Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

PETROGRAFI

ACARA : ALTERASI

Disusun oleh:
Annita Kusuma Wardhani
21100111140100

LABORATORIUM PALEONTOLOGI, GEOLOGI


FOTO DAN GEOOPTIK
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG
JUNI 2013

1
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan praktikum Petrografi Acara : Alterasi yang disusun oleh praktikan


bernama Annita Kusuma Wardhani telah dilaksanakan pada:
Hari : Senin
Tanggal : 17 Juni 2013
Waktu :

Semarang, 17 Juni 2013


Asisten Acara Praktikan

Tri Omega Pahlawan Annita Kusuma Wardhani


21100110120037 21100111140100

2
BAB II
PEMBAHASAN
Praktikum kali ini membahas dan mengamati batuan yang telah terubahkan
atau teralterasi. Alterasi sendiri memiliki pengertian yaitu terdapat perubahan
komposisi mineralogy batuan (dalam keadaan batuan) karena adanya pengaruh
suhu dan tekanan yang tinggi dan tidak dalam kondisi isokimia menghasilkan
mineral lempung, kuarsa, oksida atau sulfide logam. Proses alterasi merupakan
proses sekunder berbeda dengan metamorfisme yang merupakan peristiwa primer.
Maka dari itu, berikut hasil pengamatan petrografi batuan yang teralterasi
sejumlah empat preparat:
2.1 Sayatan Batuan Nomor M 12 5
Sayatan Batuan Nomor M 12 5 memiliki sejumlah tekstur umum yaitu
berupa granularitas yang porfiroafanitik. Porfiroafanitik pada batuan ini
ditunjukkan dengan fenokris-fenokris mineral yang lebih besar diantara
massa dasar yang sangat halus. Kemudian terdapat tekstur kristallinitas
yaitu holokristallin. Holokristallin sendiri ditunjukkan dengan kehadiran
mineral-mineral secara keseluruhan dalam komposisi batuan tersebut.
Sedangkan tekstur bentuk mineral yaitu subhedral. Subhedral sendiri
ditunjukkan dengan beberapa mineral yang memiliki batas yang tidak jelas.
Selain itu terdapat tekstur khusus yaitu porfiritik.
Pada batuan ini terdapat sejumlah komposisi mineral yang terdiri dari
mineral primer dan mineral sekunder. Pada mineral primer terdapat mineral
plagioklas, hornblende dan feldspar. Plagioklas memiliki ciri-ciri kembaran
albit yang apabila dihitung sudut kembarannya dapat diketahui bahwa
plagioklas pada batuan ini merupakan jenis plagioklas intermediet yaitu
Andesine. Hornblende ditunjukkan dengan relief tinggi, bentuknya besar
dan terdapat sedikit pecahan. Feldspar pada batuan ini dicirikan dengan
kembaran carlsbald. Selain mineral primer juga terdapat mineral sekunder
seperti epidot, serisit dan biotit sekunder. Epidot dicirikan dengan warna
border kuning dan ditengah-tengah berupa warna merah atau warna-warni
lain. Sedangkan serisit ditandai dengan warna coklat pada xpl, seperti titik-

3
titik dan berasosiasi dengan plagioklas. Biotit sekunder ditandai dengan
warna coklat pada ppl dan tetap memiliki gelapan, namun pada batuan ini
biotit sekunder seperti tidak memiliki gelapan. Hal ini dikarenakan biotit
disini gelapannya seperti saling menutup-nutupi satu sama lain. Sehingga
yang terlihat hanya sisi terangnya saja, jadi seperti tidak memiliki gelapan.

Hornblende

Epidot

Plagioklas
Serisit

0.5 mm

Gambar 1.1 Batuan Sayatan M 12 5


Kelimpahan dari komposisi mineral pada batuan ini dapat dilihat
dengan kehadiran mineral plagioklas yang mendominasi batuan sayatan ini
yaitu sebesar 41,67%. Mineral tersebut merupakan komposisi tertinggi dari
sayatan batuan ini. Selain itu terdapat feldspsar sebesar 2,67%, hornblende
15%, epidot 8,67%, serisit sebesar 11.67% dan biotit sekunder sebesar
1.67%.
Berdasarkan kehadiran mineral sekunder pada sayatan batuan ini
dapat diketahui zonasi alterasi dari batuan ini. Pada batuan ini termasuk ke
dalam zona potassic. Zona ini dicirikan dengan kehadiran mineral biotit
sekunder disertai dengan kehadiran serisit serta epidot. Kehadiran mineral
tersebut diakibatkan oleh sejumlah reaksi kimia dengan larutan
hydrothermal. Misalnya biotit sekunder yang merupakan hasil reaksi dengan
mineral mafik terutama hornblende yang terdapat pada batuan ini. Zona
potassic ini terbentuk pada daerah yang dekat dengan batuan beku intrusif
yang terkait, fluida yang panas pada suhu >3000C, salinitas tinggi, dan
dengan karakter magmatik yang kuat. Sesuai namanya, alterasi ini
diakibatkan oleh penambahan unsur potassium pada proses metasomatisme

4
dan disertai dengan banyak atau sedikitnya unsur kalsium dan sodium
didalam batuan yang kaya akan mineral aluminosilikat (contoh feldspar).
Zona potasik merupakan zona alterasi yang berada pada bagian dalam suatu
sistem hidrotermal dengan kedalaman bervariasi yang umumnya lebih dari
beberapa ratus meter.

Gambar 1.2 Letak zonasi alterasi potasik


Berdasarkan kandungan mineral primer yang terdiri dari plagioklas,
hornblende dan feldspar batuan ini diklasifikasikan dengan batuan beku
intermediet tepatnya bernama andesite porfiri. Dikarenakan telah mengalami
alterasi maka batuan ini bernama Andesite Porfiri Teralterasi (Thrope and
Brown, 1985 dengan modifikasi).

Gambar 1.3 Penamaan Batuan beku pada batuan teralterasi

5
2.2 Sayatan Batuan Nomor R 12 39
Sayatan Batuan Nomor R 12 39 memiliki sejumlah tekstur umum
yaitu berupa granularitas yang porfiroafanitik. Porfiroafanitik pada batuan
ini ditunjukkan dengan fenokris-fenokris mineral yang lebih besar diantara
massa dasar yang sangat halus. Kemudian terdapat tekstur kristallinitas
yaitu holokristallin. Holokristallin sendiri ditunjukkan dengan kehadiran
mineral-mineral secara keseluruhan dalam komposisi batuan tersebut.
Sedangkan tekstur bentuk mineral yaitu subhedral. Subhedral sendiri
ditunjukkan dengan beberapa mineral yang memiliki batas yang tidak jelas.
Selain itu terdapat tekstur khusus yaitu porfiritik.
Pada batuan ini terdapat sejumlah komposisi mineral yang terdiri dari
mineral primer dan mineral sekunder. Pada mineral primer terdapat mineral
plagioklas, kuarsa dan feldspar. Plagioklas memiliki ciri-ciri kembaran albit
yang apabila dihitung sudut kembarannya dapat diketahui bahwa plagioklas
pada batuan ini merupakan jenis plagioklas intermediet yaitu Andesine.
Kuarsa dicirikan dengan kehadiran gelapan bergelombang serta colorless.
Feldspar pada batuan ini dicirikan dengan kembaran carlsbald. Selain
mineral primer juga terdapat mineral sekunder seperti serisit ditandai
dengan warna coklat pada xpl, seperti titik-titik dan berasosiasi dengan
plagioklas.
Kelimpahan dari komposisi mineral pada batuan ini dapat dilihat
dengan kehadiran mineral plagioklas yang mendominasi batuan sayatan ini
yaitu sebesar 40%. Selain itu, urutan kedua terdapat mineral serisit sebesar
31.67%. Sisanya terdapat mineral kuarsa sebesar 5%, feldspar 1,67%
sisanya lagi berupa massa dasar.

6
Plagioklas
Feldspar

Serisit

Kuarsa

0.5 mm

Gambar 1.4 Batuan Sayatan R 12 39


Berdasarkan kehadiran mineral sekunder yang terdapat dalam batuan
ini dapat mengklasifikasikan bahwa batuan ini berada pada zona Phillic.
Zona philiic sendiri dicirikan dengan kehadiran mineral sekunder yaitu
mineral serisit. Mineral serisit berasosiasi dengan mineral plagioklas karena
merupakan ubahan dari mineral plagioklas. Mineral serisit terbentu pada
proses hydrogen metasomatis yang merupakan dasar dari alterasi serisit
yang menyebabkan mineral asal yang stabil menjadi rusak dan teralterasi
menjadi serisit akibat penambahan unsur H+ . Selain itu, mineral penciri
zona ini juga terdapat mineral kuarsa. Zona ini berada pada bagian luar dari
zona potassik. Batas zona alterasi berbentuk circular yang mengelillingi
zona potasik yang berkembang pada intrusi dengan suhu 2300-4000C.

Gambar 1.5 Zonasi Alterasi


Berdasarkan kandungan mineral primer yang terdiri dari plagioklas,
feldspar dan kuarsa batuan ini diklasifikasikan dengan batuan beku
intermediet tepatnya bernama andesite porfiri. Dikarenakan telah mengalami

7
alterasi maka batuan ini bernama Andesite Porfiri Teralterasi (Thrope and
Brown, 1985 dengan modifikasi).

Gambar 1.6 Penamaan Batuan beku pada batuan teralterasi

2.3 Sayatan Batuan Nomor IT 2 BIO


Sayatan Batuan Nomor IT 2 BIO memiliki sejumlah tekstur umum yaitu
berupa granularitas yang porfiroafanitik. Porfiroafanitik pada batuan ini
ditunjukkan dengan fenokris-fenokris mineral yang lebih besar diantara
massa dasar yang sangat halus. Kemudian terdapat tekstur kristallinitas
yaitu holokristallin. Holokristallin sendiri ditunjukkan dengan kehadiran
mineral-mineral secara keseluruhan dalam komposisi batuan tersebut.
Sedangkan tekstur bentuk mineral yaitu subhedral. Subhedral sendiri
ditunjukkan dengan beberapa mineral yang memiliki batas yang tidak jelas.
Selain itu terdapat tekstur khusus yaitu porfiritik.
Pada batuan ini terdapat sejumlah komposisi mineral yang terdiri dari
mineral primer dan mineral sekunder. Pada mineral primer terdapat mineral
plagioklas dan kuarsa. Plagioklas memiliki ciri-ciri kembaran albit yang
apabila dihitung sudut kembarannya dapat diketahui bahwa plagioklas pada
batuan ini merupakan jenis plagioklas intermediet yaitu Andesine. Kuarsa
pada batuan ini dicirikan dengan warna colorless serta gelapan

8
bergelombang. Selain mineral primer juga terdapat mineral sekunder seperti
klorit, kuarsa sekunder, serisit dan biotit sekunder. Klorit dicirikan dengan
warna hijau pada ppl dan bentuk abstrak dan biasanya berasosiasi dengan
biotit. Kuarsa sekunder dicirikan dengan bentuk anhedral dan warna kuning
pada bagian tengah. Sedangkan serisit ditandai dengan warna coklat pada
xpl, seperti titik-titik dan berasosiasi dengan plagioklas. Biotit sekunder
ditandai dengan warna coklat pada ppl dan tetap memiliki gelapan, namun
pada batuan ini biotit sekunder seperti tidak memiliki gelapan. Hal ini
dikarenakan biotit disini gelapannya seperti saling menutup-nutupi satu
sama lain. Sehingga yang terlihat hanya sisi terangnya saja, jadi seperti tidak
memiliki gelapan. Kelimpahan dari komposisi mineral pada batuan ini dapat
dilihat dengan kehadiran mineral kuarsa sebesar 40%. Selain itu terdapat
mineral lainnya seperti klorit 5,3%, biotit sekunder 8.3%, kuarsa sekunder
6,67%, plagioklas 10%, serisit 8,3%, dan feldsoar 1,67%.

Kuarsa
Serisit Sekunder

Plagioklas

0.5 mm

Gambar 1.7 Batuan Preparat IT-2BIO

Biotit Sekunder

Klorit

0.5 mm

Gambar 1.8 Batuan preparat MP III

9
Berdasarkan kehadiran mineral sekunder pada sayatan batuan ini
dapat diketahui zonasi alterasi dari batuan ini. Pada batuan ini termasuk ke
dalam zona potassic. Zona ini dicirikan dengan kehadiran mineral biotit
sekunder disertai dengan kehadiran serisit serta klorit. Kehadiran mineral
tersebut diakibatkan oleh sejumlah reaksi kimia dengan larutan
hydrothermal. Misalnya biotit sekunder yang merupakan hasil reaksi dengan
mineral mafik terutama hornblende yang terdapat pada batuan ini. Zona
potassic ini terbentuk pada daerah yang dekat dengan batuan beku intrusif
yang terkait, fluida yang panas pada suhu >3000C, salinitas tinggi, dan
dengan karakter magmatik yang kuat. Sesuai namanya, alterasi ini
diakibatkan oleh penambahan unsur potassium pada proses metasomatisme
dan disertai dengan banyak atau sedikitnya unsur kalsium dan sodium
didalam batuan yang kaya akan mineral aluminosilikat (contoh feldspar).
Zona potasik merupakan zona alterasi yang berada pada bagian dalam suatu
sistem hidrotermal dengan kedalaman bervariasi yang umumnya lebih dari
beberapa ratus meter.

Gambar 1.9 Letak zonasi alterasi potasik


Berdasarkan kandungan mineral primer yang terdiri dari plagioklas,
kuarsa dan feldspar batuan ini diklasifikasikan dengan batuan beku
intermediet tepatnya bernama diorite. Namun dikarenakan didominasi oleh
mineral kuarsa maka batuan teralteras ini bernama Diorit Kuarsa Teralterasi
(Thrope and Brown, 1985 dengan modifikasi).

10
2.4 Sayatan Batuan Nomor YTO PBIO
Sayatan Batuan Nomor YTO PBIO memiliki sejumlah tekstur umum
yaitu berupa granularitas yang porfiroafanitik. Porfiroafanitik pada batuan
ini ditunjukkan dengan fenokris-fenokris mineral yang lebih besar diantara
massa dasar yang sangat halus. Kemudian terdapat tekstur kristallinitas
yaitu holokristallin. Holokristallin sendiri ditunjukkan dengan kehadiran
mineral-mineral secara keseluruhan dalam komposisi batuan tersebut.
Sedangkan tekstur bentuk mineral yaitu subhedral. Subhedral sendiri
ditunjukkan dengan beberapa mineral yang memiliki batas yang tidak jelas.
Selain itu terdapat tekstur khusus yaitu porfiritik.
Pada batuan ini terdapat sejumlah komposisi mineral yang terdiri dari
mineral primer dan mineral sekunder. Pada mineral primer terdapat mineral
plagioklas dan kuarsa. Plagioklas memiliki ciri-ciri kembaran albit yang
apabila dihitung sudut kembarannya dapat diketahui bahwa plagioklas pada
batuan ini merupakan jenis plagioklas intermediet yaitu Andesine. Kuarsa
dicirikan dengan warna colorless serta gelapan bergelombang. Selain
mineral primer juga terdapat mineral sekunder seperti biotit sekunder, klorit
dan aktinolit. Biotit sekunder ditandai dengan warna coklat pada ppl dan
tetap memiliki gelapan, namun pada batuan ini biotit sekunder seperti tidak
memiliki gelapan. Klorit dicirikan dengan warna hijau bentuk berlembar
namun terkadang juga tidak jelas atau abstrak.
Kelimpahan dari komposisi mineral pada batuan ini dapat dilihat
dengan kehadiran mineral kuarsa yang mendominasi batuan sayatan ini
yaitu sebesar 46,67%. Selain itu terdapat plagioklas sebesar 36.67%, bioti
sekunder sebesar 10%, klorit 5% dan aktinolit sebesar 1,67%.

11
Plagioklas

Kuarsa

0.5 mm

Gambar 1.10 Preparat YTO-PBIO XPL

Klorit

Biotit

0.5 mm

Gambar 1.11 Preparat YTO-PBI PPL

Aktinolit

Plagioklas
zooning

Kuarsa

0.5 mm

Gambar 1.12 Sayatan YTO PBIO MP II


Berdasarkan kehadiran mineral sekunder pada sayatan batuan ini
dapat diketahui zonasi alterasi dari batuan ini. Pada batuan ini termasuk ke
dalam zona potassic. Zona ini dicirikan dengan kehadiran mineral biotit
sekunder disertai dengan kehadiran serisit serta klorit. Selain itu terdapat
mineral sampingan berupa mineral aktinolit. Kehadiran mineral tersebut
diakibatkan oleh sejumlah reaksi kimia dengan larutan hydrothermal.
Misalnya biotit sekunder yang merupakan hasil reaksi dengan mineral mafik

12
terutama hornblende yang terdapat pada batuan ini. Zona potassic ini
terbentuk pada daerah yang dekat dengan batuan beku intrusif yang terkait,
fluida yang panas pada suhu >3000C, salinitas tinggi, dan dengan karakter
magmatik yang kuat. Sesuai namanya, alterasi ini diakibatkan oleh
penambahan unsur potassium pada proses metasomatisme dan disertai
dengan banyak atau sedikitnya unsur kalsium dan sodium didalam batuan
yang kaya akan mineral aluminosilikat (contoh feldspar). Zona potasik
merupakan zona alterasi yang berada pada bagian dalam suatu sistem
hidrotermal dengan kedalaman bervariasi yang umumnya lebih dari
beberapa ratus meter.

Gambar 1.13 Letak zonasi alterasi potasik


Berdasarkan kandungan mineral primer yang terdiri dari plagioklas,
kuarsa dan feldspar batuan ini diklasifikasikan dengan batuan beku
intermediet tepatnya bernama diorite. Namun dikarenakan didominasi oleh
mineral kuarsa maka batuan teralteras ini bernama Diorit Kuarsa Teralterasi
(Thrope and Brown, 1985 dengan modifikasi).

13
DAFTAR PUSTAKA

Tim Asisten Petrografi. 2013. Buku Panduan Praktikum Petrografi. Teknik


Geologi. UNDIP: Semarang
http://www.scribd.com/doc/91726404/ZONA-ALTERASI-HIDROTERMAL
(diakses pada tanggal 16 Juni pukul 02.01 WIB)
http://isticlyne.blogspot.com/2013/03/jenis-jenis-alterasi-hidrothermal.html
(diakses pada tanggal 16 Juni pukul 02.06 WIB)

14

Anda mungkin juga menyukai