Anda di halaman 1dari 12

POLLEN RECORD OF EARLY/ MIDDLE MIOCENE BOUNDARY LEMIGAS SCIENTIFIC CONTRIBUTIONS

EKO BUDI LELONO VOL. 32. NO. 2, AUGUST 2009 : 71 - 81

POLLEN RECORD OF EARLY/MIDDLE MIOCENE


BOUNDARY IN THE SOUTH SUMATRA BASIN
By: Eko Budi Lelono
Researcher at LEMIGAS R & D Centre for Oil and Gas Technology
Jl. Ciledug Raya, Kav. 109, Cipulir, Kebayoran Lama, P.O. Box 1089/JKT, Jakarta Selatan 12230 INDONESIA
First Registered on 12 June 2009; Received after Corection on 8 August 2009
Publication Approval on : 24 November 2009

ABSTRAK
Dari Miosen awal sampai Miosen tengah diperoleh endapan dari 3 pengeboran Sumur
di Area Sumatera Selatan dan sudah di evaluasi untuk konten Mikropaleontologi termasuk
foraminifera , calcareous nannoplankton dan palynomorph. Batas dari Miosen Awal dan
Miosen Tengah dengan jelas digambarkan oleh zona N8/N9. Batasan berdasarkan analisis
foraminifera dan batas zona NN4/NN5 berdasarkan analisis cacareous nanno plankton.
Kumpulan dari foraminifera dan calceoreous nannoplankton menunjukkan adanya peristiwa
sedimen dari marine/ laut di bagian bagian sumur. Dan juga, ahli lingkungan di bidang
bentonik foraminifera mengusulkan adanya dasar- tengah neritik di sepanjang bidang studi.
Akan tetapi analisis Palinologi, membuktinya tinggi kemungkinan adanya pollen dan
spora di sepanjang penggantian situasi laut dalam Miosen awal/ Miosen Tengah yang mana
pertama kali menghasilkan catatan palinologi yang berkualitas baik..
Batasan Dari Miosen awal/tengah di tandai dengan rendahnya permukaan laut di kurva
permukaan laut dunia yang tandai oleh penurunan signifikan dari foraminifera and
calcareous nannoplankton. Dan juga catatan palinologi mencerminkan perubahan iklim pada
N8/N9 endapan menandai batasan Miosen awal/tengah dengan penurunan dengan kumpulan
polen yang menimbulkan iklim kemarau. Endapan N8 menunjukkan banyaknya dan beragam
palinomorphs termasuk penanda iklim hujan. Kumpulan Palionological menurun secara
bertahap mendekati batasan foram zona N9/N8, sementara indikator iklim musiman
meningkat. Di satu sisi catatan palinological mendapatkan kembali kumpulan dari endapan
N9.
Kata Kunci : Catatan Pollen ,Miosen awal/tengah,Cekungan Sumatera Selatan.

I. LATAR BELAKANG PENELITIAN


Analisa palynological di percobaan sumatera oligomiosen (Lemigas, 2001). Endapan ini
selatan kebanyakan difokuskan pada Miosen awal umumnya terbentuk di non-marine ke lingkungan
sampai endapan berumur oligosen yang berisi transisi (deltaic) (De Coster dan Adiwidjaja,
formasi talang akar (Lelono, 2001a dan b). 1973). Maka, tipe endapan ini mengandung
kebanyakan percobaan palynological berasal dari banyak palynomorf yang mana cocok untuk
endapan yang target explorasinya disebabkan investigasi palynological (Hasjim et al., 1993,
oleh tingginya potensi hidrokarbon di cekungan Morley, 1995 dan Lelono,2003). Untuk alasan
sumatera selatan. Awal miosen sampai endapan tersebut, penelitian palynological seringkali
berumur oligosen dapat diklasifikasikan sebagai dilaksanakan di awal miosen sampai endapan
synrift deposit karena mereka diendapkan saat berumur oligosen.
fase retakan yang mungkin terjadi di umur

1
POLLEN RECORD OF EARLY/ MIDDLE MIOCENE BOUNDARY LEMIGAS SCIENTIFIC CONTRIBUTIONS
EKO BUDI LELONO VOL. 32. NO. 2, AUGUST 2009 : 71 - 81

Umumnya, stratigrafi dari


cekungan sumatera selatan dimulai
dari transgresi dan diakhiri oleh
regresi (Lemigas, 2006).
Transgresi terjadi oada oligosen
sampai miosen tengah termasuk
formasi lahat (fluviatile-
lacustrine), formasi talang akar
(transisi), formasi baturaja
(shallow marine) dan formasi
gumai (deep marine). Sebaliknya,
regresi timbul saat miosen tengah
sampai pliosen mengakhibatkan
formasi dari pergantian berikut:
formasi air benakat (shallow
marine), formasi muara enim
(transisi) dan formasi kasai
(fluviatile-terrestrial). Stratigrafi
daerah cekungan sumatera selatan
ditunjukkan di Gambar 1.

Endapan yang diteliti


termasuk formasi gumai dan
formasi air benakat dengan kisaran
usia dari awal sampai miosen
tengah. Formasi gumai telah
diendapkan selama waktu dari
transgresi maksimal di kondisi laut
dalam pada awal miosen (Hartanto
et al., 1991). Formasi ini terdiri
dari globigerina bearing clay dan
marly shale dengan penambahan
dianalisis terbentuk di laut dalam, yang secara
kecil dari batu lempung dan batu pasir. Di
bertahap berubah menjadi laut dangkal.
sekeliling paparan, pengendapan formasi gumai
Penelitian ini memberikan kesempatan untuk
mungkin berlanjut sampai miosen tengah. Di
memperlihatkan pergantian palynological di laut
bagian timur dari sub cekungan Jambi, formasi
mengenai endapan awal sampai miosen tengah
ini kurang berkembang yang mana ditunjukkan
yang minim informasi sebelumnya. Hal ini juga
oleh litologi sandy yang melapisi sekitar formasi
berguna untuk menerangkan kondisi vegetasi
talang akar (Sundari, 1996). Di sisi lain, endapan
sepanjang masa ini. Pergantian ini memberikan
yang lebih baru dari formasi air benakat
pemahaman tentang perubahan iklim terutama
diendapkan selama miosen tengah ketika siklus
yang menandakan batasan awal sampai miosen
regresif terjadi (Hartanto et al., 1991). Hal ini
tengah. Maka, tulisan ini diterbitkan untuk
umumnya ditandai dengan tanah liat yang
memberikan informasi biostratigrafi yang
terbentuk di laut dengan glauconite berlimpah
memungkinkan pembaca untuk memiliki
dan mikro-foraminifera, batu lempung dan
pemahaman yang lebih baik mengenai stratigrafi
peningkatan jumlah lapisan batu pasir
dari cekungan sumatera selatan.
membentuk formasi atas. Formasi air benakat

2
POLLEN RECORD OF EARLY/ MIDDLE MIOCENE BOUNDARY LEMIGAS SCIENTIFIC CONTRIBUTIONS
EKO BUDI LELONO VOL. 32. NO. 2, AUGUST 2009 : 71 - 81

II. BAHAN DAN METODE mengidentifikasi umur dari endapan yang diteliti.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini Kelimpahan dan keragaman palynomorph dicatat
adalah cutting sampel yang dikumpulkan dari dalam persentase pada diagram pollen, yang
sumur eksplorasi yang dibor di daerah pantai. biasanya berubah-ubah dari satu sampel ke yang
Dengan ini, data yang dihasilkan selama lain, mencerminkan vegetasi dan perubahan
penelitian ini dianggap rahasia. Mengenai iklim. Selain itu, nannoplankton dan analisis
kerahasiaan data, nama asli disembunyikan dan foraminifera juga dilakukan berdasarkan metode
diganti dengan kode kode bersifat abjad. Tiga kuantitatif. Zonasi nano dan foraminifera
sumur yang dipilih untuk mencakup endapan direkonstruksi berdasarkan munculnya indeks
awal sampai tengah miosen termasuk E, B dan L. taksa yang pertama atau terakhir. Taksa ini juga
selain itu, hanya informasi yang relevan yang digunakan untuk menentukan umur bagian yang
ditunjukkan di makalah ini terkait dengan dipelajari. Terjadinya penanda lingkungan
keterbatasan ruang. Di kasus ini, diagram benthonic poraminifera memungkinkan stratigrafi
biostratigrafi hanya menunjukkan taksa terpilih untuk menerangkan penelitian paleontology
yang menentukan penafsiran. Pada dasarnya, selama sedimentasi dari sampel yang diteliti yang
penelitian ini menggabungkan analisa dari mengarah ke identifikasi dari perubahan
palynological dengan nannoplankton dan analisis permukaan laut. Kumpulan benthonic
foraminifera untuk mendapatkan interpretasi yang foraminiferal dikombinasikan dengan planktonic
terpercaya. foraminifera dan kumpulan nannoplankton
Nannoplankton dan foraminifera digunakan mendukung identifikasi penurunan permukaan
untuk menentukan umur dari golongan golongan. laut di batasan awal sampai miosen tengah.
Selain itu, nannoplankton dan
foraminifera dapat menjadi
indikasi dari perubahan
permukaan laut terutama dari
foraminifera benthonic. Untuk
tujuan ini, masing masing sumur
dianalisa menggunakan tiga
disiplin ilmu yaitu palinologi,
mikropaleontologi (foraminifera)
dan nannoplankton. Sampel
dibagi menjadi tiga bagian jika
memungkinkan. Bagian pertama
digunakan untuk palinologi
sementara bagian kedua untuk
mikropaleontologi. Di sisi lain,
bagian ketiga digunakan untuk
nannoplankton. Untuk palinologi,
dibutuhkan 250 palynomorphs
untuk memakai analisis
kuantitatif. Kelimpahan dan
keragaman palynomorph di
masing-masing sampel berguna
untuk mengerti iklim paleontologi
dan penelitian paleontologi.
Kejadian pertama atau kejadian
terakhir dari batasan umur
palynomorphs digunakan untuk
3
POLLEN RECORD OF EARLY/ MIDDLE MIOCENE BOUNDARY LEMIGAS SCIENTIFIC CONTRIBUTIONS
EKO BUDI LELONO VOL. 32. NO. 2, AUGUST 2009 : 71 - 81

III. BUKTI BIOSTRATIGRAFI DARI rendahnya permukaan air laut. Kurangnya


AWAL/TENGAH MIOSEN oengaruh laut dalam lingkungan pengendapan
Haq et al., (1988) menunjukkan bahwa batas selama periode ini menyebabkan kurangnya
awal sampai tengah miosen ditandai dengan pembentukan mikro-fosil laut. Fenomena ini
rendahnya permukaan laut. Tanah terkena dengan dapat secara luas dilihat di wilayah sumatera
luas sementara laut secara signifikan berkurang selatan. Sementara, catatan palynological
selama masa ini (figure 2). Kondisi ini menunjukkan tinginya kelimpahan pada
menyiratkan keragaman dan kelimpahan flora mangrove serbuk sari di periode permukaan laut
dan fauna. Dalam jangka mikro-fauna laut, yang tinggi. Serbuk sari ini menurun secara
periode tingginya permukaan laut adalah sebelum dramatis di batas awal sampai tengah miosen
batasan awal sampai tengah miosen (foraminifera mengikuti menurunnya permukaan laut (gambar
zona N8) ditandai dengan keragaman dan 4). Selanjutnyam serbuk sari ini mengingkat
kelimpahan mikro-fosil laut yang secara tiba-tiba secara bertahap mengikuti perubahan permukaan
menurun secara signifikan mendekati batas ini laut. Selain itu, catatan palynological selama
(figure 3). Rendahnya kelimpahan dan batas awal sampai tengah miosen memberikan
keragaman mikro-fosil laut terjadi di batas awal pembuktian untuk perubahan iklim yang akan
sampai tengah miosen terkait dengan periode dibahas dalam bab berikutnya.

IV. BATAS MIOSEN AWAL/TENGAH yang berlimpah dari sedang sampai tinggi dan
BERDASARKAN FOSIL INDEKS keragaman menunjukkan pengaruh laut lebih kuat
FORAMINIFERA DAN NANOPLANKTON dari zona N9 (Gambar 3).
Berdasarkan pada zona foraminifera, batas Berdasarkan analisis nannoplankton
Miosen Awal/Tengah yang sesuai dengan zona berkapur, batas Miosen Awal/Tengah terletak
N8/N9 batas yang ditandai dengan hadir pertama dalam zona Nanno NN4 / NN5 yang batasnya
kali foraminifera planktonik Orbulina universa didefinisikan oleh hadir terakhir Helicosphaera
atau hadir terakhir foraminifera planktonik ampliaperta (Martini, 1971). Munculnya
Globigerinoides bisphaericus (Blow, 1969 nannoplankton berkapur ini dapat diamati secara
dengan modifikasi oleh Baumann, 1974). Di teratur sepanjang sumur dipelajari (Gambar 4).
daerah yang diteliti, terjadinya Orbulina universa Akhirnya, batas Miosen Awal/Tengah dapat
tidak teratur dan bahkan tidak teramati di diidentifikasi berdasarkan terjadinya indeks fosil
beberapa bagian. Ini mungkin berhubungan baik foraminifera planktonik dan nannoplankton
dengan kehadiran foraminifera planktonik langka berkapur. Penggunaan hadir terakhirnya
dalam zona N9 yang disebabkan oleh lingkungan microfossils ini untuk mengidentifikasi batas
tidak baik yang mengakibatkan terjadinya Miosen Awal/Tengah adalah sangat yakin
penurunan muka air laut (gambar 3). Dalam terutama untuk pemotongan sampel untuk
kasus ini, permukaan air laut rendah diwakili oleh mencegah terjadinya masalah.
keadaan laut dangkal yang sesuai dengan
foraminifera bentonik penanda laut dangkal V. PERUBAHAN IKLIM BATAS MIOSEN
seperti Amonia umbonata, A. beccarii, AWAL/TENGAH
Asterorotalia yabei dan Pseudorotalia sp. Akibat Iklim purba selama batas Miosen
terjadinya kondisi laut dangkal perkembangan Awal/Tengah (batas zona foram N8 / N9 atau
foraminifera planktonik sedikit seperti yang batas zona nanno NN4 / NN5) dijelaskan
ditunjukkan pada Gambar 3. Di sisi berdasarkan terjadinya indikator iklim
lain, munculnya Globigerinoides bisphaericus palynomorphs terpilih. Indikator iklim basah
dapat secara tetap ditemukan sampai ke puncak diwakili oleh Blumeodendron sp.,Cephalomappa
zona N8 karena kondisi lingkungan laut yang sp. ,Durio jenis, Sapotaceoidaepollenites spp.,
sesuai. Planktonik dan foraminifera benthonik Lycopodium cernuum, dan Selaginella plana.

4
POLLEN RECORD OF EARLY/ MIDDLE MIOCENE BOUNDARY LEMIGAS SCIENTIFIC CONTRIBUTIONS
EKO BUDI LELONO VOL. 32. NO. 2, AUGUST 2009 : 71 - 81

5
POLLEN RECORD OF EARLY/ MIDDLE MIOCENE BOUNDARY LEMIGAS SCIENTIFIC CONTRIBUTIONS
EKO BUDI LELONO VOL. 32. NO. 2, AUGUST 2009 : 71 - 81

6
POLLEN RECORD OF EARLY/ MIDDLE MIOCENE BOUNDARY LEMIGAS SCIENTIFIC CONTRIBUTIONS
EKO BUDI LELONO VOL. 32. NO. 2, AUGUST 2009 : 71 - 81

7
POLLEN RECORD OF EARLY/ MIDDLE MIOCENE BOUNDARY LEMIGAS SCIENTIFIC CONTRIBUTIONS
EKO BUDI LELONO VOL. 32. NO. 2, AUGUST 2009 : 71 - 81

8
POLLEN RECORD OF EARLY/ MIDDLE MIOCENE BOUNDARY LEMIGAS SCIENTIFIC CONTRIBUTIONS
EKO BUDI LELONO VOL. 32. NO. 2, AUGUST 2009 : 71 - 81

9
POLLEN RECORD OF EARLY/ MIDDLE MIOCENE BOUNDARY LEMIGAS SCIENTIFIC CONTRIBUTIONS
EKO BUDI LELONO VOL. 32. NO. 2, AUGUST 2009 : 71 - 81

Di sisi lain, indikator musiman/ iklim kering Spinizonocolpites echinatus, bentuk


mencakup Echitriporites schoutenoides, Florschuetzia trilobata, F. levipoli, Discoidites
Malvacipollis diversus, Monoporites annulatus, novaguenensis dan D. pilosus ( serbuk sari
Campnosperma sp. dan Magnastriatites howardi. backmangrove). Pengaruh permukaan laut rendah
Indikator iklim basah menunjukkan kelimpahan juga terlihat dalam kumpulan foraminifera dan
sedang dan keragaman selama zona foram dari nannoplankton berkapur yang menunjukkan
N8 atau Nanno zona NN4 (Miosen Awal) seperti penurunan yang signifikan alam batas Miosen
yang ditunjukkan oleh Blumeodendron sp., Awal/Miosen (Gambar6). Pengaruh permukaan
Cephalomappa sp., Jenis Durio dan laut rendah juga terlihat dalam kumpulan
Sapotaceoidaepollenites spp. (Gambar 5 dan foraminifera dan nannoplankton berkapur yang
6). Kondisi ini mungkin menunjukkan terjadinya menunjukkan penurunan yang signifikan alam
iklim basah selama zona N8 atau zona batas Miosen Awal/Miosen (Gambar6)
NN4. Bahkan, vegetasi berkembang baik selama Iklim berubah secara bertahap ke iklim yang
zona ini yang dibuktikan dengan kelimpahan lebih basah seluruh zona foram dari N9 (Miosen
sedang serbuk sari bakau Zonocostites ramonae, Tengah) seperti yang sesuai dengan peningkatan
serbuk sari back-mangrove Florschuetzia levipoli indikator iklim basah seperti Blumeodendron sp.,
dan F. trilobata dan serbuk sari rotan dari Cephalomappa sp., jenis Durio dan
Dicolpopollis malesianus dan Dicolpopollis Sapotaceoidaepollenites spp. (Gambar 5 dan 6).
spp. dan kelimpahan yang tinggi dari jenis serbuk Kelimpahan palinologikal meningkat secara
sari air tawar jenis Calophyllum (Lemigas, bertahap menuju bagian muda seperti yang
2008). Mengacu pada kurva relatif permukaan ditunjukkan oleh bakau serbuk sari Zonocostites
laut (Haq et al., 1988), kondisi basah ini berkaitan ramonae, serbuk sari air tawar jenis Calophyllum
dengan permukaan laut tinggi yang dan serbuk sari rotan Dicolpopollis malesianus
mengakibatkan tenggelamnya daerah yang lebih dan Dicolpopollis spp. (Lemigas, 2008). Iklim
luas. Selanjutnya, hal itu memicu perluasan basah berkaitan dengan kenaikan permukaan laut
vegetasi payau yang dibuktikan dengan yang mengakibatkan perendaman luas. Kondisi
kelimpahan sedang mangrove dan elemen back- ini menyebabkan munculnya lingkungan payau
bakau (Gambar 5 dan 6). Selain itu, kondisi iklim luas yang kemudian meningkatkan terjadinya
basah menyebabkan perkembangan baik dari unsur bakau seperti disebutkan di atas. Selain itu,
angiosperma seperti yang ditunjukkan oleh sebagai iklim semakin basah, palynomorph air
kelimpahan sedang rotan dan palynomorphs air tawar semakin beragam dan berlimpah seperti
tawar. ditunjukkan pada Gambar 7.
Indikator iklim basah turun secara signifikan
dalam batas zona N8 / N9 atau zona NN4 / VI. KESIMPULAN
NN5. Indikator tersebut berganti oleh Batas Miosen Awal/Tengah diwakili oleh
bertambahnya indikator iklim musiman seperti zona foraminifera dari N8/N9 dan batas zona
Monoporites annulatus, Campnosperma sp. dan nannoplankton berkapur batas NN4/NN5 dapat
Magnastriatites howardi (gambar 5). Kondisi ini diartikan berdasarkan hadir terakhir foraminifera
dengan jelas menunjukkan penampilan iklim planktonik dari Globigerinoides bisphaericus dan
musiman/kering dalam batas zona N8/N9 (bats hadir terakhir nannoplankton berkapur dari
Miosen Awal/Tengah). Iklim musiman/kering Helicosphaera ampliaperta. Batas ini
berkaitan dengan rendahnya laut yang ditunjukkan dengan permukaan laut rendah yang
mengakibatkan munculnya daerah pengendapan. sebagian menyebabkan terjadinya lingkungan
Ini menunjukan bahwa garis pantai bergerak laut dangkal yang dibuktikan dengan kelimpahan
mengurangi jumlah kawasan cekungan vegetasi sedang hingga tinggi penanda laut
payau yang tercermin dari penurunan yang dangkal. Situasi ini menyebabkan penurunan
signifikan dari palynomorphs payau seperti yang signifikan dari foraminifera (terutama yang
Zonocostites ramonae (serbuk sari bakau), dari foraminifera planktonik) dan kumpulan

10
POLLEN RECORD OF EARLY/ MIDDLE MIOCENE BOUNDARY LEMIGAS SCIENTIFIC CONTRIBUTIONS
EKO BUDI LELONO VOL. 32. NO. 2, AUGUST 2009 : 71 - 81

nannoplankton berkapur. Di sisi lain, catatan Proc. Ind. Petrol. Assoc., 2nd. Annual
palynological memberikan bukti yang jelas Convention, pp. 89-103.
tentang/kondisi iklim kering musiman dalam 4. Haq, B. U., Hardenbol, J., Vail, P. R. and
batas Miosen Awal/Tengah. Iklim basah selama Baum, G. R., 1988. Mesozoic and
zona N8 yang ditandai dengan kejadian umum Cenozoic Chronostratigraphy and
dari penanda iklim basah. Iklim ini berhubungan Eustatic Cycles. In: Wilgus, C. K.,
dengan permukaan laut tinggi hasil dari Hasting, B. S., Posamentier, H. and Van
perkembangan baik dari mangrove dan back- Wagoner, J. (eds.), Sea Level Change: An
bakau palynomorphs. Selain itu, iklim Integrated Approach. Society of
menyebabkan peningkatan vegetasi air Economic Paleontologists and
tawar. Selanjutnya, iklim musiman/kering Mineralogists Special Publication 42, pp.
muncul untuk menandai batas Miosen 71-108.
Awal/Tengah sesuai dengan peningkatan 5. Hartanto, K., Widianto, E. and Safrizal,
indikator iklim kering. Iklim kering yang 1991. Hydrocarbon Prospect Related to
berkaitan dengan permukaan laut rendah the Local Unconformities of the Kuang
menyebabkan munculnya banyak daerah Area, South Sumatera Basin. Proc. Ind.
perendaman yang mengurangi kumpulan bunga Petrol. Assoc., 20th. Annual Convention,
payau. Iklim kering juga dapat mencegah pp. 17-36.
perkembangan vegetasi air tawar. Iklim 6. Hasjim, N., Purwatinah, Panuju,
cenderung basah selama zona N9 yang Nugrahaningsih, L. and Lelono, E. B.,
ditunjukkan dengan peningkatan indikator iklim 1993. Analisis Biostratigrafi Sumur
basah. Selain itu, palynomorph air tawar Tangai-1, PERTAMINA UEP
meningkat secara bertahap menunjukkan Sumbagsel. Unpublished Service Report
pemulihan vegetasi air tawar. by LEMIGAS.
7. Lelono, E. B., 2003. Stratigraphic
VII. SAMBUTAN Interpretation of the Middle Miocene
Penulis berterima kasih kepada Stratigrafi Deltaic Sediment in the Sangatta Area,
Kelompok LEMIGAS Eksplorasi Divisi yang Based on Quantitative Palynological
besar membantu dalam mengidentifikasi Data. Lemigas Scientific Contributions,
palynomorphs, nannoplankton berkapur dan No. 2/ 2003, pp. 2-16.
foraminifera dari sumur dipelajari terletak di 8. Lelono, E. B., 2004a. Palynological
daerah daratan dari Cekungan Sumatera Selatan. Events of the Talang Akar Formation in
Penulis mengucapkan terima kasih kepada the On-Shore Area of the South Sumatera
Mohammad Taufiq untuk nya membantu dalam Basin. Lemigas Scientific Contributions,
memproduksi diagram biostratigrafi. No. 2/ 2004, pp. 10-18.
9. Lelono, E. B., 2004b. Paleogene
REFERENSI Sediment in South Sumatera - Where Has
1. Baumann, P., 1974. Summaries of It Gone. Lemigas Scientific
Lectures in Micropaleontology. Lemigas Contributions, No. 3/ 2004, pp. 29- 37.
Report No. EP-0185.Dept. of Geol. 10. LEMIGAS, 2001. Studi Integrasi
Jakarta. 36 p, 40 figs. Paleogen Synrift Sediment Cekungan
2. Blow, W. H., 1969. Late Middle Eocene Sumatra Selatan: Pendekatan Analisis
to Recent Planktonic Foraminiferal Palinologi/ Palinofacies dan Petrografi.
Biostratigraphy. Proc. 1st Int. Conf. Unpublished Service Report.
Plank. Microfossils 1. pp. 191-422. 11. LEMIGAS, 2006. Kuantifikasi
3. De Coster, G. L. and Adiwidjaja, P., Sumberdaya Hidrokarbon. Volume I:
1973. Pre- Tertiary Paleotopography and Kawasan Barat Indonesia. R & D Centre
Related Sedimentation in South Sumatra.

11
POLLEN RECORD OF EARLY/ MIDDLE MIOCENE BOUNDARY LEMIGAS SCIENTIFIC CONTRIBUTIONS
EKO BUDI LELONO VOL. 32. NO. 2, AUGUST 2009 : 71 - 81

for Oil and Gas Technology Lemigas, Daerah Lubuk Kambing dan Sekitarnya,
pp. 5-1 - 5.12. Cekungan Sumatera Selatan
12. LEMIGAS, 2008. Biostratigraphic Berdasarkan Studi Palinologi.
Analyses of the Well X, South Sumatra. Unpublished Thesis, Universitas
Unpublished Service Report. Padjadjaran, Bandung.
13. Martini, E., 1971. Standard Tertiary and 16. Sundoro, Prasetyo, B., Permono, W.,
Quaternary Calcareous Nannoplankton Sugiantoro, J. J., Kepies, S., Wiyanto, B.,
Zonation. In Farinacci, A. (Ed.), Proc. Permana, Y. And Hariyanto, N., 2006.
2nd Plank. Conf. Roma, pp. 739-784. Eksplorasi Overlook Zone Lapangan
14. Morley, R. J., 1995. Biostratigraphic Ogan, Sumatera Selatan. In House
Characterisation of Systems Tracts in Research, R & D Centre for Oil and
Tertiary Sedimentary Basins. Gas Technology Lemigas, 35 pp.
International Symposium on Sequence
Stratigraphy in SE Asia, Indon. Petrol.
Assoc., pp. 49-71.
15. Sundari, D., 1996. Penentuan Umur dan
Lingkungan Pengendapan, pada
Lintasan MK, Formasi Talang Akar,

12

Anda mungkin juga menyukai