PENDAHULUAN
Untuk merencanakan suatu konstruksi jalan raya yang baik maka harus
diketahui kondisidari tanah yang akan memikul semua beban. Jalan yang di
bangun di atas tanah lempung akan memberi dampak tersendiri pada kondisi
jalan. Kondisi konstruksi seperti jalan yang di bangun di tanah lempung akan
mempengaruhi kondisi jalan yang di bangun begitu juga seperti kondisi areal
1
2
Judul tugas akhir ini adalah Analisa Geoteknik Di Atas Tanah Ekspansif
Pada Ruas Jalan Lintas Timur Sumatra di Kecamatan Purbolinggo, Kabupaten
Lampung Timur, Provinsi Lampung.
Analisa geoteknik ini dimaksudkan untuk :
1. Mengetahui jenis dan karakteristik tanah dasar pada ruas jalan lintas
timur Sumatra, Kecamtan Purbolinggo
2. Mengetahui dan kemampuan daya dukung tanah yang ada di lapangn
3. Menganalisa kemampuan geoteknik tanah dasar pada ruas jalan lintas
timur Sumatra, Kecamatan Purbolinggo
4. Diharapkan akan membantu untuk lebih mengerti bagaimana perilaku
mengembang tanah lempung di ruas jalan lintas Sumatra, Kecamatan
Purbolinggo,sehingga dapat diketahui bagaimana cara
penanggulangannya.
Tujuan yang hendak dicapai dari analisa geoteknik pada Ruas Jalan Lintas
Timur Sumatra di Kecamatan Purbolinggo, Kabupaten Lampung Timur, Provinsi
Lampung ini adalah :
3
yang terinci (Das, 1995). Sistem klasifikasi tanah dibuat pada dasarnya untuk
memberikan informasi tentang karakteristik dan sifat-sifat fisis tanah. Karena
variasi sifat dan perilaku tanah yang begitu beragam, sistem klasifikasi secara
umum mengelompokan tanah ke dalam kategori yang umum dimana tanah
memiliki kesamaan sifat fisis. Dalam banyak masalah teknis (semacam
perencanaan perkerasan jalan, bendungan dalam urugan, dan lain-lainnya),
pemilihan tanah-tanah ke dalam kelompok ataupun subkelompok yang
menunjukkan sifat atau kelakuan yang sama akan sangat membantu
Sistem klasifikasi bukan merupakan system identifikasi untuk
menentukan sifat-sifat mekanis dan geoteknis tanah. Karenanya, klasifikasi
tanah bukanlah satu-satunya cara yang digunakan sebagai dasar untuk
perencanaan dan perancangan konstruksi. Terdapat dua sistem klasifikasi
tanah yang umum digunakan untuk mengelompokkan tanah. Kedua sistem
tersebut memperhitungkan distribusi ukuran butiran dan batas-batas Atterberg,
sistem-sistem tersebut adalah Sistem Unified Soil Clasification System (USCS)
dan Sistem AASHTO (American Association Of State Highway and
Transporting Official). Tetapi pada penelitian ini penulis memakai system
klasifikasi tanah unified (USCS).
Sistem Unified Soil Clasification System (USCS) pada awalnya
diperkenalkan oleh Casagrande (1942) untuk dipergunakan pada pekerjaan
pembuatan lapangan terbang (Das, 1995). Oleh Casagrade sistem ini pada
garis besarnya membedakan tanah atas dua kelompok besar (Sukirman, 1992),
yaitu :
1) Tanah berbutir kasar (coarse-grained-soil), kurang dari 50 % lolos
saringan No. 200, yaitu tanah berkerikil dan berpasir. Simbol kelompok
ini dimulai dari huruf awal G untuk kerikil (gravel) atau tanah berkerikil
dan S untuk Pasir (Sand) atau tanah berpasir.
2) Tanah berbutir halus (fire-grained-soil), lebih dari 50 % lolos saringan
No. 200, yaitu tanah berlanau dan berlempung. Simbol dari kelompok ini
dimulai dengan huruf awal M untuk lanau anorganik, C untuk lempung
anorganik, dan O untuk lanau organik dan lempung organik.
5
Tabel 1.1
Tanah yang batas cairnya tinggi biasanya mempunyai sifat teknik yang
buruk yaitu kekuatannya rendah, sedangkan compressiblitynya tinggi sehingga
11
sulit dalam hal pemadatannya. Kedudukan kadar air transisi bervariasi pada
berbagai jenis tanah. Kedudukan fisik tanah berbutir halus pada kadar air tertentu
disebut konsistensi. Konsistensi tergantung pada gaya tarik antara partikel mineral
lempungnya. Sembarang pengurangan kadar air menghasilkan berkurangnya tebal
lapisan kation dan terjadi penambahan gaya tarik antarpartikelnya.
kali, yaitu dengan kadar air yang berbeda dan dengan jumlah pukulan
yang berkisar antara 15 sampai 35. Kemudian, hubungan kadar air dan
jumlah pukulan, digambarkan dalam grafik semi logaritmis untuk
menentukan kadar air pada 25 kali pukulannya.
1.4.2.2 Batas Plastis (Plastic Limit)
Batas plastis (PL), didefinisikan sebagai kadar air pada kedudukan
antara daerah plastis dan semi padat, yaitu persentase kadar air di
mana tanah dengan diameter silinder 3,2 mm mulai retak-retak ketika
digulung.
1.4.2.3 Indeks Plastisitas (Plasticity Index)
Indeks plastisitas (PI) adalah selisih batas cair dan batas
plastis. PI = LL - PL
Indeks plastisitas akan merupakan interval kadar air di mana tanah
masih bersifat plastis. Karena itu, indeks plastis menunjukkan sifat
keplastisan tanahnya. jika tanah mempunyai interval kadar air daerah
plastis yang kecil, maka keadaan ini disebut dengan tanah kurus.
Tabel 1.6 Nilai Indeks plastisitas dan macam tanah (Hardiyatmo, 2002)
PI Sifat Macam Tanah Kohesi
0 Nonplastis Pasir Nonkohesif
<7 Plastisitas rendah Lanau Kohesif sebagian
7-17 Plastisitas sedang Lempung Berlanau Kohesif
>17 Plastisitas tinggi Lempung Kohesif
. http://imamzuhri.blogspot.co.id/2012/09/t-n-h-1.html
Kebalikannya, jika tanah mempunyai interval kadar air daerah
plastis yang besar disebut tanah gemuk. Batasan mengenai indeks
plastis, sifat, macam tanah, dan kohesinya diberikan oleh Atterberg
terdapat dalam Tabel 1.6
1.4.3 Tanah Lempung
Tanah lempung merupakan agregat partikel-partikel berukuran
mikroskopik dan submikroskopik yang berasal dari pembusukan kimiawi unsur-
unsur penyusun batuan, dan bersifat plastis dalam selang kadar air sedang sampai
15
luas. Dalam keadaan kering sangat keras, dan tidak mudah terkelupas hanya
dengan jari tangan. Selain itu, permeabilitas lempung sangat rendah (Terzaghi dan
Peck, 1987).
Sifat khas yang dimiliki oleh tanah lempung adalah dalam keadaan kering
akan bersifat keras, dan jika basah akan bersifat lunak plastis, dan kohesif,
mengembang dan menyusut dengan cepat, sehingga mempunyai perubahan
volume yang besar dan itu terjadi karena pengaruh air. Sedangkan untuk jenis
tanah lempung lunak mempunyai karakteristik yang khusus diantaranya daya
dukung yang rendah, kemampatan yang tinggi, indeks plastisitas yang tinggi,
kadar air yang relatif tinggi dan mempunyai gaya geser yang kecil. Kondisi tanah
seperti itu akan menimbulkan masalah jika dibangun konstruksi diatasnya.
Mineral lempung digolongkan berdasarkan susunan lapisan oksida silikon
dan oksida aluminium yang membentuk kristalnya. Tanah lempung dan mineral
lempung adalah tanah yang memiliki partikel-partikel mineral tertentu yang
menghasilkan sifat-sifat plastis pada tanah bila dicampur dengna air (Grim,
1953). Tanah lempung terdiri dari butir butir yang sangat kecil ( < 0.002 mm)
dan menunjukkan sifat sifat plastisitas dan kohesi.
Kohesi menunjukkan kenyataan bahwa bagian bagian itu melekat satu
sama lainnya, sedangkan plastisitas adalah sifat yang memungkinkan bentuk
bahan itu dirubah rubah tanpa perubahan isi atau tanpa kembali ke bentuk
aslinya, dan tanpa terjadi retakan retakan atau terpecah pecah (L.D Wesley,
1977). Mineral lempung merupakan senyawa alumunium silikat yang kompleks
yang terdiri dari satu atau dua unit dasar, yaitu silica tetrahedral dan alumunium
octahedral. Silicon dan alumunium mungkin juga diganti sebagian dengan unsur
lain yang disebut dengan substitusi isomorfis.
Tanah butiran halus khususnya tanah lempung akan banyak dipengaruhi
oleh air. Sifat pengembangan tanah lempung yang dipadatkan akan lebih besar
pada lempung yang dipadatkan pada kering optimum daripada yang dipadatkan
pada basah optimum. Lempung yang dipadatkan pada kering optimum relatif
kekurangan air, oleh karena itu lempung ini mempunyai kecenderungan yang
lebih besar untuk meresap air sebagai hasilnya adalah sifat mudah mengembang
16
dipisahkan. Karena itu, mineral ini stabil dan air tidak dapat masuk
di antara lempengannya untuk menghasilkan pengembangan atau
penyusutan pada sel satuannya.
B.Montmorillonite
Tanah-tanah yang mengandung montmorillonite sangat
mudah mengembang oleh tambahan kadar air, yang selanjutnya
tekanan pengembangannya dapat merusak struktur ringan dan
perkerasan jalan raya.
yang besar dan tetap terdispersi beberapa waktu dalam air. Dalam
keadaan kering barwarna putih atau krem, sebaliknya pada keadaan
basah dan terkena sinar matahari akan berwarna mengkilap.
Perbandingan soda dan kapur tinggi. Suspensi koloidal bentonit
Wyoming mempunyai pH : 8.5 9.8, tidak dapat diaktifkan, posisi
pertukaran ion sama-sama diduduki oleh ion-ion sodium (Na)
B. Tipe Sub Bentonite (Mg, Ca-Bentonite)
Tipe bentonit ini memiliki kemampuan mengambang hingga
mencapai 1.5 kali apabila dicelupkan kedalam air. Bentonite tipe ini
tetap terdispersi di dalam air, perbandingan kandungan Na dan Ca
rendah, suspensi memiliki p : 4 7. Posisi pertukaran ion lebih banyak
diduduki oleh ion-ion magnesium dan kalsium.
Dalam keadaan kering bersifat rapid slakin, berwarna abu-abu,
biru, kuning dan coklat. Sebagian besar endapan bentonite di Indonesia
digolongkan Ca-Bentonit (Kalsium Bentonite).Lokasi endapan
bentonite (lempung montmorillonite) di Indonesia tersebar di Pulau
Jawa, Pulau Sumatera, sebagian Pulau Kalimantan dan Pulau Sulawesi,
yaitu :
a. Lokasi endapan bentonite di Pulau Jawa
Jawa Barat : Kab. Rangkasbitung, Leuwiliang, Bogor,
Sukabumi,Ciamis, Tasikmalaya, Purwakarta, Karawang
Jawa Tengah : Nanggulan dan tanjung Harjo, Boyolali,
Wonosegara, G. Pentur
Jawa Timur : Pacitan, Trenggelek, Blitar, Malang
b. Lokasi Endapan bentonite di Pulau Sumatera
Sumatera Utara : Simalungun, Karo, Pangkalan Berandan
Sumatera Selatan : Liot, Lahat
Lampung : Bandar Lampung
Jambi : Sorolangun, Bangko
c. Lokasi endapan bentonite di daerah Barito Kalimantan
d. Lokasi endapan bentonite di daerah Manado Sulawesi Utara
31