Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN RESMI

FIELDTRIP PALEONTOLOGI

ANALISA LINGKUNGAN PENGENDAPAN BERDASARKAN


FOSIL JEJAK
PADA SUNGAI NGALANG FORMASISAMBIPITU

Kelompok 5 :
M. Iqbal Hakim (410016008)
Purwia Rosa Nugrahani W. (410016139)
M. Raja Doli Siregar (410015120)

JURUSAN TEKNIK GEOLOGI


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL
YOGYAKARTA
2017
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

OLEH :
Kelompok 4

Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti responsi praktikum paleontologi pada semester III
tahun ajaran 2016/2017, Jurusan Teknik Geologi
Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta

Yogyakarta, Desember 2017


Disahkan oleh :

DOSEN/ASISTEN PALEONTOLOGI

LABORATORIUM PALEONTOLOGI
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL
YOGYAKARTA
KATA PENGANTAR

Puji syukur selalu kita panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya sehingga Laporan Resmi Fieldtrip Paleontologi yang di semester 3 jurusan
teknik geologi STTNAS Yogyakarta ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Tak lupa penyusun mengucapkan terima kasih kepada dosen Paleontologi yaitu Bapak
Hita Pandita, ST,MT yang dengan tabah berkenan membimbing dan mengajar pada mata kuliah
Paleontologi sehingga kedepannya mahasiswa didik dapat menerapkanapa yang didapat di
semester 3 ini dan kepada kakak-kakak asisten praktikum telah member sedikit bimbingan dalam
penyusunan laporan Paleontologi serta pihak-pihak yang tentu tidak bias disebutkan satu per satu
yang telah membantu dalam penyusunan laporan resmi praktikum Paleontologi ini.
Akhir kata, tiada gading yang takretak. Demikian pula dengan tugas ini yang masih jauh
dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun tetap penyusun nantikan demi
kesempurnaan laporan praktikum dan laporan-laporan yang akan diberikan di lain waktu.

Yogyakarta, 13 Desember 2017

Praktikan
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Lokasi penelitian

PETA KABUPATEN GUNUNGKIDUL,DIY

Lokasi Pengamatan fosil jejak pada tanggal :10 Desember 2017


a. Lokasi Pengamatan I (stop site I)
Kali Widara,daerah Wonosari Gunungkidul ,Daerah Istimewa Yogyakarta tepatnya di
sebelah bawah jembatan ngalangatas
Zona Pegunungan Selatan, Formasi Sambipitu Atas.
b. Lokasi Pengamatan II (stop site II)
Kali Ngalang, Gedangsari, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta tepatnya di
sebelah bawah jembatan Kali Ngalang.

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dari dua pengamatan yakni pengamatan di lokasi I (Kali Widara) dan
pengamatan di lokasi II (Kali Ngalang) adalah untuk memperkenalkan atau lebih
memahami fosil-fosil jejak di daerah pengamatan dengan melihat dan mendeskripsi
secara langsung fosil jejak yang ada pada perlapisan batuan dan lebih mengenal jenis dari
organisme yang telah lama membatu (menjadi fosil).

Tujuan dari pengamatan ini adalah praktikum mampu menganalisa lingkungan


pengendapan berdasarkan fosil jejak.
Selain itu,tujuan lain mempelajari fosil adalah :
(a). untuk mempelajari perkembangan kehidupan yang perna hada di muka bumi
sepanjang sejarah bumi;
(b). mengetahui kondisi geografi dan iklim pada zaman saat fosil tersebut hidup;
(c). menentukan umur relative batuan yang terdapat dialam didasarkan atas kandungan
fosilnya;
(d). untuk menentukan lingkungan pengendapan batuan di dasarkan atas sifat dan ekologi
kehidupan fosil yang dikandung dalam batuan tersebut ;
(e). Untuk korelasi antar batuan batuan yang terdapat di alam (biostratigrafi) yaitu dengan
dasar kandungan fosil yang sejenis/seumur.

1.3 LOKASI ANALISIS FOSIL JEJAK


Lokasi analisis fosil jejak, berada pada daerah Gedangsari, Gunungkidul, Yogyakarta
berjarak sekitar 25 km, dari kota Jogja. Pada analisis fosil jejak kali ini berada pada 2 stop
site.
1.3.1 Lokasi Pengamatan 1
Ngalang atas, daerah Gedangsari, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta
tepatnya di sebuah sungai.
Zona Pegunungan Selatan, Formasi Sambipitu Atas.
Arah kemiringan : N 94o E / 10o
Struktur lapangan : berlapis
cuaca: gerimis ,mendung
1.3.2 LokasiPengamatan II (stop site II)
Kali Ngalang, Gedangsari, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta tepatnya di
sebelah bawah jembatan Kali Ngalang
Zona Pegunungan Selatan, Formasi Oyo berbatasan dengan formasi Sambipitu
bawah.
Arahkemiringan :
Struktur lapangan : berlapis
Cuaca : gerimis
BAB II
DASAR TEORI
2.1 FOSIL JEJAK
Ichnofossil atau trace fossil didefinisikan sebagai : Suatu struktur sedimen berupa track,
trail, burrow, tube, boring atau tunnel yang terawetkan (terfosilisasi) sebagai hasil dari aktifitas
kehidupan (selain tumbuh) hewan. Contoh : tanda/jejak yang dibuat hewan-inventerbrate saat
bergerak, merayap, makan, memanjat, lari atau istirahat, pada atau di dalam sedimen lunak.
Struktur sedimen ini seringkali terawetkan sehingga membentuk tinggian atau rendahan (a raised
or depressed form) pada batuan sedimen. Tanda/jejak hasil aktifitas atau kebiasaan organisme
sebagai trace fossil atau ichofossil dikenali berupa : tracks, trail, burrow, tube, boring atau
tunnel. a) Track = struktur fosil jejak berupa bekas atau jejak yang tercetak pada material lunak,
terbentuk oleh kaki burung, reptil, mamalia atau hewan lainnya. Istilah lain untuk track adalah
footprint. b) Trail = struktur fosil jejak berupa jejak atau tanda lintasan satu atau beberapa hewan
yang berbentuk tanda seretan menerus yang ditinggalkan organism pada saat bergerak di atas
permukaan. c) Burrow = struktur fosil jejak berupa liang di dalam tanah, biasanya untuk
bersembunyi d) Tube = struktur fosil jejak berupa pipa e) Borring = struktur fosil jejak berupa
(lubang) pemboran, umumnya berarah vertical. f) Tunnel = struktur fosil jejak berupa
terowongan sebagai hasil galian Kegunaan: Trace fossils tidak mengawetkan tubuh atau
morfologi organisma, tapi memiliki kelebihan dibandingkan fosil kerangka, yaitu : Trace fossils
biasanya terawetkan pada lingkungan yang berlawanan dengan energy tinggi, pengendapan fosil
rangka (misalnya : perairan dangkal dengan batupasir laut dangkal dan batulanau lautdalam) -
Trace fossils umumnya tidak dipengaruhi oleh diagenesa, dan bahkan diperjelas secara visual
oleh proses diagenesa. Trace fossils tidak tertransport sehingga menjadi indicator lingkungan
pengendapan yang sebenarnya. Determinasi : Trace fossil dapat terawetkan dalam sejumlah
relief. Umumnya dapat dikenali dengan baik secara 3 dimensi di dalam sedimen; atau kadang-
kadang pun telah terisi oleh mineral yang lebih resisten. Bagian yang terawetkan disebabkan oleh
pergerakan organisma di dalam atau di luar depositional interface. Semi relief mungkin terjadi di
bagian atas permukaan lapisan (concave epirelief).
2.2 KLASIFIKASI FOSIL JEJAK
Klasifikasi fosil jejak dapat di dasarkan pada 4 hal, yaitu: taksonomi, model pengawetan,
pola hidup, dan lingkungan pengendapan (Ekdale, et. al, 1984). Secara umum dari keempat dasar
klasifikasi tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya, dan bergantung pada tujuan
penggunaan fosil jejak tersebut.

2.3 Taksonomi
Penggunaan taksonomi dalam fosil jejak disebut dengan ichnotaxonomy. Sampai
sekarang taksonomi di dalam fosil jejak masih menjadi perdebatan, hal ini disebabkan
oleh beberapa hal, yaitu:
1. Jejak yang sama dapat saja dihasilkan oleh lebih dari satu jenis organisme. Contoh:
Ophiomorpha bisa hasil dari kelompok pelecypoda maupun annelida.

Ophiomorpha

2. Satu organisme yang sama dapat menghasilkan berbagai jenis jejak. Contoh: Nereites dan
Scalarituba.
Scalarituba.

3. Bagian-bagian struktur biogenik dapat dihasilkan oleh dua atau lebih organisme yang
hidup bersama-sama. Contoh: Thalasinoides

Thalasinoides
2.4 Model Pengawetan

Beberapa peneliti telah memberikan berbagai usulan mengenai kategori dan pengertian
aspek-aspek model pengawetan. Salah satunya adalah Seilacher (1964), membedakan bentukan-
bentukan fosil-fosil jejak berdasarkan posisi stratum. Dalam klasifikasi ini dihasilkan kelompok-
kelompok :
- Full relief
- Semi relief
- Hyporelief

Secara mudah pembentukan fosil ini dapat melalui beberapa jalan, antara lain
seperti yang terlihat di bawah ini. Fosil sisa aktifitasnya sering juga disebut dengan Trace
Fosil (Fosil jejak), karena yang terlihat hanyalah sisa-sisa aktifitasnya. Jadi ada
kemungkinan fosil itu bukan bagian dari tubuh binatang atau tumbuhan itu sendiri.
2.5 Pola Hidup

1. Domichnia: merupakan jejak-jejak tempat tinggal dari suatu organisme.

Domichnia

2. Repichnia: merupakan jejak yang dibentuk oleh pergerakan organisme termasuk berlari,
merayap, dan berjalan. Bentuk dapat memotong bidang perlapisan, sejajar, berkelok atau
berpola tidak teratur.

Repichnia

3. Cubichnia, merupakan jejak yang dibentuk pada saat organisme istirahat selama
beberapa waktu.
Cubichnia

4. Fodinichnia, jejak yang terbentuk pada infaunal deposit feeders, kombinasi antara
tempat tinggal sementara dengan pencarian makanan.

Fodinichnia

5. Pascichnia, jejak yang terbentuk dari kombinasi antara mencari makan dan berpindah
tempat.

Pascichnia
6. Fugichnia, merupakan jejak yang terbentuk dari aktivitas melepaskan diri dari kejaran
organisme pemangsa.

Fugichnia

7. Agrichnia, jejak yang berbentuk tidak teratur, belum dapat ditentukan jenis aktivitasnya.

Agrichnia

2.6 LingkunganPengendapan

TempatHidup / Lingkungan :

1. Benthos Didasarlaut
- Secyl = menempelpadabendamati&tidakberpindah- pindah
- Vagyl = di dasarlaut&berpindah-pindah

2. PelagosMelayang-layang
- Planktonik = bergerakpasifmengikutiarus
- Nektonik = bergerakaktif di permukaan

LingkunganHidup

1. Laut
- Litoral =0 –5m
- Batyal = 200 – 2000 m
- Epineritik= 5 – 50 m
- Abyssal = 2000 – 5000 m
- Neritik = 50 – 200 m
- Hadal = > 5000 m

2. Darat (Sungai, Danau, dll)

3. Transisi (Air Payau)


BAB III
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

3.1 Litologi Lokasi Penelitian

3.1.1 Litologi Lokasi Penelitian I


Terdiri dari 2 unit litologi yaitu:
a. Litologi batu pasir karbonatan memiliki warna abu-abu kekuningan, struktur
perlapisan silang siur, tekstur klastik, komposisi karbonat, kalsit. ciri khas bereaksi
dengan HCL (berbuih) nama batuan batupasir karbonatan.
b. Litologi breksi karbonatan memiliki warna coklat kehijauan struktur massif tekstur
klastik komposisi fragmen andesit, matrik pasir, semen karbonatan ciri khas
memiliki fragmen, matriks, dan bereaksi dengan HCL nama batuan batupasir
karbonatan.

3.1.2 Litologi Lokasi Penelitian II


Terdiri dari 4 unit litologi yaitu :
a. Litologi batupasir karbonatan warna coklat keabuan struktur berlapis, silang siur
tekstur klastik komposisi karbonatan, kalsit ciri khas bereaksi dengan HCL,terdapat
perselingan batulempung dibawah lapisan ini nama batuan batupasir karbonatan.
b. Litologi batupasir kerbonatan memiliki warna abu-abu kekuningan, struktur berlapis,
tekstur klastik, komposisi karbonataan, kalsit ciri khas bereaksi dengan HCL nama
batuan batupasir kasar karbonatan
c. Litologi batupasir karbonatan memiliki warna kuning kecoklatan, struktur perlapisan,
tekstur klastik karbonatan, komposisi karbonatan, ciri khas bereaksi dengan HCL
nama batuan batupasir kasar.
d. Litologi batupasir karbonatan memiliki warna coklat keabuan, struktur perlapisan
dengan tekstur klastik, komposisi karbonatan, ciri khas bereaksi dengan HCL, nama
batuan batupasir kasar
3.2 Fosil Jejak Daerah Penelitian
a. Fosil pertama

Strike/Dip : N 940 E/100


Model Pengawetan : Seilacher : Full Relief/Endichnia
Martinson : Epichnia
Pola Hidup : Rapichnia
Ciri-ciri lain : - Bereaksi dengan HCL (batupasir)
- Terdapat bercak putih pada fosil
- Pengisinya lempung dengan warna hijau kecoklatan

b. Fosil Kedua
Strike/Dip : N 830 E/150
Model Pengawetan : Seilacher : Semi relief/Epichnia
Martinson : Edichnia/Convex
Pola Hidup : Domichnia
Ciri-ciri lain : - Bereaksi dengan HCL (batulempung)
- Jejak fosil lebih gelap
- Fosil timbul/cembung keluar (convex)

3.2.2 Fosil jejak daerah penelitian 2

a. Fosil pertama

Strike/Dip : N 1850 E/160


Model Pengawetan : Seilacher : Semi relief/Epichnia
Martinson : Endihnia/Convex
Pola Hidup : Fodinichnia
Ciri-ciri lain : - Bereaksi dengan HCL (batupasir)
- Pola hidupnya berkelok-kelok, menandakan organisme tersebut
merayap,berlari atau bahkan dikejar mangsa
- Kristalin
b. Fosil kedua

Strike/Dip : N 830 E/170


Model Pengawetan : Seilacher : Semi relief/Epichnia
Martinson : Endichnia/Concave
Pola Hidup : Pacichnia
Ciri-ciri lain : - Bereaksi dengan HCL (batupasir)
- Kristalin
c. Fosil ketiga

Strike/Dip : N 830 E/170


Model Pengawetan : Seilacher : Fullrelief/Epichnia
Martinson : Endichnia
Pola Hidup : Domichnia
Ciri-ciri lain : - Bereaksi dengan HCL (batupasir)
- Pola hidupnya berkelok-kelok, menandakan organisme tersebut
merayap,berlari atau bahkan dikejar mangsa.
- Kristalin

3.3 Analisa Lingkungan Masa Lampau


Berdasarkan analisis data di lapangan diketahui lingkungan masa lampaunya kira kira
terbentuk pada perairan laut dangkal dan intertidal dengan substrat pada ukuran besar dan
berasal dari Genus Skolithos.
BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Berdasarkan Hasil Fieldrip Praktikum Paleontologi dapat disimpulkan bahwa :
1. Ichnofossil atau trace fossil didefinisikan sebagai suatu struktur sedimen berupa track,
trail, burrow, tube, boring atau tunnel yang terawetkan (terfosilisasi)sebagai hasil dari
aktifitas kehidupan (selain tumbuh) hewan.
2. Kegunaan utama dari studi fosil jejak adalah sebagai penentu lingkungan masa lampau.
3. Pada lokasi Fieldtrip yang berlokasi di Kali Ngalang, Nglipar , Gunung Kidul Formasi
Sambipitu, ditemui adanya fosil jejak berupa
4. Fosil jejak di Kali Ngalang berukuran besar dan tersebar di lapisan batupasir karbonatan.
5. Terbentuk pada linglungan laut dangkal dan intertidal dengan substrat pada ukuran besar
dan berasal dari Genus Skolithos.

4.2 SARAN
Untuk kedepannya semoga Buku panduan praktikum Paleontologi di Perbaharui dan
gambar gambar di buku praktikum lengkap dan jelas tidak hasil Photokopian, dan untuk pada
saat fieldtrip berlangsung supaya lebih di koordinir lagi peserta fieldtrip supaya mendapatkan
materi lapangan secara lengkap, demikian saran dari kelompok kami semoga menjadi motifasi
untuk praktikum selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Pandita, H. (2017). Panduan Praktikum Paleontologi. Yogyakarta.

www.google.com/fosil
www.wikipedia.co.id/fosil_jejak

Anda mungkin juga menyukai