Anda di halaman 1dari 21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Siklus Batuan

MAGMA

pembekun

dan pendngnen

peleburaJ

panas dan felkanan

BT BEKU

BT METAMORF

eta poikn, Traasporvasi, Gan pengendapdn

pelapukan, transportasi, dan pengendapan

BT SEDIMEN

SEDIMEN

semeniasi dan kompaksi

(utiftikasi)

Gambar 2.1 Siklus batuan beku

1. Magma Mengkristal dan Membeku

Proses pertama proses terjadinya sikluS batuan terjadi saat magma

mengkristal. Magma merupakan sumber utama batuan yang ada di permukaan

bumi. Setelah itu magma akan membeku dan mengkristal di gunung berapi saat

mengalami erupsi. Magma yang keluar saat erupsi dan sampai ke permukaan

Dumi dikenal dengan sebutan magma ekstrusif. Magma yang keluar akan

membeku dan kemudian akan berubah menjadi batuan beku. Jenis-jenis batuan

beku pun banyak ditemui di sekitar gunung berap.

Batuan Beku Mengalami Pelaupukan dan Erosi Menjadi Sedimen

Setelah kristalisasi magma, proses kedua dalam siklus batu-batuan adalah

Pelapukan batuan. Proses ini terjadi saat batuan beku mengalami pelapukan
karena pengaruh berbagai hal seiring berjalannya waktu. Perubahan cuaca

menjadi taktor utama pelapukan batuan beku. Batuan beku yang berada di

permukaan bumi mengalami pelapukan lebih cepat karena sering terkena huja,

angin dan panas matahari. Sementara batuan beku yang tidak ada di permukaan

bumi juga akan melapuk, meski jangka waktunya lebih lama. Proses siklus

batuan berikutnya adalah erosi. Pengertian erosi adalah proses pengikisan

padatan yang merupakan akibat dari interaksi air, udara dan hujan serta es. Pada

siklus batuan, erosi terjadi setelah batuan mengalam proses pelapukan. Proses

erosi dibantu oleh air yang akan menyingkirkan material hasil pelapukan ke

wilayah lain.

3 Endapan Material Menjadi Batuan Sedimen

Berikutnya akan terjadi proses pengendapan pada batuan. Material yang

terangkut air hasil pelapukan dan erosi akan berkumpul pada satu tempat secara

tersebut akan mengendap hingga

Akhirnya material1

terus menerus.

menimbulkan tumpukan material dalam satu titik. Endapan dari hasil pelapukan

batuan beku itu akan mengeras dan terus menumpuk. Lama kelamaan endapan

batuan tersebut akan membentuk batuan sedimen atau batuan endapan. Ketika

ada air atau molekul lain yang masuk, butir batuan sedimen akan semakin

terikat lebih erat satu dengan yang lain.

4. Batuan Sedimen Menerima Tekanan dan Panas Bumi Menjadi Batuan

Metamorf

Batuan sedimen awalnya akan berada di bawah permukaan bumi, namun

lama kelamaan akan mengalami proses pengangkatan lalu akan terkubur dan

bergerak semakin dalam. Hal ini membuat batuan tersebut menerima tekanan

dan energi panas bumi yang meningkat. Batuan sedimen kemudian akan

Derubah menjadi batuan jenis lain yaitu metamort karena pengaruh tekanan dan

Sunu tinggi tersebut. Sementara itu sebagian dari batuan sedimen juga bisa

clapuk karena waktu. Hasil pelapukannya mengendap dan mengeras. Yang

nenghasilkan batuan sedimen jenis baru


Batuan Metamorf Meleleh Menjadi Magma

Proses terakhir pada siklus batuan adalah kembali ke magma. Batuan

metamorf atau malihan juga mengalami pelapukan dan kembali berubah

menjadi batuan sedimen. Struktur yang berbeda juga membuat batuan metamort

akan meleleh dan kembali menjadi magma. Magma yang membeku lalu

mengalami pelapukan diikuti dengan erosi dan pengendapan hingga

terbentuknya sedimen dan metamorf. Proses siklus batuan ini akan terus

berulang, dari awalnya adalah magma hingga kemudian kembali berubah

menjadi magma lagi.

2.2 Batuan Piroklastik

Batuan piroklastik atau pyroclastics (berasal dari bahasa Yunani rüp, yang

berarti api; dan KÀaGTó, yang berarti rusak) adalah bebatuan clastic semata-mata

atau terutama terdiri dari material vulkanik. Mana materi vulkanik telah diangkut

dan ulang melalui tindakan mekanis, seperti oleh angin atau air, batu-batuan ini

disebut volcaniclastic. Umumnya terkait dengan aktivitas gunung berapi ledakan -

seperti Plinian atau letusan Krakatau gaya, atau letusan phreatomagmatic

piroklastik deposito yang umumnya terbentuk dari udara abu, dan bom lapilli atau

blok yang dikeluarkan dari gunung berapi itu sendiri, dicampur dengan negara

hancur batu.

Batuan piroklastik dapat terdiri dari berbagai macam ukuran clast; dari

agglomerates terbesar, dengan sangat halus dan tuffs abu. Pyroclasts dengan ukuran

yang berbeda diklasifikasikan sebagai bom vulkanik, lapilli dan abu vulkanik. Abu

alanggap piroklastik karena debu halus terbuat dari batu vulkanik. Salah satu

Dentuk yang paling spektakuler adalah deposito piroklastik ignimbrites, deposito

a1bentuk oleh suhu tinggi gas dan abu campuran dari aliran piroklastik acara. Tiga

Jenis transportasi dapat dibedakan: aliran piroklastik, aliran piroklastik, dan

PirOklastik jatuh. Selama letusan Plinian, batu apung dan abu yang terbentuk ketika

Sla silicic terpecah dalam saluran vulkanik, karena dekompresi dan

magr

buhan gelembung. Pyroclasts kemudian entrained dalam letusan apung

anggakan yang dapat naik beberapa kilometer ke udara dan menyebabkan


bahaya pemerbangan. Partikel jatuh dari awan letusan bentuk lapisan di tanah (inl

jatuh atau tephra piroklastik). Piroklastik kerapatan arus, yang disebut sebaga

aliran' atau gelombang, tergantung pada konsentrasi partikel dan tingkat

turbulensi, kadang-kadang disebut bercahaya longsoran. Deposit batu apung yang

kaya aliran piroklastik dapat disebut ignimbrites.

Sebuah letusan piroklastik mensyaratkan meludah atau fountaining lava, a

mana lava akan dilemparkan ke udara bersama abu, balhan piroklastik, dan vulkanik

Droduk sampingan lainnya. Hawaii letusan seperti di Kilauea dapat mengeluarkan

gumpalan magma ditangguhkan menjadi gas; ini disebut 'api air mancur.

Pembekuan magma, Jika cukup panas mungkin menyatu atas arahan untuk

membentuk aliran lahar. Terdiri dari endapan piroklastik yang tidak pyroclasts

disemen bersama-sama. Batuan piroklastik (tuff) adalah deposito piroklastik yang

telah lithified.

Terbentuknya batuan piroklastik diawali dengan meletusnya gunungapi

yang mengeluarkan magma dari dalam bumi akbiat energi yang sangat besar yaitu

gaya endogen dari pusat bumi. Magma tersebut terhempas ke udara kemudian

membeku dan membentuk gumpalan yang mengeras (disebut batu). Batu-batu

tersebut mengalami pengangkutan (tertransportasi) oleh angin dan air yang disebut

dengan batuan epiklastik. Perbedaan batuan epiklastik dan piroklastik yaitu batuan

epiklastik mengalami transportasi oleh air dan angin, sedangkan batuan piroklastik

terendapkan dan menjadi batuan sebelum mengalami transportasi (reworked) oleh

air dan es. Pada kenyataannya, batuan hasil letusan gunung api dapat berupa suatu

hasil lelehan yang merupakan lava yang telah dibahas dan diklasifakasikan ke

dalam batuan beku, serta dapat pula berupa produk ledakan atau eksplosif yang

bersifat fragmental dari semua bentuk cair, gas atau padat yang dikeluarkan dengan

Jalan erupsi. Endapan piroklastik mulanya terjadi akibat adanya jatuhan pada saat

gunung api meletus, dan pada saat pengendapan memiliki ukuran ketebalan yang

sama pada endapannya.

Magma yang merupakan lelehan panas, pijar, dan relatif encer, dapat

ergerak dan menerobos ke permukaan bumi melalui rongga-rongga yang terbentuk

Cproses tektonik (bidang sesar). Selain berupa padatan, magma juga


enuandung uap air dan gas yang bervariasi komposisinya. Kalau magma tersebut

encer dan bertekanan tingg, maka akan terjadi letusan gunung api. Sumbat

onundan akan hancur dan terlempar ke sekitarnya dan bersamaan dengan itu

sebagian magma panas juga akan terlempar ke udara. Akibat dari letusan tersebut

teriadi proses pendinginan yang cepat, sehingga magma akan membeku dengan

cepat dan membentuk gelas (obsidian), tufa atau abu halus, lapili dan bom (berupa

batuapung dengan rongga-rongga gas). Material yang halus (tufa) akan terlempar

jauh dan terbawa angin ke tempat yang lebih jauh, sedangkan bom, lapili, dan gelas,

dan material-material lain yang berukuran pasir dan kerikil akan jatuh di sekitar

puncak gunung

Batuan piroklastik adalah batuan yang terbentuk dari letusan gunung api

(berasal dari pendinginan dan pembekuan magma) namun seringkali bersifat

klastik. Menurut William (1982) batuan piroklastik adalah batuan volkanik yang

bertekstur klastik yang dihasilkan oleh serangkaian proses yang berkaitan dengan

letusan gunung api, dengan material asal yang berbeda, dimana material penyusun

tersebut terendapkan dan terkonsolidasi sebelum mengalami transportasi

(rewarking) oleh air atau es.

2.3 Mekanisme Pengendapan Batuan Piroklastik

1. Fall Deposite merupakan mekanisme pengendapan batuan piroklastik yang

dibentuk dari jatuhan mineral halus yang terbawa oleh tenaga angin.

2. Flow Deposite merupakan mekanisme pengendapan batuan piroklastik yang

diangkut oleh media air, dimana ketika diangkut bersama air terjadi

pencampuran dari berbagai macam ukuran butiran.

3. Surge Deposite merupakan mekanisme pengendapan batuan piroklastik yang

terbentuk karena gabungan antara pirkolastik yang dibentuk oleh jatuhan dan

aliran
Ta)

Fol

tbl Flow

fc) Surge

Gambar 2.2 Mekanisme pengendapan batuan piroklastik

2.4 Tekstur dan Struktur Batuan Piroklastik

1. Tekstur Batuan

Pengertian tekstur batuan piroklastik mengacu pada kenampakan butir-butir

mineral yang ada di dalamnya, yang meliputi Glassy dan Fragmental.

Pengamatan tekstur meliputi:

a. Glassy, adalah tekstur pada batuan piroklastik yang nampak pada batuan

tersebut ialah glass.

b. Fragmental, Faragmental ialah tekstur pada batuan piroklastik yang nampak

pada batuan tersebut ialah fragmen-fragmen hasil letusan gunung api.

2. Struktur Batuan

Struktur adalah kenampakan hubungan antara bagian-bagian batuan yang

berbeda.pengertian struktur pada batuan beku biasanya mengacu pada pengamatan

dalam skala besar atau singkapan dilapangan. Pada batuan beku struktur yang

sering ditemukan adalah:


Masif: bila batuan pejal, tanpa retakan ataupun lubang-lubang gas

Gambar 2.3 Sturktur masif

b. Vesikular: diciikandengan adanya lubang-lubang gas, sturktur ini dibagi

lagi menjadi 3 yaitu:

Skoriaan: bila lubang-lubang gas tidak saling berhubungan

Gambar 2.4 Sturktur skoriaan

Pumisan: bila lubang-lubang gas saling berhubungan.

Gambar 2.5 Sturktur pumisan

Aliran bila ada kenampakan aliran dari kristal-kristal maupun lubang gas.

c. Amigdaloidal: bila lubang-lubang gas terisi oleh mineral-mineral sekunde.

Gambar 2.6 Sturktur amigdaloidal

2.5 Klasifikasi batuan piroklastik

Beragam klasifikasi piroklastik telah diusulkan oleh para ahli, yang masing-

nasing mempunyai dasar klasifikasi sendiri-sendırn. Namun secara unmum dapat

disimpulkan bahwa mereka sepakat memberi nama piroklastik , dari mulai yang

paling halus hingga yang sangat kasar, berkisar dari abu hingga bom. Meskipun
dasar penamaan adalan ukutan butir , tetapi tetap saja tidak ada keseragaman dalan

ukuran besar butimya

William F.JTurner Dan C.M Giblert (1954) berdasarkan ukuran butir, membag

niroklastik menjadi bom dan bongkahan apabila ukurannya lebih besar da

12mm;lapili (4-32mm) dan abu (<4mm). Bom merupakan bahan lepas yang padat

saat dikeluarkan sudah berupa bahan padat akan membentuk endapan breksi

gunungapi.

Tabel 2.l Klasifikasi Menurut H. William F.J Tunner Dan C.M Gilbert (1954)

UNCONSsOLIDATED

Size

CONSILDATED

Bomb

Angglomerat

Block

Volcanic Breciass

23

Tuff Breceiass

Block and ashes

Lapili

Lapili

Cindey lapili tuft

Cinder (vecikuler)

4-32

Coarse Tuft

Coarse Ash

V-4

Tuft

Ash or volcanic dust


rabel 2.2 Klasifikast batuan piroklastik berdasrkan ukurannya (Schmid, 1981)

Endapan piroklastik

Piroklas

Ukuran

Tefra (tak

Batuanpiroklastik

terkonsolidasi)

(terkonsolidasi)

Lapisan bom/blok

64 mmn

Bom, blok

Aglomerat, breksi

Tefra bom atau blok

piroklastik

Lapisan lapili atau

2-64 mm

Lapili

Batulapili (lapillistone)

Tefra lapili

Abu/debu

1/16-2 mm

Abu kasar

Tuf kasar

kasar

Abu/debu

<1/16 mm

Abu/debu halus

halus

tufhalus

Klasifikasi Fisher 1966

Bon, ick (1006)


Cckitk

Breksi tuf

Ce ifkai Fitet 1966

tut

batukacs

debu

lapili

(1009%)

(10096)

Gambar 2.7 Klasifikasi Fisher 1966


rabel 2.2 Klasifikast batuan piroklastik berdasrkan ukurannya (Schmid, 1981)

Endapan piroklastik

Piroklas

Ukuran

Tefra (tak

Batuanpiroklastik

terkonsolidasi)

(terkonsolidasi)

Lapisan bom/blok

64 mmn

Bom, blok

Aglomerat, breksi

Tefra bom atau blok

piroklastik

Lapisan lapili atau

2-64 mm

Lapili

Batulapili (lapillistone)

Tefra lapili

Abu/debu

1/16-2 mm

Abu kasar

Tuf kasar

kasar

Abu/debu

<1/16 mm

Abu/debu halus

halus

tufhalus

Klasifikasi Fisher 1966

Bon, ick (1006)


Cckitk

Breksi tuf

Ce ifkai Fitet 1966

tut

batukacs

debu

lapili

(1009%)

(10096)

Gambar 2.7 Klasifikasi Fisher 1966


2.6 Contoh Batuan Piroklastik

a. Batuapung

Gambar 2.8 Batuapung

b. Tuff

Gambar 2.9 Tuff

c. Skoria

Gambar 2.10 Skoria

d. Obsidian

no9.vgolo0

Gambar 2.11 Obidian

e. Lapili

Gambar 2.12 Lapili


BAB IHI

PEMBAHASAN

3.1 Sampel 01

Gambar 3.1 Breksi Vulkanik

Gambar 3.2 Sketsa sampel 01

Sampel nomor urut 01 dengan nomor peraga 05 merupakan jenis batuan

piroklastik yang memiliki warna segar abu-abu kecoklatan dengan warna lapuk

yaitu coklat kehitaman. Batuan ini memiliki tekstur dengan ukuran blok (64 mm)

berbentuk angular - sub angular. Memiliki derajat sortasi yang buruk dengan kemas

terbuka, sehingga permeabilitasnya baik namun porositasny a buruk. Adapun

komposisi kimia dari batuan ini adalah blok dengan batuan asal berupa batuan

vulkanik sekitar 5%, selain itu lapili dengan kisaran 60% serta ash berupa debu

kasar sekitar 35% Batuan ini memiliki struktur yang masif, berdasarkan deskripsi

tersebut nama batuan ini menurut klasi fikasi Schmid 1981 adalah Breksi Vulkanik.

Breksi vulkanik adalah batuan piroklastik yang mirip dengan aglomerat dimana

breksi vulkanik terdiri dari fragmen-fragmen volkanik (lava dan piroklastik).

Secara umum, batuan breksi terbentuk disebuah singkapan. Dimana terdapat puing-

puing sisa pelapukan batuan beku menumpuk. Kemudian sisa-sisa pelapukan

batuan beku itu akan terbawa aliran dan terendapkan di dekat singkapannya,

misalnya pada kipas alluvial. Setelah proses dekomposisi, sisa-sisa batuan beku itu

akan terurai menjadi fragmen-fragmen yang terikat dengan mineral-mineral


oin breksi vulkanik juga dibentuk oleh material gunungapi (vulkanik). Fragin

fragmen ini yang kemudian menjadi batuan breksi.

Batuan breksi sudah dimanfaatkan sebagai ornamen hiasan sejak masa sebelim

masehi. Orang Mesir kuno sudah menggunakan batu breksi sebagai bahan dasar

nembuat patung-patung yang memiliki nilai religius. Misalnya patung dewl

Tawareth yang sekarang diamankan di British museum. Orang-orang Romawi kuno

menggunakan marmer yang terbuat dari batuan breksi sebagai ornamen hiasan pada

dinding rumah mereka. Konon, hal ini menandakan status sosial mereka yang

terpandang. Penggunaan breksi sebagai ornamen arsitektur terus berlangsung

hingga sekarang.

3.2 Sampel 02

Gambar 3.4 Sketsa sampel 02

Gambar 3.3 Lapili

Sampel nomor urut 02 dengan nomor peraga 03 merupakan jenis batuan

piroklastik yang memiliki warna segar abu-abu kehitaman dengan warna lapuk

yaitu coklat kemerahan. Batuan ini memiliki tekstur dengan ukuran lapili (2 64

mm) berbentuk angular sub angular. Memiliki derajat sortasi yang baik dengan

Kemas terbuka, sehingga permeabilitasnya baik, dan porositasnya buruk. Adapun

Komposisi kimia batuan ini ialah lapilli, dengan struktur vesikular. Berdasarkan

deskripsi tersebut nama batuan ini menurut klasifikasi Schmid 1981 adalah Lapili,

Lapili (berasal dari bahasa Latin lapillus, yang berupa kerikil'/batu kecil)

ddalah tefrit, yaitu material yang jatuh dari udara selama letusan gunung berapi atau

Pada jatuhnya meteorit, yang memiliki diameter rata-rata 2-64 mmSebuah


artikel piroklastik lebih besar dari lapili dikenal sebagai bom vulkanik ketika calt,

par

atalt blok vulkanik ketika padat, sementara partikel yang lebih kecil daripada lapi

disebut sebagai abu vulkanik. Lapili dapat masih belum benar-benar membeku

ketika mendarat, sehingga tidak memiliki bentuk khusus. Lapilli dibentuk di dalam

suatu awan atau kolOm letusan dengan gaya elektrostatis atau embun ledakan keras

volkanis yang nucleating beberapa obyek dan kemudian terkumpul berlapis-

lapis. Accretionary lapilli seperti hujan batu volkanis yang membentuk dengan

penambahan lapisan yang terpusat. Batuan ini berasosiasi dengan batuan breksi

vulkanik dan tufa lapili. Keterdapatan batuan ini kebanyakan dipermukaan bumi

dan dekat gunung berapi.

Kegunaan dari batuan ini sebagai bahan pembuatan semen dari industri dan cara

penambangannya ialah penambangan terbuka ataw biasa dikenal dengan nama open

pit.

3.3 Sampel 03

Gambar 3.6 Sketsa sampel 03

Gambar 3.5 Lapili

Sampel nomor urut 03 dengan nomor peraga 02 merupakan jenis batuan

piroklastik yang memiliki warna segar abu-abu kehitaman dengan wama lapuk

yaitu coklat kemerahan. Batuan ini memiliki tekstur dengan ukuran lapili (2- 64

mm) berbentuk angular sub angular. Memiliki derajat sortast yang baik dengan

Kemas terbuka, sehingga permeabilitasnya baik, dan porositasnya buruk. Adapun

Komposisi kimia batuan ini ialah lapilli, dengan struktur vesikular. Berdasarkan

deskripsi tersebut nama batuan ini menurut klasi fikasi Schmid 1981 adalah Lapili.
Lapili (berasal dan bahasa Latin lapilus, yang berupa 'kerikil' 'batu kecil

adalah tefrit, yaitu material yang jatuh dari udara selama letusan gunung berapi atau

nada jatuhnya meteorit, yang memiliki diameter rata-rata 2-64 mmSebuah

nartikel piroklastik lebih besar dari lapili dikenal sebagai bom vulkanik ketika cair,

atau blok vulkanik ketika padat, sementara partikel yang lebih kecil daripada lapili

disebut sebagai abu vulkanik. Lapili dapat masih belum benar-benar membeku

ketika mendarat, sehingga tidak memiliki bentuk khusus. Lapilli dibentuk di dalam

Suatu awan atau kolom letusan dengan gaya elektrostatis atau embun ledakan keras

volkanis yang mucleating beberapa obyek dan kemudian terkumpul berlapis-

lapis. Accretionary lapilli seperti hujan batu volkanis yang membentuk dengan

penambahan lapisan yang terpusat. Batuan ini berasosiasi dengan batuan breksi

vulkanik dan tufa lapili. Keterdapatan batuan ini kebanyakan dipermukaan bumi

dan dekat gunung berapi.

Kegunaan dari batuan ini sebagai bahan pembuatan semen dari industri dan cara

penambangannya ialah penambangan terbuka ataw biasa dikenal dengan nama open

pit.

3.4 Sampel 04

Gambar 3.8 Sketsa sampel 04

Gambar 3.7 Lapili

Sampel nomor urut 04 dengan nomor peraga 04 merupakan jenis batuan

Puroklastik yang memiliki warna segar abu-abu kehitaman dengan warna lapuk

yaltu coklat kemerahan. Batuan ini memiliki tekstur dengan ukuran lapili (2 – 64
mm) berbentuk very angular angular. Memiliki derajat sortasi yang baik dengan

mm)

temas terbuka, sehingga permeabilitasnya baik, dan porositasnya buruk. Adapun

komposisi kimia batuan ini ialah lapilli, dengan struktur masif. Berdasarkan

deskripsi tersebut nama batuan ini menurut klasi fikasi Schmid 1981 adalah Lapili.

Lapili (berasal dari bahasa Latin lapillus, yang berupa kerikil'"batu kecil')

adalah tefrit, yaitu material yang jatuh dari udara selama letusan gunung berapi atau

pada jatuhnya meteornt, yang memiliki diameter rata-rata 2-64 mm Sebuah

partikel piroklastik lebih besar dari lapili dikenal sebagai bom vulkanik ketika cair,

atau blok vulkanik ketika padat, sementara partikel yang lebih kecil daripada lapili

disebut sebagai abu vulkanik. Lapili dapat masih belum benar-benar membeku

ketika mendarat, sehingga tidak memiliki bentuk khusus. Lapilli dibentuk di dalam

suatu awan atau kolom letusan dengan gaya elektrostatis atau embun ledakan keras

volkanis yang mucleating beberapa obyek dan kemudian terkumpul berlapis-

lapis, Accretionary lapilli seperti hujan batu volkanis yang membentuk dengan

penambahan lapisan yang terpusat. Batuan ini berasosiasi dengan batuan breksi

vulkanik dan tufa lapili. Keterdapatan batuan ini kebanyakan dipermukaan bumi

dan dekat gunung berapi.

Kegunaan dari batuan ini sebagai bahan pembuatan semen dari industri dan cara

penambangannya ialah penambangan terbuka ataw biasa dikenal dengan nama open

pi.

3.5 Sampel 05

Gambar 3.10 Sketsa sampel 05

Gambar 3.9 Tufa


Sampel nomor urut 05 dengan nomor peraga 01 merupakan jenis batua

niroklastik yang memiliki warna segar putih keabu-abuan dengan warna lapuk yaitu

merah kecoklatan. Batuan ini memiliki tekstur dengan ukuran ash (1/16-2 mm)

meral

herbentuk very angular - angular. Memiliki derajat sortasi yang baik dengan kemas

tertutup, sehingga permeabilitasny a buruk, dan porositasnya baik.

Adapun

komposisi kimia batuan ini ialah ash, dengan struktur masif. Berdasarkan deskripsi

tersebut nama batuan ini menurut klasifikasi Schmid 1981 adalah Tufa.

Tufa (Tuff), batuan piroklastik yang berukuran halus adalah tufa (tuft). Batuan

ini terdiri dari matenal fragmen kristal / mineral. Berdasarkan pada komponenter

banyak fragmen kristal/mineral yang dikandung. Tufa adalah berbagai batu kapur

yang terbentuk ketika mineral karbonat mengendap dari air suhu sekitar. Mata air

panas yang dipanaskan secara panas terkadang menghasilkan endapan karbonat

yang serupa (tetapi kurang berpori), yang dikenal sebagai travertine

Beberapa sumber menyatakan bahwa "tufa" digunakan sebagai bahan bangunan

utama untuk sebagian besar cháteaux Lembah Loire, Prancis. Ini hasil dari salah

terjemahan dari istilah " tufeau jaune" dan "tufeau blanc", yang merupakan

Akhir Kapur yang dikenal

kapur laut Kapur

varietas berpori dari batu

menjadi

dibentuk

kadang-kadang

ini

Tufa

saat

sebagai kapur

penanam. Konsistensi berpori membuat tufa ideal untuk taman alpine.


BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

1. Berbagai jenis batuan yang di identifikasi berdasarkan petrogenesanya, serta

struktur, dan tekstur yang dimiliki oleh batuan tersebut. Seperti pada sampel

batuan yang ada, diketahui Breksi vulkanik memiliki warna segar abu-abu

kecoklatan dengan warna lapuk yaitu coklat kehitaman. ukuran> 64 mm

sehingg di kategorikan dalam blok berbentuk angular sub angular. Memiliki

derajat sortasi yang buruk dengan kemas terbuka. Oleh karena itu batuan ini

memiliki porositas yang buruk namun permeabilitasnya baik,

dengan

komposisi kimia berupa blok dengan batuan asal berupa batuan vulkanik, lapilli

berbentuk very angular-angular, dan ash berupa debu kasar. Berdasarkan dari

deskripsi tersebut kemudian kita dapat mengklasifikasikan dengan bantuan

klasifikasi Schmid (1981).

2. Nama batuan yang menjadi sampel pada praktikum ini ialah batuan Breksi

vulkanik, Batulapili, dan Tufa.

4.2 Saran

1. Saran untuk lab agar memberikan contoh mineral yang dapat di analisis karena

terkadang ada beberapa mineral yang tidak bisa dianalisis di karenakan dari

kondisi sampel yang tidak memungkinkan.

2. Saran untuk asisten agar lebih membimbing praktikan dalam menganalisis agar

hasil praktikum sesuai dengan yang diharapkan.


DAFTAR PUSTAKA

Endarto, Danang. 2005. Pengantar Geologi Dasar. Surakarta: LPP dan UPT UNS

Press

Diauhari Noor. 2009. Pengantar Geologi. Program Studi Teknik Geologi Fakultas

Teknik: Universitas Pakuan. Bogor. Cv Graha Ilmu

Penuntun Praktikum Geologi Fisik, Laboratorium Batuan Dan Dinamis. Makassar

Remudi, Sukandar., Ir Dodhy.1987.Bahan Galian Industri.UGM :Yogyakarta.

SetiaGraha, Ir. Doddy. 1987. Batuan Dan Mineral. Nova: Bandung

Tim Asisten, 2019. Buku Panduan Praktikum: Mineralogi dan Petrologi.

Makassar: Universitas Negeri Makassar.

Anda mungkin juga menyukai