Anda di halaman 1dari 13

BAB V.

Analisa Dipmeter & FMI - 43

BAB V
ANALISA DIPMETER & FMI

DIPMETER

1. Pendahuluan
Dipmeter merupakan bagian dari log mekanik yang digunakan untuk mengukur
arah dan besarnya kemiringan lapisan yang melalui lubang bor. Harga ini didapat
berdasarkan pengukluran tahanan jenis oleh 3 atau 4 elektroda secara bersama-sama
(Gilreath, J.A.,1977 ). Informasi dipmeter ini berguna dalam menentukan
kemungkinan adanya struktur geologi, menentukan arah pemboran selanjutnya,
ketidakselarasan, serta informasi startigrafi yang sangat diperlukan oleh geologi
perminyakan dalam mengembangkan lapangannya.

2. Prinsip Kerja Dipmeter


Alat ini terdiri dari sonde yang dimasukkan kedalam lubang bor dengan suatu
kabel yang dihubungkan dengan alat pencatat diatas permukaan. Umumnya
dilakukan setelah dilakukan electric log, karena formasi yang akan dilakukan
pengukuran dipmeter harus ditentukan dahulu kedalamannya dengan log listrik.
Sonde terdiri dari unit-unit elektroda yang berhubungan dengan dinding lubang
bor pada kedalaman yang sama. Berdasarkan macam elektrodanya dapat dibedakan
menjadi 2 tipe sonde, yaitu sonde dengan tiga elektroda, dan sonde dengan empat
elektroda, masing-masing elekroda membentuk sudut yang sama pada lubang bor.
Pada tipe sonde dengan tiga elektroda, tangan-tangan karetnya akan membentuk
sudut 1200 dan pada pusat masing-masing tangan ini akan berposisi pada bidang yang
sama. Elektroda pencatat terletak pada sumbu tangan karet yang menempel pada
dinding lubang bor. Sedangkan pada tipe sonde dengan empat elektroda, masing-
masing tangan karet akan membentuk sudut 900. Pada unit elektroda ini terdapat
photoklinometer yang mencatat arah masing-masing tiga kurva SP atau resistivity
dan memberikan kedudukan formasi dalam lubang bor. Spring Guides dibawah dan
diatas elektroda klinometer berfungsi untuk menjaga agar pusat alat kedudukannya
tetap dipusat lubang bor.
BAB V. Analisa Dipmeter & FMI - 44

Setelah kedalamannya ditentukan oleh log listrik maka gabungan elektroda,


photoclinometer, spring guides diturunkan ke dasar interval yang akan diukur,
kemudian gambar-gambar photoclinometer mulai diambil, hasilnya berupa kurva-
kurva yang memberikan harga-harga penyimpangan serta azimut. Kurva-kurva ini
dicatat diatas permukaan dan pengukurannya dilakukan pada kedalaman yang
terdalam sampai yang terdangkal. Hasil pengukuran akan dicatat dalam bentuk
digital pada pita magnetik, dalam bentuk film, atau dalam bentuk kertas yang
kemudian dianalisa dalam perhitungan-perhitungan untuk mendapatkan harga-harga
kedudukan formasi sebagai hasil akhir yang dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu:
1. Cara manual
2. Cara semi otomatis
3. Cara otomatis

3. Pembacaan Data Dipmeter


Hasil pengukuran dipmeter yang disajikan dalam bentuk grafis, umumnya berupa
arrow plot, stick plot, modifikasi schimid plot, azimuth frequency plot. Panjang
korelasinya tidak selalu sama, adakalanya panjang sekali ( 10, 20, bahkan 30 feet )
yang berguna untuk mengetahui kondisi struktur bawah permukaan, tetapi kadang
juga pendek ( 1,2, atau 3 feet ) yang digunakan untuk mempelajari sedimentasi untuk
mempelajari stratigrafi. Tetapi dalam praktikum kali ini yang kan dipakai adalah
bentuk arrow plot( gb 3 ). Arah panah menunjukkan arah kemiringan lapisan dengan
arah utara ditentukan kearah atas( seperti di peta ). Pada kolom kebawah
menunjukkan kedalamannya, sedangkan kearah horizontalnya menunjukkan
besarnya kemiringan( Abdul Wahab, 1975 ).
BAB V. Analisa Dipmeter & FMI - 45

Gambar 5.2. Penyajian secara grafis ( Gilreath, 1977 )

Untuk lebih jelasnya lihat contoh berikut

1000

Gambar 5.3. Penyajian secara grafik arrow plot ( Abdul Wahab, 1975 )

Dari contoh diatas dapat dibaca bahwa pada kedalaman 1000ft perlapisan
memiliki harga kemiringan 100 dengan arah kemiringan N450E
BAB V. Analisa Dipmeter & FMI - 46

4. Analisa Data Dipmeter


Untuk mempermudah dalam mendeterminasi kemiringan struktural dilakukan
dengan berbagai cara, yaitu:
1. Cara Visual
a) Pola-pola warna
b) Membandingkan dengan log listrik
c) Pola kesejajaran dan kemiringan terendah
d) Rata-rata kemiringan struktural
2. Cara Statistik
a) Schmit Plot
b) Azimuth frequency plot

Dalam praktikim kali ini yang akan dipakai adalah cara visual, yaitu color pattern
( pola-pola ) warna, yang dapat dibedakan menjadi beberapa pola warna, yaitu:
1. Pola hijau, digunakan untuk pola dengan besar dan arah kemiringan yang relatif
tetap. Untuk suatu interval kedalaman tertentu pola ini menunjukkan kemiringan
regional
2. Pola merah, kedudukan lapisan yang relatif memiliki arah tepat dan besarnya
bertambah sesuai dengan bertambahnya kedalaman. Biasanya mengindikasikan
adanya fault, fold, unconformites, diferential compacton ( reef dan domes ),
channels
3. Pola biru, kemiringan yang relatif mempunyai arah yang sama, tetapi besar
kemiringannya berkurang sesuai dengan bertambahnya kedalaman. Dapat
diinterpretasikan sebagai fault, fold, unconformites, current bedding.
4. Pola kuning, pola ini jarang digunakan karena hanya menunjukkan penyebaran
dari kemiringan maksimum( dari pola biru ). Hal ini dapat menunjukkan tingkat
energi pengendapannya.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pewarnaan, yaitu:
1. Menghubungkan panah untuk kedalaman yang berurutan
2. Tidak boleh menghubungkan panah-panah yang berlawanan arah
3. menghubungkan panah yang relatif mempunyai arah yang sama
4. akhir pola yang satu dapat menjadi awal pola yang lain
5. tidak semua hasil pengukuran dipmeter harus diperhitungkan
BAB V. Analisa Dipmeter & FMI - 47

Selain pola diatas, ada satu pola yang acak ( tak berpola ), yang menandakan
bahwa arah dan besar kemiringan lapisan tidak menentu arahnya, misal pada
breksiasi, fracture dll.

5. Interpretasi
Data dipmeter dapat digunakan untuk menginterpretasi suatu struktur berupa
perlapisan, lipatan, sesar, ketidakselarasan, struktur sedimen.
a) Perlapisan
Homoklin yaitu suatu seri perlapisan yang mempunyai kedudukan sama
pada suatu daerah pemetaan( Billings, 1975 ). Pada pola dipmeternya
mempunyai sifat kesejajaran baik arah maupun besar kemiringannya,
pengecualian pada perlapisan silang-siur, polanya tidak seragam dan saling
menutup, jadi harus dibedakan kemiringan formasi dan kemiringan sekunder
akibat proses pengendapan.

Gambar 5.4. Pola dipmeter untuk struktur homoklin ( Schlumberger 1981 )


BAB V. Analisa Dipmeter & FMI - 48

b) Lipatan ( Fold )
Sistem lipatan besar dapat menghasilkan efek yang nyata dalam log
dipmeter. Tetapi dalam suatu lipatan simetri yang besar, suatu lubang bor tidak
akan melalui axial plane, sehingga hasil log menunjukkan tidak adanya
perubahan arah dip. Dalam lipatan asimetri, log dipmeter akan menunjukkan
suatu perubahan arah dip dari satu sisi lipatan dimana lubang bor melalui axial
plane.
1. Antiklin
- Antiklin simetri mempunyai bidang sumbu yang relatif tegak sehingga
pola log dipmeternya akan sama dengan pola homoklin yaitu adanya
kecondongan perlapisan yang tunggal
- Antiklin asimetri ditunjukkan dengan adanya perubahan kemiringan
meliputi besar dan arahnya.

2. Sinklin
- Sinklin simetri, pola dipmeter sama seperti pada homoklin dan antiklin
simetri, yaitu adanya kecondongan perlapisan tunggal
- Sinklin asimetri seperti pada antiklin asimetri, ditunjukkan dengan pola
pengurangan, kemudian diikuti penambahan besar kemiringan kearah
bawah.
3. Overturned anticline/ sincline
Overturned merupakan suatu lipatan yang kemiringannya searah dengan
bidang sumbu yang miring atau lipatan yang kemiringan kedua sayapnya
searah atau hampir sama besarnya dengan arah sama. Ditunjukkan dengan
adanya gejala peretakan atau perlipatan sekunder, sehingga pada log
korelasi akan nampak perlapisan yang membalik
BAB V. Analisa Dipmeter & FMI - 49

Gambar 5.5. Antiklin-sinklin simetri (A), antiklin-sinklin asimetri (B), overturned (C).
( Schlumberger 1981 )

c) Sesar ( Fault )
Sesar adalah retakan yang bersifat alami yang telah mengalami
perubahan/ pergeseran secara vertikal, lateral, dan atau secara rotasi yang
terjadi akibat pergerakan dua blok. Dalam interpretasi dipmeter, tiga aspek
utama yang harus diperhatikan menyangkut struktur sesar antara lain:
1. Bidang sesar
2. Blok Bagian atas dan bawah
3. Zona distorsi yang dapat terjadi pada blok yang sama atau yang lainnya
atau keduanya
Tanda-tanda sesar pada log dipmeter ditunjukkan dengan adanya
kedudukan kemiringan lapisan batuan yang tiba-tiba meloncat ke harga yang
lebih tinggi dengan arah kemiringan yang berlawanan, atau dapat juga diketahui
dengan adanya pelengkungan formasi yang menerus dari atas kemudian tiba-
tiba pola arrow plot kembali kepola sebelum adanya pelengkungan. Suatu
gongue-breccia kadang juga nampak pada log dipmeter.
BAB V. Analisa Dipmeter & FMI - 50

Tanda-tanda sesar yang khas akan nampak pada dragfault (seretan ) atau
roll over, kenampakan pada log dipmeter ditunjukkan dengan adanya pola
kemiringan yang besarnya bertambah sesuai dengan pertambahan kedalaman.

A B C
Gambar 5.6. Kenampakan dipmeter dalam sesar. Breksi sesar ( A ). ( Schlumberger 1981)

d) Ketidakselarasan ( Unconformity )
Ketidakselarasan adalah suatu bidang hiatus dalam urutan geologi normal
yang dikatakan sebagai break dalam proses pengendapan, disebabkan oleh
erosi atau oleh struktur deformasi.
Pada log dipmeter hanya dapai diketahui tipe ketidakselarasan
disconformity dan agular unconformity.
- Disconformity, ditunjukkan dengan adanya perubahan kwalitas, densitas,
keteraturan kemiringan perlapisan-pelapisan diatas dan dibawah bidang
ketidakselarasan
- Angular unconformity, ditunjukkan dengan penambahan atau
pengurangan besar kemiringan kearah dalam, sehingga kadang salah
penafsiran dengan sesar.
Kesalahan penafsiran ini dapat diluruskan dengan ciri khas pada
ketidakselarasan yaitu kemiringan perlapisan umumnya lebih curam
dibagian bawah bidang ketidakselarasan dibanding dengan bagian
atasnya karena adanya pengangkatan perlapisan batuan sebelum tererosi.
BAB V. Analisa Dipmeter & FMI - 51

A B
Gambar 7. Kenampakan pola dipmeter pada ketidakselarasan disconformity (A),
Angular Unconformity (B). ( Schlumberger 1981 )

e) Intrusi Diapirik
Intrusi diapirik meliputi kubah garam, kubah serpih, dan lakolit atau igneous
plug.
- Kubah Garam, ditunjukkan dengan kemiringan yang bertambah sesuai
kedalaman, kedudukan kemiringan yang sembarang ( random ) yang
menunjukkan massa garam
- Kubah sepih, seperti kubah garam, ditunjukkan dengan kemiringan semu
yang tinggi pada kubah menunjukkan bidang gerusan
- Lakolit, kenampakan sama seperti kubah garam/serpih

FORMATION MICRO-SCANNER IMAGE (FMI )


FMI merupakan pengenbangan lebih lanjut dari dipmeter, jika dalam dipmeter
kita dapatkan penyajian data dalam bentuk diagram, maka dalam FMI ini kita dapat
langsung melihat kenampakan formasi secara lebih jelas, karena data yang
didapatkan dalam bentuk image ( gambar ), sehingga memperlihatkan kenampakan
kemiringan lapisan batuan secara detil.
Seperti pada dipmeter, Formation Microscanner juga terdiri dari sebuar sonde
yang dimasukkan dalam lubang bor yang selanjutnya ditarik keatas. Pada ujungnya
terdapat 4 lengan yang terdapat elektroda sebagai scanner dalam lubang bor.
BAB V. Analisa Dipmeter & FMI - 52

Ada tiga versi formation microscanner antara lain:


- 2 pad, dengan 27 elektroda elektroda dan 2 dip pads, tipe ini dapat men-scan
sebanyak 20% dalam 8,5 inchi
- 4 pad, dengan 16 elektroda, dapat men-scan 40% dalam 8,5 inchi
- Slimhole FMS-B, dengan 4 pad dan 16 elektroda, dapat men-scan 40% dalam
6,5 inchi

A B
Gambar 10, susunan elektroda, 2 pad ( A ), 4 pad dan slimhole FMS-B ( B )
Pada formation microscanner ini data yang dihasilkan berupa image ( gambar )
yang dihasilkan dari sensor di lengan-lengannya, sehingga terlihat dalam empat arah.
Tidak seperti pada dipmeter yang kemiringan diperlihatkan dalam jarak horizontal,
BAB V. Analisa Dipmeter & FMI - 53

dalam FMI kemiringan perlapisan dapat dilihat langsung dari image yang terbentuk
dari empat, sehingga dapat dilihat sebih akurat dan detail.

Gambar 11. image yang terbentuk dari log FMI berupa gambar yang
menunjukkan kemiringan lapisan

Kegunaan FMI
1. Analisa struktural, digunakan untuk mengetahui dip dalam lubang bor,
identifikasi sesar dan kemiringan struktural tanpa perlu adanya drag folding
2. Fracture Identification and analisis, digunakan dalam menganalisa
rekahan/fractures yang berguna dalam mengetahui keadaan reservoir, prediksi
produksi sumur ( dari porositas dan permeabilitas ), meningkatkan produksi
sumur ( optimalkan perforasi dan stimulasi )
3. Analisa Sedimentasi, deskripsi fasies, sekuen, dan lingkungan pengendapan,
penentuan arah arus purba dari kenampakan perlapisan silang siur, mengenali
endapan non-planar misal seperti erosi
4. Analisa Tekstur, dilakukan dengan evaluasi keragaman komposisi reservoir,
mengetahui permeabilitas, porositas seperti vug, nodul, konglomerat, breksi, dan
perlapisan, dapat terlihat dalam resolusi yang tinggi
5. Mengatasi kehilangan Core, core recovery hanya dapat mencapai 60% dari
pengambilan, dengan adanya image dari FMI ini core yang hilang dapat diketahui
dengan korelasi dengan FMI
6. Evaluasi sumur horizontal, dapat digunakan untuk mengetahui keadaan sumur
horizontal lebih lanjut dalam dip dan fracture analisis
BAB V. Analisa Dipmeter & FMI - 54

7. Dapat dibandingkan dengan acoustic image, misal dapat dibandingkan dengan


log sonic

Analisa fracture

Analisa tekstur

Analisa Struktur

Gambar 12 berbagai macam kegunaan FMI


BAB V. Analisa Dipmeter & FMI - 55

DAFTAR PUSTAKA

Atlas, 1987, Fundamentals of Diplog Analysis, Atlas Wireline Services, Houston


Douglas W., Wichie, 1982, Applied of Openhole Interpretation, Departement of
Petroleum Engeneering, Colorado School of Miner
Robert, D., 1985, Well Log, Encyclopedia of Well Logging, Houston, London, Tokyo.
Schlumberger, 1970, Fundamentals of Dipmeter Interpretation, New York.

Anda mungkin juga menyukai