Anda di halaman 1dari 12

MODUL IX

BOUNDARY RAY
I. Identitas Mata Kuliah
I.1 Nama Mata Kuliah

: Geologi Struktur

I.2 Jumlah SKS

: 3 SKS

I.3 Semester

: Awal

I.4 Nama Dosen Pengasuh

: Ir. Djamaluddin MT
Dr. Eng. Purwanto ST., MT

I.5 Deskripsi Singkat Mata Kuliah :


I.6 Sasaran Belajar

II. PENDAHULUAN
Deskripsi singkat praktikum
Praktikum geologi struktur acara 9 berjudul Boundary Ray. Boundary Ray
merupakan salah satu metode yang digunakan untuk merekonstruksi lipatan dari
data-data singkapan yang telah didapatkan. Berbeda dengan arc method metode ini
menggunakan data-data tertentu dalam melakukan rekonstruksi lipatan Karena
mempertimbangkan berbagai hal seperti ketebalan dsb.
Metode boundary ray, digunakan untuk singkapan yang memiliki lipatan yang sejajar
maupun tidak sejajar. Kemiringan dari konstruksi didasarkan oleh ketebalan dan
penipisan yang ada pada lipatan. Hal inilah yang membuat hasil dari lipatan yang
dibentuk dengan menggunakan metode ini lebih lengkap dan lebih detail.

Sasaran pembelajaran praktikum


Diharapkan setelah mengikuti kegiatan praktikum ini, mahasiswa dapat

mengetahui cara merekonstruksi lipatan dari singkapan singkapan dilapangan yang


memiliki lipatan yang sejajar maupun tidak sejajar.
Tata tertib dan etika praktikum
Selama mengikuti praktikum mekanika batuan, setiap mahasiswa diwajibkan:
1. Mematuhi tata tertib yang ada di laboratorium
2.
Alokasi waktu praktikum
a. Penjelasan pengantar
b. Menampilkan gambar jenis-jenis struktur geologi
c.

Menjelaskan proses terbentuknya struktur geologi

Tempat praktik
Praktikum dilaksanakan di Laboratoriun Geomekanik, Program Studi Teknik
Pertambangan, Universitas Hasanuddin
Teori dasar
Praktikum 8: ARC METHOD
1. Pendahuluan
Lipatan adalah hasil perubahan bentuk atau volume dari suatu bahan yang
ditunjukkan sebagai lengkungan atau kumpulan lengkungan pada unsur garis atau
bidang dalam bahan tersebut. Unsur bidang yang disertakan umumnya bidang
perlapisan (Hansen, 1971, dalam Ragan, 1973, hal.50).

2. Bagian-bagian lipatan
Limb (sayap) : bagian lipatan yang terletak down-dip dimulai dari lengkung

maksimum suatu antiklin atau up-dip dimulai dari lengkung suatu sinklin.
Hinge
: titik pelengkungan maksimum pada lapisan yang terlipat.
Crest
: titik puncak tertinggi dari lipatan.
Trough
: titik dasar terendah dari lipatan.
Core
: pusat lipatan.
Inflection
: pertengahan antara dua pelengkungan maksimum.
Axial line
: garis khayal yang menghubungkan titik-titik pelengkungan
maksimum pada setiap permukaan lapisan. Disebut juga hinge line.

Axial surface : disebut juga hinge surface; bidang khayal yang memuat semua
axial line atau hinge line. Bidang ini pada beberapa lipatan dapat merupakan

bidang planar sehingga dinamakan axial plane.


Crestal line : suatu garis khayal yang menghubungkan titik-titik tertinggi pada

setiap permukaan suatu antiklin.


Crestal surface
: bidang khayal yang memuat semua crestal line suatu

antiklin.
Trough line : adalah suatu garis khayal yang menghubungkan titik-titik terendah

pada suatu sinklin.


Trough surface

sinklin.
Plunge

horisontal. Sudut ini terletak pada bidang vertikal.


Bearing
: sudut horisontal yang dihitung terhadap arah tertentu dan

menyatakan arah penunjaman axial line.


Pitch
: sudut antara axial line dengan bidang atau garis horisontal yang

: bidang khayal yang memuat seluruh trough line suatu

: sudut penunjaman dari axial line yang diukur terhadap bidang

diukur pada axial plane/surface.

3. Klasifikasi lipatan
Untuk menamakan suatu lipatan harus sesuai dengan klasifikasi yang ada,
tergantung dari dasar yang digunakan.
A. Klasifikasi Billings 1977
Disusun berdasarkan pada :

1. Bentuk penampang tegak, tegak lurus sumbu lipatan, dalam hal ini yang
diperhatikan adalah kedudukan dari bidang sumbu dan kedudukan dari sayap
sayapnya.
2. Intensitas perlipatan.
3. Pola dari pada sumbu lipatan yang terdapat pada suatu daerah.
4. Sifat sifat dari pada lipatan dengan kedalaman.
Contoh-contoh lipatan:
1. Berdasarkan bentuk penampang tegak
a. Lipatan sederhana dan komplek
b. Lipatan simetris dan asimetris
c. Lipatan rebah (overturned fold)
d. Recumbent fold
e. Isoclinal fold
f. Chevron fold
g. Fan fold
h. Monoclinic
i. Structural terrace
j. Homocline.
2. Berdasarkan atas struktur perlipatan
a. Closed fold
b. Open fold
c. Drag fold
3. Berdasarkan atas pola dari sumbu sumbu lipatan di suatu daerah
a. En echelon folds
b. Culmination dan depression
c. Anticlinorium
d. Synclinorium
4. Berdasarkan atas sifat-sifat daripada lipatan dengan kedalaman
a. Similar folds
b. Parallel folds (concentric folds)
c. Supratenuous fold
d. Disharmonic fold
e. Pierching (diapir fold)
B. Klasifikasi Fleuty 1964
Berdasarkan kisaran besarnya sudut antarsayap (interlimb angle) (gambar IX.3):

2. Berdasarkan besarnya sudut kemiringan hinge surface dan sudut penunjaman


hinge line:

Adapun cara penggunaan tabel tersebut sbb.:


Misalkan, berdasarkan analisa statistik bidang perlapisan struktur lipatan dengan
stereonet, didapat besar kemiringan hinge surface 650 dan plunge dari hinge line
150, maka untuk penamaan lipatannya dikombinasikan sehingga nenjadi: steeply
inclined gently plunging fold.
C. Klasifikasi Rickard 1971

Klasifikasi ini berdasarkan dua hal, yaitu: (1) kemiringan hinge surface, (2)
penunjaman hinge line dan pitch dari hinge line. Cara mendapatkan nama atau jenis
lipatan dengan menggunakan diagram-diagram pada gambar IX.4 dan IX.5 berikut
ini.
Misalkan, dari analisa statistik bidang perlapisan suatu lipatan, didapat kemiringan
hinge surface 700 dan penunjaman hinge line 450, maka jenis lipatan yang didapat
dari klasifikasi ini ditentukan dengan memplot kedua nilai tersebut pada diagram
pada gambar IX.4, sehingga didapat titik b. Kemudian hasil yang didapat dari
diagram di atas diletakkan pada diagram gambar IX.5 berikut ini. Dari sini, dapat
diketahui jenis lipatannya, yaitu inclined fold. Sedangkan bentuk lipatan dapat dilihat
pada diagram gambar IX.6.

4. Mekanisme perlipatan
Berdasarkan posisi gaya relatif terhadap perlapisan batuan dikenal ada 2 macam
mekanisme gaya yang menyebabkan perlipatan, yaitu:
1. Buckling (melipat), disebabkan oleh gaya tekan yang arahnya sejajar dengan
permukaan lempeng (gambar IX.7).
2. Bending (pelengkungan), disebabkan oleh gaya tekan yang arahnya tegak

lurus permukaan lempeng (gambar IX.8).

Berdasarkan respon gerak benda terhadap gaya yang mengenainya dikenal 4 jenis
mekanisme perlipatan (Billings, 1977), yaitu:
1.
2.
3.
4.

Flexure folding (true folding), diakibatkan gaya tangensial atau gaya kopel.
Flow folding (incompetent folding)
Shear folding (slip folding)
Folding due to vertical movement.

III. Prosedur dan Mekanisme


Praktikum 1: STURKTUR GARIS DAN BIDANG
Rekonstruksi lipatan menggunakan metode Boundary Ray
Metode ini dipakai untuk lipatan yang sifatnya competent dan incompetent. Dasarnya
adalah bahwa penipisan dan penebalan adalah fungsi dari kemiringan (Coates,
1945; Gill, 1953). Dengan dasar ini, disusun suatu tabel untuk mendapatkan posisi
boundary ray yang dipakai untuk batas rekonstruksi lipatan. Tabel ini ada bermacam
macam untuk tiap persentase penipisan.
Cara mendapatkan boundary ray:

Untuk mendapatkan posisi boundary ray dari banyak data pengukuran


perlapisan lapisan, harus terlebih dahulu dilakukan pengelompokkan dip
dalam kelipatan 50 (lihat gambar IX.12) menjadi dip zone. Apabila pembuatan
penampang tidak tegak lurus jurus lapisan, maka data dip harus dikoreksi

terlebih dulu dengan tabel IX.1.


Misalkan, zona kemiringan lapisan (dip zone) adalah 400 dan 550. Posisi

boundary ray didapat dari perpotongan perpanjangan kemiringan.


Arah dari boundary ray didapatkan dengan menggunakan tabel. Misal
digunakan tabel dengan maksimum penipisan 50% (lihat tabel IX.2),
kemiringan kecil (400) dipakai sebagai ordinat dan kemiringan besar (550)

dipakai sebagai absis, didapatkan sudut 590 dan 400.


Untuk kemiringan yang berlawanan, dipakai bagian yang bawah yaitu 400 dan

diukurkan pada kemiringan besar (550) (gambar IX.13.a dan c).


Untuk kemiringan yang searah, dibuat lebih dulu garis bisector-nya kemudian
diukurkan pada garis yang sejajar dengan kemiringan besar (gambar IX.13.b).

Contoh 1 :
Diketahui jurus perlapisan N100E, dip 300SE, jurus garis penampang N50 0E.
Tentukan kemiringan perlapisan semu (apparent dip) pada garis penampang.
Sudut antara jurus perlapisan dan jurus garis penampang 50 0 - 100 = 400. Cari 400
pada kolom sebelah kiri, 30 0 pada baris paling bawah; komponen dip pada garis
penampang (apparent dip yang dicari) adalah 20,5 0.
Contoh 2 :
Diketahui jurus perlapisan N150E. Komponen dip pada garis penampang yang
jurusnya N400E adalah 200. Tentukan dip sesungguhnya (true dip). Sudut antara
jurus perlapisan dan jurus garis penampang adalah 40 0 150 = 250. Dari kolom
paling kiri pada 250, temukan 200 ke arah kanan (19,50 adalah nilai paling
mendekati). Dari 19,50 baca true dip di baris paling bawah: 40 0

IV. Lampiran
- Daftar Pustaka
- Format jurnal praktik
- Format laporan praktik
- Kriteria penskoran atau penilaian

Anda mungkin juga menyukai