PALEONTOLOGI
ANALISIS
Acara 4
Pengamatan Foraminifera Besar
Fadli Robbi A.
Aditya Sony K.
Perbedaan foram besar dan
kecil
• Foraminifera kecil:
• Berukuran 200 – 600 µm,
• Identifikasi morfologi test luar (butiran)
• Menggunakan mikroskop binokuler
• Foraminifera Besar
• Berukuran 0,5 mm – 10 cm
• Identifikasi bagian dalam
• Pengamatan Menggunakan sayatan tipis, polarisasi
ataupun binokuler
Pengamatan Foram Besar
Sayatan
SayatanHorizontal
Vertikal
Untuk mengetahui struktur dalam foram besar :
- Sayatan Horizontal (SH)
Sayatan dibuat melalui kamar pertama, dan tegak
lurus sumbu putar
- Sayatan Vertikal (SV)
Sayatan dibuat melalui kamar pertama, dan sejajar
sumbu putar
- Sayatan Oblique (SM)
Sayatan dibuat tidak melalui kamar pertama, dan tidak
sejajar sumbu putar dan tegak lurus sumbu putar.
KENAMPAKAN SAYATAN
DALAM
MORFOLOGI DASAR
Kamar Embrionik :
◦ Adalah kamar permulaan yang terdiri dari beberapa inti :
Protoconch, Deuteroconch.
◦ Protoconch adalah kamar awal, berukuran lebih kecil dari
Deuteroconch
Kamar Nepionik :
◦ Kamar yang mengelilingi kamar embrionik dan kamar post
- nepionik
MORFOLOGI DASAR
Kamar post Nepionik :
◦ Kamar – kamar yang terbentuk setelah kamar nepionik.
Kamar lateral
◦ Adalah kamar yang letaknya teratur terletak di atas atau di
bawah kamar equator.
Nepionik Deuteroconch
Deuteroconch
Deuteroconch Lateral
Deuteroconch
Deuteroconch
Protoconch
Protoconch
Protoconch
Protoconch
KAMAR Post – Nepionik
(Orbitoididae)
a: Rhombic d: Arcuate
b: Hexagonal e: Ogival
c: Spatulate
Kamar Ekuator Kamar Lateral
Rahmawati, 2019
Kegunaan Foram Besar
(Paleobatimetri)
• Dalam konteks paleobatimetri, fosil foraminifera
besar diinterpretasikan sebagai petunjuk laut
dangkal, hangat dan biasanya berupa dangkalan
dan/atau lingkungan karbonat di sekitar terumbu
KESIMPULAN
• Terdapat 2 jenis sayatan utama, sayatan horizontal
dan sayatan vertikal.
• Secara umum, terdapat 3 kamar sebagai
identifikasi :
• Kamar Embrionik ( proloculus )
• Kamar Lateral
• Kamar Ekuator
• Foraminefera dapat juga sebagai penentu umur
fosil. ( Rentang waktu besar) serta interpretasi
paleoekologi
PENUGASAN
Acara 6:
Analisis Fosil Jejak
Asisten Acara:
Bunga Fitri S.
Sonia Cantika W.
Tsabita Hanun M.
Fosil Jejak (Trace Fossil)
• Struktur biogenik yang mendokumentasikan kehidupan dan kejadian organisme in
situ saat atau sesudah sedimen terendapkan.
• Bentuk:
• Track (tapak)
• Trail (seretan)
• Burrow (galian pada sedimen lunak)
• Boring (galian pada sedimen keras)
• Keunggulan:
• Tidak terjadi reworked
• Dapat dijumpai di nonfossilferous rock
• Petunjuk kehadiran organisme lunak yang
tidak terawetkan.
Ichnofasies (Seilacher, 1967)
➔ Sedimentasi A
A lambat
Interpretasi
• Lingkungan pengendapan, kadar
oksigen
• Tingkat dan proses sedimentasi
• Apakah sedimentasi terjadi secara
berkelanjutan atau tidak
• Penunjuk arah atas (way up) suatu
lapisan
Asisten Acara :
Gelya Kandida
M. Sylvandra Risma R.
Radian Marthamevia
PENDAHULUAN
Biostratigrafi
• Biostratigrafi merupakan cabang dari stratigrafi yang
menggolongkan lapisan-lapisan batuan di bumi secara bersistem
menjadi satuan-satuan bernama berdasarkan kandungan dan
penyebaran fosil.
• Satuan dasar dari biostratigrafi adalah zona (Biozonasi), yang
merupakan suatu tubuh batuan yang dicirikan oleh kandungan
fosilnya yang terdiri dari satu takson atau lebih (Sandi Stratigrafi
Indonesia, 1996).
• Batas-batas dari suatu zona tidak ditentukan oleh tebal atau
luas dari penyebaran tubuh batuan, namun berdasarkan
kandungan fosilnya.
• Penentuan biostratigrafi dapat menggunakan berbagai fosil antara
lain adalah foraminifera, nannofosil, spora, polen, ostracoda,
diatom, radiolaria, moluska, dinoflagelata, koral, alga, dan porifera.
Macam – Macam Zona Biostratigrafi
Macam Macam Zona
Zona Kumpulan
Zona Kisaran
Zona Puncak
Zona Selang
Zona Rombakan
Zona Padat.
Zona Kumpulan
Farrinacci, 1971 dalam Kapid, 2003 Janin, 1987 dalam Kapid, 2003
MORFOLOGI NANNOFOSIL
GOLONGAN I
Discoaster bollii
• Mempunyai tangan 5 atau 6.
Central area relatif besar dan
tangannya pendek dan ramping
• Bagian atas Miosen Tengah (NN8-
NN10)
Coccolith
Placolith : nannofosil yang terbentuk oleh dua perisai dan dihubungkan oleh
saluran di tengah. Perisainya ada yang berbentuk bulat maupun bulat telur.
Contoh : Coccolithus
Coccolithus pelagicus
DESKRIPSI SPESIES
Coronocyclus nitescens
Sphenolithus belemnos
Contoh 1 :
𝑇 30 𝑚
1 𝜇𝑅 = 𝐴
= 3 𝑀𝑎
𝜇𝑅 = 10 m/Ma
Contoh perhitungan
UMUR (mya)
40 m/Ma
40 m/Ma
Penentuan batas
atas dan batas
bawah
unconformity. 10 m/Ma
10 m/Ma
Penentuan umur terjadi unconformity
Contoh
2
APLIKASI BIOSTRATIGRAFI
Analisis Geohistory
Unit
stratigrafi
Kurva
paleobatimetri
Umur Absolut 3
APLIKASI BIOSTRATIGRAFI
Analisis Geohistory
• Karena data absolut dari umur dan paleobatimetri diperlukan di bagian atas dan bawah setiap unit, maka perlu dilakukan koreksi umur
(ekstrapolasi, seperti mencari umur ketidakselarasan) dan koreksi paleobatimetri (umumnya mengambil titik tengah interval
paleobatimetri)
• Tahap pertama – akumulasi sedimen: plot semua akumulasi sedimen selama waktu pengendapan. Contoh, waktu mulai dari To dan berlanjut hingga T4.
Ketebalan sedimen setiap unit stratigrafi adalah ketebalan saat ini. Karena ketebalan unit sedimen yang konstan pada saat diendapkan pada kisaran waktu
yang sama, kecepatan akumulasi sedimen akan linear.
5
APLIKASI BIOSTRATIGRAFI
Analisis Geohistory
To = Ketebalan awal
Tp = Ketebalan saat ini
Φs = Porositas awal
Φd = Porositas saat ini (di bawah permukaan)
7
APLIKASI BIOSTRATIGRAFI
Analisis Geohistory
8
APLIKASI BIOSTRATIGRAFI
Analisis Geohistory
9
APLIKASI BIOSTRATIGRAFI
Analisis Geohistory
10
APLIKASI BIOSTRATIGRAFI
Analisis Geohistory
11
APLIKASI BIOSTRATIGRAFI Unit 11 10 8 7 6 Erosion 5 4 3 2 1
200
Analisis Geohistory 11 100
0.37 123.34 = Thickness
300 345.28 123.35 = Burial Thickness
10 350 150
Berdasarkan perhitungan koreksi kompaksi, kita dapat 0.39 0.47
123.34 = Porosity
12
APLIKASI BIOSTRATIGRAFI
Analisis Geohistory
• Tahap ketiga - paleobatimetri: kurva subsidence mempertimbangkan perubahan kedalaman cekungan, selain koreksi kompaksi. Data kedalaman yang
diperoleh dari paleobatimetri akan ditambahkan ke ketebalan sedimen untuk mendapatkan pola subsidence dari suatu cekungan selama pengendapan.
Husein (2019) 13
APLIKASI BIOSTRATIGRAFI
Analisis Geohistory
Subsidence
modified from Husein (2019) 17
APLIKASI BIOSTRATIGRAFI
Analisis Geohistory (Contoh analisis)
18
APLIKASI BIOSTRATIGRAFI
Analisis Geohistory (Contoh analisis)
Tbe (before Age uR Paleobathymetry
Unit Lithology Tp
erosion) A0 A1 (m/Ma) P0 P1
11 Limestone 200 200 2 0 100 50 40
10 Siltstone 300 300 4 2 150 80 50
8 Shale 200 200 5 4 200 130 80
7 Sandstone 400 400 7 5 200 300 130
6 Siltstone 200 200 8 7 200 0 300
Erosion - - 9 8 -400 0 0
5 (same with unit 4) Shale 0 400 11 9 200 780 0
4 Shale 200 200 12 11 200 670 780
3 Sandstone 300 300 15 12 100 750 670
2 Shale 400 400 19 15 100 480 750
1 Sandstone 300 300 22 19 100 350 480
T = Thickness
uR = Sedimentation rates
19
APLIKASI BIOSTRATIGRAFI
Analisis Geohistory (Contoh analisis)
20
APLIKASI BIOSTRATIGRAFI
Analisis Geohistory (Contoh analisis)
Unit 11 10 8 7 6 Erosion 5 4 3 2 1
TABEL KOREKSI KOMPAKSI 200
11 100
0.37 123.34 = Thickness
300 345.28 123.35 = Burial Thickness
10 350 150 123.34 = Porosity
0.39 0.47
200 217.24 323.08
8 600 445.28 100
0.37 0.42 0.61
400 405.48 428.99 462.50
7 900 762.52 523.08 200
0.26 0.27 0.31 0.36
200 202.78 211.59 221.21 286.27
6 1200 1068 852.06 562.50 100
0.27 0.28 0.31 0.34 0.49
0 0 0 0 0 0 400
5 - - - - - - 200
(same with unit 4)
- - - - - - 0.54
200 205.56 211.43 224.24 246.67 246.67 246.67 379.49
4 1400 1270.78 1063.66 783.71 386.27 100 500 100
0.26 0.28 0.3 0.34 0.4 0.4 0.4 0.61
300 303.85 307.79 311.84 324.66 324.66 324.66 343.48 376.19
3 1650 1526.34 1325.09 1057.95 682.94 396.67 796.67 529.49 150
0.21 0.22 0.23 0.24 0.27 0.27 0.27 0.31 0.37
400 405.06 415.58 432.43 450.70 450.70 450.70 470.59 516.13 695.65
2 2000 1880.18 1682.88 1419.80 1057.60 771.32 1171.32 922.97 576.19 200
0.2 0.21 0.23 0.26 0.29 0.29 0.29 0.32 0.38 0.54
300 300 303.70 307.50 311.39 311.39 311.39 319.48 328 336.99 390.48
1 2250 2235.25 2048.46 1802.23 1458.30 1172.03 1572.03 1343.55 1042.32 845.65 150
0.18 0.18 0.19 0.2 0.21 0.21 0.21 0.23 0.25 0.27 0.37
∑ Tp 2500.00 2385.25 2202.17 1959.73 1619.70 1333.42 1333.42 1513.03 1220.32 1032.64 390.48
Unit 11 10 8 7 6 Erosion 5 4 3 2 1
21
APLIKASI BIOSTRATIGRAFI
Analisis Geohistory (Contoh analisis)
GEOHISTORY ANALYSIS
(UNCORRECTED, SEDIMENT
ACCUMULATION)
Data Plotting:
Unit 11 10 8 7 6 Erosion 5 4 3 2 1
11 200
10 500 300
8 700 500 200
7 1100 900 600 400
6 1300 1100 800 600 200
5 - - - - - 0 400
4 1500 1300 1000 800 400 200 600 200
3 1800 1600 1300 1100 700 500 900 500 300
2 2200 2000 1700 1500 1100 900 1300 900 700 400
1 2500 2300 2000 1800 1400 1200 1600 1200 1000 700 300
Unit 11 10 8 7 6 Erosion 5 4 3 2 1
22
APLIKASI BIOSTRATIGRAFI
Analisis Geohistory (Contoh analisis)
Data Plotting:
Unit 11 10 8 7 6 Erosion 5 4 3 2 1
11 200
10 500 345.28
8 700 562.52 323.08
7 1100 968.00 752.06 462.50
6 1300 1170.78 963.66 683.71 286.27
5 - - - - - 0 400
4 1500 1376.34 1175.09 907.95 532.94 246.67 646.67 379.49
3 1800 1680.18 1482.88 1219.80 857.60 571.32 971.32 722.97 376.19
2 2200 2085.25 1898.46 1652.23 1308.30 1022.03 1422.03 1193.55 892.32 695.65
1 2500 2385.25 2202.17 1959.73 1619.70 1333.42 1733.42 1513.03 1220.32 1032.64 390.48
Unit 11 10 8 7 6 Erosion 5 4 3 2 1
23
APLIKASI BIOSTRATIGRAFI
Analisis Geohistory (Contoh analisis)
11 240
10 540 395.28
8 740 612.52 403.08
7 1140 1018.00 832.06 592.50
6 1340 1220.78 1043.66 813.71 586.27
5 - - - - - 0 400
4 1540 1426.34 1255.09 1037.95 832.94 246.6667 646.6667 1159.49
3 1840 1730.18 1562.88 1349.80 1157.60 571.3242 971.3242 1502.97 1046.19
2 2240 2135.25 1978.46 1782.23 1608.30 1022.028 1422.028 1973.55 1562.32 1445.65
1 2540 2435.25 2282.17 2089.73 1919.70 1333.421 1733.421 2293.03 1890.32 1782.64 870.48
Unit 11 10 8 7 6 Erosion 5 4 3 2 1
24
FORMAT LAPORAN
26
PALEOCLIMATE BERDASARKAN
FORAMINIFERA DAN NANNOFOSIL
Praktikum Paleontologi Analisis 2021
► Asisten Acara:
1. Fadli Robbi A
2. Aqnaa Furqon A F
3. Tsabita Hanun M
PENGERTIAN PALEOCLIMATE
Kajian ilmu yang dilakukan untuk analisa iklim masa lampau.
Iklim ini terekam dengan adanya organisme penciri yang
dapat bertahan hidup dengan kondisi iklim tertentu
(Sukandarrumidi, 2008)
Paleoclimate
Berdasarkan Foraminifera
Penentuan Paleoklimat
1) Kelimpahan Spesies Penciri Suhu
Penyebaran dan kelimpahan dari spesies foraminifera
sangat bergantung pada suhu laut di tiap daerah dan
mempengaruhi kelimpahan spesies penciri.
Spesies foraminifera planktonik penciri suhu panas dan dingin (Bricchi et al,
2003)
Tipsword, 1966
Penentuan Paleobatimetri
2) Biofasies
Penyebaran bentonik digunakan sebagai penentu lingkungan pengendapan
menggunakan klasifikasi Tipsword (1966) yang didasari pada kedalaman habitat dari
setiap spesies.
Zona Keterangan
Zona Darat Sampel sangat sedikit, tidak ada
Zona Transisi Laguna, estuarine, air payau, pantai
Zona Neritik Dalam Zona laut terbuka dangkal dengan kedalaman 0-20 m
Zona Neritik Tengah Zona laut terbuka dangkal dengan kedalaman 20-100 m
Zona Neritik Luar Zona laut terbuka dangkal dengan kedalaman 100-200 m
Zona Batial Atas Zona laut dalam dengan kedalaman 200-1000 m
Zona Batial Bawah Zona laut dalam dengan kedalaman 1000-2000 m
Zona Abisal Zona laut dalam dengan kedalaman >2000m
Paleoclimate
Berdasarkan Nannofosil
Nannofosil memiliki beberapa sifat yang memiliki arti penting dalam penyusunan
zona biostratigrafi dan bermanfaat dalam usaha penetapan umur dan korelasi
batuan sedimen, sifat tersebut adalah :
► Hanya dibutuhkan perconto, yang berukuran kecil (0,5-2,0 mgr)
► Cara preparasinya mudah, cepat, sederhana, dan murah
► Nannofosil pada umumnya banyak terdapat pada lapisan batuan sedimen yang
berumur Jura hingga Resen.
► Variasi bentuknya tidak banyak (± 500 macam)
► Ukurannya yang sangat kecil dan dijumpai secara melimpah dalam batuan
sedimen laut sehingga ada tidaknya suatu spesies dalam suatu spesies dalam
suatu peraga dapat ditentukan secara lebih pasti dengan nannofosil,
dibandingkan dengan penggunaan fosil lain yang ukurannya lebih besar
► Sifat hidupnya yang planktonis sehingga dimungkinkan penyebaran geografis
yang luas ke seluruh dunia
Selain itu Nannofosil juga sensitive terhadap perubahan suhu di lautan sehingga
sangat baik digunakan untuk analisis paleoclimate.
Cara Penentuan Paleoclimate
► Identifikasi nannofossil kemudian tarik umurnya lalu plotkan pada fossil list
yang telah disediakan
► Susun distribution chart
► Buat tabel biozonasi lalu tentukan biodatum, biozonasi dan umurnya
► Penentuan paleoclimate menggunakan kelimpahan spesies penciri suhu
Contohnya genus Discoaster adalah penciri iklim hangat dan Gephyrocapsa
caribbeanica adalah penciri iklim dingin.
Distribusi dan
zonasi
nannofosil
pada
Paleogen(Mar
tini, 1971
dalam Bolli,
1985)
Distribusi dan
zonasi
nannofosil
pada
Neogen(Marti
ni, 1971
dalam Bolli,
1985)
Distribusi dan
zonasi
nannofosil
pada Eosen -
Oligosen
(Fioroni et
al., 2012)
Contoh spesies penciri iklim hangat
Isnaniawardhani et al., 2020
► Calcidiscus leptoporus
► Coccolithus pelagicus
Foraminifera
1. Tarik umur (Bolli and Saunders,1985) dan kedalaman fossil foraminifera lalu plotkan pada fossil
list yang telah disediakan
2. Susun distribution chart seperti yang telah dilakukan pada praktikum biostratigrafi
3. Buat tabel biozonasi seperti yang telah dilakukan pada praktikum biostratigrafi lalu tentukan
biodatum, biozonasi dan umurnya
4. Penentuan paleoclimate yang diinterpretasikan berdasarkan PERPUTARAN CANGKANG
5. Penentuan paleobatimetri berdasarkan P/B Ratio dan dilanjutkan dengan biofasies
6. Lakukan interpretasi berdasarkan data yang ada.
Nannoplankton
1. Tarik umur (Martini, 1971) lalu plotkan umur nannoplankton dalam fosil list
yang sudah disediakan
2. Buat tabel biozonasi lalu tentukan biodatum, biozonasi dan umurnya
3. Penentuan paleoclimate menggunakan kelimpahan spesies penciri suhu