Anda di halaman 1dari 11

PROCEEDINGS PIT IAGI RIAU 2006

The 35th IAGI Annual Convention and Exhibition


Pekanbaru - Riau, 21-22 November 2006

FORAMINIFERA BESAR PADA SATUAN BATUGAMPING


FORMASI GAMPING-WUNGKAL SEKARBOLO
JIWO BARAT, BAYAT, KLATEN, JAWA TENGAH

Siti Umiyatun Ch.1, Bambang Prastistho. 1, R. Eko Jati K.1.,& Surono2.


1
T.Geologi, FTM, UPNVY
2
Pusat Survey Geologi, Bandung,

ABSTRAK

Daerah penelitian berada di Perbukitan Jiwo, Kecamatan Bayat dan Cawas, Klaten, Jawa Tengah, yang
terletak pada koordinat 457737–465040UTM dan 9139400–9142600UTM, peta rupabumi digital
Bakosurtanal edisi 1999, lembar 1408-313 Jabung dan lembar 1408-314 Cawas. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui umur batugamping "Batugamping Nummulit" pada Formasi Gamping-Wungkal
berdasarkan kandungan foraminifera besar. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu dalam
penyusunan stratigrafi atau penentuan umur Formasi Wungkal-Gamping di Daerah Bayat.
Sampling dilakukan secara sistematik pada profil satuan batugamping lintasan Sekarbolo dan beberapa
spot sampling di sekitarnya. Dari 10 sampel yang dianalisis menunjukkan adanya 9 genus dengan 20
spesies yaitu Asterocyclina sp., Assilina exponens, Assilina sp., Assilina spira, Asterocyclina penuria,
Asterocyclina matanzensis, Discocyclina sp, Discocyclina omphalus, Discocyclina dispansa,
Discocyclina sp., Discocyclina javanus, Pellatispira sp., Pellatispira orbitoidea, Heterostegina sp.,
Nummulites sp., Nummulites javanus, Nummulites djokdjakartae, Nummulites pengaronensis,
Spiroclypeus vermicularis, Operculinella sp., Berdasarkan analisis foraminifera besar disimpulkan bahwa
batugamping Nummulit pada satuan batugamping Formasi Gamping-Wungkal di Sekarbolo, Jiwo Barat
berumur Ta3-Tb (Eosen Tengah- Eosen Akhir).

PENDAHULUAN hingga permulaan Eosen Akhir. Perbedaan kisaran


umur Formasi Gamping-Wungkal tersebut diatas
Daerah penelitian berada di Perbukitan Jiwo, menjadi menarik untuk diteliti, disamping
Kecamatan Bayat-Cawas, Kab.Klaten (Gambar singkapan dengan penyebaran foraminifera yang
1). Perbukitan Jiwo sangat menarik untuk melimpah. Maksud penelitian untuk mengetahui
dilakukan penelitian karena tersingkapnya variasi penyebaran dan variasi spesies foraminifera besar
batuan pra-Tersier dengan batuan Tersier (Eosen) dengan tujuan untuk mengetahui umur satuan
diatasnya secara tidak selaras, yaitu Formasi batugamping dan mengetahui ada tidajnya
Gamping-Wungkal. Banyak pendapat tentang perbedaan umur dengan hasil peneliti terdahulu.
kisaran umur Formasi Gamping-Wungkal baik Penyelidikan geologi di Bayat, telah dilakukan
yang terpublikasi ataupun tidak. Sumarso & Tuty sejak abad ke-19. Hasil penyelidikan para ahli
Ismoyowati (1975) berpendapat bahwa umur tersebut baik mengenai geologi maupun
Formasi Gamping-Wungkal berdasarkan paleontologinya sudah banyak dipublikasikan.
foraminifera besar adalah Ta (Eosen Tengah). Ada beberapa peneliti daerah perbukitan Jiwo,
Toha, dkk. (1994) berdasarkan fosil foraminifera diantaranya adalah sebagai berikut : Verbeek dan
besar pada batugamping seperti : Assilina, Fennema ,1895, Gerth dan Doornink, 1932 (dalam
Nummulites formasi ini berumur Eosen Tengah- Bothe 1929) dan Doornink, 1932 (dalam Sumarso
Eosen Atas. Surono, dkk. (1992) menyimpulkan & Tuty Ismoyowati, 1975), yang mengemukakan
bahwa umur formasi ini Eosen Tengah-Eosen terdapatnya foraminifera besar (Nummulites,
Akhir, sedangkan menurut Samodra (1997) Assilina, Discocyclina dan Pellatispira) pada
formasi ini berumur permulaan Eosen Tengah batugamping yang tersingkap di daerah
Perbukitan Jiwo. Bothe (1929), telah menyusun
1
PROCEEDINGS PIT IAGI RIAU 2006
The 35th IAGI Annual Convention and Exhibition
Pekanbaru - Riau, 21-22 November 2006

buku pedoman ekskursi geologi wilayah Berdasarkan pengelompokan tersebut daerah


perbukitan Jiwo dan Peg.Selatan, yang merupakan telitian termasuk Perbukitan Jiwo Barat.
laporan geologi pertama untuk wilayah yang Morfologi perbukitan Jiwo dapat dibagi menjadi 2
bersangkutan dan dianggap sebagai dasar serta bentukan asal yaitu Denudasional (bentuk lahan
bahan acuhan bagi peneliti geologi Bayat. perbukitan terkikis, bukit terisolir) dan fluvial
Bothe (1934) melakukan penelitian di (dataran aluvial, tubuh sungai, rawa).
Pegunungan Baturagung dan sekitarnya., yang Tersingkapnya batuan metamorf, beku dan
hasil penelitian tersebut kemudian disadur oleh sedimen laut dalam, menunjukkan bahwa batuan
van Bemmelen (1949) dan Marks (1956) yang tersebut berasal dari bermacam-macam
sampai sekarang dianggap sebagai dasar untuk lingkungan yang mempunyai hubungan stratigrafi
pengetahuan geologi Peg.Selatan Pulau Jawa. dan struktur geologi yang rumit. Beradasarkan ciri
Surono, Toha, B.Sudarno, I. dan Wiryosujono, S. litologi dan struktur yang ada di Perbukitan Jiwo
(1992), telah menyusun peta geologi lembar diinterpretasikan bahwa daerah tersebut
Surakarta-Giritontro, Jawa Tengah, skala merupakan satu zona jalur subduksi hasil benturan
1:100.000 termasuk di dalamnya daerah penelitian Lempeng Hindia-Australia dengan Lempeng
dan disebutkan bahwa umur Formasi Gamping- Mikro Sunda pada zaman Kapur Akhir-Tersier
Wungkal adalah Eosen Tengah–Eosen Akhir (Paleosen). Penyebaran batuannya sulit ditelusuri
berdasarkan foraminifera besar Pellatispira secara menerus dan terdapatnya setempat-
madaraszi dan Nummulites semiglobulus dan setempat. Struktur geologinya juga cukup sulit
foraminifera kecilnya adalah Truncorotaloides dilacak kemenerusannya karena sedikitnya
rohri, Globorotalia cerroazulensis pomeroli, indikasi atau gejala di lapangan yang dapat
Globigerina linaperta, Globigerina compacta, menunjang analisis sesar (kekar gerus (shear
Globigerina cryptomphala dan Globigerapsis fractures), kekar tarik (gash fractures) yang
semiinvoluta. terdapat pada zona sesarnya, liniasi sumbu
Samodra (1997), menyusun peta geologi rinci memanjang, fragmen-fragmen breksi sesar, arah
lembar Bayat, Klaten berskala 1:50.000 yang zone hancuran serta lipatan-lipatan mikro
didalamnya disebutkan bahwa Formasi Gamping- (microfold). Penyebaran batuan yang sulit dilacak
Wungkal dibagi menjadi Anggota Girisono dan dan sifatnya saling bercampur, menurut pendapat
Anggota Padasan. Anggota Girisono terdiri atas sebagian ahli merupakan salah satu bukti bahwa
batugamping Nummulites, batupasir kuarsa, daerah ini kemungkinan bagian dari suatu daerah
sisipan lempung karbonatan dan napal, berumur “mélange” atau dapat juga daerah “olistostrom”.
permulaan hingga pertengahan Eosen Tengah/Ta Stratigrafi daerah penelitian dibagi menjadi 5
berdasarkan foraminifera yang terdapat pada satuan batuan (Gambar 2). Penentuan posisi
napal dan kalkarenit yang diendapkan di laut stratigrafi satuan batuan Formasi Gamping-
dangkal. Anggota Padasan terdiri dari perselingan Wungkal berdasarkan umur yang ada dan posisi
batulempung karbonat dan napal sisipan stratigrafi di lapangan karena sulit ditemukan
grainstone berumur akhir Eosen Tengah- kedudukan lapisan dan penyebarannya tidak
permulaan Eosen Akhir P13/P14-P15. teratur. Satuan batuan tersebut adalah:
1) Batuan metamorf pra-Tersier
GEOLOGI UMUM 2) Batugamping-foraminifera,Formasi Gamping-
Wungkal
Daerah penelitian merupakan daerah perbukitan 3) Batupasir, Formasi Gamping-Wungkal
yang berada di Perbukitan Jiwo. Perbukitan Jiwo 4) Batulempung,Formasi Gamping-Wungkal
merupakan bukit-bukit yang muncul pada zona 5) Intrusi diorit Pendul
depresi, yang dikelilingi oleh dataran aluvial.
Daerah ini terdiri dari Perbukitan Jiwo Barat dan
jiwo Timur yang dipisahkan oleh Sungai PEMBAHASAN
Dengkeng. Perbukitan Jiwo Barat dengan puncak
tertinggi G.Jabalkat (+265m) dan Jiwo Timur Dalam pembahasan ini hanya akan dibahas
dengan puncak tertinggi G.Konang (+256m). Formasi Gamping-Wungkal yang tersusun dari

2
PROCEEDINGS PIT IAGI RIAU 2006
The 35th IAGI Annual Convention and Exhibition
Pekanbaru - Riau, 21-22 November 2006

Satuan batugamping-foraminifera, Satuan kenampakan breksi alas dan didukung dengan


batupasir dan Satuan batulempung. banyaknya fragmen filit dalam batugamping.

1. Satuan batugamping-foraminifera 2. Satuan batupasir


Penyebaran satuan batugamping ini setempat- Penyebaran satuan ini setempat-setempat. Di
setempat. Di Jiwo Barat sebarannya mengikuti puncak G.Cakaran, sepanjang lereng bagian barat
lereng utara dan timur G.Jabalkat, G.Cakaran, hingga G.Jabalkat satuan ini mempunyai jurus
G.Wungkal dan Sekarbolo. Di G.Wungkal dan hampir utara-selatan. Satuan ini tersusun dari
Sekarbolo, satuan ini dikelilingi endapan aluvial, batupasir konglomeratan, batupasir kuarsa,
sedang di Jiwo Timur meliputi lereng utara konglomerat polimik dan setempat serpih.
G.Pendul, G.Semangu dan sekitar Watuprahu Batupasir kuarsa, coklat kemerahan, klastik,
pada lembah diantara G.Pendul dan G.Semangu. kemas tertutup, pasir sedang-kasar, komposisi
Satuan ini terdiri dari batugamping foraminifera, mineral kuarsa, feldspar dan semen silika. Di
perselingan batugamping pasiran dan beberapa tempat batupasir ini sangat kompak yang
batulempung gampingan yang didominasi oleh dimungkinkan karena diagenesis lanjut dimana
batugamping foraminifera. Batugamping kuarsa akan mengalami rekristalisasi. Serpih
foraminifera mempunyai warna abu-abu terang- berwarna abu-abu kebiruan, lapuk berwarna
gelap, sangat kompak, disusun oleh foraminifera kecoklatan, pecah-pecah, klastik, kadang-kadang
besar dengan pemilahan buruk (foto 1). berstruktur laminasi. Satuan batuan ini didominasi
oleh batupasir. Satuan ini tidak ditemukan fosil
untuk penentuan umur relatifnya akan tetapi
berdasarkan pengamatan lapangan satuan ini
mempunyai bidang kontak langsung dengan
satuan batuan metamorf pra-Tersier sehingga
disimpulkan umur satuan ini masih sama dengan
satuan batugamping-foraminifera. Satuan ini tidak
selaras (nonconformity) dengan satuan metamorf
pra-Tersier. Satuan ini kearah atas ditutup oleh
serpih, batugamping dan konglomerat yang dilihat
dari kenampakan kedudukan lapisannya di
lapangan maka disimpulkan bahwa hubungan
satuan batuan ini dengan satuan yang lebih muda
Foto 1. Batugamping dengan foraminifera adalah selaras.
besar yang melimpah (Sekarbolo)
3. Satuan batulempung
Penentuan umur berdasarkan kandungan Penyebaran satuan ini berada di lereng timur dan
foraminifera besar pada batugamping foraminifera selatan G.Pendul dan sekitar Watuprahu. Satuan
dan batugamping pasiran, yaitu terdapatnya 20 ini pada bagian atas tersusun dari batulempung
spesies (Tabel 10) yang menunjukkan umur Ta3- berwarna abu-abu gelap-terang, terdapat boulder-
Tb (Eosen Tengah-Eosen Akhir) (Tabel 2). boulder batugamping foraminifera dan fragmen
Hubungan stratigrafi satuan ini tidak berubah metamorf. Satuann ini tersingkap disepanjang alur
secara langsung dengan satuan batuan yang lebih liar selatan G.Pendul (LP.98, LP.99). Bagian atas
muda tetapi berdasarkan umurnya dapat satuan ini berupa perselingan batulempung
ditafsirkan bahwa hubungannya selaras. Batas dengan batupasir, struktur masif dan laminasi
antara satuan batuan metamorf dengan satuan sejajar. Penentuan umur dilakukan berdasarkan
batugamping foraminifera merupakan kandungan nannoplankton (Cribrocentrum
ketidakselarasan “non conformity”, dimana kontak reticulatum, Discoaster saipanensis, Discoaster
keduanya dapat diamati langsung di lapangan barbadiensis, Discoaster deflandrei,
yaitu pada LP.80, LP.83, lokasi ± 20 m (lereng Reticulofenestra umbilica, Reticulofenestra
utara G.Pendul) yang memperlihatkan hampdenensis, Helicosphaera compacta,
Helicosphaera euphratis, ericsonia Formosa,
3
PROCEEDINGS PIT IAGI RIAU 2006
The 35th IAGI Annual Convention and Exhibition
Pekanbaru - Riau, 21-22 November 2006

Zyghrablithus bijugatus, Sphenolithus moriformis, stratigrafi terukur LP.2 di Sekarbolo,


Sphenolithus pseudoradian) pada batulempung menunjukkan kisaran Ta3-Tb (Eosen Tengah-
gampingan yang menunjukkan umur NP.18- Eosen Akhir). Sampel (E/16,E/31,E/35) diambil
NP.19 / Eosen Akhir. Satuan ini beda fasies setempat-setempat di Padasan, Watuprahu dan
dengan satuan batugamping-foraminifera maupun G.Semangu, menunjukkan umur Ta3-Tb (Eosen
satuan batupasir berdasar data kedudukan lapisan Tengah-Akhir). Hasil kisaran umur setiap sampel
batuan dan analisis fosil. (Tabel 2) disimpulkan bahwa batugamping di
Sekarbolo lebih muda kisaran umurnya daripada
DISKUSI di LP.13 (G.Wungkal). Hal ini dibuktikan
munculnya fosil Pellatispira sp. (Foto 2) yang
Fosil foraminifera besar di daerah penelitian mulai muncul pada Tb / Eosen Akhir. Singkapan
terawetkan dengan baik dan dapat diidentifikasi di Sekarbolo sebelah timur kisaran umurnya Ta3–
dengan sayatan tipis batuan. Secara keseluruhan Tb (Eosen Tengah-Eosen Akhir) kemudian
jumlah foram besar yang dijumpai sangat semakin ke arah barat menyeberangi sungai, pada
melimpah dan tersebar setempat-setempat baik G.Wungkal tepatnya pada lokasi profil LP.13
pada batugamping yang berlapis maupun dijumpai singkapan yang
batugamping kristalin yang sangat kompak. serupa dengan kedudukan lapisan yang tidak
Individu foram besar dijumpai sebagai cangkang teratur. Hasil analisis umur yang diambil dari
utuh serta tersebar tidak teratur dengan ukuran profil yang dibuat di lokasi ini menunjukkan
yang bervariasi. kisaran umur Ta3 (Eosen Tengah).

UCAPAN TERIMAKASIH

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan


terima kasih kepada tim penelitian bersama (Pusat
Survey Geologi Bandung khususnya Dr.Surono
dkk) atas kerjasama dan bantuan sarana dan
prasarananya sehingga penelitian ini bisa
diselesaikan dengan baik dan lancar.

KESIMPULAN

Foto 2. Pellatispira sp. dalam sayatan 1. Foraminifera besar yang terdapat pada
tipis batuan batugamping Formasi Gamping-Wungkal ada
9 genus dengan 20 spesies, yaitu Assilina
Stratigrafi terukur dilakukan di tiga tempat ( exponen, Assilina spira, Assilina sp,
G.Wungkal, Sekarbolo, Watuprahu/G.Pendul), hal Asterocyclina penuria, Asterocyclina
ini dilakukan untuk korelasi dengan lokasi di Jiwo matanzensis, Asterocyclina sp., Discocyclina
Timur. Hasil analisis ketiga profil dipakai sebagai dispansa, Discocyclina javana, Discocyclina
acuan dalam penentuan umur Formasi Gamping- omphalus, Discocyclina sp., Heterostegina
Wungkal. Litologi yang terdapat di Sekarbolo dan sp., Nummulites djogdjakartae, Nummulites
G.Wungkal berupa perselingan batugamping javanus, Nummulites pengaronensis,
pasiran, mengandung foraminifera besar dan Operculinella sp., Operculina sp., Pellatispira
batulempung gampingan dengan batugamping orbitoidea, Pellatispira sp., Spiroclypeus
foraminifera. Distribusi foraminifera besar vermiculari,yang menunjukkan umur Eosen
diambil pada lintasan profil (Tabel 1). Penentuan Tengah-Eosen Akhir (Ta3-Tb).
umur menurut Adams (1970). Sampel (E/09, E/10 2. Penentuan umur berdasarkan fosil untuk tiga
,E/11) diambil pada profil 2 di G.Wungkal satuan batuan (batugamping, batupasir,
sebelah barat lapangan Sekarbolo, dan batulempung) Formasi Gamping-Wungkal
menunjukkan umur Ta3 (Eosen Tengah). Sampel terdapat perbedaan. Hal ini dikarenakan
(E/01,E/03,E/07,E/12) diambil pada penampang
4
PROCEEDINGS PIT IAGI RIAU 2006
The 35th IAGI Annual Convention and Exhibition
Pekanbaru - Riau, 21-22 November 2006

perbedaan lokasi, jenis batuan yang dianalisis Bemmelen, van, R.W., 1949. The Geology of
serta fosil yang digunakan. Indonesia vol. 1A Martinus Nijhoff, the haque,
3. Penentuan umur satuan batuan Formasi Netherland.
Gamping-Wungkal sebagai berikut : Ismoyowati, T. & Sumarso. 1975. Contribution to
™ Satuan batugamping-foraminifera: Ta3- The Stratigraphy of The Jiwo Hills and Their
Tb (Eosen Tengah-Eosen Akhir) Southern Surroundings (Central Java).
berdasar foraminifera besar. Proceedings Indonesian Petroleum Association
™ Satuan batupasir: P.9-P.14 (Eosen Awal- Fourth Annual Convention Volume II. H 19-26
Eosen Tengah) berdasarkan foraminifera Rahardjo, W. 1980. Depositional Environment of
plankton. Nummulitic Limestones of The Eastern Jiwo
™ Satuan batulempung: NP.18-NP.19 Hills, Bayat Area, Central Java. 9th Ann. Sci.
(Eosen Akhir) berdasar nannoplankton. Meet, Association of Indonesian Geologists
4. Posisi stratigrafi satuan-satuan batuan Formasi Yogyakarta.p. 36-39
Gamping-Wungkal di lapangan sangat susah Samodra, H. 1997. Peta Geologi Rinci Lembar
karena data kedudukan lapisan yang ada tidak Klaten (Bayat) 5119 IV Seri 1725. Pusat
teratur dan susah ditemukan, sehingga untuk Penelitian dan Pengembangan Geologi.
menentukan posisinya berdasarkan hasil Bandung
analisis umur. Surono, Toha, B. Sudarno, I. & Wiryosujono, S.
1992. Peta Geologi Lembar Surakarta-
DAFTAR PUSTAKA Giritontro, Jawa Tengah . Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi. Bandung.
Adams, C.G. 1970. A Reconsideration of The Sumosusatro, S. 1956. A contribution to the
East Indian Letter Classification of The geology of the Eastern Djiwo Hills and
Tertiary. Bulletin of The British Museum Southern range in Central java. Indonesian
(Natural History) Geology. London. H 100- Journal for Natural Science, v.112, h.115-134.
120. S.Umiyatun ch., Jatmiko Setiawan, 2001. The
Bothe, A.Ch.D. 1929. Jiwo Hills and the Southern claystone age of Wungkal Formation based on
Range. Excursion Guide, 4th Pacific Science calcareous nannofossils in Gunung Pendul area,
Congress, Bandung. Bayat Klaten, Central Java. 30th Ann.conv.of
IAGI-1oth GEOSEA, Yogyakarta.

Tabel 1. Distribusi foraminifera besar pada Formasi Gamping-Wungkal Bayat, Klaten.

Nomor Contoh
No
E 01

E 03

E 07

E 09

E 10

E 11

E 12

E 16

E 31

E 35

Spesies

1 Assilina exponens x x x
2 Assilina spira x x x x
3 Assilina sp. x x
4 Asterocyclina penuria x
5 Asterocyclina matanzensis x
6 Asterocyclina sp. x x
7 Discocyclina dispansa x x
8 Discocyclina javana x x x x
9 Discocyclina omphalus x x x x x
10 Discocyclina sp. x x x x
11 Heterostegina sp. x x x x
12 Nummulites djogdjakartae x x x
13 Nummulites javanus x x x x x x x x x
14 Nummulites pengaronensis x
15 Operculinella sp. x
16 Operculina sp. x
17 Pellatispira orbitoidea x
18 Pellatispira sp. x x
19 Spiroclypeus vermicularis x x
5
PROCEEDINGS PIT IAGI RIAU 2006
The 35th IAGI Annual Convention and Exhibition
Pekanbaru - Riau, 21-22 November 2006

Tabel 3. Perbandingan Foraminifera besar, kisaran umur batugamping


Formasi Gamping-Wungkal
Samodra (1997) Siti Umiyatun Ch. & Penelitian ini (2006)
Pontjomojono K. (2003) TG UPN-PSG
Permulaan - Eosen Awal-Oligosen Tengah Eosen Tengah-Eosen Akhir
pertengahan Eosen (Ta-Tc) (Ta3-Tb)
Tengah (Ta)
Assilina spira, 1. Actinocyclina alticostata, 1. Assilina exponens,
Discocyclina 2. Assilina cf.spira, 2. Assilina spira,
javana, 3. Assilina sp., 3. Assilina sp,
Discocyclina 4. Assilina exsponens, 4. Amphistegina sp,.
dispansa, 5. Assilina granulosa, 5. Asterocyclina sp.,
Discocyclina 6. Asterocyclina 6. Asterocyclina penuria,
omphalus, soeroeanensis 7. Asterocyclina
Nummulites 7. Asterocyclina stellaris, matanzensis,
javanus, 8. Asterocyclina stellata, 8. Discocyclina sp.,
Nummulites 9. Discocyclina dispansa, 9. Discocyclina omphalus,
bagelensis 10. Discocyclina javanus, 10. Discocyclina dispansa,
11. Discocyclina sowerbyi, 11. Discocyclina javana,
12. Discocyclina dispansa 12. Heterostegina sp.
13. Discocyclina var.minor, 13. Nummulites
14. Discocyclina sp, djogdjakartae,
15. Nummulites bagelensis, 14. Nummulites javanus,
16. Nummulites 15. Nummulites
djogdjakartae, pengaronensis,
17. Nummulites fichteli, 16. Operculinella sp.,
18. Nummulites javanus, 17. Operculina sp.,
19. Nummulites laevigatus, 18. Pellatispira orbitoidea,
20. Nummulites 19. Pellatispira sp.,
pengaronensis, 20. Spiroclypeus
21. Operculina pyramidum, vermicularis,
22. Operculina
nummulitiformis,
23. Pellatispira

2
PROCEEDINGS PIT IAGI RIAU 2006
The 35th IAGI Annual Convention and Exhibition
Pekanbaru - Riau, 21-22 November 2006

Table 2.

3
PROCEEDINGS PIT IAGI RIAU 2006
The 35th IAGI Annual Convention and Exhibition
Pekanbaru - Riau, 21-22 November 2006

Gambar 1. Lokasi Daerah Penelitian

UMUR FORMASI SATUAN SIMBOL INTRUSI LITOLOGI


BATUAN LITOLOGI
ZAMAN KALA

+ +
OLIGOSEN Intrusi diorit + Intrusi diorit
+ +
+
T E R S I E R

a. Bat ulempung berwarna abu-abu gelap-terang,


keh it aman - merah t erda pat boulder-bou ld er
AKHIR a. Batulempung a bat ugamping foraminif era dan fragmen batuan
c metamorf seperti filit dan sekis, bagian atas berupa
b. Batugamping- b perselingan batulempung gampingan dan batupasir
Gamping-Wungkal foraminifera halus dengan struktur laminasi sejajar.
EOSEN

b. Perselingan batugamping f oraminifera dengan


TENGAH c. Batupasir batulempung-gampingan dan batugamping pasiran.
Batugamping foraminifera berwarna abu-abu terang
sampai gelap, sangat kompak, disusun terutama oleh
foraminifera besar
c. Batupa sir konglome rat an, bat upasir kuarsa,
konglomerat (sebagian berupa boulder-boulder) dan
AWAL setempat serpih

PALEOSEN

Batuan metamorf pra-Tersier : Filit, sekis, gneiss, marmer,


serpentinit
KAPUR

Metamorf
AKHIR pra-Tersier

Gambar 2. Stratigrafi daerah penelitian

4
PROCEEDINGS PIT IAGI RIAU 2006
The 35th IAGI Annual Convention and Exhibition
Pekanbaru - Riau, 21-22 November 2006

Foto a.

5
PROCEEDINGS PIT IAGI RIAU 2006
The 35th IAGI Annual Convention and Exhibition
Pekanbaru - Riau, 21-22 November 2006

Foto b.

6
PROCEEDINGS PIT IAGI RIAU 2006
The 35th IAGI Annual Convention and Exhibition
Pekanbaru - Riau, 21-22 November 2006

Foto c.

Anda mungkin juga menyukai