poorly-welded tuff, dan Lightly-

compacted tuff

Geokimia adalah sains yang menggunakan prinsip dan teknologi bidang

kimia untuk menganalisis dan menjelaskan mekanisme di balik sistem geologi

seperti kerak bumi dan lautan yang berada di atasnya. Dalam geologi dipakai

analisis geokimia dengan diagram silica dan Diagram diskriminasi tektonik

VI.2 Saran

Saya berharap agar ditambahkan alat-alat praktikum dan mohon dilengkapi

lagi serta guna menambah lebih banyak referensi penunjang dalam pembelajaran

karena masih banyak yang kurang, baik dari ilmu vulkanologi, serta tektonikanya.

Dan juga mohon para asdos dapat bekerjasama lebih baik lagi dan lebih kompak.

vii
DAFTAR PUSTAKA

Pararas-Carayannis, G., 1997. Some of the World's Greatest Disasters, Bombay


Press., India, 243 h.
Sartono, S., Hardjasasmita, S., Zaim, Y., Nababan, U.P., dan Djubiantono,
T.,1978. Sedimentasi Daerah Patiayam, Jawa Tengah.Berita Pusat
Penelitian Arkeologi, 19, h.1-21.
Syarifudin, M.Z., dan Hadian, R., 1977. Laporan lapangan pemeriksaan G.
Sumbing, Jawa Tengah. BPPTK DIY, Tidak dipublikasikan.
Suwarti, T. dan Wikarno, 1992. Peta Geologi Lembar Kudus skala 1:100.000.Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung

https://tsumasaga.wordpress.com/2013/01/08/915/
( Diakses Jam 20.05 wib, tanggal 05 desember 2016 )
http://geoenviron.blogspot.co.id/2012/10/batuan-beku-intrusif.html
( Diakses Jam 20.16 wib, tanggal 05 desember 2016 )
https://geograph88.blogspot.co.id/2013/06/tipe-lava-gunung-api.html
( Diakses Jam 20.25 wib, tanggal 05 desember 2016 )
https://elangnaga.wordpress.com/2014/01/26/petrografi-batuan-beku-fragmental-
piroklastik/
( Diakses Jam 20.45 wib, tanggal 05 desember 2016 )
http://mentarigeologi.blogspot.co.id/2016/01/petrografi-batuan-piroklastik.html
( Diakses Jam 20.52 wib, tanggal 05 desember 2016 )
https://learning.uonbi.ac.ke/courses/SGL301/scormPackages/path_2/61_elements
_on_the_earths_crust.html
( Diakses Jam 21.00 wib, tanggal 05 desember 2016 )
vii

Anda mungkin juga menyukai