Anda di halaman 1dari 44

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL


INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM PALEONTOLOGI


PRAKTIKUM GEOFISIKA

Disusun Oleh :
NAMA LENGKAP : FEBRYANTO
NOMOR MAHASISWA : 4100190022
KELAS : 01

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Praktikum Paleontologi


Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral,
Institut Teknologi Nasional Yogyakarta

YOGYAKARTA
2020
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

OLEH :

FEBRYANTO

4100190022

LABORATORIUM PALEONTOLOGI

JURUSAN TEKNIK GEOLOGI

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga Laporan Resmi Paleontologi yang di
semester 4 jurusan teknik geologi ITNY ini dapat terselesaikan tepat pada Waktunya" Tak
lupa penyusun mengucapkan terima kasih kepada dosen Paleontologi yaitu hita Pandita&
ST&MT yang dengan tabah berkenan membimbing dan mengajar pada mata kuliah
Paleontologi sehingga kedepannya mahasiswa didik dapat menerapkan apa yang didapat di
semester 4 ini dan kepada kakak-kakak asisten praktikum telah memberi sedikit bimbingan
dalam penyusunan laporan Paleontologi serta pihak-pihak yang tentu tidak bisa disebutkan
satu per satu yang telah membantu dalam penyusunan laporan resmi praktikum Paleontologi
ini" akhir kata& tiada gading yang tak retak" 'emikian pula dengan tugas ini yang masih jauh
dari sempurna" oleh karena itu& saran dan kritik yang membangun tetap penyusun nantikan
demi kesempurnaan laporan praktikum dan laporan-laporan yang akan diberikan di lain
waktu"
DAFTAR ISI

Halaman Judul

Halaman Pengesahan

Kata Pengantar

Daftar Isi

Daftar Gambar

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Maksud tujuan

1.3 Metode

BAB II ISI

2.1 Paleontologi

2.2 Proses Pemfosilan

2.2.1 Umum (penjelasan pengertian dan lainnya)

2.2.2 Jenis Pemfosilan

2.2.3 Hasil Praktikum (berupa deskripsi tiap acara )

2.3 Filum Coelenterata

2.3.1 Umum (penjelasan pengertian dan lainnya)

2.3.2 Pembagian Kelas

2.3.3 Hasil Praktikum (berupa deskripsi tiap acara )

2.4 Filum Molusca

2.4.1 Umum (penjelasan pengertian dan lainnya)

2.4.2 Kelas Pelecypoda

2.4.3 Kelas Scaphopoda

2.4.4 Hasil Praktikum (berupa deskripsi tiap acara )

2.5 Filum Molusca

2.5.1 Umum (penjelasan pengertian dan lainnya)


2.5.2 Kelas Gastropoda

2.5.3 Kelas Cephalopoda

2.5.4 Hasil Praktikum (berupa deskripsi tiap acara )

2.6 Fosil Jejak

2.6.1 Umum (penjelasan pengertian dan lainnya)

2.6.2 Klasifikasi

2.6.3 Hasil Praktikum (berupa deskripsi tiap acara )

BAB III Penutup

3.1 Kritik dan Saran


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kira-kira 550 juta tahun yang longsoran lumpur terjadi di dasar laut purba. Tumbuhan

dan binatang tersangkut pada proses tersebut ke dasar laut yang lebih dalam dan terjebak

dalam lapisan sedimen lumpur yang kemudian mengalami lithifikasi menjadi serpih.

Selanjutnya serpih megalami pengangkatan membentuk pegunungan yang tinggi. Pada

batuan tersebut ditemukan sejumlah sisa-sisa organisme tadi yang beberapa jenis diantaranya

masih tetap hidup sampai sekarang sedang lainnya telah musnah.

Sisa-sisa kehidupan di masa lampau yang telah mengalami pembatuan disebut fosil.

Fosil yang tertua adalah jejak yang sangat kecil dari organisme yang menyerupai bakteri yang

pernah hidup sekitar 3000 juta tahun lalu. Cabang ilmu geologi yang mempelajari tentang

kehidupan yang pernah ada di masa lampau disebut paleontologi. Paleontologi sangat

membantu ahli geologi dalam melakukan interpretasi mengenai sejarah bumi.

Oleh sebab itu, laporan ini merupakan bukti fisik dari praktikum pengenalan fosil dan

proses pemfosilan yang telah kami lakukan pada Senin, 16 Februari 2015.

1.2 Maksud dan Tujuan

Praktikum ini bermaksud untuk membangun pemahaman awal serta menambah ilmu

mengenai fosil dan proses pemfosilan.

Adapun tujuan dilaksanannya praktikum ini adalah:

1. Praktikan mampu menjelaskan pengertian dari fosil

2. Praktikan mampu menjelaskan proses pemfosilan

3. Praktikan mampu mengidentifikasi dan mengenali jenis-jenis fosil tertentu


4. Praktikan mampu menjelaskan manfaat dari mempelajari fosil.

BAB II

2.1 Paleontologi

Paleontologi adalah ilmu yang mempelajari kehidupan praaksara. Paleontologi


mencakup studi fosil untuk menentukan evolusi suatu organisme dan interaksinya dengan
organisme lain dan lingkungannya (paleoekologi). Pengamatan paleontologi telah
didokumentasikan sejak abad ke 5 sebelum masehi. Sains paleontology berkembang pada
abad ke 18 ketika Georges Cuvier melakukan anatomi komparatif, dan berkembang secara
cepat pada abad ke 19. Istilah paleontologi sendiri berasal dari bahasa Yunani, παλαιός,
palaios, "tua, kuno", ὄν, on (gen. ontos), "makhluk hidup" dan λόγος, logos, "ucapan,
pemikiran, ilmu".[1]

2.2 Proses Pemfosilan

Suatu kehidupan dapat menjadi fosil melalu proses pemfosilan. Proses ini merupakan

proses dimana terekamnya data-data kehidupan suatu organisme atau perubahan-

perubahanyang terjadi pada saat organisme tersebut mati dan terkubur, serta terawetkan

dengan baik dalam suatu tubuh batuan sedimen, baik berupa sebagian atau seluruh kehidupan

organisme tersebut.

Adapun beberapa proses pemfosilan, adalah sebagai berikut:

1. Petrifikasi, berubahnya organisme menjadi batuan karena bahan-bahan seperti:

a. Silika (SiO2), berasal dari ledakan gunung api, dapat berupa abu. Jika bercampur

dengan air kemudian memasuki pori-pori organisme dan mengganti molekul-

molekul organisme oleh komponen silika dan kemudian mengalami proses

pembatuan.

b. Kolofan, zat yang terdiri dari kalsium karbonat (CaCO3), sulfat (SO4) dan air

(H2O). Proses pemfosilan oleh kolofan sama seperti yang terjadi pada proses

pemfosilan oleh silika (SiO2).


c. Kalsium karbonat (CaCO3), zat yang berasal dari kapur yang terlapukkan dan

terlarut dalam air yang bercampur dengan bagian keras dari suatu organisme dan

terkompaksikan sehingga membentuk sebuah fosil.

d. Oksida besi(FeO) dan sulfida besi (FeS), zat ini berupa limonit, vivianit, atau

hematit. Pemfosilan dengan bahan ini dapat menyebabkan fosil berwarna gelap

karena mengandung unsur besi.

2. Karbonisasi, penimbunan organisme sehingga mengalami destilasi maupun

kompresi sehingga komponen gas dan air dalam tubuhnya hilang dan tersisa unsur

karbon (C).

a. Destilasi, proses dimana sutu tumbuhan atau bahan organik lainnya yang telah

mati dengan cepat tertutup oleh tanah.

b. Kompresi, proses yang ditandai dengan organisme tertimbun dalam lapisan tanah,

maka air dan gas yang terkandung dalam suatu organisme tertekan keluar oleh

bertanya lapisan tanah yang menimbunnya.

3. Mineralisasi, proses penggantian sebagian atau seluruh tubuh organisme oleh

mineral yang lebih tahan terhadap prose pelapukan. Meski material yang menyusun

organisme telah digantikan oleh mineral, struktur sel dari organisme itu sendiri masih

tampak jelas dengan menggunakan mikroskop. Proses mineralisasi dapat terjadi

dengan tiga cara, yaitu:

a. Rekristalisasi, pengkristalan kembali mineral penyusun rangka organisme menjadi

mineral yang lebih stabil. Perubahan ini terjadi karena atom-atom penyusun

mineral akan menyesuaikan diri dan membentuk mineral yang lebih solid. Fosil

yang mengalami rekristalisasi akan mempunyai bentuk dam struktur yang tetap.

Tetapi hanya komposisi mineralnya yang berubah.

b. Permineralisasi, proses dimana bagian lunak dari suatu organisme berkontak

langsung dengan air. Dimana, air ini mengandung ion-ion terlarut seperti silika,
kalsium karbonat atau oksida besi. Maka, unsur-unsur tadi mengisi rongga-rongga

dengan mineral. Dengan adanya proses ini, fosil akan menjadi lebih berat dan

tahan lama.

c. Replacement, material penyusun organisme yang mengalami pelarutan dan

digantikan oleh mineral yang lain. Selama proses ini, volume dan bentuk asli

organisme tidaklah berubah, tetapi material penyusunnya mengalami perubahan.

4. Pengawetan, proses yang menyebabkan suatu organisme baik seluruh atau

sebagian dari tubuhnya tetap terawetkan dengan sedikit perubahan sifat kimia maupun

fisiknya.

5. Mold and cast, cangkang yang tertupi material sedimen yang mengalami

kompaksi mengalami pelarutan dan meninggalkan cetakan pada batuan sedimen

disebut mold. Apabila mold terisi oleh mineral-mineral sekunder lainnya disebut cast.

6. Organic trap, organisme yang secara utuh terjebak pada suatu material

sehingga tertimbun dan menjadi fosil.

7. Tracks and Trails, jejak perpindahan suatu organisme pada material-material

lunak dan meninggalkan tapak yang sangatlah jelas disebut track. Sedangkan trail

adalah jejak perpindahan organisme yang menimbulkan kenampakan yang sangat

halus.

8. Fake fosil, fosil rekayasa yang sengaja dibentuk oleh manusia sebagai peraga.

9. Bekas gigtan, fosil tulang yang memiliki bekas gigitan dari carnivora maupun

hewan pengerat.

10. Koprolit, kotoran hewan yang terawetkan. Koprolit digunakan untuk

menentukan habitat, jenis makanan serta memperkirakan ukuran hewan tersebut.

11. Gastrolit, batu yang permukaannya halus yang ditemukan di dalam badan

hewan yang telah menjadi fosL

2.2.1 Umum
Paleontologi berada pada batas antara biologi dan geologi, tetapi berbeda dengan
arkeologi karena paleontologi tidak memasukkan kebudayaan Homo sapien modern.
Paleontologi kini mendayagunakan berbagai metode ilmiah dalam sains, mencakup biokimia,
matematika, dan teknik. Penggunaan berbagai metode ini memungkinkan paleontologi untuk
menemukan sejarah evolusioner kehidupan, yaitu ketika bumi menjadi sesuatu yang mampu
mendukung terciptanya kehidupan, sekitar 3.800 juta tahun silam Dengan pengetahuan yang
terus meningkat, paleontologi kini memiliki subdivisi yang terspesialisasi, beberapa fokus
pada jenis fosil tertentu, yang lain mempelajari sejarah lingkungan dalam paleoekologi, dan
yang lain mempelajari dalam iklim dalam paleoklimatologi.

2.2.2 Jenis Pemfosilan

Berdasarkan tipe pengawetan, fosil dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu:

1. Fosil tidak Terubah

Semua bagian organisme yang terawetkan, baik yang lunak maupun yang keras.

Misalnya, mammoth yang terawetkan dalam es di Siberia.

2. Fosil yang Mengalami Perubahan

Perubahan dapat berupa:

a. Permineralisasi

b. Replacement

c. Rekristalisasi

3. Fosil berupa Jejak atau Bekas

Tidak semua fosil terawetkan dalam bentuk siap dikenal, sering hanya bukti-bukti

tidak langsung dari jejak fosil yang ada untuk diinterpretasikan. Contoh bukti tidak

langsung adalah:

a. Mold and cast, cangkang yang tertupi material sedimen yang mengalami

kompaksi mengalami pelarutan dan meninggalkan cetakan pada batuan sedimen

disebut mold. Apabila mold terisi oleh mineral-mineral sekunder lainnya disebut

cast
b. Imprint, jejak yang terbentuk pada sedimen yang halus, pasir halus, maupun

lumpur.

c. Tracks and Trails, jejak perpindahan suatu organisme pada material-material

lunak dan meninggalkan tapak yang sangatlah jelas disebut track. Sedangkan

trail adalah jejak perpindahan organisme yang menimbulkan kenampakan yang

sangat halus.

d. Burrow, jejak dari organisme penggali. Lubang atau galian ditinggalkan oleh

organisme sering terawetkan oleh pengisian mineral yang memiliki komposisi

yang berbeda.

e. Koprolit, kotoran hewan yang terawetkan. Koprolit digunakan untuk menentukan

habitat, jenis makanan serta memperkirakan ukuran hewan tersebut.

4. Fosil Kimia

Jejak asam organik seperti yang dijumpai dalam sedimen Prakambrium yang

dipandang sebagai fosil kimia.

2.2.3 Hasil Praktikum


2.3 Filum Coelenterata

Coelenterata merupakan hewan invertebrate yang memiliki rongga dengan bentuk tubuh
seperti tabung dan mulut yang dikelilingi oleh tentakel. Pada saat berenang, pada mulut
Coelenterata menghadap ke dasar laut

2.3.1 Umum

Pada tubuh Coelenterata (hewan berongga) yaitu terdiri atas jaringan luar (eksoderm)
dan jaringan dalam (endoderm) serta sistem otot yang membujur dan menyilang (mesoglea).

Dalam istilah Coelenterata berasal dari bahasa Yunani dari kata Coeles yang berarti rongga
dan interon yang berarti usus. Fungsi rongga tubuh pada Coelenterata ialah sebagai alat
pencernaan (gastrovaskuler).

Coelenterate lebih dikenal dengan sebutan Cnidaria, yang dalam istilah Cnidaria
berasal dari bahasa Yunani dari kanta Cnida yang berarti penyengat karena sesuai dengan
namanya Cnidaria yang memiliki sel penyengat. Sel penyengat terdapat pada tentakel yang
ada disekitar mulut. Contoh Coelenterata (Hewan Berongga) ialah ubur-ubur, hydra dan
anemon laut.

2.3.2 Pembagian Kelas

Berikut ini terdapat beberapa klasifikasi pada coelenterata, antara lain:

1. Hydrozoa

Hydrozoa hidupnya ada yang soliter (terpisah) dan ada yang berkoloni (berkelompok).
Hydrozoa yang soliter mempunyai bentuk polip, sedangkan yang berkoloni dengan bentuk
polip dominan dan beberapa jenis membentuk medusa. Contoh Hydra dan Obellia.

 Hydra

Bentuk tubuh Hydra seperti polip, hidup di air tawar. Ukuran tubuh Hydra antara 10-30 mm.
Makanannya berupa tumbuhan kecil dan Crustacea rendah. Bagian tubuh sebelah bawah
tertutup membentuk kaki, gunanya untuk melekat pada obyek dan untuk bergerak.
Pada ujung yang berlawanan terdapat mulut yang dikelilingi oleh hypostome dan di
sekelilingnya terdapat 6 – 10 buah tentakel. Tentakel berfungsi sebagai alat untuk menangkap
makanan. Selanjutnya makanan dicernakan di dalam rongga gastrovaskuler.

Perkembangan Hydra terjadi secara aseksual dan seksual. Perkembangbiakan secara aseksual
terjadi melalui pembentukan tunas/budding, kira-kira pada bagian samping tengah dinding
tubuh Hydra. Tunas telah memiliki epidermis, mesoglea dan rongga gastrovaskuler. Tunas
tersebut terus membesar dan akhirnya melepaskan diri dari tubuh induknya untuk menjadi
individu baru.

Perkembangbiakan secara seksual terjadi melalui peleburan sel telur (dari ovarium) dengan
sperma (dari testis). Hasil peleburan membentuk zigot yang akan berkembang sampai
stadium gastrula.

Kemudian embrio ini akan berkembang membentuk kista dengan dinding dari zat tanduk.
Kista ini dapat berenang bebas dan di tempat yang sesuai akan melekat pada obyek di dasar
perairan. Kemudian bila keadaan lingkungan membaik, inti kista pecah dan embrio tumbuh
menjadi Hydra baru.

 Obelia

Obelia hidup berkoloni di laut dangkal sebagai polip di batu karang atau berenang di air
sebagai medusa. Polip pada Obelia dibedakan menjadi 2 jenis polip pada cabang-cabang yang
tegak, yaitu :

a. Hydrant, yaitu polip yang bertugas mengambil dan mencernakan makanan.

b
. Gonangium, yaitu polip yang bertugas melakukan perkembangbiakan aseksual,
menghasilkan Obelia dalam bentuk medusa.
 

1. Perkembangbiakan Obelia mengalami pergiliran keturunan (metagenesis) antara


keturunan seksual dengan keturunan aseksual.
Perkembangbiakan secara aseksual dilakukan oleh gonangium. Pada gonangium
terbentuk tunas, kemudian setelah matang tunas memisahkan diri dari induknya dan
berkembang menjadi medusa muda yang dapat berenang bebas. Selanjutnya medusa
muda berkembang menjadi medusa dewasa.
2. Perkembangbikan seksual terjadi pada medusa dewasa. Hewan Obelia mempunyai
dua alat kelamin (hermaprodit). Medusa dewasa akan menghasilkan sel telur / ovum
dan sperma. Pembuahan ovum oleh sperma terjadi di luar tubuh (eskternal) dan
membentuk zigot. Zigot akan berkembang menjadi larva bersilia disebut planula.
Pada tempat yang sesuai planula akan merekatkan diri menjadi polip muda, lalu polip
dewasa. kemudian tumbuh menjadi hewan Obelia. Selanjutnya, Obelia memulai
melakukan pembiakan aseksual dengan pembentukan tunas/budding, sehingga
membentuk koloni Obelia yang baru.

2. Scyphozoa

Scyphozoa (dalam bahasa yunani, scypho = mangkuk, zoa = hewan) memiliki bentuk
dominan berupa medusa dalam siklus hidupnya. Medusa Scyphozoa dikenal dengan ubur-
ubur. Medusa umumnya berukuran 2 – 40 cm. Reproduksi dilakukan secara aseksual dan
seksual. Polip yang berukuran kecil menghasilkan medusa secara aseksual. Contoh
Scyphozoa adalah Cyanea dan Chrysaora fruttescens.

3. Anthozoa

Anthozoa berasal darikata Anthos = bunga, zoon = binatang. Anthozoa berarti hewan yang
bentuknya seperti bunga atau hewan bunga.

Anthozoa dalam daur hidupnya hanya mempunyai polip. Bila dibandingkan, polip Anthozoa
berbeda dengan polip pada Hydrozoa.

 Mawar Laut (Anemon Laut)

Mawar laut menempel pada dasar perairan. Pada permukaan mulut Mawar Laut terdapat
banyak tentakel berukuran pendek. Tentakel ini berfungsi untuk mencegah agar pasir dan
kotoran lain tidak melekat sehingga Mawar Laut tetap bersih.
2.3.3 Hasil Praktikum
2.4 Filum Molusca2.4 Filum Molusca

kelompok hewan yang sifatnya tripoblastik slomata dan invertebrata yang bertubuh
lunak dan multiseluler. Istilah Mollusca berasal dari bahasa Yunani dari kata molluscus yang
berarti lunak. Mollusca termasuk dalam hewan yang lunak baik yang dengan cangkang
ataupun tanpa cangkang. Seperti dari berbagai jenis kerang-kerangan, siput, kiton, dan cumi-
cumi serta kerabatanya. Mollusca merupakan filum yang terbesar kedua dari kerajaan
binatang (Animalia) sesudah filum Arthropoda.

2.4.1 Umum

Pada saat ini, diperkirakan terdapat 75 ribu jenis, dengan ditambah 35 ribu jenis yang
dalam bentuk posil. Molluska hidup di air laut, air tawar, payau, dan darat. Habitat Mollusca
dapat berada di palung benua laut sampai pegunungan yang tinggi, dan bahkan dapat
ditemukan dengan mudah di sekitar rumah kita. Molluska dipelajari pada cabang zoologi
yang disebut dengan malakologi (malacology).

2.4.2 Kelas Pelecypoda

Mempunyai bentuk kaki seperti kapak yang terletak di anterior.Bilvavia meruapkan hewan
bercangkang yang terdiir atas dua bagian.Mempunyaiii sssistim saraf dan otak.yang
berkembang biak.Hidup di air tawar dan laut.

2.4.3 Kelas Scaphopoda

Scaphopoda hidup di laut atu di pantai, mempunyai cangkang yang tajam, berbentuk seperti
terompet, mempunyai kaki kecil, di kepalanya terdapat beberapa tentakel, dan tidak
mempunyai insang. Contoh: Dentalium Vulgare.

2.4.4 Hasil Praktikum


2.5 Filum Molusca

2.5.2 Kelas Gastropoda

Saat ini klasifikasi kelas Gastropoda (taksonomi) masih terus mengalami revisi karena
taksonomi modern ingin lebih akurat dalam mengelompokkan organisme berdasarkan
evolusinya (urutan DNA). Taksonomi Gastropoda saat ini sedang disusun ulang untuk
menjadi kelompok-kelompok yang monofiletik. Namun demikian, masih menarik untuk
membahas klasifikasi lama dari kelompok hewan ini. Klasifikasi lama membagi kelas ini
menjadi empat subkelas, yaitu:

Opisthobranchia: insang di sebelah kanan dan di belakang jantung.

Gymnomorpha: tidak memiliki cangkang.

Prosobranchia: insang di sebelah depan jantung.

Pulmonata: memiliki paru-paru (tidak memiliki insang).

Contoh Gastropoda, antara lain :

a. Vivipara javanica (kreco)

b. Limnaea truncatula (siput perantara fasciolosis)

c. Melania testudinaria (sumpil)

d. Achantina fulica (bekicot)

e. Ampularia ampulacea (keong gondang)

f. Vivipara javanica (kreco)

g. Limnaea trunchatula (Siput sebagai hospes perantara Fasciola

hepatica)

h. Murex siphelinus (cangkok berduri dan hidup di laut)

i. Vaginula sp. (siput telanjang)

j. Filicaulis sp. (siput lintah)


2.5.3 Kelas Cephalopoda

Dimana dari jenis hewan ini dapat bergerak dan juga dapat mengisap air masuk
kedalam rongga mantel melalui sifon ke luar, dan digunakan sebagai alat pertahanan diri
terhadap bahaya yang mengancam. Sebagian besar pada Cephalopoda mepunyai organ
berupa kantung tinta yang berisi cairan yang berwarna hitam dan dikeluarkan melalui anus.

Semua jenis Cephalopoda umumnya hidup di laut, dengan ukuran tubuh sangat beragam selin
itu ia juga tak mempunyai cangkang, terkecuali pada hewan yang berjenis Nautilus.

Pada struktur tubuh Cephalopoda yakni meliputi kepala dengan sepasang mata, dan juga
tentakel. Kemudian bentuk dari tentakel yang dimiliki oleh hewan berjenis Cephalopoda ini
ialah berupa seperti lengan dan berjumlah 8 pada Octupus atau berjumlah 10 pada jenis lain.

Tentakel ini dilengkapi alat pengisap yang berfungsi untuk menangkap mangsa. Contoh
species dari kelas Cephalopoda ini yakni: Cumi-cumi (Loligo pealii), Gurita (Octupus sp.)
dan Nautilus

Kemudian istilah kata Cephalopoda yang mana berasal dari bahasa yunani “kaphale” yang
berarti kepala dan “podos” yang berarti kaki. Atau dengan kata lain, bentuk hewan ini seperti
kepala yang berkaki.

Hewan yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah gurita, cumi-cumi, sotong
(en: cuttlefish), dan Nautilus.

Predator laut ini menangkap mangsa dengan tentakelnya, kemudian melumpuhkannya dengan
paruh yang ada di mulutnya. Akan tetapi, pada spesis seperti hewan Cephalopoda ini yang
mana jumlah dari kelompoknya spesiesnya sudah semakin berkurang, yakni berkisar 800
hinggan mencapai 900 spesies saja.

2.5.4 Hasil Praktikum


2.6 Fosil Jejak

Fosil dapat berumur semuda 10.000 tahun, atau setua 3,5 miliar tahun. Fosil dapat
sebesar Seismosaurus, atau sekecil amoeba. Fosil bisa berupa mamut beku Siberia yang
ditemukan lengkap dengan rambut, atau hanya berupa jejak. Fosil dapat berisi material dari
organisme aslinya, atau tidak sama sekali. Jadi apa itu fosil.

2.6.1 Umum

Fosil adalah sisa-sisa atau bukti kehidupan dari waktu geologi sebelumnya / purba. Pada
umumnya semua fosil memberi kita petunjuk tentang dunia lampau. Berkat fosil, kita tahu
bahwa berbagai bentuk kehidupan telah menduduki planet ini. Fosil menceritakan kita bahwa
kehidupan telah berkembang dari waktu ke waktu. Fosil telah berkontribusi dalam penyusunan
skala waktu geologi.

2.6.2 Klasifikasi

Jejak fosil yang diklasifikasikan dalam berbagai cara untuk tujuan yang berbeda. Jejak
dapat diklasifikasikan secara taksonomi (berdasarkan morfologi), secara etologis (berdasarkan
perilaku), dan secara toponomis , yaitu menurut hubungannya dengan lapisan sedimen di
sekitarnya. Kecuali dalam kasus yang jarang terjadi di mana pembuat asli fosil jejak dapat
diidentifikasi dengan pasti, klasifikasi filogenetik fosil jejak adalah proposisi yang tidak masuk
akal.
BAB III Penutup

3.1 Kritik dan Saran


Saran praktikan terhadap praktikum untuk acara selanjutnya adalah sebelum memulai
praktikum setidaknya diberikan informasi terlebih dahulu sekurang-kurangnya sehari sebelum
dilaksanakannya praktikum. Agar praktikan dalam keadaan siap. Serta, sebelum praktikum
dimulai

3.2 Kesimpulan

Fosil adalah sisa, jejak, atau bekas hewan maupun tumbuhan yang hidup pada masa
lampau yang terawetkan maupun tertimbun secara alamiah. Syarat terbentuknya suatu fosil
adalah organisme memiliki bagian tubuh yang keras., mengalami pengawetan, terbebas dari
bakteri pembusuk, terjadi secara alamiah tanpa rekaya manusia, mengandung kadar O2 yang
sedikit dan berumur lebih dari 10.000 tahun lamanya. Apabila suatu organisme tidak memenuhi
keenam syarat di atas, maka tidak dapat dikatan bahwa organisme tersebut adalah fosil
DAFTAR PUSTAKA
Siswanto, S., & Noerwidi, S. (2015). Perbandingan data geologi, paleontologi dan arkeologi situs
patiayam dan semedo. Berkala Arkeologi Sangkhakala, 18(2), 169-185.

ALIFIA, J. N., & BR, J. B. FILUM COELENTERATA.

Anda mungkin juga menyukai