Anda di halaman 1dari 115

Laboratorium Penilaian

Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Formasi


Yogyakarta 1
Program Studi Teknik Perminyakan
Fakultas Teknologi Mineral
Universitas Pembangunan Nasional " Veteran" Yogyakarta
PRAKTIKUM PENILAIAN FORMASI
BUKU PANDUAN

Pr aktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 2

LABORATORIUM
PENILAIAN
FORMASI
Buku Panduan Praktikum
Penilaian Formasi

Daftar Buku & Publikasi


Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Yogyakarta
Fakultas Teknologi Mineral
Program Studi Teknik Peminyakan

LD Reza Humar Dhani, Priastoto Abib Wijanarko, Ferdian Rinaldo, Ade Yohana K., Taufan Y. S.,
Ardiyanto, Dewi Asmorowati, Dian Islami, Merry Liana Putra, Avianto Kabul P

©2006 : Cetakan I

DedyKristanto, VDCahyokoAji

©2012 : Cetakan II (Revisi)


Avianto Kabul P

©2016 : Cetakan III (Revisi)

Cetak Oleh : Laboratorium Penilaian Formasi


Timesnewroman-12
spasi-1.2
A4-hal-138

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 3

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas rahmat dan
hidayah sehingga Buku Petunjuk Praktikum Penilaian Formasi ini dapat diselesaikan
sesuai dengan rencana.

Buku ini dimaksudkan untuk memenuhi sarana bagi terselenggaranya Praktikun


Penilaian Formasi untuk mahasiswa Program Studi Teknik Perminyakan, Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta. Sedangkan sasaran akhir dari
praktikum ini adalah diharapkan mahasiswa dapat memahami, mengerti dan
mengevaluasi parameter-parameter reservoar dari hasil analisa cutting dan
interpretasi logging serta mengaplikasikannya.

Ucapan terima kasih saya ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu
tersusunnya Buku Petunjuk Praktikum ini. Akhirnya semoga buku ini dapat
bermanfaat .

Ka. Lab. Penilaian Formasi

Ir. H. Avianto Kabul P, MT.

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 4

TATA TERTIB
PRAKTIKUM PENILAIAN FORMASI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN

Setiap praktikan diwajibkan memenuhi tata tertib Praktikum Penilaian


Formasi, sebagai berikut:
1. Selama praktikum berlangsung, praktikan diharuskan :
a. Menyelesaikan urusan administrasi laboratorium sebelum praktikum
dimulai.
b. Mengikuti test yang diadakan sebelum acara praktikum dimulai.
c. Menepati jadwal praktikum yang telah ditetapkan dan sedapat mungkin
tidak pindah plug.
d. Membuat laporan mingguan praktikum / tugas yang telah diikuti dan
dikumpulkan pada acara praktikum berikutnya.
e. Praktikan tidak diperbolehkan makan, minum, merokok dan membuat
keributan didalam ruangan selama praktikum berlangsung.
2. Bagi yang tidak menyerahkan laporan mingguan pada saat acara praktikum,
dianggap tidak mengikuti praktikum pada acara tersebut.
3. Terlambat lebih dari 10 menit dari jadwal praktikum yang telah ditetapkan,
tidak diijinkan mengikuti praktikum.
4. Praktikan yang tidak mengikuti acara praktikum lebih dari dua kali
dinyatakan gugur, kecuali disertakan surat keterangan yang jelas dan dapat
dipertanggungjawabkan.

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 5

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................... 3
TATA TERTIB .............................................................................................. 4
DAFTAR ISI .................................................................................................. 5
FORMAT LAPORAN ................................................................................... 6
BAB I. Deskripsi ............................................................................................ 8
Lumpur Pemboran
Sistem Sirkulasi
Analisa Cutting
Mud Log
Core Analysis
Kondisi Lubang Bor
BAB II. Log Lithology ................................................................................... 28
SP Log
Gamma Ray Log
Caliper Log
BAB III. Log Resistivity ................................................................................ 35
Normal Log
Induction Log
Lateral Log
Microresistivity Log
BAB IV. Log Porosity .................................................................................... 43
Neutron Log
Density Log
Sonic Log
BAB V. Interpretasi Log ............................................................................... 55
Interpretasi Kualitatif
Interpretasi Kuantitatif
BAB VI. Penentuan Cadangan ..................................................................... 80
Teknik Pemetaan
Penentuan Cadangan
Daftar Pustaka ................................................................................................. 87
Lampiran .......................................................................................................... 88

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 6

FORMAT LAPORAN

1. Lembar Judul ( jarak A = disesuaikan )

A = 5 cm

LAPORAN
PRAKTIKUM PENILAIAN FORMASI

Oleh :
Nama :
No. Mhs :
Plug/klp :

B = 3 cm

PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN


UNIVERSITAS PEMBAGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2012

C = 5 cm

2. Lembar Pengesahan ( Jarak A = B )

5 cm
JUDUL
A

LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM PENILAIAN FORMASI

Disetujui untuk Laboratorium :


Praktikum Penilaian Formasi, Oleh :

7 cm

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 7

3. Format Pengetikan

1.5 cm
ABSTRAK - Diketik 1 spasi
Huruf Times New Roman 11 pcs

ISI - Diketik 1,2 ISI - Diketik 1,2


spasi spasi
Huruf Times Huruf Times
New Roman 11 New Roman 11
1.5 cm

1.5 cm
pcs Kertas HVS pcs Kertas HVS
A4 A4

( Tabel 1 spasi, ( Tabel 1 spasi,


Gambar 1 spasi ) Gambar 1 spasi
)

1.5 cm 1.5 cm

4. Isi Laporan (Paper)


Halaman Judul
Halaman Pengesahan
Daftar Isi
Bab I . Pendahuluan
Bab II. Tinjauan Pustaka
Bab.III Preparasi Data
Bab.IV Analisa Data dan Interpretasi
Bab.VI Pembahasan
Bab.VII Kesimpulan
Lampiran
Daftar Pustaka

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta | 8

BAB I
DESKRIPSI
(Lumpur Pemboran, Sistem Sirkulasi, Analisa Cutting, Mud Log, Core
Analysis, Kondisi Lubang Bor)

Fluida Pemboran (drilling fluid)


Fluida pemboran merupakan suatu campuran (liquid) dari beberapa komponen yang
terdiri dari air (tawar atau asin), minyak, tanah liat (clay), bahan-bahan kimia
(chemical additives), gas, udara, busa maupun detergen. Di lapangan fluida
pemboran dikenal sebagai “lumpur” (mud). Lumpur mempunyai sifat fisik tertentu
sehingga dapat menanggulangi masalah pemboran. Ada tiga jenis fluida pemboran,
yaitu:
a. Water – based mud
Lumpur pemboran yang paling banyak digunakan adalah water-base mud (80%).
Komposisi lumpur ini terdiri dari air tawar atau air asin, clay dan chemical
additives. Water base mud merupakan jenis lumpur yang paling banyak umum
digunakan karena murah dan mudah penggunaannya.
b. Oil – based mud
Lumpur ini menggunakan minyak (oil) sebagai bahan dasarnya. Lumpur ini
digunakan pada pemboran dalam, hotholes, formasi shale dan sebagainya. Lumpur
bor ini lebih mahal, tetapi akan mengurangi terjadinya korosi pada rangkaian pipa
bor.
c. Air or gas – based mud
Keuntungan dari lumpur jenis ini terutama adalah dapat menghasilkan laju
pemboran yang lebih besar. Karena menggunakan kompresor, maka kebutuhan
peralatan dan ruang lebih sedikit.

Fungsi Lumpur Pemboran


Fungsi utama lumpur pemboran adalah:
• Memberikan hydraulic horse power pada bit untuk membersihkan serbuk bor
(cutting) dari dasar lubang bor.

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta | 9

• Mengangkat cutting ke permukaan.


• Mengontrol dan menahan tekanan formasi.
• Memberi dinding pada lubang bor dengan mud cake.
• Mendinginkan dan melumasi bit dan rangkaian pipa bor.
• Membawa cutting dan material – material pemberat pada suspensi bila sirkulasi
dihentikan sementara.
• Menahan sebagian berat drill pipe dan casing (buoyancy effect).
• Media logging.

Sistem Sirkulasi Lumpur Pemboran


Fluida pemboran selama pemboran mengalami sirkulasi. Skema sirkulasi ini dapat
dilihat pada gambar dibawah. Secara umum, lumpur pemboran mengalir dari
peralatan sirkulasi, turun ke rangkaian pipa bor dan naik ke annulus mengangkat
serbuk bor ke permukaan menuju conditioning area sebelum kembali ke mud pits
untuk sirkulasi kembali.

Gambar Sistem Sirkulasi Lumpur Pemboran

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta | 10

Peralatan Utama Sistem Sirkulasi


Selama sirkulasi, lumpur pemboran melewati peralatan-peralatan utama yang
memiliki fungsi yang berbeda-beda. Peralatan utama sistem sirkulasi yaitu :
a. Mud Pump
Berfungsi untuk memompa fluida pemboran dengan tekanan tinggi.
b. Mud pits
Suatu kolam tempat lumpur sebelum disirkulasikan. Sistem pit dan susunan dari
peralatan yang menangani lumpur di atas pit dirancang atas pertimbangan drilling
engineer. Biasanya rig mempunyai dua atau tiga pit dengan ukuran lebar 8 - 12 ft,
panjang 20 - 40 ft dan tinggi 6 - 12 ft. Volumenya berkisar antara 200 - 600 bbl.
Pada operasi-operasi di offshore dapat ditambahkan 1 - 3 pit untuk penyimpanan
kelebihan lumpur dan untuk lumpur yang mempunyai densitas tinggi.
c. Mud Mixing Equipment
Suatu peralatan yang berfungsi untuk mencampurkan bahan-bahan atau material
pada lumpur dengan menggunakan mixing hopper. Mixing hopper merupakan
peralatan berbentuk corong yang dipakai untuk menambahkan bahan-bahan padat
ke dalam fluida pemboran pada saat treatment di dalam mud pit.
d. Conditioning Area
Suatu perlatan yang berfungsi untuk membersihkan fluida pemboran yang keluar
dari lubang sumur setelah disirkulasikan, terdiri dari:
• Mud gas Separator, berfungsi untuk memisahkan gas-gas dari fluida pemboran
• Shale shaker, berfungsi untuk memisahkan cutting berukuran besar dari fluida
pemboran.
• Degasser, berfungsi untuk memisahkan gas-gas dari fluida pemboran secara
terus menerus.
• Desander, berfungsi untuk memisahkan pasir dari fluida pemboran
• Desilter, berfungsi untuk memisahkan partikel-partikel yang ukurannya lebih
kecil dari pasir.

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta | 11

Tujuan Analisis
Pekerjaan analisa cutting ini dilakukan dalam kerangka pekerjaan Mud Logging
yang terutama digunakan untuk mengidentifikasikan saturasi Hidrokarbon dan
mengestimasikan karakteristik batuan reservoar.

Analisis Lithologi Dan Porositas

Pada saat ini analisa cutting untuk mengestimasi karakteristik reservoar harga
dititik beratkan pada analisa lithologinya.

Analisa Lithologi

Analisa lithologi dimaksudkan untuk menggambarkan macam-macam batuan


untuk tiap kedalaman pedoman dalam pendiskripsian lithologi, yaitu:

a. Shale
Warna : merah dan hijau Tekstur : seperti lilin, beludru dan
kertas
Kekerasan : lunak, sedang, kuat, keras, sangat keras dan rapuh.
Lapisan : massive, blocky, fossile dan splentary
Pabrikasi : laminasi, pecahan, berlapis, dapat dibelah
Mineral tambahan : bentonite, sandy, calcareous dan carbonnaceous
b. Sand
Warna : coklat, abu-abu
Tekstur : sangat halus, halus, medium kasar dan sangat kasar
Bentuk butir : bulat, agak bulat dan bersudut
Pemilahan/sortasi : baik, sedang dan jelek
Tingkat sementasi : gampang pecah (friable), padat (dense)
Porositas : tidak tampak, jelek, sedang dan baik
c. Limestone dan Dolomite
Warna : putih, coklat, abu-abu dan hitam
Tekstur : sangat baik, baik, sedang, butir kasar, padat,
chalky, oolitic, sucrosic, colicastic.
Butiran : sucrosa, crystal, chalky

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta | 12

Accessory : oolite, sandy,silty, calcite, pyrite dan argillaceous


Kilap : suram, seperti tanah, dasar

Setelah dilakukan pendiskripsian lithologi selanjutnya adalah menentukan batas


lithologinya dimana dalam penentuan batas-batas lithologinya ada 2 (dua) metode,
yaitu:

1. Metode Prosentase
Secara visual diperkirakan prosentasi dari cutting tiap macam batuan yang
ada dalam satu kantong cutting. Biasanya ada 2 atau 3 macam batuan,
dimana shale merupakan komponen yang sering ada. Dengan memplot
prosentase dari setiap macam batuan untuk setiap interval atau kantong,
maka dengan melihat hasil keseluruhannya akan dapat diperkirakan batas
lithologinya.
2. Metode yang Pertama Muncul
Metode ini didasarkan pada adanya lithologi baru yang terlihat pertama kali
dari rangkaian cutting yang sedang dianalisa pada pertambahan kedalaman.
Kedalaman sample cutting yang baru merupakan batas atas lapisan
lithologi.

Analisa Porositas.
Untuk penentuan porositas batuan dari analisa cutting bersifat kualitatif.
Caranya dengan memeriksa cutting dibawah lensa binokuler. Istilah yang
digunakan adalah:
Tidak jelas (trace) : porositas 0-10 %
Agak jelek (show) : porositas 10- 20 %
Jelas (good) : porositas > 20 %
Analisa Indikasi hidrokarbon
Dan yang akan dilakukan dalam analisa indikasi hidrokarbon adalah penampakan
noda (staining), bau (odour) dan pemeriksaan hidrokarbon.
1. Penampakan Noda

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta | 13

Pada batuan jenis hidrokarbon berat (residu, tar) akan memberikan noda
yang lebih nyata. Jika kadar hidrokarbon dalam batuan cukup tinggi akan
terlihat kesan berupa cucuran.

Tabel
Kapasitas Penampakan Noda Berdasarkan Penyebaran Dalam Batuan

Kualitas Penampakan Prosentasi Distribusi dalam Batuan


Sangat baik >75%
Baik 50-75%
Sedang 25-50%
Buruk <25%
2. Bau (Odour) Biasanya batuan yang mengandung hidrokarbon mempunyai
bau yang spesifik. Kekuatan baunya tergantung dari jenis dan kadar
kuantitas kandungan hidrokarbon didalam batuan. Bau wangi biasanya
berasal dari minyak parafine dan naftanik, sedangkan bau busuk berasal dari
minyak aromatic.
3. Pemeriksaan Indikasi hidrokarbon pada Cutting Dalam praktikum
digunakan analisa pemeriksan fluoroscopic (ultraviolet). Dilakukan dengan
memasukkan sample cutting dalam fluroscope untuk melihat ada tidaknya
fluoresensi. Biasanya hidrokarbon cair atau minyak memberikan warna
tertentu terhadap sinar ultraviolet, sedangkan gas dan minyak residu
kadang-kadang tidak berfluorensi.

Tabel
Warna fluoresensi Masing-masing Minyak

Jenis Minyak Warna Fluorescensi


Residu Coklat gelap - tidak berwarna
Minyak Berat Coklat - kuning tua
Minyak Medium Putih - kuning cerah
Minyak Ringan Putih biru - biru cerah

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta | 14

Kondensat Ungu - biru cerah

Tabel
Jenis Mineral atau Material yang Memberikan Gangguan Pada Pengamatan
Warna Fluoresensi

Residu Warna Fluoresensi


Batu gamping / dolomite Kuning/ kekuning-kuningan
Batu gamping pasiran Coklat-coklat tua
Paper shale Kuning- coklat kopi
Fosil Kuning putih – kuning coklat
Napal Kuning tua – abu-abu coklat
Grase atau Gemuk Putih susu
Solar Putih terang
Kulit kumbang Biru
Kualitas penampakan fluoresensi ditentukan dari distribusi fluoresensi dalam
contoh batuan, yaitu

Tabel Penampakan Fluorosensi Contoh Batuan


Kualitas Penampakan Prosentase Distribusi dalam Batuan
Sangat baik (excellent) > 75 %
Baik (good) 50 – 75 %
Sedang (fair) 25 – 50 %
Buruk (poor) < 25 %

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta | 15

Gambar Directly Fluoresence Under Ultraviolet Box

Sample fluorescence
Color : from brown through green, gold, blue, yellow, to white; in most
instances, the heavier oils have darker fluorescence.
Distribution : even, spotted, or mottled
Intensity : bright, dull, pale, and faint

Gambar Cut Fluorescence Under UV Box (Solvent Chloroform)


Solvent Cut Fluorescence
Cut speed : an indication of both the solubility of the oil and the permeability of
the sample.

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta | 16

Cut nature : the solvent with dissolved oil may occur in uniform, streaming or
blooming. A streaming cut also indicates low oil mobility.
Cut color and intensity: After observing the sample under UV light observe the
sample under natural light. The cut color observed in natural light
is just called cutcolor(example: very light brown cut color or no cut
color)
Cut Residue :The solvent dissolves rapidly under the heat of the UV light,
sometimes leaving a residue of oil around the cutting on the spot
plate. The true color of the oil can then be observed. The intensity
and opacity of color, especially of the residue, is an indicator of the
oil density and the quantity of oil originally in the cutting
Mud Log
Mud Log adalah pemeriksaan dan analisis informasi geologi yang terkandung
dalam cutting (hancuran batuan) dan lumpur pengeboran untuk menentukan
indikasi minyak dan gas yang ditemukan selama proses pengeboran sebuah sumur
(penembusan batuan/formasi). Mud log terdiri dari wellsite beserta unitnya yang
terdiri dari laboratory unit, control panel dan peralatan monitoring. Mud Logger
bertugas menganalisis data geologi dan parameter pengeboran serta
mengidentifikasi dan menghitung cadangan hidrokarbon pada lapisan yang
mempunyai potensi produktif, porositas formasi bawah permukaan. Mud Logger
juga menganalisis parameter pengeboran hubungannya dengan analisis formasi
dalam rangka memberikan rekomendasi tingkat pengeboran, biaya dan
keselamatan.

Logging sensor pada Mud Log monitoring terdiri dari :


Monitoring Drilling Speed, Monitoring Standpipe Pressure, Monitoring Hookload,
Monitoring Rotary Speed, Monitoring Rotary Torque, Monitoring Stroke Speed,
Monitoring Mud Flow Out, Monitoring Mud Temperate in/out, Monitoring Mud
Conductivity in/out, Monitoring Mud Weight in/out, Monitoring Pit Volume and
H2S, Monitoring Gas Chromatographs and Gas Detector

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta | 17

Gambar Skema Lokasi Sensor Mud Logger

Gambar Grain Size Card

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta | 18

Gambar Klasifikasi Ukuran Standart Butiran

Gambar Chart Identifikasi Warna

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta | 19

Gambar Shape of the Cutting

Gambar Terminologi Kontak Antar Butiran


A. Point Contact, B. Long Contact, C. Concavo-Convex, D. Satured

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta | 20

Gambar Drilling Well Track Report

Parameter teknis yang merupakan hasil dari analisa Mud Logger diantaranya :
Total Depth, ROP, WOH, Hook Speed, Hook Height, WOB, RPM, Rotary Torque,
Stand Pipe Press, Wellhead Press, SPM Stroke, Lag Time, Flow in/out, Temp
in/out, Mud Weight in/out, Resistively in/out, Conductivity in/out, Mud
Volume,Total Gas and Chromatography, H2S / CO2

Analisa Core
Persamaan Analitik Regresi
Hubungan linier antara dua kelompok data, dapat ditentukan dengan analisa regresi,
yang memberikan persamaan regresi sebagai berikut :
1. Regresi linier : Y = a + bx
2. Regresi eksponensial : Y = aebx, dimana a > 0
3. Regresi logaritmik : Y = a + b log x
4. Regresi power : Y = a xb, dimana a > 0

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta | 21

Dengan teknik regresi ini, maka konstanta a dan b dari persamaan-persamaan di


atas dapat ditentukan. Secara umum persamaan untuk menentukan konstanta-
konstanta

tersebut adalah sebagai berikut : dimana harga A, B,


xi dan Yi tergantung dari jenis regresi yang digunakan, ditunjukkan pada tabel
berikut :

Regresi xi Yi a b
Linier xi Yi A B
Eksponensial xi Ln Yi eA B
Logaritmik Log xi Yi A B
Power Log xi Log Yi 10A B

Untuk menilai apakah analisa regresi yang dipilih cukup mewakili data yang
dianalisa, perlu dihitung koefisien regresi (R2). Koefisien tersebut dihitung dengan
persamaan berikut :

Apabila analisa regresi yang dipilih memberikan harga R2≈1 ini berarti bahwa
hampir semua titik data terletak pada persamaan regresi. Jika diperoleh R2<1,
berarti banyak titik data yang di luar persamaan regresi. Dengan perkataan lain,
makin kecil harga R2, titik data makin terpencar. Mengetahui besaran-besaran core
yang diukur oleh uji yang dilakukan di laboratorium. Analisa core terdiri dari

Analisa Core Rutin (Routine Core Analysis)


Core yang dianalisa meliputi conventional core dan sidewall core. Besaran-besaran
yang diukur pada uji ini adalah :

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta | 22

1. Porositas.
2. Permeabilitas terhadap udara (air permeability - kair) dan permeabilitas
yang ekivalen terhadap liquid (kL).
3. Permeabilitas horisontal terbesar (maksimum).
4. Permeabilitas horisontal tegak lurus terhadap permeabilitas horisontal
maksimum.
5. Permeabilitas vertikal.
6. Berat jenis butiran.

Analisa Core Spesial (Special Core Analysis - Scal)


Besaran-besaran yang diukur dan diperoleh dari uji ini adalah :
1. Permeabilitas liquid ekivalen sebagai fungsi dari volume throughput.
2. Permeabilitas terhadap udara (air permeability) dan porositas core plug dan
full diameter core yang dilakukan pada beberapa harga confining stress.
3. Kompresibilitas formasi (pore volume compressibility) dari core plug dan
full diameter core sebagai fungsi dari tekanan overburden efektif.
4. Faktor resistivitas formasi (F), faktor sementasi (a) dan eksponen sementasi
(m).
5. Indeks resistivitas (RI), saturasi air (Sw) dan eksponen saturasi (n).
6. Permeabilitas relatif (kr)sebagai fungsi saturasi.
7. Tekanan kapiler.
8. Waterflood Susceptibility

Penentuan Parameter Reservoir Rata-Rata


Mengolah hasil analisa batuan inti (core), yaitu porositas, permeabilitas dan saturasi
untuk digunakan dalam menentukan perhitungan cadangan dan perhitungan teknik
reservoir lainnya dengan menggunakan analisa statistik. Dalam analisa diperlukan:
• Diperlukan hasil analisa batuan inti serta interpretasi log untuk harga
porositas dan saturasi.

• Harga batas Ø, k dan Sw.

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta | 23

Perhitungan Porositas Rata-Rata (statistik)


1. Siapkan data porositas terhadap kedalaman dari hasil analisa batuan inti dan
interpretasi log sumur.
2. Plot porositas hasil analisa batuan inti terhadap porositas hasil interpretasi
log untuk kedalaman yang sama. Tarik garis yang mewakili titik-titik
tersebut. Dengan persamaan garis.
3. Siapkan data porositas hasil interpretasi log terhadap kedalaman sumur-
sumur yang tidak dilakukan pengintian.
4. Dengan menggunakan hasil plot dari langkah 2, tentukan harga porositas
batuan inti ekuivalen dari harga-harga porositas di langkah 3.
5. Kumpulkan semua data porositas dari analisa batuan inti dan porositas
ekivalen dengan urutan membesar.
6. Tentukan harga cut-off porositas dan sisihkan data porositas yang lebih kecil
dari cut-off tersebut. (tentukan harga cut off)
7. Tentukan jumlah selang data dengan menggunakan persamaan berikut :
S = 1 + 3.3 log n

Keterangan :
S = jumlah selang minimum
n = jumlah data
8. Tentukan jumlah data porositas yang termasuk di dalam masing-masing
selang.
9. Hitung frekuensi masing-masing selang, yaitu jumlah data pada suatu
selang dibagi dengan jumlah data seluruhnya.
10. Plot selang porositas terhadap frekuensi. Porositas sebagai sumbu ordinat
dan frekuensi sumbu absis.
11. Tentukan harga-tengah porositas untuk masing-masing selang.
12. Porositas rata-rata dihitung sebagai berikut :

Keterangan :

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta | 24

fi = frekuensi pada suatu selang


Øi = harga-tengah porositas pada selang
Perhitungan Permeabilitas Rata-Rata
1. Siapkan data porositas dan permeabilitas hasil analisa batuan inti terhadap
kedalaman.
2. Plot porositas terhadap permeabilitas untuk kedalaman yang sama pada
kertas grafik semi log. Permeabilitas pada sumbu log dan porositas pada
sumbu linear. Tarik garis lurus yang mewakili titik-titik tersebut. Garis ini
dapat ditentukan secara lebih baik dengan menggunakan analisa regresi
(persamaan garis).
3. Siapkan data porositas hasil interpretasi log untuk sumur-sumur yang tidak
dilakukan pengintian.
4. Tentukan harga cut off porositas dan sisihkan data porositas di langkah 3,
yang lebih kecil dari harga cut-off tersebut (tentukan harga cut off)
5. Tentukan harga permeabilitas ekivalen dari porositas hasil log, berdasarkan
persamaan garis di langkah (2).
6. Tentukan semua data permeabilitas dari analisa batuan inti maupun
permeabilitas ekivalen dengan urutan membesar. Berdasarkan harga cut-
off permeabilitas, sisihkan harga permeabilitas yang lebih kecil dari harga
cut-off tersebut.
7. Kumpulkan semua data permeabilitas ekivalen dari analisa batuan inti
maupun permeabilitas ekivalen dengan urutan membesar. Berdasarkan
harga cut off permeabilitas, sisihkan harga permeabilitas yang lebih besar
dari harga cut off tersebut untuk keperluan analisa.
8. Tentukan harga permeabilitas awal (dalam hal ini harga permeabilitas cut
off dapat digunakan sebagai harga permeabilitas awal), kemudian batas
selang dengan menggunakan persamaan berikut :
K j = 2j k i
Keterangan :
J = 1, 2, 3, 4, ....
kj = batas selang permeabilitas

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta | 25

ki = permeabilitas awal
9. Tentukan jumlah data permeabilitas yang termasuk di dalam masing-masing
selang.
10. Hitung frekuensi masing-masing selang (fj) dengan menggunakan
hubungan berikut :

11. Hitung frekuensi kumulatif setiap selang :


12. Dalam setiap selang, hitung permeabilitas rata-rata secara aritmatik (kA)j,

yaitu :
Keterangan :
n = jumlah data permeabilitas dalam selang
ki = harga-harga permeabilitas dalam selang
13. Permeabilitas rata-rata secara geometrik dan seluruh contoh dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta | 26

Borehole Environment

Gambar Mud-Filtrate Invasion and Terminology


Tabel Kondisi Daerah di Sekitar Lubang Sumur (Bateman, 1985)

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta | 27

Gambar Perbandingan Depth of Investigation untuk Berbagai Alat Log

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta | 28

BAB II
LOG LITHOLOGY
(Spontaneous Potential Log, Gamma Ray Log, Caliper Log)

Spontaneous Potential Log (SP Log)


Merupakan rekaman mengenai perbedaan arus listrik DC dalam millivolts antara
Potential natural karena pergerakan elektroda dalam lubang bor dengan elektroda yang
ditempatkan di permukaan. Harga SP log untuk shale cenderung konstan (shale
base line), lapisan permeabel ditandai dengan adanya defleksi SP log dari shale
base line. Defleksi kurva SP log yang tergambar pada slip log akan memberikan
bentuk-bentuk sebagai berikut:
1. Lurus dan biasa disebut dengan shale base line
2. Untuk lapisan yang permeabel (air asin), kurva SP log berkembang negatif
(ke kiri) dari shale base line
3. Untuk lapisan permeabel (hidrokarbon), kurva SP log akan berkembang
negatif (ke kiri) dari shale base line
4. Untuk lapisan permeabel (air tawar), kurva SP Log akan berkembang positif
(ke kanan) dari shale base line

SP log tidak dapat direkam di dalam lubang sumur yang diisi oleh lumpur yang tidak
konduktif karena diperlukan medium yang dapat menghantarkan arus listrik antara
elektroda alat dan formasi. Jika filtrasi lumpur dan kadar garam air formasi (resistivitas)
hamper sama, penyimpangan SP akan kecil dan kurva SP menjadi kurang berguna.

Jenis log induksi yang sering digunakan adalah Induction Electrical Survey (IES). Alat
ini dapat mendeteksi dengan baik konduktivitas formasi yang selanjutnya
dikonversikan dalam satuan resistivity. Dengan demikian setiap pengukuran akan
menghasilkan kurva-kurva:
SP Log untuk menentukan litologi
Short normal resistivity (SN) untuk menentukan Rxo
Induction Log resistivity (RIL) untuk menentukan Rt

Prinsip dari log induksi (log resistivitas) adalah mengukur tahanan jenis formasi batuan
dan fluida yang dikandungnya terhadap arus listrik yang melaluinya.
Bentuk-bentuk kurva yang dihasilkan log induksi adalah:
1. Defleksi kurva RIL yang jauh lebih tinggi dari pada kurva SN menunjukkan
bahwa salinitas air formasi lebih rendah dari pada air filtrat, sehingga
kemungkinan mengandung gas.
Program Studi Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta | 29

2. Deflesi kurva RIL lebih besar sedikit atau lebih kecil sedikit ataupun sama
juga dengan kurva SN, menunjukkan adanya minyak.
3. Bila kurva RIL jauh lebih rendah dari kurva SN serta mendekati garis shale
(resistivity shale) berarti menunjukkan air asin, namun demikian harus
Program Studi Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta | 30

ditunjang dengan defleksi SP apakah positif atau negatif. Dimana defleksi positif
berasosiasi dengan kandungan air tawar.

SP Log dapat digunakan untuk menghitung atau mengetahui:


• Identifikasi lapisan-lapisan permeabel
• Mencari batas-batas lapisan permeabel dan korelasi antar sumur berdasarkan
batasan lapisan itu
• Menentukan nilai resistivitas air formasi (Rw)
• Memberikan indikasi kualitatif lapisan shale

Gamma Ray
Gamma Ray Log adalah suatu kurva yang menunjukkan besaran intensitas radioaktif yang
ada dalam formasi. Prinsip kerja dari GR log, yaitu alat mula-mula dimasukkan sampai
ke dasar lubang bor, hal ini dilakukan untuk mengecek supaya tidak terjadi hambatan
atau sangkutan. Kemudian alat ditarik ke atas secara perlahan-lahan dan detector menangkap
radiasi sinar radioaktif alamiah yang dipancarkan batuan formasi. Di dalam detector sinar
radioaktif (sinar gamma) tidak dapat diukur secara langsung tetapi melalui proses ionisasi
(pelepasan elektron- elektron dari atom yang sebelumnya netral, dimana pelepasan elektron
ini akan menimbulkan arus listrik yang dideteksi oleh alat). Sinar radioaktif disebabkan oleh
disintegrasi unsur-unsur radioaktif, seperti: Uranium (U238), Thorium (Th232), Potassium
(K40). Fungsi dari GR Log, antara lain:
1. Membedakan lapisan shale dan non shale pada sumur open hole atau closed hole
dan juga pada kondisi ada lumpur maupun tidak.
2. Sebagai pengganti SP log untuk pendeteksian lapisan permeabel, di saat SP
tidak berfungsi karena formasi sangat resistif (R w = Rmf), atau juga ketika SP tidak
dapat direkam karena lumpur yang digunakan tidak konduktif (oil base mud).
3. Untuk korelasi batuan.
4. Untuk mengetahui prosentase kandungan shale pada lapisan permeabel.
5. Untuk mendeteksi mineral-mineral radioaktif.
6. Untuk menentukan kedalaman perforasi yang telah diinjeksi air.

Langkah Kerja
Gamma Ray Log
1. Tentukan ketebalan lapisan yang dianalisis (per interval kedalaman)
2. Tentukan besarnya GRmax.
3. Membaca nilai GRmax dan GRmin dari slip log gamma ray.
Program Studi Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta | 31

4. Membaca besarnya defleksi kurva GRlog sebagai GRread untuk setiap interval
kedalaman yang dianalisis.
5. Tentukan besarnya volume clay dengan persamaan:
GR𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟−GR𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚
V𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐 = , kemudian plot dalam track log.
GR𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚−GR𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚

Caliper Log
Caliper Log adalah alat untuk mengukur bentuk dan diameter lubang bor. Alat ini terdiri dari
2, 4, atau lebih lengan. Lengan dapat bergerak menyesuaikan lubang bor pada saat diturunkan
dan ditarik, terdapat apotentiometer yang berfungsi untuk mengubah pengukuran menjadi
sinyal listrik. Perekaman log ditampilkan dalam track 1 dari log bersamaan dengan ukuran bit.
Skala pada umumnya diberikan dalam inchi, yang standar untuk mengukur ukuran bit.

Gambar Caliper Track Log dan Bit Track Log Record (2 lengan)
Program Studi Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta | 32

Gambar Caliper Track Log dan Lubang Bor Track Log Record (4 lengan)

Perbedaan tekanan hidrostatik lumpur dengan tekanan formasi, mengakibatkan terjadinya mud
cake dan filtrat lumpur. Semakin porous suatu lapisan maka mud cake akan semakin tebal.
Mud cake akan memperkecil diameter lubang bor dan ini akan direkam oleh Caliper log. Record
Caliper log akan terlihat jelas diameter lubang bor pada lapisan permeabel akan lebih kecil dari
pada ukuran pahat yang digunakan, sedangkan pada lapisan shale/ clay kondisi lubang bornya
lebih besar dari pada ukuran pahatnya, ini menunjukan bahwa pada lapisan shale sering terjadi
keruntuhan.

Adapun manfaat dari caliper log, antara lain:


1. Menentukan atau memperkirakan litologi batuan.
2. Untuk perhitungan kecepatan lumpur di annulus, dalam hubungannya dengan
pengangkatan cutting.
3. Menentukan letak dari setting packer yang tepat pada operasi DST
Program Studi Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta | 33

4. Membantu interpretasi log listrik dengan memberikan ukuran lubang bor yang tepat,
karena ukuran lubang bor yang digunakan pada interpretasi log listrik biasanya
diasumsikan sama dengan ukuran pahatnya.
5. Untuk estimasi ketebalan mud cake di depan zona permeabel yang akan memberikan
dukungan pada analisis logging secara kualitatif.

Berikut beberapa tabulasi faktor-faktor yang mempengaruhi analisis dan jenis


indikasi litologi serta respon yang diperoleh dari caliper log.

Tabel Faktor yang Mempengaruhi Respon Caliper Log


Program Studi Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta | 34

Gambar Bentuk Respon Caliper Log untuk Beberapa Variasi Litologi

Langkah Kerja
Caliper Log
1. Tentukan ketebalan yang dianalisis (per interval kedalaman)
2. Tentukan besarnya diameter bit yang digunakan.
3. Baca besarnya defleksi kurva capiler untuk setiap interval kedalaman yang dianalisis.
4. Hitung besarnya tebal mud cake (tmc) setiap kedalaman dengan persamaan:
𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 − 𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐𝑐
t𝑚𝑚𝑚𝑚 =
2
5. Hitung volume lubang bor dengan persamaan
Vh = (Dh2/2) + 1.2% (dalam satuan liter per meter)
6. Hitung volume semen yang dibutuhkan dengan persamaan
Vsemen = 0.5 x (d h 2 - d2 casing ) + 1% (dalam satuan liter per meter)
Program Studi Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta | 35

BAB III
RESISTIVITY LOGGING TOOLS

Kurva yang terbentuk pada Resistivity log adalah sebagai akibat dari
pengukuran tahanan listrik formasi dengan dua atau tiga elektrode yang diturunkan
kedalam lubang bor. Dibandingkan dengan pengukuran SP log maka Resistivity
log ini lebih sulit dan kompleks, karena peralatannya mempunyai elektrode ganda
dan juga menggunakan sumber arus listrik. Dewasa ini banyak sekali jenis-
jenis dari Resistivity log, diantaranya adalah:

3.1. Normal Log


Skema rangkaian dasar dari normal log Device dapat dilihat pada Gambar
3.1, dengan menganggap bahwa pengukurannya pada medium yang mengelilingi
elektrode-elektrode adalah homogen dengan tahanan batuan sebesar R ohm meter.
Elektrode A dan B pada rangkaian tersebut merupakan elektrode arus, sedangkan
elektrode M dan N merupakan elektrode potensial. Arus dialirkan melalui elektode
A menmbus kedalam formasi batuan dan voltage diukur antara kedua elektrode
tersebut. Pengukuran voltage ini kemudian dikonversikan kedalam satuan
Resistivity (ohm/m). Besar kecilnya haraga Resistivity suatu batuan sangat
tergantung dari ada tidaknya elemen-elemen yang bersifat konduktif (penghantar
listrik. Besarnya potensi yang mengalir tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:

R×i
V = 4 × π × ( AM ) ................................................................................(3-1)
dimana: V = intensitas arus konstan dari elektrode A, volt

AM = jarak antara elektrode A ke M , inchi

R = tahanan formasi, ohm meter

π = konstanta (3,14)
Program Studi Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta | 36

Gambar 3.1..
Skema Rangkaian Dasar Normal Log
(Helander, D.P.; “Fundamental of Formation Evaluation”)

Jarak antara A ke M disebut spacing, dimana untuk log normal ini mempunyai
dua spacing, yaitu:

a) Short normal Device, dengan spacing 16 inchi


b) Long normal Device, dengan spacing 64 inchi
Spacing ini akan mempengaruhi jarak penyelidikan di sekitar lubang bor,
semakin panjang spacingnya akan semakin dalam pula kemampuan
penyelidikannya. Pada log yang mempunyai spacing sepanjang 64” biasanya
digunakan untuk mengukur tahanan formasi yang sebenarnya (R t ). Sedangkan log
dengan spacing pendek 16” digunakan untuk mengukur tahanan formasi yang
terkena invasi air filtrat lumpur (R i ). Jadi pemilihan spacing ini akan tergantung
pada tujuan atau jarak penyelidikan yang diinginkan.

3.2. Induction Log


Pengukuran tahanan listrik batuan formasi dengan konvensional Resistivity
log memerlukan adanya lumpur bor yang bersifat konduktif agar dapat digunakan
untuk menghantarkan arus listrik ke formasi. Akibatnya tidak satupun peralatan
tersebut yang dapat digunakan apabila lubang bor kosong, terisi minyak, gas, oil
Program Studi Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta | 37

base mud atau udara. Untuk mengatasi hal-hal semacam ini, maka dikembangkan
peralatan khusus yang dapat digunakan tanpa terpengaruh oleh kondisi-kondisi
tersebut di atas. Peralatan tersebut adalah Induction Log.

Prinsip kerja alat ini adalah arus bolak balik dengan frekuensi tinggi, yang
mempunyai intensitas konstan dikirimkan melalui kumparan pengirim (transmitter
coil) sehingga menghasilkan medan elektromagnetik yang akan menimbulkan arus
induksi di dalam formasi. Arus induksi yang berputar ini juga akan menimbulkan
medan magnet kedua yang dapat dideteksi oleh receiver coil. Besarnya medan
magnet yang kedua ini akan sebanding dengan konduktifitas formasi. Konduktifitas
formasi itu sendiri sebenarnya adalah kebalikan dari Resistivity formasi. Skema
rangkaian induction log dapat dilihat pada Gambar 3.2.

Gambar 3.2
Skema RangkaianDasar Induction Log
(Helander, D.P.; “Fundamental of Formation Evaluation”)

Tujuan utama dari induction log adalah menghasilkan suatu daerah


investigasi yang jauh di dalam lapisan tipis untuk menentukan R t dan kadang-
kadang untuk korelasi, tanpa memandang jenis lumpur yang digunakan. Induction
log ini akan optimum pada kondisi berikut:
Program Studi Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta | 38

a) Dalam susunan batuan sandy shale dengan R t lebih kecil dari 100 ohm meter
b) Ketebalan lapisan lebih dari 5 feet.
c) Perbandingan antara R mf terhadap R w lebih dari 20
d) R xo lebih besar dari harga R t

Kelebihan dari induction log adalah dapat memperkecil pengaruh diameter


lubang bor, lapisan batuan di sekitarnya dan invasi air filtrat lumpur bor. Induction
log bila dikombinasikan dengan SP log dan Short normal 16”, akan membentuk
sebuah kombinasi yang lazim disebut dengan Induction Elektrical Survey (IES).
Pada kombinasi ini short normal 16” merupakan log pelengkap induction log dalam
menentukan Rt, selain itu juga dapat digunakan untuk mengoreksi induction log.
IES log ini akan memberikan harga Rt yang cukup akurat, kecuali bila invasi
lumpur bor terlalu jauh masuk ke dalam formasi, atau dalam lapisan yang
mempunyai Resistivity yang lebih tinggi. Kondisi operasi yang baik adalah pada
lumpur tanpa kandungan garam dan formasi yang tidak terlalu resistif.

3.3. Lateral Log


Lateral log Device ini mempunyai tiga elektrode yang dimaksudkan untuk
mendeteksi tahanan formasi yang tidak terinvasi oleh lumpur bor (R t ). Skema dari
rangkaian dasar lateral log Device ini dapat dilihat pada Gambar 3.3. Arus listrik
konstan dialirkan melalui elektrode A, sedangkan beda potensial antara elektrode
M dan N ditempatkan pada permukaan lingkaran ekuipotensial yang berpusat di A,
di tengah-tengah antara elektrode M dan N terdapat titik O, dengan jarak AO adalah
18’ 8”.

Besarnya perbedaan tegangan yang dipindahkan antara elektrode M dan N


adalah sebesar:

R×i 1 1
V= ×〈 − 〉 .................................................................... (3-2)
4×π AM AN
Persamaan (3-2) di atas diturunkan berdasarkan anggapan bahwa lapisan
batuan formasinya cukup tebal dan merupakan formasi homogen.
Program Studi Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta | 39

Normal log dan lateral log sering disebut konvensional Resistivity log, yang
hanya dapat digunakan dalam lumpur jenis water base mud. Dalam lumpur yang
salinitasnya besar, hasil pengukuran dengan konvensional Resistivity log ini akan
menghasilkan data yang kurang akurat. Pembacaan yang baik akan didapatkan pada
lapisan tebal dan Resistivity yang relatif tinggi. Harga tahanan yang dicatat oleh
konvensional Resistivity log adalah harga tahanan semu bukan tahanan yang
sebenarnya. Hal ini karena harga tahanan yang tercatat dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu diameter lubang bor, ketebalan lapisan, tahanan lumpur, diameter
invasi air filtrat lumpur, tahanan zone invasi dan tahanan lapisan batuan diatas dan
dibawahnya

Gambar 3.3.
Skema Rangkaian Dasar Lateral Log Device
(Helander, D.P.; “Fundamental of Formation Evaluation”)

Untuk menggunakan kurva tersebut diperlukan data Resistivity lumpur Rm pada


temperatur formasi dan diameter lubang bor. Cara penggunaan kurva departure
adalah sebagai berikut:

- Untuk Short Normal


Program Studi Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta | 40

Hitung harga R 16” / R m dan masukkan ke margin kiri, kemudian tarik garis
hingga memotong ukuran diameter lubang bor yang sesuai, dan baca harga
R i /R m di dasar kurva. Maka akan diperoleh harga R i .

- Untuk Lateral Log


Hitung harga R 18’8” / R m , selanjutnya langkah pengerjaannya sama dengan
short normal, hingga didapatkan harga R t .

3.4. Micro Resistivity Log


Micro Resistivity log dirancang untuk memperoleh harga tahanan formasi
pada daerah flush zone (R xo ) dan sebagai indikator untuk mengetahui adanya
lapisan porous dan permeabel yang ditandai dengan adanya mud cake. Hasil
pembacaan R xo oleh alat ini dipengaruhi oleh tahanan mud cake (R mc ) dan
ketebalan mud cake (h mc ). Ketebalan mud cake dapat dideteksi dari besar kecilnya
diameter lubang bor yang direkam oleh Caliper log. Jenis micro Resistivity log yang
biasa digunakan :

o Microlog
Kurva microlog dihasilkan dari alat yang dilengkapi dengan suatu pad yang
dapat mengembang atau menyusut sesuai dengan ukuran diameter lubang bor,
dimana pad ini menempel pada dinding lubang bor. Pada permukaan pad
dipasang tiga buah elektroda yang terletak dalam satu garis, dengan jarak
masing-masing elektroda 1 inch. Gambar 3.4.
Program Studi Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta | 41

Gambar 3.4.
Skema Peralatan Microlog
(Gatlin, C. “Petroleum Engineering: Drilling and Well Completion”,1960)

Microlog hanya dapat digunakan didalam lumpur jenis water base mud.
Pada keadaan pad tertutup, microlog dapat digunakan untuk mengukur tahanan
lumpur R m. Kriteria yang harus diperhatikan agar pengukuran microlog dapat
optimum adalah:

1. Sebagai indikator lapisan porous permeabel di dalam susunan sand


shale dengan range Resistivity batuan formasi antara 0.5 sampai 100
ohm meter.
2. Porositas batuan lebih besar dari 15 %.
3. R xo /R mc lebih kecil dari 15.
4. Ketebalan mud cake kurang dari 0.5 inch.
5. Kedalaman invasi lumpur 4 inch atau lebih besar.

1. Invasi lumpur cukup dalam


2. Ketebalan mud cake lebih kecil dari ¾ inch
Program Studi Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta | 42

Dari ketiga jenis log tersebut, hanya kombinasi microlog dan Caliper log
yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya lapisan porous dan permeabel,
ketebalan lapisan produktif dan ketebalan mud cake. Microlaterolog dan proximity
log dapat mengukur R xo secara langsung sedangkan microlog tidak dapat
menunjukkan harga R xo secara langsung.
Program Studi Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta | 43

BAB IV
LOG POROSITY
(Log Neutron, Log Densitas, Log Sonik)

Neutron
Bertujuan untuk menentukan porositas total batuan, yang diisi hidrokarbon atau
air formasi. Log ini dapat digunakan pada Cased hole maupun Open hole, umumnya
digunakan pada open hole, untuk penggunaan cased hole harus dilakukan koreksi.
Log ini dapat digunakan untuk semua jenis lumpur dan gas filled hole. Ukuran
lubang bor dan semen di belakang casing akan mengurangi ketelitian Neutron log.
Fungsi dari Neutron Log, antara lain:
1. Untuk menentukan porositas ( ) total.
2. Untuk mendeteksi adanya formasi gas setelah dikombinasikan dengan porosity
tool
3. Untuk penentuan korelasi batuan
Log neutron adalah log pororitas yang mengukur konsentrasi ion hidrogen
dalam formasi. Pada formasi bersih (clean formation) yang bebas dari shale, dimana
porositasnya terisi oleh air atau minyak, log neutron akan mengukur porositas dari
bagian yang terisi fluida. Neutron dibuat dari bahan kimia yang biasanya adalah
campuran americium dan beryllium yang akan terus-menerus memancarkan neutron.
Neutron-neutron ini akan bertabrakan dengan atom-atom dari material formasi, dan
mengakibatkan neutron akan kehilangan sebagian energinya. Karena massa atom
hidrogen hampir sama dengan neutron, kehilangan energi terbesar akan terjadi bila
keduanya bertabrakan. Kehilangan energi terbesar adalah fungsi (pengaruh) dari
konsentrasi hidrogen dalam formasi. Karena hidrogen dalam formasi berada di pori-
pori yang terisi fluida, kehilangan energi akan berhubungan dengan porositas formasi.
Bila pori-pori terisi oleh gas, maka porositas neutronnya akan lebih kecil
dibandingkan bila pori-pori terisi oleh minyak atau air. Hal ini terjadi karena
konsentrasi hidrogen pada gas lebih kecil dibandingkan yang terdapat pada minyak
maupun air. Penurunan porositas neutron yang disebabkan oleh gak ini disebut efek
gas. Respon dari log neutron bervariasi, tergantung pada :
1. Perbedaan tipe detektor,
2. Jarak antara sumber neutron dan detektor
3. Litologi, misalnya sandstone, limestone dan dolomit.
Dengan adanya perbedaan ini, maka digunakan chart yang berbeda, sesuai
dengan alat dan kondisi yang ada. Interpretasi harus dilakukan pada chart yang
spesifik karena log neutron tidak dikalibrasi pada kondisi fisik alat yang standard,
seperti alat-alat lainnya. Log neutron modern pertama adalah
Sidewall Neutron Log (SNL) memiliki sepasang sumber (source) dan detektor
yang kedua pasang alat tersebut diletakkan bertolak belakang satu sama lain.
Compensated Neutron Log (CNL) memiliki sebuah source dan dua buah
detektor. Keuntungan dari CNL dibandingkan SNP adalah lebih sedikit
Program Studi Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta | 44

terpengaruh oleh ketidakseragaman lubang bor.


Kedua alat tersebut dapat merekam porositas dalam satuan apparent limestone,
sandstone maupun dolomit. Bila formasi yang kita ukur adalah limestone dan log
neutron mengukur porositas dalam satuan apparent limestone, maka apparent
limestone tersebut sama nilainya dengan porositas yang sesungguhnya. Akan tetapi,
bila ternyata litologi dari formasi tersebut berupa sandstone atau dolomit, porositas
apparent limestone harus dikoreksi menjadi porositas sesungguhnya dengan
menggunakan chart yang bersesuaian.

Gambar Sidewall Neutron Log (SNL)


Program Studi Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta | 45

Log Density
Gambar Compensated
Neutron Log (CNL)
Log Density menunjukkan besarnya densitas (bulk density) dari batuan
yang ditembus lubang bor, berguna untuk menentukan besarnya porositas. Prinsip
kerja dari log Density, yaitu: Sumber dan dua detector dipasang pada suatu pad
dan ditempelkan pada dinding lubang bor. Sinar gamma yang kuat dipancarkan ke
formasi. Sinar gamma ray akan bertabrakan dengan elektron, kemudian dipantulkan
kembali dan terekam dalam log. Banyaknya energi yang hilang akibat tumbukan
dengan elektron dalam formasi menunjukkan densitas elektron dalam batuan.
Fungsi dari formation Density Log, antara lain :
1. Untuk mengukur porositas (Ø) batuan.
2. Untuk mengidentifikasi mineral batuan.
3. Untuk mengevaluasi shally sand dan litologi yang kompak.
Peralatan log density adalah alat yang terdiri atas source gamma-ray yang
memancarkan gamma-ray ke formasi. Sumbernya dapat berupa Cobalt-60 atau
Cesium-137. Gamma ray bertabrakan dengan elektron di dalam formasi yang
menyebabkan hilangnya energi dari partikel gamma-ray). Untuk menentukan
densitas porositas, baik dengan menggunakan chart maupun dengan perhitungan,
membutuhkan data tipe fluida dalam lubang bor. Persamaan untuk menghitung densitas
porositas, adalah sebagai berikut:
ØD =
Keterangan :
D = porositas yang diperoleh dari densitas
ρma = densitas matriks (Tabel)
ρb = densitas bulk formasi
ρf = densitas fluida (1.1 salt mud, 1.0 fresh mud dan 0.7 gas)
Bila terjadi invasi yang dangkal pada formasi, rendahnya densitas hidrokarbon
pada formasi akan meningkatkan porositas density. Keberadaan minyak tidak
memberikan efek yang signifikan pada porositas density, akan tetapi gas memberikan
efek yang besar (efek gas).

Tabel Densitas matriks pada litologi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta | 46

Gambar Chart untuk melakukan konversi densitas bulk (ρb) Menjadi


porositas ( ) menggunakan nilai yang diambil dari log density

Kombinasi Neutron-Density Log


Kombinasi neutron-density Log adalah kombinasi dari log porositas. Selain
digunakan sebagai pengukur porositas, digunakan juga untuk menentukan litologi
dan mendeteksi zona gas. Kedua log neutron dan density, umumnya direkam dalam
satuan porositas limestone. Porositas sebenarnya dapat ditentukan dengan cara :
Baca porositas limestone apparent dari kurva neutron dan density.
Nilai-nilai tersebut di plot silang (cross plot) pada chart porositas neutron-
density untuk memperoleh porositas yang benar.
Porositas dari log neutron-density dapat ditentukan dengan cara matematis.
Salah satu alternatif dalam penentuan porositas density adalah dengan
menggunakan persamaan akar rata-rata (root mean square) sebagai berikut :

Keterangan

N−D = porositas neutron density


N = porositas neutron density (unit limestone)
D = porositas density (unit limestone)
Program Studi Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta | 47

Bila log neutron-density merekam porositas density yang bernilai lebih kecil dari 0.0
(nilai yang umum dijumpai pada reservoir anhydritic dolomite), gunakan

persamaan berikut ini :

Gambar Contoh kombinasi log neutron-density


dengan log gamma-ray dan kaliper.
Program Studi Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta | 48

Gambar Chart untuk melakukan koreksi porositas dari log neutron-density terhadap
litologi, dimana digunakan fresh water-based drilling mud

Gambar Chart untuk melakukan koreksi porositas dari log neutron-density


terhadap litologi, dimana digunakan salt water-based drilling mud
Program Studi Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta | 49

Langkah Kerja

Neutron Log
1. Tentukan ketebalan lapisan yang dianalisa (per interval kedalaman)
2. Tentukan besarnya defleksi kurva neutron log (ØNlog) untuk setiap interval
kedalaman.
3. Tentukan besarnya harga ØNclay.
4. Tentukan besarnya porositas neutron (ØN) dengan persamaan :
ØN = (1,02 x ØNlog) + 0,00425
5. Hitung ØNcorr dengan persamaan :
Ø Ncorr = Ø N – ( Vclay x Ø Nclay ), kemudian plot dalam track log

Density Log
1. Pada ketebalan lapisan dan interval ketebalan yang sama, Tentukan ρb dari
defleksi kurva density log untuk setiap interval kedalaman.
2. Tentukan ρma = 2,71 gr/cc untuk limestone, Sandtone 2.648 gr/cc, Dolomit
2.876 gr/cc, Anhydrit 2.977 gr/cc, Salt 2.032 gr/cc, ρf = 1,1 gr/cc (saltwater),
3. Tentukan ØFDL dengan persamaan :

a
ØFDL =
a

4. Tentukan ØDclay dengan ρclay = 2,6 gr/cc (berdasarkan kurva density log):

a ay
ØDclay =
a

5. Tentukan harga ØFDLcorr dengan persamaan:


ØFDLcorr = ØFDL – (Vclay x ØDclay)
6. Tentukan porositas rata-rata dari neutron log dan density log dengan
persamaan :

kemudian plot dalam track log.


Tabulasi
Tabulasi Perhitungan Log Neutron
Kedalaman ØNclay ØNlog Ø
No. (ft) N
Program Studi Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta | 50

Tabulasi Perhitungan Log Density


Kedalaman ØNcorr ρb ρclay ØDclay Ø FDL ØFDLcorr Ø*
No. (ft)

Sonic Log

Sonic log adalah log porositas yang mengukur interval transite time (Δt) dari
gelombang suara yang melewati setiap feet dari formasi. Sonic Log menggunakan
pemancar dan penerima yang dipisahkan pada jarak tertentu. Prinsip kerja dari Sonic
log adalah sebuah transmitter melepaskan gelombang suara ke formasi, setelah
melewati formasi diterima oleh dua receiver. Perbedaan waktu tiba gelombang (two
way travel time = Δt) diukur dan dibagi dengan jarak (μs/m). Melakukan hal serupa
untuk arah yang sebaliknya untuk menghilangkan efek lubang bor. Nilai besarnya
(Interval Transit Time - Δt) yang melalui beberapa matriks dapat dilihat pada tabel
berikut ini :

Tabel Nilai besarnya (Interval Transit Time-Δt) yang melalui beberapa matriks

Faktor-faktor mempengaruhi pengukuran (Δt), yaitu :

1. Shale, batuan shale mempunyai porositas besar, walaupun permeabilitasnya


mendekati harga nol. Sehingga batuan yang mengandung shale
Program Studi Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta | 51

mempunyai harga Δt semakin besar.


2. Kekompakan Batuan, kekompakan batuan akan memperkecil porositas,
sehingga kurva Δt akan semakin rendah.
3. Kandungan air, adanya kandungan air dalam batuan menyebabkan kurva Δt

cenderung mempunyai harga yang semakin besar.

4. Kandungan minyak, air (terutama air asin) mempunyai sifat penghantar suara
yang lebih baik dibanding dengan minyak, sehingga adanya minyak dalam
batuan akan berpengaruh memperkecil harga Δt.
5. Kandungan gas, gas (hidrokarbon ringan) akan membuat transite time
menjadi lebih besar, sehingga seringkali sonic log juga digunakan sebagai
indikator yang cukup bagus untuk mendeteksi adanya gas.

Sonic log memiliki kegunaan antara lain :

1. Kalibrasi data seismik

2. Evaluasi porositas sekunder (dikombinasikan dengan neutron log/density log).

3. Menghitung porositas pada lapisan yang diketahui jenis lithologinya.

Langkah Kerja
Sonic Log (Analitik)

1. Tentukan ketebalan yang dianalisa (per interval kedalaman)

2. Tentukan lapisan prospek

3. Membaca besarnya interval transite time (∆𝑡𝑡) dari defleksi kurva sonic log
untuk setiap interval kedalaman yang dianalisa (symbol : Δtlog)
tma dan jenis fluidanya(.∆𝑡𝑡𝑡𝑡
4. Tentukan jenis formasinya (∆𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡) tf

5. Hitung besarnya porositas dari sonic log (Øs) dengan menggunakan persamaan

∆𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡−∆𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡
Øs =
∆𝑡𝑡𝑡𝑡−∆𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡

6. Mentabulasikannya , kemudian plot dalam track log


Program Studi Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta | 52

Gambar Hasil Pencatatan Litologi dengan Acoustic Logging


(1. Sandstone, 2. Anhydrite, 3. Shale, 4. Salt)
Sonic Log (Grafik)
Untuk Analisa Sonic Log dengan pendekatan menggunakan grafik, dapat dipakai
Tabel Interval Transit Time dan Chart Por-3. Chart Por-3 digunakan untuk
mengkonversikan interval waktu transit (Δt) pada log sonik menjadi porositas ( ).
Ada dua set garis pada chart tersebut, yang berwarna biru diperoleh dari weighted-
average transform, sedang yang merah berasal dari observasi empiris.
Untuk keduanya, fluida yang tersaturasi diasumsikan sebagai air dengan velocity

5300 ft/sec atau 1615 m/sec.

1. Masukkan Δt dari log sonik pada bagian bawah chart.

2. Tarik garis ke atas hingga bertemu dengan matrix velocity atau litologi yang
bersesuaian, lalu baca porositasnya pada bagian kiri chart.
Program Studi Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta | 53

3. Untuk batuan campuran seperti sandstone yang mengandung limestone


(limy sandstone) maupun cherty dolomites, diperlukan garis-garis diantara
matriks yang telah ditunjukkan.

Ketika menggunakan weighted-average transform pada unconsolidated sand harus


dibuat koreksi kompaksi (Bcp).

1. Masukkan Δt, tarik ke atas hingga bertemu dengan garis koreksi kompaksi
yang bersesuaian
2. Baca porositas pada bagian kiri chart, kemudian plot dalam track log

3. Bila koreksi kompaksi tidak diketahui, dapat ditentukan dengan cara


kebalikannya, dari lapisan clean water sand yang porositasnya telah
diketahui.

Gambar Por-3
Program Studi Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta | 54

Tabulasi Perhitungan Jenis Log Lainnya (Sonic Log dan Caliper Log)

(1) (2) (3) (4) (5)


No Depth Δtma Δtf Δtlog
(ft) (μsec/ft) (μsec/ft) (μsec/ft)
Program Studi Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta | 55

BAB 5
INTERPRETASI LOG

5.1. Pengertian Interpretasi


Dari ketiga kelompok log (log litologi, log resistivitas, dan log porositas) , yang
paling banyak dipengaruhi oleh fluida pemboran adalah log resistivitas (listrik). Dan alat
logging dipergunakan untuk memperoleh data yang diperlukan dalam evaluasi formasi
serta menentukan potensial produktivitas yang dimiliki. Potensial produksi dilakukan
dengan cara pengujian terhadap lapisan yang diperkirakan mempunyai prospek kandungan
hidrokarbon. Penilaian suatu lapangan ditujukan pada penentuan paramater fisik yang
terdiri dari ketebalan lapisan, permeabilitas, porositas, dan kandungan minyak. Metode
interpretasi log ada dua :
1. Metode kualitatif.
2. Metode kuantitatif (Quick look dan Detailed Evaluation).
Secara kualitatif, praktisnya adalah dengan menganalisa karakteristik grafik data
log, untuk langkah awal identifikasi dan zonasi reservoar hidrokarbon. Sedangkan analisa
secara kuantitatif, yaitu dengan perhitungan menggunakan persamaan-persamaan tertentu,
untuk identifikasi tahap lanjut terhadap tingkat porositas, permeabilitas batuan reservoar,
dan saturasi air. Di dalam industri jasa survey eksplorasi Minyak dan Gas Bumi, terdapat
berbagai macam jenis pengukuran log sesuai dengan prinsip kerja dan fungsinya. Namun,
dari bermacam pengukuran log yang tersedia, terdapat jenis pengukuran log yang utama,
yaitu; Log Gamma Ray, Log Spontaneous Potential, Log Resistivitas, Log Densitas, Log
Neutron, Log Sonik, dan Log Kaliper.
Tujuan Analisa
1. Menentukan lapisan yang mengandung unsur hidrokarbon.
2. Menentukan permeabilitas batuan.
3. Menentukan porositas.
4. Mendapatkan kepastian jenis formasinya.
Dalam metode Kuantitatif, tujuan yang akan dicapai adalah:
1. Ketebalan lapisan porous dan permeable (SP log, Caliper dan GR log).
2. Kandungan fluida dalam batuan (IES, FDC-CNL).
3. Jenis lithologi (Density log, Neutron log dan Sonic log).
Program Studi Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta | 56

5.2. Interpretasi Kualitatif


1. Dari rekaman log SP periksa apakah lapisan yang bersangkutan permeabel:
o Tentukan garis shale (shale base line) dengan menarik satu garis yang
menghubungkan harga-harga SP pada lapisan shale. Kemudian tentukan
garis pasir bersih (clean sand line) dengan menarik garis lurus yang sejajar
dengan lubang bor, dimulai pada formasi pasir dengan harga simpangan

SP tertinggi (Penentuan Garis Shale dan Garis Pasir Bersih dari SP Log)
Penentuan Garis Shale dan Garis Pasir Bersih dari SP Log

o Harga SP pada garis shale menunjukkan lapisan tidak porous dan


permeabel. Penyimpangan harga SP kearah kiri atau kanan dari garis ini
menunjukkan lapisan pasir atau lapisan karbonat yang porous dan
permeabel. (Catatan : syarat-syarat untuk terjadinya penyimpangan SP
dipenuhi)
2. Periksa bentuk dan kwalitas kurva SP untuk menentukan tipe batuan, dan
proses pengendapan (tipe endapan).
Program Studi Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta | 57

Klasifikasi bentuk Kurva SP, Melihat Pola pengendapan

Tipikal Pola Log SP untuk Berbagai Jenis Endapan Sedimen


Program Studi Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta | 58

Tipikal Pola Log SP Pada Fasies Delta yang Bersifat "Constructional"

Tipikal Pola Log SP Pada Fasies Delta yang Bersifat "Destructional"


Program Studi Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta | 59

3. Jika tersedia rekaman Gamma Ray Log, tipe batuan dapat ditentukan
berdasarkan rekaman masing-masing lapisan.

Tipikal Respon Gamma Ray untuk Berbagai Mineral

4. Amati log resistivity jangkauan dalam (R64, 6FF40, ILD dan sebagainya).
Harga resistivitas yang relatif tinggi bisa jadi petunjuk adanya lapisan yang
mengandung hidrokarbon atau sebaliknya merupakan lapisan dengan
porositas rendah. Harga resistivitas yang rendah menunjukkan lapisan
mengandung air (salt water bearing formation).
5. Bandingkan ketiga log jangkauan dangkal (misalnya LL8), jangkauan
menengah (misalnya ILM) dan jangkauan dalam (misalnya ILD) untuk
melihat kedalaman invasi air-tapisan (filtrat) kedalam formasi (lihat tabel
perbandingan invasi filtrat lumpur kedalam formasi)

Tabel Perbandingan Invasi Filtrat Lumpur Kedalam Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta | 60

6. Perkirakan harga saturasi air (Sw) dari rumus berikut :

Ro adalah resistivitas formasi pada zona air, dibaca dari log


resistivity jangkauan dalam.
7. Jika lapisan tidak ada zona airnya hitung Sw berdasarkan rumus berikut

5.3. Interpretasi Kuantitatif


5.3.1. Penentuan Vshale
5.3.1.1. Langkah Kerja SP Log
1. Tentukan ketebalan yang dianalisa (per interval kedalaman)
2. Hitung temperatur formasi (Tf) (atau dengan grafik GEN-6)

T
Program Studi Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta | 61

Gambar GEN 6

3. Tentukan Rm,Rmf dari log resistivity (18,8“ normal) kemudian


koreksi harga Rm dengan temperatur formasi

4. Tentukan shale base line dari kurva SP log


5. Tentukan besarnya harga maksimum SP log sebagai ESP
6. Tentukan harga Ri dengan chart (Amp 18.8 N)
7. Dari harga diameter (di), ketebalan formasi

Tentukan faktor koreksi (Chart SP 4) untuk ESP, sehingga harga


ESSP dapat dicari dengan persamaan:
ESSP = ESP x Faktor koreksi
Program Studi Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta | 62

Gambar SP 4

8. Tentukan harga Kc
Kc = 61 + (0.133 x Tf )
9. Tentukan RWeq dengan menggunakan persamaan:

10. Tentukan Rw dengan menggunakan Chart SP-2


Program Studi Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta | 63

Gambar SP 2

11. Tentukan ASP dari chart (per interval kedalaman)


12. Tentukan nilai Vclay dengan persamaan :

5.3.1.2. Langkah Kerja GR Log


1. Tentukan ketebalan lapisan yang di analisa (per interval kedalaman
2. Tentukan besarnya GRmax
3. Membaca nilai GRmax dan GRmin dari slip log gamma ray
4. Membaca besarnya defleksi kurva GRlog sebagai GRread
untuk setiap interval kedalaman yang dianalisa
5. Tentukan besarnya volume clay dengan persamaan :
G
G
, kemudian plot dalam track log
Program Studi Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta | 64

5.3.2. Penentuan Porositas


5.3.3. Penentuan Rt & Rxo
1. Tentukan ketebalan yang dianalisa (per interval kedalaman)
2. Hitung temperatur formasi (Tf) (atau dengan grafik GEN-6)

BHT - Ts
Tf = Ts + depth BHT x Depth

3. Tentukan Rm,Rmf dari log resistivity (18,8“ normal) kemudian koreksi harga
Rm dengan temperatur formasi
𝑇𝑇𝑇𝑇
Rmf = Rchart x 𝑇𝑇𝑇𝑇

Rmf corr = 0.75 x Rmf


4. Tentukan shale base line dari kurva SP log
5. Tentukan besarnya harga maksimum SP log sebagai ESP
Program Studi Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta | 65

6. Tentukan harga Ri dengan chart (Amp 18.8 N)


Ri
7. Dari harga Rmchart
diameter (di), ketebalan formasi

Tentukan faktor koreksi (Chart SP 4) untuk ESP, sehingga harga ESSP dapat
dicari dengan persamaan:

ESSP = ESP x Faktor koreksi

8. Tentukan harga Kc
Kc = 61 + (0.133 x Tf )
9. Tentukan RWeq dengan menggunakan persamaan:

10. Tentukan Rw dengan menggunakan Chart SP-2


Program Studi Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta | 66
Program Studi Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta | 67

11. Tentukan ASP dari chart (per interval kedalaman)


12. Tentukan nilai Vclay dengan persamaan :
ASP
Vclay = 1- �ESSP�

13. Tentukan Rm @ tf dengan persamaan :


Ts
Rm @ tf = Rm @ ts x Tf

14. Tentukan Ri ( Ri = R 18.8” AMP )/ Rm chart


Ri corr
15. Tentukan Rm
dengan menggunakan (Chart SP 4)

16. Tentukan Rxo (resistivism pada invazed zone) dengan persamaan:


Ri corr
Rxo = Rm
x Rm chart

17. Tentukan RIL dari chart dengan skala 0-20


18. Tentukan RIL corr dari grafik Rcorr-5
Program Studi Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta | 68

19. Tentukan Ca track dari chart dengan skala 0-1000


20. Tentukan CMGM dari grafik Rcorr-4
21. Tentukan Cin dengan persamaan:
C m = C a track – CMGM
22. Tentukan Rin dengan persamaan :
100
Rin = C
in
23. Tentukan Gxo dari (grafik 2-28)
24. Tentukan Rt dengan persamaan:

5.3.3.1. Penentuan Rt
5.3.3.2. Penentuan Rxo
5.3.4. Penentuan Rw
5.3.4.1. Penentuan Rw Dengan SP Log
5.3.4.2. Penentuan Rw Dengan Pickett Plot
5.3.5. Penentuan Sw
Metode yang digunakan terdiri dari :

1. Saturasi air dari metode Archie

2. Saturasi air dari metode Simandoux

3. Saturasi air dari metode Waxman-Smits (CEC)

4. Saturasi air dari metode Waxman-Smits-Juhasz

5. Saturasi air dari bulk volume water

6. Persamaan Indonesia Water Saturation untuk dispersed shaly sand

7. Saturasi air dari metode Ratio

8. Saturasi air dari metode Poupon untuk laminated sand

9. Saturasi air dari metode Modified Simandoux untuk laminated sand

10. Water saturation Smoothing


Program Studi Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta | 69

5.3.5.1. Saturasi Air dari Metode Archie

Keterangan :
Sw = saturasi air dari zona uninvaded (metode Archie)
Rw = resistivity formasi air pada temperatur formasi
Rt = true resistivity dari formasi (koreksi invasi dari ILd R atau LLd R )

Ø = porositas

a = faktor turtuosity

m = eksponen sementasi

n = eksponen saturasi, bervariasi dari 1.8 hingga 2.5. Nilai normalnya


2.0

Saturasi air pada zona univaded (Sw), yang dihitung dengan menggunakan
persamaan Archie, adalah parameter paling fundamental dalam evaluasi log. Tapi,
walaupun saturasi zona air diketahui, informasi itu tidak cukup untuk mengevaluasi
potensi produktivitas suatu zona. Harus diketahui pula:
1. Saturasi air cukup rendah untuk dilakukan komplesi bebas air (water-
free completion)
2. Fluida hidrokarbon yang ada dapat bergerak (movable)

3. Zona permeabel

4. Cadangan hidrokarbon yang ada ekonomis dan dapat


diproduksikan (recoverable)

Keterangan :
Sxo = saturasi air dari flushed zone (metode Archie)
Program Studi Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta | 70

Rmf = resistivity formasi air pada temperatur formasi


Rxo = shallow resistivity dari Laterolog-8, Microspherical Focused
Log atau Microlaterolog

Ø = porositas

a = faktor turtuosity

m = eksponen sementasi

n = eksponen saturasi, bervariasi dari 1.8 hingga 2.5. Nilai normal 2

Saturasi air pada flushed zone (Sxo) dapat digunakan sebagai indikator
dapat bergeraknya hidrokarbon (hydrocarbom moveability). Contohnya, bila nilai
Sxo lebih besar dari Sw , maka hidrokarbon di flushed zone kemungkinan telah
didorong dari dekat lubang bor oleh fluida pemboran yang menginvasi formasi.

5.3.5.2. Saturasi Air dari Metode Simandoux


Untuk formasi pasir dan clay, Simandoux menyarankan untuk
menggunakan pesamaan konduktivitas sebagai berikut:

Keterangan :
Cc = konduktivitas dispersed clay
Bila digunakan eksponen saturasi sebesar n = 2.0, diasumsikan
terbentuk sebuah persamaan parabolik, yang dapat ditulis sebagai
Program Studi Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta | 71

Dengan beberapa modifikasi matematis dan disubstitusikan ke dalam


persamaan Tixier, menghasilkan persamaan saturasi air sebagai berikut:

5.3.5.3. Saturasi Air dari Metode Waxman-Smits(CEC)


Metoda ini digunakan untuk dispersed clay, sebagai berikut:

dengan Q v dari persamaan Waxman & Thomas, sebagai berikut:

Keterangan

Qv = konsentrasi ion dalam air formasi yang kontak dengan


clay (meg/ml)
CEC = Cation Exchange Capacity (meg/gm)

B = ekuivalen konduktansi untuk clay exchange sebagai fungsi dari

Rw

Metoda Waxman-Smits ini berlaku untuk berbagai salinitas air formasi


5.3.5.4. Saturasi Air dari Metode Waxman-Smits-Juhasz
Program Studi Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta | 72

Bila S w1 ≠ S w2 maka S w1 -(S w1 -S w2 ) x 0.5 kemudian kembali lakukan perhitungan


Sw2 seperti di atas. Persamaan ini menormalisasi CEC dan membutuhkan iterasi
untuk menemukan solusinya.

Keterangan :

Ød = porosity dari log density, belum dikoreksi terhadap shale

Øsh = porositas shale total dari log density


m = eksponen sementasi, tanpa satuan
n = eksponen saturasi, tanpa satuan
Rsh = resistivity pada shale bersih
Rd = pembacaan log deep resistivity
Vsh = volume shale, fraksi
Rwtf = resistivity air pada temperatur formasi

Sw2 = saturasi air dengan metoda Juhasz, fraksi

5.3.5.5. Saturasi Air dari Volume Air Bulk (Bulk Volume Water)
Hasil dari saturasi air formasi dan porositas (Ø) adalah volume air
bulk (BVW), sebagi berikut:
Program Studi Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta | 73

Keterangan :

BVW = Volume bulk air

Sw = Saturasi air di uninvaded zone (persamaan archie)

Ø = Porositas

Bila hasil perhitungan untuk volume air bulk dilakukan disuatu formasi
pada beberapa kedalaman, memberikan hasil yang konstan atau dengan
perbedaan yang sangat kecil, mengindikasikan zona tersebut homogen dan
berada pada saturasi air irreducible (irreducible water saturation, Swirr). Bila
suatu zona berada pada saturasi air irreducible, air yang terhitung di zona
uninvaded (Sw) tidak akan bergerak, karena tertahan di dalam batuan oleh tekanan
kapiler. Akibatnya, produksi hidrokarbon dari zona pada saturasi air irreducible
akan bebas air. Formasi yang tidak berada pada kondisi saturasi air irreducible
akan memiliki nilai saturasi air bulk yang bervariasi. Karena jumlah air yang
dapat ditampung dalam batuan berbanding terbalik dengan ukuran grain, maka
volume air bulk akan berbanding terbalik dengan ukuran grain.

5.3.5.6. Indonesian Water Saturation Untuk Dispersed Shaly Sands


Program Studi Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta | 74

Keterangan :
a = Eksponen tortuosity, fraksi
m = eksponen sementasi
n = eksponen saturasi
Øe = porositas efektif
Rd = Pembacaan log deep resistivity
Rsh = Resistivity shale, ohm-m
Rwtf = resistivity air pada temperatur formasi
Swi = saturasi air total
Vsh = volume shale

5.3.5.7. Saturasi Air dari Metode Ratio

Keterangan :
n = eksponen saturasi
Rd = pembacaan log deep resistivity, ohm-m
Rxo = pembacaan shallow resistivity, ohm-m
Rmf@ft = resitivity filtrat lumpur pada temperatur formasi
Rw@ft = resitivity pada temperatur formasi
Swr = saturasi air metode archie
Ketika tidak ada data porosity yang tersedia, saturasi dapat diperoleh
dengan membandingkan log shallow resistivity dan deep resistivity. Formula ini
belum terkoreksi terhadap shale Metode ini adalah cara terakhir untuk
memperoleh saturasi bila tidak tersedia log porosity.
5.3.5.8. Saturasi Air dari Metode Poupon Untuk Laminated Sands
Pada sistem laminated sandstone, Vsh = p
Program Studi Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta | 75

Keterangan :
a = Eksponen tortuosity, fraksi
m = eksponen sementasi
n = eksponen saturasi
Øe = porositas efektif
Rd = Pembacaan log deep resistivity
Rsh = Resistivity shale, ohm-m
Rwtf = resistivity air pada temperatur formasi
Swi = saturasi air total
Vsh = volume shale

Keterangan :
a = eksponen tortuosity, tanpa satuan
m = eksponen sementasi, tanpa satuan
n = eksponen saturasi, tanpa satuan
Øe = porositas efektif, fraksi
Rd = pembacaan log deep resistivity
Program Studi Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta | 76

Rsh = resistivity shale (ohm-m)


Rwtf = resistivity air pada temperatur formasi
Sw = saturasi air total (fraksi)
Sw1 = saturasi air iterasi (fraksi)
Vsh = volume shale (fraksi)

5.3.5.9. Water Saturation Smoothing


Schlumberger penyarankan fungsi smoothing untuk mengurangi
kesalahan statistikal pada data saturasi pada bagian atas dan bawah dari data
tersebut

bila 0.75 < < 0.25 S w , nilai S w tidak berubah


Keterangan
Sw = saturasi air dari metode mana pun (fraksi)
5.3.6. Cut-Off
Harga cut-off (pancung) property dari sifat fisik batuan adalah merupakan suatu
nilai/harga tertentu untuk membedakan antara bagian produktif dari suatu formasi/
reservoar dimana jika terdapat nilai/harga dibawah (cut off Vsh) atau diatas (cut off
porositas) maka bagian dari formasi/ reservoir itu dianggap tidak produktif.
Terdapat beberapa parameter dari cut off antara lain:
a. Cut off porositas didefinisikan sebagai suatu harga porositas dimana harga-
harga porositas dibawah harga tersebut tidak berlaku lagi untuk
dipertimbangkan.
b. Cut off permeabilitas didefinisikan sebagai suatu harga permeabilitas
dimana dibawah harga tersebut permeabilitas sudah tidak berlaku lagi untuk
dipertimbangkan dalam perhitungan.
c. Cut off saturasi air didefinisikan sebagai harga saturasi air, dimana harga
saturasi air diatas harga tersebut tidak lagi dipertimbangkan.
d. Cut off Vclay didefinisikan sebagai harga Vclay dimana Vclay diatas harga
tersebut tidak lagi dipertimbangkan.
Program Studi Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta | 77

Dalam penentuan cut-off perlu dipertimbangkan kalau ada fracture dan


kandungan hidrokarbon (minyak dan gas). Secara statistik cut-off porositas (untuk
minyak 10 – 16% tergantung pada tekanan dan viskositas, dan gas 6 – 12%), Vshale
(20 – 50%) sedangkan Sw (55 – 70%).
Cara penentuan cut-off porositas dan Vshale biasanya dilakukan dengan
cara membuat grafik hubungan antara porositas dengan Vshale, dimana pada
sumbu X harga porositas dan sumbu Y harga Vshale. Harga porositas dan Vshale
diambil hasil interpretasi petrofisik yang telah dirata-ratakan sesuai dengan interval
perforasi/ interval test. Kemudian kelompokan data porositas dan Vshale dari test
yang flow dan yang tidak flow. Gambar dibawah adalah contoh penentuan cut-off
porositas dan Vshale.

Contoh dalam penentuan cut-off porositas dan Vshale

Apabila dari hasil uji sumur (tes sumur) menunjukan semuanya mengalir
(Flow) biasanya pada lapangan gas, maka dalam penentuan cut-off dapat dilakukan
berdasarkan laju aliran, yaitu membuat grafik hubungan antara porositas atau
Vshale dengan laju alir produksi, kemudian tari garis terdalam yang memiliki tren
menurun. Untuk penentuan cut-off porositas, dengan cara yang sama tarik garis
Program Studi Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta | 78

terluar untuk penentuan cut-off Vshale. Pada gambar dibawah adalah contoh
penentuan cut-off porositas dan Vshale emnggunakan data laju alir produksi18).

Contoh Penentuan Cut-Off menggunakan Laju Alir

Setelah dilakukan cut off Vshale dan porositas dari data gross sand akan
didapat data net sand, untuk menentukan net pay perlu dilakukan cut-off pada Sw.
Penentuan cut-off Sw banyak cara, salah satunya seperti Gambar dibawah yaitu
dengan membuat grafik water cut (WC) vs Sw, dimana sumbu Y adalah water cut
yang equivalen dengan fractional flow. Fractional flow dapat dihitung dari data-
data SCAL18).
Program Studi Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta | 79

Contoh dalam penentuan cut-off Sw


Program Studi Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta | 80

BAB VI
PENENTUAN CADANGAN

Teknik Pemetaan
1. Interval kontur, perbedaan nilal antara dua garis kontur yang berdekatan.
Interval selalu merupakan angka konstan untuk seluruh peta. Perbedaan
nilai ini dapat bersifat angka perbedaan hitung ataupun ratio/perbandingan.

2. Pemilihan nilai kontur, hubungannya dengan

• Ketelitian data dalam titik kontrol

• Kecepatan perubahan nilai secara lateral atau antara (spacing)

• Jika perubahan terlalu cepat maka interval harus besar sehingga


spacing tidak terlalu rapat

• Dalam pemilihan nilai


3. Titik kontrol, titik kontrol adalah setiap lokasi dalam peta dimana data
didapatkan. Titik ini dapat berupa sumur pemboran (kering ataupun yang
menghasilkan minyak) ataupun berupa sumur pemboran disebut kontrol
sumur

Prinsip Penggambaran Garis Kontur


1. Prinsip interpolasi/prinsip titik kontrol, garis kontur dengan nilai tertentu
digambarkan diantara titik-titik kontrol. Nilai garis kontrol harus berada
diantara nilai yang tercantum pada kedua titik control.

2. Prinsip ekstrapolasi atau prinsip keseragaman antara (spacing),


penggambaran garis kontur dapat diteruskan diluar titik kontrol dengan
memelihara keseragaman spacing dan bentuk. Spacing dari garis kontur
dapat secara perlahan-lahan melebar atau merapat ke arah ekstrapolasi.
3. Garis kontur tidak mungkin bercabang, hal inl merupakan prinsip dari segi
estetika. Jika keadaan memaksa, gambarkan dua garis kontur dengan nilai
yang sama sejajar dan berdekatan.

4. Garis kontur tidak mungkin berpotongan, sama halnya jika keadaan


memaksa, gambarkan dua garis kontur terpisah yang sama nilainya yang
saling menyerempet. Jika nilainya tidak sama hal ini tidak mungkin terjadi
Program Studi Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta | 81

kecuali dalam kontur struktur suatu antiklin rebah (overluned), maka


gambarkan garis yang ada di sebelah bawah sebagai garis terputus-putus.

5. Satu garis kontur tidak dapat bertindak sebagai nilai maksimum,

6. Prinsip keseragaman bentuk, dari segi estetika dan geologi penarikan garis
kontur harus dibimbing sedemikian rupa sehingga bentuknya serupa,
seragam atau subpararel. Sesuaikan dengan bentuk geologi (struktur,
ketebalan sedimen, dan sebagainya) seperti terdapat secara alamiah.

7. Sesuaikan bentuk garis kontur dengan bentuk ideal geologi yang dipetakan.
Jika yang dipetakan adalah struktur geologi atau bentuk tektonik, maka
harus dapat kita bayangkan bentuk-bentuk lipatan, struktur, antiklin, sumbu-
sumbu lipatan, patahan dan sebagainya, yang akan membimbing kita dalam
memberikan bentuk pada garis kontur. Jika yang dipetakan adalah fasies
sedimen, maka harus dapat kita bayangkan asal transport sedimen, garis
pantai, batas energi gelombang, bentuk cekungan, penebalan sedimen.

Tahapan Pembuatan Petageologi Bawah Permukaan

Gambar Korelasi dan Penampang Depth Structure

1. Peta Top Structure , peta ini menunjukkan penyebaran puncak suatu lapisan
di bawah permukaan. Penyebaran puncak lapisan dapat berupa sinklin,
Program Studi Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta | 82

antiklin, ataupun datar. Peta ini didapatkan dengan mencatumkan satuan


meter bawah permukaan laut (mbpl) top lapisan pada setiap sumur. Nilai-
nilai ini sebagai acuan untuk membuat kontur struktur.

2. Peta Bottom Structure, peta ini menunjukkan penyebaran lapisan bawah


pada suatu lapisan di bawah permukaan. Penyebaran bawah lapisan dapat
berupa sinklin, antiklin ataupun datar. Peta ini didapatkan dengan
mencatumkan satuan meter bawah permukaan laut(mbpl) bottom lapisan
pada setiap sumur. Nilai-nilai ini sebagai acuan untuk membuat kontur
struktur.

3. Peta Isopach, peta ini menggambarkan garis-garis yg menghubungkan titik-


titik suatu formasi/lapisan dengan ketebalan yang sama. Dalam peta bawah
permukaan peta ini merupakan peta batas OWC/GOC yang diplotkan dan
di-overlay pada top structure dan bottom structure.

4. Peta Gross Sand, mekanisme pembuatan peta gross sand sama dengan
pembuatan peta top structure, namun data yang dlgunakan dalam
pembuatan peta ini adalah ketebalan dari suatu lapisan. Peta gross sand tidak
berhubungan dengan ketinggian atau kedalaman tetapi peta ini
menggambarkan penyebaran tebal tipisnya lapisan.

5. Peta Net Sand, peta ini menggambarkan akumulasi ketebalan batupasir,


tidak termasuk akumulasi pengotor seperti batulempung dan sebagainya
yang ada dalam suatu lapisan. Sama halnya dengan peta gross sand, peta ini
tidak berhubungan dengan ketinggian melainkan menggambarkan
ketebalan.

6. Peta Net pay, peta ini menggambarkan ketebalan batupasir yang


mengandung hidrokarbon. Lain halnya dengan peta net isopach yang
menginformasikan ketebalan batupasir secara keseluruhan. Informasi yang
dapat dilihat pada peta ini adalah pola penyebaran lapisan yang ditunjukkan
oleh kontur struktur, penyebaran ketebalan batupasir yang ditunjukkan
dengan kontur net isopach dan WOC ataupun OGC. Dengan demikian peta
net pay merupakan gabungan dari peta isopach dan peta net sand.
Program Studi Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta | 83

Prosedur Pembuatan Petakontur Struktur


• Tentunkan horison dan tentukan datum
• Korelasikan horison tersebut dari sumur ke sumur
• Data yang perlu diperhatikan pada log header adalah kelly bushing rotary
table dan baca kedalaman horison tersebut
• Kurangkan angka kedalaman horison dengan permukaan tanah/datum dari
permukaan air laut
• Nilai hasil dapat diplot pada peta

Gambar Overlay Peta Top Structure dan Bottom Structure

Gambar Peta Net Pay, Overlay Peta Isopach dan Net Sand

Penentuan Cadangan
Cadangan (reserves) adalah akumulasi minyak dan gas yang telah dibuktikan
keberadaannya dengan pemboran eksplorasi atau sebagai jumlah (volume) minyak
atau gas didalam reservoar yang telah diketemukan. Volume minyak dan gas yang
semula terakumulasi di dalam reservoar disebut volume minyak awal ditempat atau
Stock Tank Oil Initially In Place (STOIP) atau biasa juga disebut Originally Oil In
Place (OOIP). Dapat ditulis dengan persamaan:
IOIP = 7758 Vb Ø(1-Sw),bbl
IGIP = 43560 VbØ (1-Sw),cuft
Program Studi Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta | 84

Keterangan
Vb = volume bulk
Ø = porositas
Sw = saturasi air

Gambar Peta Net Pay

Dalam praktikum kali ini digunakan metode volumetris dengan anggapan bahwa
data produksi sumur yang bersangkutan belum lengkap. Metode volumetris
menggunakan peta sub surface dan isopach yang didasarkan data elektrik WT,
Core, DT dan test produksi, serta peta kontur yang disiapkan untuk membuat peta
isopach dimana terdapat data-data WOC dan GOC. Volume reservoir produktif
diperoleh dengan menggunakan Planimeter. Berdasarkan pembacaan maka volume
zone produktif dapat ditentukan dengan menggunakan metode-metode :
1. Metode pyramidal, merupakan metode yang digunakan bila perbandingan
luas garis kontur kurang dari 0,5. Dengan persamaan sebagai berikut:

Keterangan :
Vb = volume batuan
An, An+1 = luas permukaan
h = ketebalan
2. Metode trapezoidal, merupakan metode yang digunakan bila perbandingan
luas garis kontur lebih besar atau sama dengan 0,5. Dengan persamaan
sebagai berikut:
Program Studi Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta | 85

Keterangan :
Vb = volume batuan
An, An+1 = luas permukaan
h = ketebalan

Untuk menunjang hasil yang akurat dalam perhitungan dengan menggunakan


metode volumetrik, maka dapat digunakan metoda cut off reservoir. Metoda cut off
reservoir dapat didefinisikan sebagai suatu harga tertentu dimana dibawah atau
diatas harga tersebut parameter reservoir tidak berlaku lagi untuk dipertimbangkan.
Terdapat beberapa parameter dari cut off antara lain:
a. Cut off porositas didefinisikan sebagai suatu harga porositas dimana harga-
harga porositas dibawah harga tersebut tidak berlaku lagi untuk
dipertimbangkan.

b. Cut off permeabilitas didefinisikan sebagai suatu harga permeabilitas


dimana dibawah harga tersebut permeabilitas sudah tidak berlaku lagi untuk
dipertimbangkan dalam perhitungan.

c. Cut off saturasi air didefinisikan sebagai harga saturasi air, dimana harga
saturasi air diatas harga tersebut tidak lagi dipertimbangkan.

d. Cut off Vclay didefinisikan sebagai harga Vclay dimana Vclay diatas harga
tersebut tidak lagi dipertimbangkan.

Manfaat penentuan cut off untuk memperkirakan cadangan reservoar akan


menghasilkan jumlah yang akurat.

Penentuan Bidang-Bidang Batas Minyak/Air Dan Gas/Air


Batas antara zona minyak dan zona air atau zona gas dan zona air, masing-masing
disebut sebagai Water Oil Contact (WOC) dan Gas - Water Contact (GWC), perlu
diketahui dalam upaya menghitung atau memperkirakan volume minyak atau gas
mula-mula di tempat (Original Oil In Place atau Original Gas In Place). Batas
antara zona gas (gas cap) dan zona minyak disebut Gas-Oil Contact (GOC).
Program Studi Teknik Perminyakan UPN “Veteran” Yogyakarta | 86

Penentuan atau perkiraan batas (contact) dimaksud dapat dilakukan dengan


menggunakan data atau kombinasi data yang ada berikut ini :
1. Data/hasil interpretasi logs (electric log, Neutron-Density log).
2. Data Repeat Formation Tester (RFT), yaitu data gradien tekanan statik
pada masing-masing zona.
3. Data analisa fluida reservoir, terutama sifat-sifat fisik dan kimiawinya.
4. Data analisa batuan inti (Conventional dan Special Core Analysis).

Bilamana semua data tersebut ada, maka penentuan WOC atau GWC harus
terintegrasi. Pada situasi tertentu mungkin saja hanya sebagian data yang tersedia
dan ini harus dimanfaatkan semaksimal mungkin. Perlu dicatat bahwa bila ada data
RFT, maka perpotongan garis gradien tekanan minyak atau gas dengan garis
gradien tekanan air merupakan posisi atau kedalaman Free Water Level (FWL),
bukan WOC atau GWC, kecuali threshold Pressure-nya P CT = 0. Bila harga P CT . 0
(dari data capillary pressure), maka WOC atau GWC berada di atas FWL sejauh:

Semua parameter dalam kondisi reservoir dan h, PCT masing-masing dalam satuan
feet, psi dan lb/cuft.
Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 87

DAFTAR PUSTAKA

1. Amyx J. W. et.al, “Petroleum Reservoir Engineering Physical Properties


“,.1960
2. Crafd B.C and Howkins M.F, “ Applied Petroleum Reservoir Engineering “,
1960.
3. Hariyadi, Ir., Kristanto dedy,Msc., “Penilaian Formasi”, Diktat Kuliah,
Jurusan Teknik Perminyakan, UPN “VETERAN” Yogyakarta, Yogyakarta
1999.
4. Haryoko, R. “Dasar Interpretasi Log (Suatu Pedoman Praktis)” Log Analysis,
Production Geologist Pertamina, 1983.
5. Ir., Setyowiyoto Jarot,Msc., “Analisis Data Logging Evaluasi Formasi”,
Yogyakarta 2002.
6. , “ Petunjuk Praktikum Penilaian Formasi “, Laboratorium
Penilaian Formasi, jurusan Teknik Perminyakan, UPN “ Veteran “,
Yogyakarta, 2005.
Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 88

LAMPIRAN
Menentukan Harga Resistivity Air Formasi (R W )

1. Metode SP, lapisan bersih (clean formation), Lapisan yang bersangkutan mempunyai
defleksi SP, Tersedia rekaman resistivity jangkauan dalam dan jangkauan dangkal
2. Metode R t , lapisan bersih, Lapisan mempunyai zone air, Tersedia rekaman resistivity
jangkauan dalam dan dangkal
3. Metode Resistivity – Porosity Cross Plot
4. Metode R xo terhadap R t Cross Plot

Langkah kerja
Metode SP
1. Siapkan data pendukung :
Diameter lubang bor (d h ), Gradien temperatur (G), Resistivity lumpur (R m )
Bila tersedia gunakan juga :
Resistivity filtrat lumpur (R mf ), Resistivity kerak lumpur (R mc ), Kerapatan jenis lumpur
( m)
2. Tentukan temperatur lapisan (T R ) menggunakan Gambar GEN-6 dan hitung harga R m
pada temperatur tersebut dengan rumus :
Ta
Rm @TR Rm @Ta
TR

GEN 6
Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 89

3. Tentukan tebal lapisan (h) dari SP log dengan mengukur jarak antara titik belok
(inflection point) awal deflekesi dan titik belok akhir defleksi.
4. Tentukan garis shale (shale base line), garis ini merupakan harga rata-rata SP lapisan –
lapisan shale. Garis tersebut merupakan garis referensi SP = 0
5. Tentukan harga SP lapisan dengan membaca harga skala log dimulai dari shale base
sampai garis rata-rata defleksi SP-nya (-mv)
6. Hitung harga R mf , R mfeq , R mc pada temperatur formasi sebagai berikut :
Gunakan Gambar GEN-9 untuk mendapatkan harga R mf @ T R
a. Jika harga R mf @ T a > 0.1 ohm-m
hitung harga R mfeq dengan hubungan berikut :
R mfeq = 0.85 R mf
b. Jika harga R mf @ T a < 0.1 ohm-m, gunakan Gambar SP-2 untuk mendapatkan harga
Rmfeq :
Ta
Rmc @TR Rmc @Ta
TR

GEN 9
Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 90

7. Apabila tidak ada pengukuran langsung, hitung harga R mf dan R mc dari persamaan
berikut :
1.07
Rmf Km Rm
2.65
Rm
Rmc 0.69 Rmf
Rmf
K m tergantung densitas kerapatan jenis (density) lumpur seperti terlihat pada Tabel
GEN-7. Baca R mf dari Gambar SP-2

GEN 7

SP 2

8. Baca dari log resistivity harga R xo , R i , d i , R s , dan R t (lihat pembacaan R xo, pembacaan R i
dan R t )
R R R R h d
9. Hitung harga s , xo , i , xo , dan i
Rm Rm Rm Rt d h dh
Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 91

10. Dari harga SP langkah 5 dan data yang diperoleh dari langkah 8 dan 9 gunakan Gambar
SP-3 atau SP-4 untuk menentukan harga SP.
1
ESSPcor = ESP x
ESP / ESPcor
E SP = E SP x Faktor Koreksin, E SP adalah harga SP hasil langkah 5

SP 3

SP 4
Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 92

11. Tentukan harga R weq dengan menggunakan Gambar SP-1


Masukkan harga SP pada sumbu datar, tarik garis tegak lurus sehingga memotong
kurva dengan temperatur lapisan yang sesuai. Dari titik potong ini tarik garis mendatar
sampai memotong sumbu tegak untuk menentukan harga R mfeq / R weq . Dari harga
R mfeq /R weq tersebut tarik garis lurus melalui harga R mfeq sehingga diperoleh R weq

SP 1

12. Dengan harga R weq hasil langkah 10, gunakan gambar SP-2 untuk menentukan harga
R W.
Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 93

Metode R t
1. Siapkan data pendukung
Gradien temperatur (G)
Resistivity lumpur bor (R m )
Kerapatan jenis lumpur bor ( m )
Bila tersedia gunakan juga :
Resistivity filtrat lumpur (R mf )
Resistivity kerak lumpur (R mc )
2. Tentukan temperatur lapisan (T R ) menggunakan Gambar GEN-6, kemudian hitung
harga R m pada temperatur tersebut dengan rumus:
Ta
Rm @TR Rm @Ta
TR
3. Hitung harga R mf , R mfeq , R mc pada temperatur formasi sebagai berikut :
Gunakan Gambar GEN-9 untuk mendapatkan harga R mf @ T R
a. Jika harga R mf @ T a > 0.1 ohm-m
Hitung harga R mfeq dengan hubungan berikut :
R mfeq = 0.85 R mf
b. Jika harga R mf @ T a > 0.1 ohm-m, gunakan Gambar SP-2 untuk mendapatkan harga
Rmfeq :
Ta
Rmc @TR Rmc @Ta
TR
4. Apabila tidak ada pengukuran langsung, hitung harga R mf dan R mc dari persamaan berikut
1.07
Rmf Km Rm
2.65
Rm
Rmc 0.69 Rmf atau untuk air lumpur garam
Rmf
R mf = 0.75 R m
R mc = 1.5 R m
K m tergantung kerapatan jenis lumpur seperti terlihat pada Tabel GEN-7.
5. Tentukan harga ROS, biasanya ROS diambil antara 10-20% atau sesuai pengalaman
lapangan.
6. Pada lapisan yang mengandung 100% air tentukan harga R o dan R xo dari rekaman
resistivity log (lihat untuk menentukan harga R xo ) R o adalah R t lapisan yang
mengandung 100 % air.
7. Hitung R W berdasarkan rumus :

RW Ro Rmf
Rxo(1 ROS)2
Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 94

Penentuan Rt

Pembacaan Langsung
Dilakukan dengan pembacaan langsung pada rekaman log normal atau lateral. Untuk normal
16 inci, hasil pembacaan perlu dikoreksi lagi terhadap pengaruh lubang bor menggunakan
kurva khusus.

Metode Grafis
Dilakukan terhadap kombinasi log resistivity jangkauan dalam, sedang dan dangkal, untuk
mengoreksi pengaruh keadaan lubang bor, tebal lapisan dan invasi filtrat lumpur. Macam
kombinasi yang dipakai dewasa ini antara lain:
Dual Induction - Laterolog 8
Dual Induction - SFL
Dual Induction - Laterolog 8 - R xo
Dual Induction - SFL - R xo
Dual Laterolog - R xo
Dual Induction - R xo
Petunjuk kerja ini menerangkan penentuan harga R t untuk kombinasi Induction Log (R ID ,
R IM ) dan laterolog 8 (R LL8 ). Cara yang sama dapat diterapkan untuk kombinasi lain dengan
menggunakan kurva yang sesuai.

Langkah Kerja
Pembacaan Langsung
1. Persiapkan data diameter lubang sumur (d h ), ketebalan lapisan (h), resistivity lumpur
(R m ), resistivity lapisan sekitarnya (R s ). Koreksi harga R m terhadap temperatur lapisan
(lihat pembacaan Rm).
2. Pilih pada tabel petunjuk cara pembacaan R t yang sesuai bagi data dari langkah 1.
R16
3. Khusus untuk normal 16“, gunakan Gambar Rcor-8 : masukkan data pada sumbu
Rm
R16 corr
tegak, pilih diameter lubang sumur sesuai data dan dapatkan harga .
Rm
Harga R t = R 16 corr
Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 95

Rcor 8

Metode Grafis
1. Persiapkan data diameter lubang sumur (d h ), stand off, resistivity lumpur (R m ), resistivity
lapisan sekitarnya (R s ). Koreksi harga R m terhadap temperatur lapisan Koreksi pengaruh
lubang bor :
a. Untuk Laterolog 8: Grafik Rcor-1.
R LL8
Masukkan data pada sumbu mendatar dan pilih diameter lubang sumur serta
Rm
RLL8 corr
R m yang mendekati data, kemudian dapatkan harga .
RLL8
RLL8 corr
RLL8 corr = x RLL8’
RLL8
b. Untuk Induction log : grafik Gambar Rcor - 4a :
Masukkan data diameter lubang sumur pada sumbu mendatar, pilih stand off sesui
data dan dapatkan barehole geometrical factor. Tarik garis lurus dari titik borehole
geometrical factor melalui harga resistivity factor (R m ) untuk mendapatkan Hole
Signal (dalam satuan Conductivity). Konversikan harga resistivity (R IM ) hasil
1000
pembacaan menjadi Conductivity CIM , kemudian kurangi dengan Hole
RIM
Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 96

Signal, diperoleh Conductivity terkoreksi (C), yang dapat dikonversikan menjadi


1000
Resistivity terkoreksi RIM Corr . Cara yang sama dapat dilakukan untuk
C
mengkoreksi R ID .

Rcor 1
Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 97

Rcor 4a

2. Lakukan koreksi terhadap ketebalan lapisan atas harga R IM dan R ID hasil langkah 2b
menggunakan Gambar Rcor-6 : Pilih kurva untuk R s yang sesuai. Tarik garis tegak lurus
dari data ketebalan lapisan pada sumbu mendatar, sehingga berpotongan dengan kurva
R a *) yang sesuai. Baca harga R IM terkoreksi pada sumbu tegak. *) R a = R IM atau R ID pada
langkah 2b. Cara yang sama dapat dilakukan untuk mengkoreksi R ID hasil 2b
menggunakan Gambar Rcor-5.
Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 98

Rcor 6
Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 99

Rcor 5

3. Koreksi pengaruh invasi menggunakan Gambar Rint-2.


RIM RLLS
Dari hasil langkah sebelumnya, hitung serta . Gunakan hasil gambar
RID RID
Rt Rxo
tersebut pada Gambar Rint-2a sehingga diperoleh , dan d i (jarak interval)
RID Rt
Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 100

Rt
Hitung Rt RID Disamping itu diperoleh harga R xo :
RID
Rxo
Rxo RID
RID

Gambar Chart Rint 2

Daftar Simbol
R xo = Resisitivity Flushed Zone (ohm-m)
Rt = Resisitivity lapisan sebenarnya (ohm-m)
dh = diameter lubang bor (kaki)
h = tebal lapisan (kaki)
Rm = Resisitivity lumpur (ohm-m)
Rs = Resisitivity batuan sekitar (ohm-m)
R 16” = Resisitivity Induction Log 16 Inci (ohm-m)
R 16“ Corr = Resisitivity Induction Log 16 Inci terkoreksi (ohm-m)
R LL8 = Resistivity Laterolog-8 (ohm-m)
R LL8 corr = Resistivity Laterolog-8 terkoreksi (ohm-m)
R IM = Induction Resistivity, medium investigation (ohm-m)
C IM = Induction Conductivity, medium investigation (mhos)
R IM corr = Induction Resistivity, medium investigation terkoreksi (ohm-m)
R ID = Induction Resistivity, deep investigation (ohm-m)
Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 124

Penentuan Rxo
Menentukan Harga Resistivity Batuan Di Dalam Flushed Zone

Menggunakan alat jangkauan pengamatan pendek :


- Microlog
- Proximity log
- Microlaterolog
- Micro Spherically Focused log
Menggunakan kombinasi alat :
- Dual induction - Laterolog 8
- Dual induction (DIL) Spherically Focused Log

Persyaratan
1. Microlog dan proximity log hanya digunakan dalam lubang bor dengan lumpur dasar air
tawar (fresh water base mud) atau R mf > 2 R w dan resistivity batuan tidak lebih dari 200
ohm-m (R t < 200 Ohm-m).
2. Microlaterolog dan Micro Spherically Focused Log hanya digunakan dalam lubang bor
dengan lumpur dasar air asin (salt water based mud) atau R mf < 2 R w dan resisitivity
batuan (R t ) lebih besar dari 200 ohm-m.
3. Petunjuk kerja ini menggunakan alat dan chart interpretasi Schlumberger. Untuk alat dari
perusahaan lain chart interpretasi yang digunakan harus disesuaikan.

Langkah Kerja
Siapkan data pendukung
- diameter lubang bor (d h )
- resistivity kerak lumpur (R mc @ T a )
- gradien temperatur (G)
- ketebalan kerak lumpur, kalau ada (h mc )

Penentuan R xo Dari Microlog


1. Baca kedalaman lapisan dan tentukan temperatur formasi serta hitung resistivity kerak
lumpur R mc pada temperatur tersebut dengan rumus :
Ta
Rmc @TR Rmc @Ta
TR
2. Untuk lapisan bersangkutan baca harga rata-rata resistivity rekaman microlog 1” ( R1 ) 1

dan harga rata-rata resistivity rekaman microlog 2” (R 2 ).


R1 1 R2
3. Hitung harga dan
Rmc Rmc
R1 1
4. Koreksi harga terhadap diameter lubang bor dengan mengalikan terhadap faktor
Rmc
korelasi berikut :
Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 125

Diameter lubang bor Faktor koreksi


8“ 1.00
4 ¾“ 1.15
6“ 1.05
10“ 0.93

5. Dengan menggunakan gambar Rxo-1 (microlog interpretation chart), masukkan harga


R1 1 R2
pada sumbu tegak dan pada sumbu mendatar dan tentukan harga Rxo serta
Rmc Rmc Rmc
ketebalan kerak lumpur (h mc ). Dengan menggunakan harga R mc yang diketahui, hitung
harga R xo .
6. Apabila ketebalan kerak lumpur (h mc ) yang diperoleh dari Gambar Rxo-1 tersebut
berbeda dari h mc yang diperoleh dari log kaliper atau pengukuran langsung maka
dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
Rxo
a. Dari harga tarik garis dengan sudut kemiringan 45 hingga memotong kurva
Rmc
ketebalan kerak lumpur sebenarnya.
R2
b. Baca harga Rxo yang benar serta . Hitung harga R dari rumus berikut,
xo
Rmc Rmc
Rxo / Rmc
Rxo R2
R2 / Rmc

Penentuan R xo Dari Proximity Log


1. Siapkan data pendukung. Harga ketebalan kerak lumpur h mc harus diketahui.

2. Hitung R mc pada temperatur lapisan @TR Rmc @Ta T


Rmc Ta
R

3. Untuk lapisan bersangkutan baca harga rata- rata proximity Log ( Rp )


4. Hitung harga R p /R mc
5. Dengan menggunakan gambar Rxo-2 masukkan harga R p /R mc pada sumbu mendatar dan
tarik garis tegak lurus hingga memotong kurva dengan ketebalan kerak lumpur (h mc )
Baca harga R p corr /R p pada sumbu tegak. Hitung harga R xo dengan rumus berikut:

R Rp corr
xo Rp
Rt

Penentuan R xo Dari Microlaterolog


1. Siapkan data pendukung
2. Hitung R mc pada temperatur lapisan
Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 126

Ta
Rmc @TR Rmc @Ta
TR
3. Untuk lapisan bersangkutan baca harga resistivity microlaterolog (R MLL )
4. Hitung harga R MLL /R mc
5. Dengan menggunakan gambar Rxo-2, masukkan harga R MLL /R mc pada sumbu mendatar
dan tarik garis tegak lurus hingga memotong kurva untuk ketebalan kerak lumpur (h mc ).
Baca harga R MLLcorr /R p . Hitung harga R xo dengan rumus berikut:

R RMLL corr
xo RMLL
RMLL

Penentuan R xo Dari Microspherically Focused Log (MSFL)


1. Siapkan data pendukung

2. Hitung R mc pada temperatur lapisan @TR Rmc @Ta Ta


Rmc T
R

3. Untuk lapisan bersangkutan baca harga rata-rata resistivity MSFL (R MSFL )


4. Hitung harga R MSFL /R mc
5. Masukkan harga R MSFL /R mc pada Gambar Rxo-3, (untuk standar MSFL) baca RMSF
corr/R MSFL . Hitung R xo dengan rumus berikut:

R RMSFL corr
xo RMSFL
RMSFL
Bila digunakan Slimhole MSFL gunakan Gambar Rxo-3 (Slim MSFL) untuk
mendapatkan R MSFLcorr /R MSFL

Daftar Simbol
h mc = tebal kerak lumpur, in
Rm = resistivity lumpur bor, ohm-m
R MLL = resistivity Mikro Laterolog
R MLLcorr = resistivity batuan pembacaan Mikro Laterolog, ohm-m
R MSFLcorr = resistivity batuan pembacaan Mikro Spherically Focused Log (MSFL) yang
dikoreksi, ohm-m
R 1x1 = resistivity batuan pembacaan micro inverse, ohm-m
R2 = resistivity batuan pembacaan micro normal, ohm-m
Rp = resistivity batuan pembacaan Proximity Log, ohm-m
R p corr = resistivity batuan pembacaan Proximity Log yang dikoreksi, ohm-m
R mc = resistivity kerak lumpur, ohm-m
Rt = resistivity batuan didaerah yang tidak terganggu, ohm-m
R xo = resistivity batuan di flushed zone, ohm-m
Ta = temperatur pemukaan, F
TR = temperatur formasi, F

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 127

Gambar Summary dari Interpretasi Microlog

Gambar Rxo-1

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 128

Gambar Rxo-2

Gambar Rxo-3

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 129

Lithology Symbol

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 130

Lithology Description from Mud Log Analysis

Tekstur Components of Rock

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 131

Logging Tool Response in Sedimentary Minerals

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 132

Logging Tool Response in Sedimentary Minerals (lanjutan)

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 133

Simbol dan Deskripsi Litologi

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 134

Simbol dan Deskripsi Litologi (lanjutan)

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 135

Simbol dan Deskripsi Litologi (lanjutan)

Distribusi Fluida di kondisi Reservoir Water Wet

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 136

Quick Look to Rw from SP Log

Quick Guide to Rt from Dual Induction Logs

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 137

Quick Guide to Rt from the Dual Lateralog

Pressure Gradient Around the Oil/Water Contact

Praktikum Penilaian Formasi


Program Studi Teknik Perminyakan UPN "Veteran" Yogyakarta 138

Integrated Formation Evaluation

Praktikum Penilaian Formasi

Anda mungkin juga menyukai