Anda di halaman 1dari 5

Bakhtiar, Agim Yustian.

Rekonstruksi Fosil Porifera (Arcaeocyatha)

Rekonstruksi Fosil Porifera (Arcaeocyatha)

Agim Yustian Bakhtiar1.a, Yana Melynia Situmeang , Eva Yanti , Lammartu Satria Sagala , Adam
Nicky Hermansyah , Arjun Purwoko , Valda Artamevia , Aditya Ganda Agustin , Simon Fedrik .
Rizki Aditya, M. Iqbal Rozaki
1
Program Studi Teknik Geologi, Jurusan Teknogi Produksi dan Industri, Institut Teknologi Sumatera
a
agim.118150026@student.itera.ac.id

Abstract
Porifera is one of phyllum in animalia kingdom which belong to organism with characteristics
like invertebrata, have so much porous in their body, radial symmetrical body,cecil-organism.
They live as bentonic organism, and usually living at sea floor of backshore-shallow marine
building what we called as reef system. Because of that matters, porifera often used as guidance
to determine paleoenvinronment. In this experiment, we try to reconstructed some porifera
fossil used some simple material like impraboard and clay-toy. Also we try to determine it’s
structure, morphological, physiological and environment which become it’s habitat based from
physical property and compare each other porifera fossil from different times in hope we got
some information about changes of environment at each different time. The result of this
experiment are we could reconstruted the fossil of porifera (Archaeocytaha) and determined
their habitat and paleoenvironment in that time.

Keyword: porifera, paleoenvironment, reconstruction, reef system, fossil.

Abstrak
Porifera adalah salah satu filum dalam kingdom anaimalia yang merupkan kelompok hewan
invertebrata, punya banyak sekali pori ditubuhnya, tubuh simetri radial, organisme sesil.
Mereka hidup sebagai organisme bentonik dan biasanya hidup di dasar dari backshore-laut
dangkal. Membangun apa yang kita sebut sebagai sistem terumbu karang. Karena hal itu,
porifera sering digunakan sebagai petunjuk untuk menentukan paleoenvironment. Pada
eksperimen ini kami mencoba merekonstruksi beberapa fosil porifera menggunaka material
sederhana seperti papan impraboard dan plastisin. Juga kami mencoba mendeterminasi struktur,
morfologi, fisiologi dan lingkungan habitatnya berdasar properti fisik yang ada dan
membandingkan masing masing fosil porifera dari berbagai masa. Hasil dari eksperimen ini
adalah kami mampu merekonstruksi fosil dari porifera (Archaeocytaha) dan mendeterminasi
habitatnya dan paleoenvironment masa itu.

Katakunci: porifera, paleoenvironment, rekonstruksi, sistem terumbu karang, fosil.

1
Bakhtiar, Agim Yustian. Rekonstruksi Fosil Porifera (Arcaeocyatha)

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehidupan di masa lalu memiliki corak dan ragam yang berbeda dengan masa kini
namun saing berkaitan. Manusia mampu mengetahui proses proses kejadian di masa
lalu dengan ilmu paleontologi sehingga dapat merekonstruksi bagaimana
paleoenvironment pada masa itu. Melalui petunjuk petunjuk seperti fosil, manusia
mampu merekonstruksi bagaimana kehidupan pada masa lalu. Petunjuk petunjuk dapat
berupa sisa tubuh maupun sisa aktivitas yang terekam dalam berbagai batuan sedimen.
Petunjuk tersebut salah satunya berasal dari porifera. Porifera terutama kelas
Arcaeocyatha sebagai hewan bentonik yang bersifat sesil menjadi petunjuk bagus untuk
rekonstruksi paleoenvironment karena porifera akan memberikan informasi tentang
lingkungan hidupnya yang tentunya sangat erat kaitannya dengan unsur abiotik. Atas
dasar itu, kami melakukan praktikum ini

1.2 Rumusan Masalah


Permasalahan pada praktikum ini berkutat pada:
1. Bagaimana bentuk tubuh porifera, terutama kelas Arcaeocyatha ?,
2. Bagaimana kaitan porifera, terutama kelas Arcaeocyatha dengan lingkungannya?,
3. Bagaimana pemanfaatan rekonstruksi porifera, terutama kelas Arcaeocyatha bagi
geologi?.

1.3 Maksud dan Tujuan


Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahaui bagaimana bentuk tubuh porifera,
terutama kelas Arcaeocyatha serta kaitannya dengan lingkungan hidupnya serta
bagaimana aplikasinya dalam geologi.

1.4 Potensi dan Manfaat Praktikum


Potensi dan manfaat dari praktikum adalah
1. Sebagai model pembelajaran mengenai porifera, terutama kelas Arcaeocyatha dan
kaitannya bagi geologi itu sendiri.
2. Sebagai media pembelajaran untuk permodelan simulasi paleoenvironment
menggunakan komponen biotik.

1.5 Tinjauan Pustaka


Porifera adalah kelompok hewan yang invertebrata multiseluler, heterotrof, aquatic-
oriented dan memiliki banyak pori di tubuhnya (Porifera: hewan pembawa pori,greek).
Hewan ini merupakan bentuk kehidupan hewan yang paling primitif. Hewan ini muncul
sejak kambrian (Ray, 2008). Hewan ini bersifat bentonik dan sesil, umumnya
bersimbiosis dengan alga untuk mendapat makananya atau melakukan mekanisme
suspension-feeding untuk mendapatkan makanannya (Mason, 2018). Salah satu kelas
dari porifera adalah Arcaeocyatha yang keberadaannya telah punah. Karena bersifat
sebagai hewan sesil dan bentonik, porifera (terutama Arcaeocyatha) sering digunakan

2
Bakhtiar, Agim Yustian. Rekonstruksi Fosil Porifera (Arcaeocyatha)

sebagai salah satu petunjuk untuk menentukan dan merekonstruksi sebuah lingkungan
pengendapan atau paleoenvironment. (Stearn, 1989). Hal ini dikarenakan pertumbuhan
dari Arcaeocyatha akan sangat dipengaruhi oleh lingkungan hidupnya sehingga
menggunakan Arcaeocyatha dapat menjadi langkah awal yang baik dalam penentuan
lingkungan pengendapan atau paleoenvironment.

2. Hasil dan Pembahasan.


Dalam aktivitas percobaan ini, digunakan beberapa alat sederhana untuk menduplikasi
model fosil dari Arcaeocyatha. Masing masing anggota kelompok yang totalnya
berjumlah sembilan orang masing masing diminta untuk menduplikasi satu model fosil
Arcaeocyatha yang berbeda dari tiga kala berbeda (permian,miocene,pliocene)

Gambar 1 Duplikasi fosil Arcaeocyatha dengan plastisin


Arcaeocyatha adalah salah satu kelas dari porifera. Porifera mendapatkan makanan dari
mekanisme suspension feeding dan simbiosis dengan algae. Melalui mekanisme
suspension feeding, porifera mendapat suplai makanan dari air yang memiliki zat
organik terlarut yang masuk melalui pori pori dari seluru tubuhnya. Dimana nantinya
koanosit akan memfilter makanan lalu nanti akan dicerna secara intraselular dan
hasilnya dibawa dan diedarakan oleh sel amoeboid. Sisa makanan nantinya dibawa
kembali ke koanosit lalu dibuang melalui oskulum. Selain itu terdapat juga mekanisme
simbiosis dengan algae, dimana algae mendapat tempat tinggal serta pasokan bahan
anorganik dari porifera. Sedangkan porifera akan mendapatkan pasokan bahan
makanan dari alga. Porifera hidup sebagai organisme bentonik (berorientasi hidup
didasar), sesil (tidak dapat bergerak bebas) kecuali saat masih berupa larva, larva
porifera akan mengapung bebas mencari substrat tempat tinggalnya. Porifera
berorientasi epifauna, yaitu hewan yang tinggal dipermukaan dasar dari laut. Porifera
hidup berkoloni dengan menyusun sebuah tubuh besar dari bahan karbonatan seperti
kalsit, aragonit dan sebagainya menjadi sebuah eksoskeleton besar. Itulah yang dikenal
sebagai terumbu karang. Porifera hidup dilingkungan perairan dangkal, paling umum
adalah laut dangkal. Lingkungan hidup porifera mulai dari foreshore sampai mendekati
zona neritik tengah. Umumnya lingkungan ideal bagi porifera adalah lingkungan yang

3
Bakhtiar, Agim Yustian. Rekonstruksi Fosil Porifera (Arcaeocyatha)

jernih, temperatur dikisaran 26°C- 27°C, salinitas 35ppm, tekanan tidak terlalu besar
serta tembusan sinar matahari yang cukup. Yang menandakan bahwa lingkupan habitat
porifera adalah shallow marine.

Gambar 2 ilustrasi lingkungan laut dangkal (dok. Pribadi)


Porifera memiliki bagian bagian tubuh tersendiri yang berbeda dengan anggota lain di
kingdom animalia.

Gambar 3 Bagian bagian tubuh porifera


Bagian pokok dari porifera terutama ialah oskulum sebagai saluran buang, porosit
sebagai salural hubung bagian luar dengan bagian dalam tubuh, sel koanosit sebagai alat
metabolik, sel amoeboid sebagai transporter, flagela sebagaia alat bantu buang,
epidermis sebagai bagian luar dari porifera. Dalam porifera juga terdapat calyx, yaitu
struktur menyerupai mangkuk pada hewan. Struktur ini menyebabkan Arcaeocyatha
mendapatkan nama lain sebagai ‘mangkuk purba’, septa septum adalah struktur berupa
pembatas yang membagi rongga atau bagian lain menjadi struktur yang lebih kecil.
Sedangkan epiteka adalah bagian dasar atau pondasi dari porifera. Selain itu diamati
juga berbagai jenis duplikat model Arcaeocyatha dari tiga kala yang berbeda yang
menunjukan perbedaan bentuk. Terdapat perbedaan bentuk Arcaeocyatha dari masing
masing kala dipengaruhi oleh kondisi lingkungan hidup dari Arcaeocyatha itu sendiri.
Salah satu faktor pentingnya ialah faktor sea-level dan lingkungan tempat dia hidup dari
masing masing kala yang memiliki perbedaan. Bentuk terutama berbeda akibat dari
kedalaman serta pengaruh energi gelombang yang yang menghantam. Pada zaman
permian, sea level pada shallow marine cukup dalam sehingga tidak terlalu mengalami
efek gelombang sehingga kenampakan dari karang yang ditemukan cenderung platty
dan tabular. Sedangkan pada kala miocene, terjadi penurunan sea level yang
menyebabkan laut menjadi lebih dangkal dan gelombang sangat terasa, menyebabkan

4
Bakhtiar, Agim Yustian. Rekonstruksi Fosil Porifera (Arcaeocyatha)

perubahan bentuk dominan oleh bentukan massive. Dan dikala pliocene, sea level
kembali naik dan efek dari gelombang kembali tidak begitu memengaruhi sehingga
bentuk didominasi bentukan branching dan tabular.
Salah satu contoh, adalah spesies Arcaeocyatha yaitu Balanophyllia complanata.
Spesies ini memiliki mekanisme makan, bagian bagian tubuh, serta cara hidup pada
porifera yang sama pada umumnya dengan porifera lain. Namun Balanophyllia
complanata memiliki karakteristik tubuh massive yang menandakan bahwa spesies ini
memiliki lingkungan hidup di laut dangkal yang sangat dekat dengan pengaruh ombak,
yaitu di reef crest.

Gambar 4 Balanophyllia complanata


Porifera bermanfaat dalam geologi sebagai petunjuk menentukan paleoenvironment
serta sebagai petunjuk dalam biostatigrafi. Porifera, akan membentuk sistem reef yang
nantinya akan berubah menjadi limestone. Limestone dikenal sebagai salah satu batuan
yang menjadi source rock dan reservoir hidrokarbon sehingga dapat dikorelasikan
bahwa batu gamping memiliki potensi sebagai tempat tersimpannya minyak bumi.
Selain itu dibidang pertambangan, batu gamping juga menjadi salah satu bahan galian
yang bermanfaat bagi industri semen. Dibidan oseanografi dan paleontologi, porifera
berperan sebagai bukti dan petunjuk untuk rekonstruksi lingkungan purba kala serta
rekonstruksi muka air laut.

3. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil:
1. Porifera adalah bukti dan petunjuk dalam penentuan paleoenvironment.
2. Bentuk tubuh porifera dipengaruhi habitat, terutama kedalaman serta pengaruh
ombak
3. Porifera adalah bentuk hewan paling primitif yang yang menggunakan porosit,
koanosit serta flagela dan oskulum sebagai organ utama.
4. Rangka kapur porifera menyusun sistem terumbu karang.

4. Referensi
Mason, K. A., 2018. Understanding Biology. 2nd ed. New York: McGraw-Hill
Education.
Ray, A. K., 2008. Fossil in Earth Science. New Delhi: PHI Learning Private Limited.
Stearn, C. W., 1989. Paleontology: The Record of Life. Montreal: Jhon wiley & son
inc..

Anda mungkin juga menyukai