Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

Pada bab pertama ini penulis mengemukakan mengenai pendahuluan

yang terdiri dari lima subbab, yaitu tentang latar belakang masalah, maksud dan

tujuan dari penyusunan skripsi ini, letak lokasi dan kesampaian daerah,tahapan

penelitian, sampai pada peneliti terdahulu yang digunakan sebagai acuan dalam

menyusun draft skripsi ini. Berikut ini akan dijabarkan mengenai penjelasan dan

isi dari subbab tersebut.

I.1. Latar Belakang

Daerah Penelitian terletak di daerah Kecamatan Manyaran dan sekitarnya,

Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah. Secara fisiografis daerah penelitian

merupakan bagian dari Pegunungan Selatan yang terekspresikan dengan

pegunungan dan dataran-dataran tinggi.

Penelitian ini didasari adanya ketertarikan pada morfologi daerah

penelitian yang sangat berpotensi untuk terjadi tanah longsor. Hal ini juga

dibuktikan dengan telah terjadinya bencana tanah longsor yang terjadi pada

daerah penelitian yang menimbulkan cukup banyak kerugian hingga memakan

korban jiwa. Didasari oleh keadaan itu maka perlu dilakukan adanya tindakan

pencegahan dan perencanaan yang baik untuk menghindari atau mengurangi

kerugian yang timbul akibat bencana tersebut.

Bencana tanah longsor hampir setiap musim hujan menjadi ancaman bagi

masyarakat Indonesia, termasuk yang tinggal di wilayah Kabupaten Wonogiri,

Jawa Tengah, khususnya Kecamatan Manyaran dan sekitarnya. Hal ini


dipengaruhi oleh kondisi geologi di daerah tersebut, terdiri dari litologi berupa

material gunung api, yang memiliki kemiringan lereng curam. Pada lereng curam

tersebut sering kali terdapat bidang lemah yang terbentuk di antara batuan segar

yang kedap air dengan tanah pelapukan yang lebih poros, sehingga berpotensi

menjadi bidang gelincir. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis

gerakan massa berdasarkan data primer dan data sekunder.

I.2. Maksud dan Tujuan

Maksud pemetaan geologi adalah untuk memenuhi persyaratan akademik

tingkat Sarjana pada Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral,

Institus Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi geologi

permukaan yang mencakup aspek geomorfologi, litologi, stratigrafi dan struktur

geologi yang pada akhirnya dapat digunakan untuk menentukan sejarah geologi

dan aspek-aspek geologi lingkungan serta mengevaluasi data geologi peneliti

pendahulu pada daerah penelitian.

I.3. Letak, Luas dan Kesampaian Daerah

Secara administratif, daerah penelitian terletak kurang lebih 89 km kearah

timur dari kota Yogyakarta, terletak pada Kabupaten Wonogiri. Secara geografis

daerah penelitian terletak pada posisi 7° 52’ 30” LS – 7° 57’ 30” LS dan 110° 45’

00” BT – 110° 50’ 30” BT Indeks lokasi penelitian dapat dilihat pada gambar 1.

Daerah penelitian mempunyai skala peta 1 : 25.000, terletak pada nomor lembar

peta RBI 1408-321 (Eromoko), dengan luas daerah penelitian adalah 9 km × 9 km

atau sama dengan 81 km2.


U
B T
S

Gambar 1.1. Peta indeks dan lokasi daerah penelitian (Bakorsutanal, 2001)

Daerah penelitian dapat dicapai dengan menggunakan kendaraan bermotor

tetapi di beberapa tempat seperti jalan setapak dan curam hanya dapat ditempuh

dengan berjalan kaki.

1.4 Batasana Masalah

Permasalahan penelitian ini dibagi menjadi 2, yaitu permasalhan dalam

pemetaan geologi dan permasalahan khusus mengenai identifikasi kerentanan

gerakan massa di daerah penelitian. Identifikasi yang dilakukan meliputi :

1. analisis kemiringan lereng

2. analisis litologi pengontrol

I.5. Tahapan Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti membagi tahapan penelitian menjadi 4 tahap

besar. Tahapan-tahapan tersebut antara lain studi pustaka, penelitian lapangan,

penelitian laboratorium, dan penulisan draft laporan serta pembuatan peta. Dari

keempat tahapan berikut hasilnya akan saling berkaitan dan saling melengkapi

baik dari isi dan susunannya.


1.5.1 Tahap pendahuluan

Sebelum memulai penelitian memang sudah seharusnya dilakukan studi

pustaka. Studi pustaka dilakukan dengan tujuan untuk mempelajari segala sesuatu

yang berhubungan dengan daerah penelitian yang akan dilakukan. Pencarian data

sekunder dapat diperoleh dari interpretasi peta topografi, pembuatan peta geologi

tentative, dan pembuatan peta geomorfologi tentative serta dapat dilakukan

dengan citra penginderaan jauh baik dari foto udara maupun dari citra satelit dan

studi data regional.

Meskipun penelitian ini pada dasarnya adalah penelitian yang

mengutamakan data faktual yang di dapatkan di lapangan namun penelitian ini

tetap memperhatikan hasil dari peneliti-peneliti terdahulu yang telah

melaksanakan penelitian di daerah penelitian untuk mempermudah dalam

pelaksanaan pemetaan geologi secara cepat dan tepat.

1.5.2 Tahap penelitian lapangan

Penelitian lapangan dibagi menjadi beberapa tahap urutan pelaksanaan,

yaitu perencanaan lintasan, jalur jalan atau sungai, pembuatan stratigrafi terukur,

pemetaan detil, pengambilan data struktur geologi dan interpolasi batas satuan

batuan.

A. Perencanaan lintasan

Perencanaan lintasan dilakukan dengan melakukan interpertasi

peta, baik RBI maupun peta topografinya. Selain itu perencanaan lintasan

juga dipertimbangkan dengan interpertasi medan dari penginderaan jauh

melalui citra satelit.


B. Jalur jalan atau sungai

Lintasan tersebut dapat melalui jalur jalan yang telah tersedia dan

apabila memungkinkan untuk melalui jalur sungai, maka hal itu akan lebih

baik dilakukan karena singkapan yang terdapat di sungai merupakan

singkapan hasil dari pengelupasan soil oleh air. Tahap ini disertai dengan

pengeplotan jalur yang akan digunakan untuk pengambilan sample batuan

dan analisis lainnya yang dianggap perlu untuk memperkuat data

penelitian.

C. Pembuatan stratigrafi dan penampang stratigrafi terukur (measuring

section)

Pembuatan stratigrafi dan stratigrafi terukur bertujuan untuk

mengetahui susunan setiap batuan, ketebalan masing-masing satuan

batuan, lokasi kontak antara satuan batuan, penentuan proses sedimentasi,

interpretasi sejaran geologi, penentuan lingkungan pengendapan, dam

membantu dalam memecahkan masalah-masalah geologi.

D. Pemetaan detil

Pelaksanaan pemetaan detil dilakukan dengan pencarian data

litologi, struktur geologi, lokasi lereng dekat areal pemukiman maupun

konstruksi bangunan, mataair dan pengeplotan lokasi pada peta topografi.

Pencarian data tersebut disertai dengan pengeplotan data litologi, dan

pengambilan sampel soil yang akan dianalisis di laboratorium sesuai

kebutuhan, pengambilan foto struktur geologi, struktur sedimen, litologi,

bentangalam, bahan-bahan galian, sesumber, bencana alam, dan segala


sesuatu yang berkaitan dengan penelitian serta data lain yang dianggap

perlu dan mendukung penelitian ini.

E. Interpolasi batas satuan batuan

Dari hasil pemetaan detil, dengan pengeplotan data pada setiap

stasiun pengamatan dan lokasi pengamatan, selanjutnya dibuat interpolasi

batas satuan batuan dengan menghubungkan setiap titik yang mempunyai

ciri-ciri satuan batuan yang sama dengan berpedoman pada stratigrafi

terukur yang telah dibuat

F. Pembuatan sayatan geologi

Pembuatan sayatan geologi bertujuan untuk membuat interpretasi

bawah permukaan yang termasuk di dalamnya adalah lapisan batuan serta

struktur geologi. Selain itu, sayatan juga bertujuan untuk mengetahui

urutan batuan dari tua ke muda dan ketebalan lapisan batuan, sehingga

dapat dibuat legenda pada peta geologi.

1.5.4 Tahap penelitian di laboratorium

Penelitian laboratorium dilakukan selama dan setelah penelitian lapangan

selesai. Penelitain ini berupa analisis petrografi, mikropaleontologi, analisis

geologi teknik. Analisis geologi teknik yaitu sifat fisik tanah dan mekanik tanah.

Sifat fisik tanah berupa berat isi tanah, berat isi kering, kadar air. Sedangkan sifat

mekanik tanah seperti uji geser langsung (direct shear test)


1.5.3 Tahap penyusunan draft laporan

Tahap ini merupakan tahap pelaporan akhir dari semua data yang telah di

dapatkan dari lapangan dan selanjutnya di analisis di laboratorium. Tahap ini

termasuk di dalamnya adalah pembuatan peta geologi, geomorfologi dan peta

lintasan termasuk juga pembuatan kolom stratigrafi terukur.

I.6 Bagan Alir Penelitian

Proses penelitian geologi secara garis besar dari penentuan daerah hingga

pembuatan laporan, dapat dibuat bagan alir sebagai berikut:

Gambar 1.2. Bagan alir penelitian (Penulis, 2018)


I.7. Peralatan dan Bahan Penelitian

Peralatan dan bahan yang akan digunakan selama mengadakan penelitian

di lapangan dan di laboratorium adalah; peta topografi skala 1 : 25.000, peta rupa

bumi skala 1 : 25.000 lembar Eromoko (1408-321), kompas geologi tipe Brunton

sistem azimut 0o-360o, GPS merk Garmin tipe 78 S, palu geologi batuan beku dan

sedimen merk Estwing, loupe dengan pembesaran 20x, larutan HCl 0,1 N, kamera

digital, pita ukur 50 m, alat tulis, kantong sampel batuan, mikroskop polarisasi

merk Olympus dengan pembesaran 40x, mikroskop binokuler dengan pembesaran

10x dan 20x, mesh 40, 60, 80, 100, 150, 200 dan kuas untuk mengayak fosil

mikro, seperangkat komputer, perlengkapan pribadi, obat-obatan.

I.8. Peneliti Terdahulu

Geologi daerah penelitian dan daerah sekitarnya telah banyak diteliti oleh

peneliti-peneliti pendahulu, antara lain:

A. Asikin, (1947), membahas tentang struktur geologi secara regional daerah

Jawa Tengah dan sekitarnya, dalam bukunya “Evolusi Geologi Jateng dan

sekitarnya Ditinjau dari Segi Tektonik Dunia yang Baru”.

B. Surono dkk. (1992) dalam deskripsi “Geologi Lembar Surakarta –

Giritontro, Jawa” menyebutkan bahwa daerah Lembar Surakarta –

Giritontro pada Oligosen Akhir terbentuk suatu cekungan yang tidak

mantap. Cekungan sedimen tersebut kemudian terisi material sedimen

yang menjadi Formasi Kebo. Selanjutnya diendapkan Formasi Semilir,

Formasi Nglanggran dan Formasi Sambipitu. Pada Miosen Tengah terjadi

pengangkatan yang membentuk Formasi Oyo dan Formasi Wonosari.


Setelah itu terjadi paling tidak dua kali deformasi di daerah ini. Deformasi

pertama terjadi pada awal Plistosen membentuk “geser-bongkahan”

sehingga membentuk Pegunungan Baturagung dan lipatan serta sesar

berarah barat daya – timur laut. Deformasi kedua terjadi pada kala

Plistosen Tengah yang mengubah arah aliran Sungai Bengawan Solo.

C. Pulunggono, A., Martodjojo, S., 1994, meneliti tentang Perubahan

Tektonik di Jawa, yang menjelaskan mengenai struktur yang ada di

pulau jawa

D. Badan Standardisasi Nasional, Penyusunan Peta Zona Kerentanan

Gerakan Tanah, SNI 13-7124-2005, merupakan metode yang digunakan

dalam identifikasi gerakan massa dalam rencana penelitian yang

dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai