TIPE IB
OLEH :
AZIZ FADLY
410014250
TIPE IB
OLEH :
AZIZ FADLY
410014250
i
HALAMAN PENGESAHAN
SEMINAR GEOLOGI
3. Identitas Mahasiswa
a. Nama Lengkap : Aziz Fadly
b. Jenis Kelamin : Laki-laki
c. NIM : 410014250
d. Perguruan Tinggi : Sekolah Tinggi Teknologi Nasional
Yogyakarta
e. Program Studi : Teknik Geologi
f. Dosen Pembimbing : Herning Dyah Kusuma Wijayanti, S.T.,
M.Eng
Pengusul
Aziz Fadly
No. Mhs. 4100114250
Mengetahui, Menyetujui,
Ketua Jurusan Teknik Geologi Dosen pembimbing
ii
RINGKASAN
Pulau Sumatera dikontrol oleh sistem patahan regional yang sering disebut
Sesar Sumatera atau Sesar Semangko yang memanjang sepanjang pulau sumatera
dengan arah relatif baratlaut - tenggara. Keberadaan sesar ini kemudian berdampak
terhadap kemunculan Pegunungan Bukit Barisan yang memanjang searah dengan
Sesar Semangko. Selain itu keberadaan Sesar Semangko juga menghadirkan
potensi sumberdaya alam yang melimpah yakni potensi panas bumi. Seperti halnya
yang terdapat di lokasi penilitian yaitu Daerah Hululais, keberadaan potensi panas
bumi erat kaitannya dengan keberadaan Gunung Hululais, Gunung Api Daun dan
Sesar Ketahun-Tes yang merupakan bagian dari Sistem Sesar Sumatera.
Kata Kunci : Hululais, Sesar Ketahun – Tes, panas bumi, manifestasi, Spatial Multi
Criteria Analysis (SMCA).
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan seminar tipe IB ini
dengan baik. Penyusunan seminar tipe IB ini sebagai salah satu syarat untuk Tugas
Akhir di Semester VII di Jurusan Teknik Geologi Sekolah Tinggi Teknologi
Nasional Yogyakarta.
1. Ibu Winarti S.T., M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik Geologi STTNAS
Yogyakarta.
2. Ibu Herning Dyah Kusuma Wijayanti, S.T., M.T. selaku Dosen Pembimbing
Seminar.
3. Orang tua, keluarga, serta orang-orang terdekat saya yang selalu memberikan
dorongan dan bantuan baik secara material maupun moril.
4. Rekan-rekan mahasiswa/mahasiswi Teknik Geologi STTNAS Yogyakarta.
Dalam penyusunan seminar tipe IB ini, penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran dari rekan – rekan dan semua pihak. Semoga kritik dan saran tersebut
dapat memberikan motivasi pada penulis untuk lebih baik lagi ke depannya.
Semoga seminar tipe IB ini bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
v
2.4. Metode Spatial Multi Criteria Analysis (SMCA) .......................................... 18
5.3.1. Resistivity................................................................................................. 25
LAMPIRAN .......................................................................................................... 34
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1. Model tentatif sistem panas bumi Jaboi, Aceh (Badan Geologi,
2006) .................................................................................................. 4
Gambar 2. 2. Model tentatif sistem panas bumi Bonjol, Sumatera Barat (Badan
Geologi, 2007) ................................................................................... 5
Gambar 2. 3. Model tentatif panas bumi Wapsalit, Buru (Badan Geologi, 2007) .. 6
Gambar 2. 4. Fisiografi P(ulau Sumatera Van Bemmelen, 1949). ......................... 8
Gambar 2. 5. Urutan stratigrafi regional Bengkulu (Pardede, 1993). ................... 11
Gambar 2. 6. Efek subduksi Lempeng Samudera Hindia dari Jura Akhir – Resen.
......................................................................................................... 13
Gambar 2. 7. Peta Geologi Daerah Hululais (Budiardjo, 19994, dalam Budiardjo
et al, 2001) ....................................................................................... 14
Gambar 2. 8 Peta Geologi Struktur daerah Hululais (PT. PGE, dalam Putri, 2015)
......................................................................................................... 15
Gambar 2. 9. Mata air panas pada daerah Turan Lalang (Fathan, 2015). ............. 16
Gambar 2. 10. Kolam lumpur panas pada daerah Suban Nusuk (Fathan, 2015). . 17
Gambar 2. 11 Fumarola pada daerah Suban Agung (Fatahan, 2015) ................... 17
Gambar 4. 1. Diagram Alir Metode Penelitian ..................................................... 22
Gambar 5. 1. Model struktur dan pull-apart basin Hululais (Koestono et al, 2015).
......................................................................................................... 24
Gambar 5. 2. Peta sebaran manifestasi panas bumi yang menunjukkan sebaran
manifestasi berada di sekitar patahan dan pull – apart basin
(Budiardjo et al, 2001). .................................................................... 25
Gambar 5. 3. Peta sebaran Resistivity dari permukaan laut dan +500m dari
permukaaan laut lapangan Hululais (Kamah et al, 2015). ............... 26
Gambar 5. 4. Peta Anomali Bouguer (∂ 2, 67 gr/cc) dengan tren patahan lapangan
Hululais (Kamah et al, 2015). .......................................................... 26
Gambar 5. 5. Model hidrologi lapangan Hululais (Kamah et al, 2015). ............... 27
Gambar 5. 6. Model sederhana geothermal lapangan Hululais (Budiardjo et al,
2001). ............................................................................................... 27
Gambar 5. 7. Peta Weghted Overlay menggunakan parameter geologi (Putri,
2016) ................................................................................................ 29
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1. Urutan satuan formasi pada urutan Pra Tersier (Pardede, 1993). ......... 9
Tabel 2. 2. Urutan satuan formasi pada urutan Tersier (Pardede, 1993). ............. 10
Tabel 2. 3. Urutan satuan formasi pada urutan Kuarter (Pardede, 1993).............. 11
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
BAB I
PENDAHULUAN
dalam permukaan bumi. Panas bumi merupakan salah satu solusi energi
panas bumi seperti sumber air panas atau hot spring, kolam lumpur panas atau mud
memiliki permeabilitas dan porositas primer rendah, padahal fluida panas bumi
dan patahan sebagai jalan mengalirnya fluida ke permukaan dan masuknya air
zona Sesar Semangko dan zona Pegunungan Bukit Barisan. Seperti halnya yang
terdapat di lokasi penelitian yaitu Daerah Hululais, keberadaan potensi panas bumi
diduga erat kaitannya dengan keberadaan Gunung Hululais, Gunung Api Daun dan
1
1.2. Perumusan Masalah
daerah penelitian ?
102°18'14" Bujur Timur dan 3°9'4" - 3°16'19" Lintang Selatan (Gambar 1.1).
Daerah ini berjarak kurang lebih 180 km dari ibu kota Provinsi Bengkulu.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
perpindahan panas dari suatu tempat ke tempat tertentu dalam kerak bumi, dimana
panas (heat) dipindahkan dari sumber panas (heat source) menuju ke suatu tempat
Tahun 2014, menyebutkan bahwa panas bumi didefinisikan sebagai sumber energi
panas yang terkandung di dalam air panas, uap air, serta batuan, bersama mineral
ikutan dan gas lainnya yang secara genetik tidak dapat dipisahkan dalam suatu
Panas bumi atau geothermal adalah energi yang secara alamiah berasal
dari panas yang dihasilkan dalam kerak bumi dan dapat diekstrak secara ekonomis.
Pembentukan panas bumi dapat disebabkan oleh adanya sumber panas yang
terdapat di kerak bumi, sumber panas tersebut antara lain dapat berupa Magma,
3
1. Sistem Panas Bumi Vulkanik
Sistem panas bumi vulkanik adalah sistem panas bumi yang berasosiasi
dengan gunung api kuarter yang umumnya terletak pada busur vulkanik kuarter
yang memanjang dari Sumatra, Jawa, Bali dan Nusa Tenggara, sebagian Maluku
dan Sulawesi Utara. Pembentukan sistem panas bumi ini biasanya tersusun oleh
370°C). Sistem vulkanik dapat dikelompokkan lagi menjadi beberapa tipe, antara
lain sistem tubuh gunung api strato jika hanya terdiri dari satu gunungapi utama,
sistem komplek gunung api jika terdiri dari beberapa gunungapi (Gambar 2.1),
Gambar 2. 1. Model tentatif sistem panas bumi Jaboi, Aceh. Contoh tipe sistem panas
bumi komplek vulkanik di pulau kecil. (Badan Geologi, 2006)
4
2. Sistem Panas Bumi Vulkano – Tektonik
Sumatera pada jalur sistem sesar sumatera (Sesar Semangko). Contoh disini
Gambar 2. 2. Model tentatif sistem panas bumi Bonjol, Sumatera Barat. Contoh tipe
sistem panas bumi vulkano-tektonik : graben-kerucut vulkanik (Badan Geologi, 2007)
Sistem panas bumi non vulkanik adalah sistem panas bumi yang tidak
berkaitan langsung dengan vulkanisme dan umumnya berada di luar jalur vulkanik
umumnya tersebar di bagian timur sundaland (paparan sunda) karena pada daerah
tersebut didominasi oleh batuan yang merupakan penyusun kerak benua Asia
seperti batuan metamorf dan sedimen. Di Indonesia bagian timur lingkungan non-
5
vulkanik berada di daerah lengan dan kaki Sulawesi serta daerah Kepulauan
Maluku hingga Irian didominasi oleh batuan granitik, metamorf dan sedimen laut.
Gambar 2. 3. Model tentatif panas bumi Wapsalit, Buru (Badan Geologi, 2007)
(Contoh tipe sistem panas bumi Non Vulkanik).
gunung api muda yang penyebarannya searah dengan zona Sesar Sumatera yakni
segmen Ketahun – Tes dan adanya keberadaan pull – apart basin menandakan
terbentuknya cekungan yang terseusun atas sesar – sesar normal yang membentuk
Kasbani (2010) sistem panas bumi daerah penelitian merupakan sistem panas bumi
vulkano – tektonik.
6
2.2. Geologi Regional
2.2.1. Fisiografi
berarah barat laut – tenggara dan terletak di bagian barat Paparan Sunda dan di
selatan Lempeng Eurasia. Pulau ini memiliki dimensi panjang sekitar 1.760 km dan
2. Zona Semangko
7
LOKASI PENELITIAN
tersebut, maka derah penelitian masuk kedalam fisiografi Zona Semangko dan Zona
Jajaran Barisan.
urutan (Pardede dkk., 1993), yaitu: urutan Pra Tersier, Tersier dan Kuarter. Masing
8
a. Urutan Pra Tersier
Urutan pra tersiser tediri aatas batuan – batuan gunungapi, meta-
Tersusun atas Formasi Palepat, Formasi Asai, Formasi Paneta dan Anggota Mersip
(Tabel 2.1).
Tabel 2. 1. Urutan satuan formasi pada urutan Pra Tersier (Pardede, 1993).
b. Urutan Tersier
.Urutan tersier atas batuan gunungapi seperti tuf, breksi gunungapi dan
karbonatan, batulempung dan lain – lain. Tersusun atas Formasi Bandan, Formasi
2.2).
9
Tabel 2. 2. Urutan satuan formasi pada urutan Tersier (Pardede, 1993).
c. Urutan Kuarter
bersusunan andesit basal dan sedimen aluvial serta endapan rawa berumur Holosen
10
yang tersebar sepanjang pantai. Tersusun atas Satuan Breksi Gunungapi, Satuan
Batuan Gunungapi Andesit Basalan, Aluvium dan Endapan Rawa (Tabel 2.3).
GUNUNG
Lava andesitan basalan, tuf
API ± 600 m
dan breksi gunungapi
ANDESIT
BASALAN
Pasir, lanau, lumpur dan
ALUVIUM HOLOSEN lempung, mengandung sisa ± 700 m
tumbuhan
ENDAPAN Batugamping berselingan
± 400 m
RAWA dengan serpih gampingan
11
2.2.4. Tektonik dan Struktur
dan Cekungan Sumatra Selatan menurut Pulonggono dkk (1992) dapat dibagi
menjadi 3 (tiga) fase tektonik antara lain fase pertama berupa kompresi, fase kedua
1. Fase pertama berupa fase kompresi (Jura Akhir – Kapur Akhir) yang
Sesar Lematang.
2. Fase kedua berupa fase ekstensi (Kapur Akhir – Tersier Awal). Fasa ini
Sumatera Selatan. Pada fasa ini diendapkan Formasi Lahat yang seumur
12
berperan dalam pembentukan struktur-struktur perlipatan dan sesar yang
Gambar 2. 6. Efek subduksi Lempeng Samudera Hindia dari Jura Akhir – Resen.
A. Fase pertama kompresi, B. Fase kedua ekstensi C. Fase ketiga kompresi (Pulunggono,
1992).
dari yang berumur miosen – kuarter (Gambar 2.7). Batuan-batuan vulkanik tersebut
antara lain berupa andesit, diorit, tuf dan obsidian serta terdapat juga endapan
tak resmi oleh Budiarjo (1994). Adapun urutan stratigrafi di daerah Hululais dari
13
e. Satuan Batuan Andesit Bukit Koleng
k. Aluvium
Gambar 2. 7. Peta Geologi Daerah Hululais (Budiardjo, 1994, dalam Budiardjo et al,
2001)
bagian/segmen dari sistem sesar besar sumatera, struktur geologi tersebut berupa
14
sesar mendatar mengkanan Ketahun – Tes. Sesar tersebut memiliki arah NW – SE
(searah dengan sesar utama Sumatera). Berdasarkan analisis citra maka dapat juga
Gambar 2. 8 Peta Geologi Struktur daerah Hululais (PT. PGE, dalam Putri, 2015)
manifestasi mencakup ciri fisik dari manifestasi yang terdapat pada daerah
panas (Hot Spring), kolam lumpur panas (Mud Pools), dan fumarola.
15
a. Mata air Panas (Hot Spring)
Mata air panas yang terdapat pada daerah penelitain tersebar hampir di
seluruh daerah penelitain yaitu berada pada daerah Turan Lalang (Gambar 2.9),
Bukit Nibung, Karang Dapo, Semalako, Suban Salok, Suban Telbai, dan Suban
Agung.
Gambar 2. 9. Mata air panas pada daerah Turan Lalang (Fathan, 2015).
Berdasarkan ciri fisik dalam hal ini adalah temperatur pada mata air panas
maka pada daerah penelitian dapat dibedakan menjadi dua mata air panas yaitu,
mata air hangat (warm spring) yang memiliki temperature lebih kecil dari 50oC dan
mata air panas (hot spring) yang memiliki temperatur lebih besar dari 50oC (Nenny
M.Saptadji, 2003).
panas. Pada daerah penelitian kubangan lumpur panas ini terdapat pada daerah
16
Gambar 2. 10. Kolam lumpur panas pada daerah Suban Nusuk (Fathan, 2015).
non-condensibele gas CO2 (karbon dioksida) dengan jumlah yang kecil pada uap
panasnya, lumpurnya dalam keadaan cair yang disebabkan karena kondensasi uap
atmosfir.
c. Fumarola
Fumarola adalah lunang kecil yang memancarkan uap panas kering (dry
steam) atau uap panas yang mengandung butiran-butiran air (wet steam). Pada
darah penelitian fumarola terdapat pada daerah Suban Gregok, Suban Nusuk, dan
17
2.4. Metode Spatial Multi Criteria Analysis (SMCA)
keputusan. Proses pada SMCA dapat dipahami (logis), terstruktur, dan dapat diikuti
sehingga faktor yang berbeda dapat diidentifikasi dengan jelas dan diprioritaskan.
Penerapan hasil dari SMCA akan dilakukan dengan beberapa metode salah
dengan menggunakan teknik overlay beberapa peta yang berkaitan dengan factor-
atau besar pengaruhnya terhadap objek yang diteliti. Sedangkan penentuan Scale
Value ditentukan berdasarkan pemberian bobot terhadap nilai field yang ada.
18
Langkah‐Langkah dalam SMCA:
dengan kebijakan/Peraturan);
19
BAB III
3.1. Maksud
tentang pola dan jenis struktur geologi yang mengontrol daerah penelitian dan
sistem panas bumi yang terdapat di daerah tersebut berdasarkan data sekunder dan
penelitian terdahulu.
3.2. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk dapat mengetahui kaitan antara
dapat diketahui peranan struktur geologi terhadap keberadaan panas bumi di daerah
tersebut
3.3. Manfaat
tersebut.
20
BAB IV
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan studi pustaka
korelasi antara struktur geologi dan potensi panas bumi antara lain pendekatan
dilakuakan untuk mengetahui densitas batuan dan dari data densitas makan akan di
merupakan analisis spasial dengan menggunakan teknik overlay beberapa peta yang
21
berkaitan dengan faktor – faktor yang berpengaruh terhadap penilaian kerentanan.
Weighted overlay memberikan pertimbangan terhadap faktor atau kriteria yang ditentukan
STUDI PUSTAKA
GEOLOGI PENELITI
REGIONAL TERDAHULU
Geologi Daerah
Survei Geofisika
Penelitian
Struktur
Stratigrafi Resistivity Gravity
Geologi
Manifestasi Panas
Model
Bumi
Spatial Multi
Criteria Analysis
(SMCA) :
- Peta wighted overlay
PERANAN STRUKTUR
TERHADAP
KEBERADAAN PANAS
BUMI
22
BAB V
memiliki porositas dan permeabilitas kecil. Oleh karena itu kehadiran struktur
geologi terutama sesar dan kekar memliki peran yang cukup penting. Seperti halnya
pada lokasi penelitian yakni daerah Hululais yang berasosiasi dengan batuan –
batuan vulkanik, daerah penelitian juga dikontrol oleh sesar aktif yakni Sesar
Ketahun – Tes, yang merupakan bagian dari sistem sesar sumatera yang berarah
baratlaut – tenggara.
Tes dan segmen Musi, adanya step over tersebut menghasilkan regim ekstensional,
sehingga di daerah penelitian terbentuk pull – apart basin, yang kemudian disebut
pull – apart basin Hululais (Gambar 5.1). Keberadaan pull – apart basin tersebut
sesar – sesar normal. Keberadaan sesar normal pada pull – apart basin dapat
keluarnya fluida panas bumi kepermukaan serta masuknya air meterorik (recharge)
ke reservoir. Selain itu pull - apart basin juga dapat menjadi wadah bagi reservoir
23
Gambar 5. 1. Model struktur dan pull-apart basin Hululais (Koestono et al, 2015).
Manifestasi panas bumi yang ada di daerah Hululais antara lain, hot spring,
mud pool, dan fumarola. Setidaknya ada 15 (lima belas) manifestasi panas bumi
tersebut tersebar di sepanjang zona patahan Ketahun – Tes dan dan pull – apart
keluar melaului rekahan – rekahan dan sesar – sesar normal yang terdapat disekitar
24
Gambar 5. 2. Peta sebaran manifestasi panas bumi yang menunjukkan sebaran
manifestasi berada di sekitar patahan dan pull – apart basin (Budiardjo et al, 2001).
5.3.1. Resistivity
dijumpai tingkat resistivity rendah berada disekitar zona patahan dan memanjang
dengan resistivity rendah memiliki arah sebaran yang sama dengan arah utama
patahan. Zona dengan resistivitas rendah ini dapat diinterpretasikan sebagai zona
reservoir panas bumi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keberadaan pull
– apart basin menjadi wadah bagi reservoir panas bumi di daerah penelitian.
25
Gambar 5. 3. Peta sebaran Resistivity dari permukaan laut dan +500m dari permukaaan
laut lapangan Hululais (Kamah et al, 2015).
5.3.2. Gravity
gr/cc, gradien dari anomalinya menyebar hampir secara paralel dengan resistivity
dan zona patahan (Gambar 5.4). Hal ini menunjukan bahwa anomali bouguer dan
zona patahan dan rekahan menjadi indikator yang baik untuk mendukung adanya
26
Dari model hidrologi oleh Kamah et al (2015), menunjukkan bahwa siklus
disekitar daerah patahan dan pull-apart basin (Gambar 5.5). Begitu juga dengan
27
5.4. Spatial Multi Criteria Analysis (SMCA).
geologi. Dari peta geologi struktur didapatkan empat informasi yakni struktur
geologi hasil interpretasi citra satelit, struktur geologi hasil pengukuran langsung di
lapangan, letak gunung, dan jenis batuan vulkanik yang ada di daerah terserbut.
Berdasarkan pengalaman tim ahli geologi dari PT PGE, struktur geologi hasil
pengukuran langsung di lapangan memiliki bobot penilaian sebesar 48% yang mana
struktur ini merupakan bagian dari patahan sumatera (sumatera fault) yang aktif
bobot 20%. Guna mengetahui zona erupsi dilakukan buffering pada zona kurang
dari 8,5 km dari puncak gunung, hasil dari buffering ini memiliki bobot 32%.
overlay) tersebut. Dari hasil weighted overlay didapatkan area dengan dua kategori
yakni optimal dan cukup optimal. Dimana zona yang memiliki kategori optimal
merupakan zona yang berada di sekitar patahan sumatera (penarikan struktrur hasil
Dengan demikian dapat disimpulkan zona patahan yang berada berperan penting
bumi.
28
Gambar 5. 7. Peta Weghted Overlay menggunakan parameter geologi (Putri, 2016).
daerah penelitian yakni sesar mendatar mengkanan Ketahun – Tes yang merupakan
signifikan dalam sistem panas bumi di daerah penelitian. Hal ini ditunjukkan
zona patahan dan pull – apart basin Hululais. Hal ini menunjukkan, adanya zona
rekahan dan sesar normal (penyusun pull – apart basin) yang menjadi jalan bagi
keluarnya fluida panas bumi ke permukaan dan masuknya air meteorik ke reservoir.
29
Begitu juga dengan hasil survei geofisika, berdasarkan peta resistivity (MT
500m) zona-zona yang memiliki resistivitas rendah berada di zona patahan dan pull
sebagai zona reservoir panas bumi, sehingga zona patahan dan pull – apart basin
Hululais berperan sebagai wadah bagi reservoir panas bumi. Peta anomali gravitasi
(densitas 2,67 gr/cc) juga menunjukkan adanya kelurusan dengan nilai anomali
tinggi yang sejajar dengan zona patahan. Sedangkan Anomali Bouguer rendah
juga menunjukkan bahwa zona optimal potensi panas bumi Hululais berada di
kesesuaian dengan data geofisika dan model panas bumi daerah panas bumi
Hululais yang menunjukkan bahwa sebaran manifestasi dan zona reservoir berada
30
BAB VI
6.1. Kesimpulan
memliki peranan penting terhadap keberadaan panas bumi di daerah tersebut, antara
lain :
menjadi wadah bagi reservoir, hal ini dapat dilihat dari sebaran nilai
3. Menjadi sarana untuk terakumulasinya fluida panas bumi, hal ini dapat
dilihat dari peta weighted overlay yang menunjukkan zona optimal potensi
6.2. Saran
beberapa penelitian seperti analisis data seismik dan log sumur untuk mengetahui
geometri cebakan panas bumi dan anlisis porositas dan permeabilitas reservoirnya.
31
DAFTAR PUSTAKA
Darman, H. & Sidi, F.H., 2000, An Outline of The Geology of Indonesia, Ikatan
Ahli Geologi Indonesia.
Gafoer, S., Amin, T.C., Pardede, R., 1993. Geology of Bengkulu Quadrangle,
Sumatera, scale 1 : 250.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi.
Bandung.
Kasbani. 2010. Tipe sistem panas bumi di indonesia dan estimasi potensi
energinya. . PMG – Badan Geologi
32
Nenny M. 2003. Teknik Panasbumi. Departemen teknik perminyakan, fakultas ilmu
kebumian dan teknologi mineral Institut Teknologi Bandung, Bandung.
Pulunggono, A., Haryo, A., & Kosuma, C. G. 1992. Pre-Tertiary and Tertiary Fault
System as a Framework of the South Sumatera Basin; A study of SAR-
MAPS. Proceedings Indonesian Petroleum Association, 21th Annual
convention.
Raaijmakers, R.J.J. 2006. A Spatial Multi Criteria Analysis Methodology For The
Development of Sustainable Flood Risk Management in The Ebro
Delta.University of Twente Department, Water Engineering and
Management.
33
LAMPIRAN
34
Lampiran 1. Peta Geologi Regional Bengkulu (Gafoer, 1992)
35