Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PRAKTIKUM GEOTHERMAL

ACARA 4 : GEOFISIKA GEOTHERMAL

Disusun Oleh :

Tiara Anindya P L

21100120140080

LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK,

GEOTHERMAL, DAN GEOFISIKA

DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

SEPTEMBER 2022
BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 Maksud
• Mengetahui dan memahami komponen system geothermal
• Mengetahui dan memahami tahap dan metode eksplorasi yang digunakan
dalam geothermal
• Menentukan Resistivitas Boundry pada basemap berdasarkan nilai
resistivitas
• Menentukan komponen system geothermal dibawah permukaan
berdasarkan nilai resisitivty dari hasil pengolahan data pada Metode
Magnetotelluric
• Menentukan zona prospek, yaitu 5 titik sumur pengeboran
• Menginterpretasikan komponen system geothermal
1. 2 Tujuan
• Dapat mengetahui dan memahami komponen system geothermal
• Dapat mengetahui dan memahami tahap dan metode eksplorasi yang
digunakan dalam geothermal
• Dapat menentukan Resistivitas Boundry pada basemap berdasarkan nilai
resistivitas
• Dapat menentukan komponen system geothermal dibawah permukaan
berdasarkan nilai resisitivty dari hasil pengolahan data pada Metode
Magnetotelluric
• Dapat menentukan zona prospek, yaitu 5 titik sumur pengeboran
• Dapat menginterpretasikan komponen system geothermal
1. 3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Praktikum Geothermal Acara 4 Geofisika Geothermal yang telah dilaksanakan
pada:
Hari : Senin
Tanggal : 12 September 2022
Pukul : 17.30 WIB – Selesai
Tempat : Ruangan 303 Gedung Pertamina Sukowati (GPS) UNDIP
BAB II

GEOLOGI REGIONAL
2. 1 Geologi
Sorik Marapi ini terdapat di Pulau Sumatera, yaitu Sumatera Utara. Secara
geografi, Sorik Marapi terletak pada 0°41'11.72"LS99°32'13,09" BT.
Sedangkan secara administrasi Gunung ini mencangkup wilayah Desa
Sibanggor Julu, Kecamatan Puncak Sorik Marapi, Kabupaten Mandailing
Natal.

Gambar 1. Peta Geologi Daerah Gunung Sorik Marapi


Pulau Sumatra merupakan bagian Sundaland yang terletak di bagian baratdaya.
Oleh karena itu, teori tentang pembentukan Sumatra tidak terlepas dengan
sejarah pembentukan Sundaland itu sendiri (Darman dan Sidi, 2000). Secara
regional geologi daerah Gunung Sorik Marapi berada di dalam graben
penyabungan yang merupakan bagian dari sesar Sumatra. Gunung Sorik
Marapi berjarak sekitar 15 km ke arah baratlaut dari sesar Sumatra dan
berdekatan dengan busur magmatik yang terbentuk di Pulau Sumatra yaitu
Pegunungan Bukit Barisan. Secara umum geologi daerah Sorik Marapi
tersusun oleh batuan vulkanik Tersier dan batuan Kuarter. Batuan Tersier pada
umumnya berkomposisi andesitik, sedangkan batuan Kuarter pada umumnya
tersusun oleh batuan vulkanik yang berkomposisi dasitik dan batuan sedimen.
2. 2 Morfologi
Morfologi pada daerah Gunung Sorik Marapi sebagai berikut :
a. Satuan Morfologi Pegunungan Terlipat
Terdapat di bagian tenggara, timurlaut dan baratlaut, pola aliran sungai
dendritik, stadia muda-dewasa, 500 - 900 mdpl.
b. Satuan Morfologi Sisa Tubuh Gunungapi
Menempati utara puncak Sorik Marapi, berlereng terjal, 600 – 1200 mdpl.
c. Satuan Morfologi Sisa Lereng Gunungapi Tua
Menempati daerah sebelah barat dan timurlaut puncak, pola aliran sungai
dendritik, lereng terjal, ketinggian 1400 - 1800 mdpl.
d. Satuan Morfologi Aliran Lava dan Kerucut Lava Sorik Marapi Tua
Terletak memanjang arah barat-timur dan lereng terjal bagian barat dan
melandai di bagian timur pola aliran sungai dendritik, stadium muda,
ketinggian 1200 -1600 mdpl.
e. Satuan Morfologi Lereng Sorik Marapi
Terletak memanjang arah timur-barat sepanjang jalan menuju Natal,
lereng sedang, pola aliran sungai radial, stadia muda, ketinggian 1200 –
1600 mdpl.
f. Satuan Morfologi Kerucut Marapi
Menempati bagian dari kerucut Sorik Marapi Muda, bergelombang, lereng
terjal, pola aliran sungai radial, stadia muda, ketinggian 1600 – 2150 mdpl.
g. Satuan Morfologi Dataran Aluvial
Menempati sebelah utara dan timurlaut, relatif datar, dibentuk oleh
endapan aluvial yang dihasilkan dari sungai pada stadia dewasa-tua,
ketinggian 400 - 500 mdpl.
2. 3 Stratigrafi
Daerah Gunung Sorik Marapi terdiri dari tujuh satuan batuan, yang terdiri dari
dua satuan batuan gamping, dua satuan batuan vulkanik, satu satuan batuan
terobosan, satu satuan batuan metamorf dan satu satuan endapan permukaan
(aluvium). Sebagian dari batuan vulkanik tersebut diperkirakan berasal dari
titik erupsi yang berbeda, yaitu Gunung Sirakara yang berumur Tersier, dan
Gunung Sorik Marapi yang berumur Kuarter. Batuan gamping di daerah
penelitian berumur Paleozoikum dan/atau Mesozoikum tak terbedakan
(dipetakan secara tersendiri), sedangkan endapan permukaan terdiri dari
material lepas (satuan alluvium). Stratigrafi satuan batuan secara berurutan dari
tua ke muda adalah Satuan Metamorf (Puku), Satuan Batugamping (Mpu),
Batuan terobosan (Mpip), Anggota Batugamping (Ppsl), Satuan Tuff (Tmv),
Lahar Andesitik dan Breksi Gunungapi (Qvsm), dan Lava Andesit (Qhvsm).
BAB III

DIAGRAM ALIR

Mulai

Siapkan
Bahan Output

Menentukan Komponen Geothermal


Berdasarkan Nilai Resistivitas Batuan pada
Masing – Masing Data Metode Magnetotelluric

Plotting Struktur yang ada pada


Masing – Masing Data Penampang
Metode Magnetotelluric

Menentukan Zona Prospek (Sumur Produksi, Sumur


Observasi atau Sumur Pantau) dengan
Mempertimbangkan Parameter – Paramter yang Ada

Menentukan Zona Resistivity Boundary


Berdasarkan Nilai Resistivitas Cap Rock
pada Basemap
Menginterpretasikan Komponen Geothermal
dan Zona Prospek pada Lapangan Geothermal
Gunung Sorik Marapi Marapi

Menyusun Laporan Mengenai Geofisika


Geothermal Lapangan Geothermal
Gunung Sorik Marapi

Selesai
BAB IV

PEMBAHASAN

4. 1 Interpretasi Komponen Sistem Geothermal di Bawah Permukaan


Berdasarkan Metode Magnetotelluric
a. MT-1

Gambar 1. Hasil Interpretasi Komponen Sistem Geothermal MT-1

Gambar 2. Pembagian Komponen Sistem Geothermal Berdasarkan Nilai Resistivitas


(Lawless & White, 2012)
Pada data penampang MT-1 didapatkan 4 komponen sistem geothermal
yang teridentifikasi berdasarkan klasifikasi rentang nilai resistivitas oleh
Lawless & White (2012). Adapun komponen sistem geothermal yang
teridientifikasi sebagai berikut :
• Cap Rock
Berdasarkan MT-1 dapat diketahui terdapat bagian atau lapisan
batuan yang memiliki nilai resistivitas yang rendah, yaitu berkisar 0 –
10 Ωm yang ditandai dengan warna merah hingga kuning. Menurut
Lawless & White (2012) lapisan tersebut merupakan geothermal
condensate caps and peripheral secondary aquifer (Cap Rock).
Karakteristik dari cap rock sendiri ialah memiliki pororsitas rendah
dan impermeable (sulit mengalirkan fluida). Cap rock pada MT-1
pada dasarnya merupakan batuan yang telah mengalami alterasi
sehingga tersusun dari kumpulan mineral lempung. Maka dari itu,
lapisan ini memiliki porositas dan permeabilitas yang buruk, lapisan
batuan ini berguna sebagai penahan fluida pada reservoir agar tidak
bermigrasi ke permukaan.
• Reservoir
Berdasarkan MT-1 dapat diketahui terdapat bagian atau lapisan
batuan yang memiliki nilai resistivitas yang rendah, yaitu berkisar 10
– 70 Ωm yang ditandai dengan warna hijau tua hingga muda. Menurut
Lawless & White (2012) lapisan tersebut merupakan general sediment
rock (Reservoir Rock). Karakteristik dari reservoir sendiri ialah
memiliki pororsitas dan permeabilitas yang tinggi (dapat mengalirkan
dan menyimpan fluida). Sehingga, lapisan batuan ini berguna sebagai
tempat tersimpannya fluida geothermal. Pada zona reservoir sendiri
terdapat anomali nilai resistivitas yang ditandai dengan kemunculan
warna kuning pada zona reservoir. Anomali tersebut juga dapat
disebabkan oleh 2 kemungkinan, yaitu akibat terjadinya kesalahan
pada saat pengambilan data di lapangan. Ataupun dapat juga
disebabkan oleh peristiwa kaoliniasasi pada lapisan batuan reservoir
itu sendiri.
• Heat Source/Basement Rock Unalterarted
Berdasarkan MT-1 dapat diketahui terdapat bagian atau lapisan
batuan yang memiliki nilai resistivitas yang rendah, yaitu berkisar 70–
500 Ωm yang ditandai dengan warna biru muda hingga tua. Menurut
Lawless & White (2012) lapisan tersebut merupakan unaltereted
plutonic rock (Heat Source). Heat source sendiri ialah batuan yang
belum teralterasi memiliki pororsitas rendah dan permeabilitas buruk
karena Heat Source berasal dari intrusi magma yang massive dan
kompak, serta memiliki suhu yang tinggi, sehingga dapat
memanaskan fluida yang ada di bawah permukaan.
• Impermeabel Rock
Akan tetapi pada MT-1 juga ditemukan batuan impermeable selain
lempung alterasi. Dimana lapisan impermeable tersebut dekat dengan
permukaan yang mana memiliki nilai ressitivitas cukup tinggi, yaitu
berkisar 70 – 150 Ωm yang ditandai dengan warna biru muda hingga
tua di bagian atas. Batuan impermeable tersebut memiliki nilai
resisitivitas yang cukup tinggi maka dapat diinterpretasikan bahwa
lapisan tersebut merupakan lava yang bersifat impermeable. Hal itu
didukung oleh informasi litologi berdasarkan geologi regional daerah
tersebut
• Strong Relict Alteration
Pada MT-1 Strong Relict Alteration yang menurut Lawless & White
(2012) merupakan rock with strong relict alteration. Lapisan ini
memiliki nilai resistivitas 50 - 200 Ωm. Pada lapisan ini memiliki
permeabilitas dan porositas yang buruk atau tidak memiliki, sehingga
lapisan ini tidak dapat menjadi reservoir dan tidak mengalami altarasi
yang sangat kuat karena masih menunjukkan kenampakan batuan
asalnya.
• Struktur Geologi
Pada MT-1 terdapat indikasi struktur. Adanya struktur dicirikan oleh
perbedaan warna yang ada pada lokasi. Selain itu ada nya manisfestasi
geothermal juga mengindikasikan bahwa hal tersebut disebabkan oleh
adanya struktur. Struktur tersebut dapat diinterpretasikan sebagai
sesar normal karena berdasarkan geologi regional yang ada, akibat
pengaruh zona regangan.
b. MT 3

Gambar 3. Hasil Interpretasi Komponen Sistem Geothermal MT-3

Gambar 4. Pembagian Komponen Sistem Geothermal Berdasarkan Nilai Resistivitas


(Lawless & White, 2012)
Pada data penampang MT-3 didapatkan 4 komponen sistem geothermal
yang teridentifikasi berdasarkan klasifikasi rentang nilai resistivitas oleh
Lawless & White (2012). Adapun komponen sistem geothermal yang
teridientifikasi sebagai berikut :
• Cap Rock
Berdasarkan MT-3 dapat diketahui terdapat bagian atau lapisan
batuan yang memiliki nilai resistivitas yang rendah, yaitu berkisar 0 –
10 Ωm yang ditandai dengan warna merah hingga kuning. Menurut
Lawless & White (2012) lapisan tersebut merupakan geothermal
condensate caps and peripheral secondary aquifer (Cap Rock).
Karakteristik dari cap rock sendiri ialah memiliki pororsitas rendah
dan impermeable (sulit mengalirkan fluida). Cap rock pada MT-3
pada dasarnya merupakan batuan yang telah mengalami alterasi
sehingga tersusun dari kumpulan mineral lempung. Maka dari itu,
lapisan ini memiliki porositas dan permeabilitas yang buruk, lapisan
batuan ini berguna sebagai penahan fluida pada reservoir agar tidak
bermigrasi ke permukaan.
• Reservoir
Berdasarkan MT-3 dapat diketahui terdapat bagian atau lapisan
batuan yang memiliki nilai resistivitas yang rendah, yaitu berkisar 10
– 70 Ωm yang ditandai dengan warna hijau tua hingga muda. Menurut
Lawless & White (2012) lapisan tersebut merupakan general sediment
rock (Reservoir Rock). Karakteristik dari reservoir sendiri ialah
memiliki pororsitas dan permeabilitas yang tinggi (dapat mengalirkan
dan menyimpan fluida). Sehingga, lapisan batuan ini berguna sebagai
tempat tersimpannya fluida geothermal. Pada zona reservoir sendiri
terdapat anomali nilai resistivitas yang ditandai dengan kemunculan
warna kuning pada zona reservoir. Anomali tersebut juga dapat
disebabkan oleh 2 kemungkinan, yaitu akibat terjadinya kesalahan
pada saat pengambilan data di lapangan. Ataupun dapat juga
disebabkan oleh peristiwa kaoliniasasi pada lapisan batuan reservoir
itu sendiri.
• Heat Source/Basement Rock Unalterarted
Berdasarkan MT-3 dapat diketahui terdapat bagian atau lapisan
batuan yang memiliki nilai resistivitas yang rendah, yaitu berkisar 70–
500 Ωm yang ditandai dengan warna biru muda hingga tua. Menurut
Lawless & White (2012) lapisan tersebut merupakan unaltereted
plutonic rock (Heat Source). Heat source sendiri ialah batuan yang
belum teralterasi memiliki pororsitas rendah dan permeabilitas buruk
karena Heat Source berasal dari intrusi magma yang massive dan
kompak, serta memiliki suhu yang tinggi, sehingga dapat
memanaskan fluida yang ada di bawah permukaan.
• Impermeabel Rock
Akan tetapi pada MT-3 juga ditemukan batuan impermeable selain
lempung alterasi. Dimana lapisan impermeable tersebut dekat dengan
permukaan yang mana memiliki nilai ressitivitas cukup tinggi, yaitu
berkisar 70 – 150 Ωm yang ditandai dengan warna biru muda hingga
tua di bagian atas. Batuan impermeable tersebut memiliki nilai
resisitivitas yang cukup tinggi maka dapat diinterpretasikan bahwa
lapisan tersebut merupakan lava yang bersifat impermeable. Hal itu
didukung oleh informasi litologi berdasarkan geologi regional daerah
tersebut
• Strong Relict Alteration
Pada MT-3 Strong Relict Alteration yang menurut Lawless & White
(2012) merupakan rock with strong relict alteration. Lapisan ini
memiliki nilai resistivitas 50 - 200 Ωm. Pada lapisan ini memiliki
permeabilitas dan porositas yang buruk atau tidak memiliki, sehingga
lapisan ini tidak dapat menjadi reservoir dan tidak mengalami altarasi
yang sangat kuat karena masih menunjukkan kenampakan batuan
asalnya.
• Struktur Geologi
Pada MT-3 terdapat indikasi struktur. Adanya struktur dicirikan oleh
perbedaan warna yang ada pada lokasi. Selain itu ada nya manisfestasi
geothermal juga mengindikasikan bahwa hal tersebut disebabkan oleh
adanya struktur. Struktur tersebut dapat diinterpretasikan sebagai
sesar normal karena berdasarkan geologi regional yang ada, akibat
pengaruh zona regangan.
c. MT 5

Gambar 5. Hasil Interpretasi Komponen Sistem Geothermal MT-5

Gambar 6. Pembagian Komponen Sistem Geothermal Berdasarkan Nilai Resistivitas


(Lawless & White, 2012)
Pada data penampang MT-5 didapatkan 4 komponen sistem geothermal
yang teridentifikasi berdasarkan klasifikasi rentang nilai resistivitas oleh
Lawless & White (2012). Adapun komponen sistem geothermal yang
teridientifikasi sebagai berikut :
• Cap Rock
Berdasarkan MT-5 dapat diketahui terdapat bagian atau lapisan
batuan yang memiliki nilai resistivitas yang rendah, yaitu berkisar 0 –
10 Ωm yang ditandai dengan warna merah hingga kuning. Menurut
Lawless & White (2012) lapisan tersebut merupakan geothermal
condensate caps and peripheral secondary aquifer (Cap Rock).
Karakteristik dari cap rock sendiri ialah memiliki pororsitas rendah
dan impermeable (sulit mengalirkan fluida). Cap rock pada MT-5
pada dasarnya merupakan batuan yang telah mengalami alterasi
sehingga tersusun dari kumpulan mineral lempung. Maka dari itu,
lapisan ini memiliki porositas dan permeabilitas yang buruk, lapisan
batuan ini berguna sebagai penahan fluida pada reservoir agar tidak
bermigrasi ke permukaan.
• Reservoir
Berdasarkan MT-5 dapat diketahui terdapat bagian atau lapisan
batuan yang memiliki nilai resistivitas yang rendah, yaitu berkisar 10
– 70 Ωm yang ditandai dengan warna hijau tua hingga muda. Menurut
Lawless & White (2012) lapisan tersebut merupakan general sediment
rock (Reservoir Rock). Karakteristik dari reservoir sendiri ialah
memiliki pororsitas dan permeabilitas yang tinggi (dapat mengalirkan
dan menyimpan fluida). Sehingga, lapisan batuan ini berguna sebagai
tempat tersimpannya fluida geothermal. Pada zona reservoir sendiri
terdapat anomali nilai resistivitas yang ditandai dengan kemunculan
warna kuning pada zona reservoir. Anomali tersebut juga dapat
disebabkan oleh 2 kemungkinan, yaitu akibat terjadinya kesalahan
pada saat pengambilan data di lapangan. Ataupun dapat juga
disebabkan oleh peristiwa kaoliniasasi pada lapisan batuan reservoir
itu sendiri.
• Heat Source/Basement Rock Unalterarted
Berdasarkan MT-5 dapat diketahui terdapat bagian atau lapisan
batuan yang memiliki nilai resistivitas yang rendah, yaitu berkisar 70–
500 Ωm yang ditandai dengan warna biru muda hingga tua. Menurut
Lawless & White (2012) lapisan tersebut merupakan unaltereted
plutonic rock (Heat Source). Heat source sendiri ialah batuan yang
belum teralterasi memiliki pororsitas rendah dan permeabilitas buruk
karena Heat Source berasal dari intrusi magma yang massive dan
kompak, serta memiliki suhu yang tinggi, sehingga dapat
memanaskan fluida yang ada di bawah permukaan.
• Strong Relict Alteration
Pada MT-1 Strong Relict Alteration yang menurut Lawless & White
(2012) merupakan rock with strong relict alteration. Lapisan ini
memiliki nilai resistivitas 50 - 200 Ωm. Pada lapisan ini memiliki
permeabilitas dan porositas yang buruk atau tidak memiliki, sehingga
lapisan ini tidak dapat menjadi reservoir dan tidak mengalami altarasi
yang sangat kuat karena masih menunjukkan kenampakan batuan
asalnya.
• Struktur Geologi
Pada MT-1 terdapat indikasi struktur. Adanya struktur dicirikan oleh
perbedaan warna yang ada pada lokasi. Selain itu ada nya manisfestasi
geothermal juga mengindikasikan bahwa hal tersebut disebabkan oleh
adanya struktur. Struktur tersebut dapat diinterpretasikan sebagai
sesar normal karena berdasarkan geologi regional yang ada, akibat
pengaruh zona regangan.
d. MT 7

Gambar 7. Hasil Interpretasi Komponen Sistem Geothermal MT-7

Gambar 8. Pembagian Komponen Sistem Geothermal Berdasarkan Nilai Resistivitas


(Lawless & White, 2012)
Pada data penampang MT-7 didapatkan 4 komponen sistem geothermal
yang teridentifikasi berdasarkan klasifikasi rentang nilai resistivitas oleh
Lawless & White (2012). Adapun komponen sistem geothermal yang
teridientifikasi sebagai berikut :
• Cap Rock
Berdasarkan MT-7 dapat diketahui terdapat bagian atau lapisan
batuan yang memiliki nilai resistivitas yang rendah, yaitu berkisar 0 –
10 Ωm yang ditandai dengan warna merah hingga kuning. Menurut
Lawless & White (2012) lapisan tersebut merupakan geothermal
condensate caps and peripheral secondary aquifer (Cap Rock).
Karakteristik dari cap rock sendiri ialah memiliki pororsitas rendah
dan impermeable (sulit mengalirkan fluida). Cap rock pada MT-7
pada dasarnya merupakan batuan yang telah mengalami alterasi
sehingga tersusun dari kumpulan mineral lempung. Maka dari itu,
lapisan ini memiliki porositas dan permeabilitas yang buruk, lapisan
batuan ini berguna sebagai penahan fluida pada reservoir agar tidak
bermigrasi ke permukaan.
• Reservoir
Berdasarkan MT-7 dapat diketahui terdapat bagian atau lapisan
batuan yang memiliki nilai resistivitas yang rendah, yaitu berkisar 10
– 70 Ωm yang ditandai dengan warna hijau tua hingga muda. Menurut
Lawless & White (2012) lapisan tersebut merupakan general sediment
rock (Reservoir Rock). Karakteristik dari reservoir sendiri ialah
memiliki pororsitas dan permeabilitas yang tinggi (dapat mengalirkan
dan menyimpan fluida). Sehingga, lapisan batuan ini berguna sebagai
tempat tersimpannya fluida geothermal. Pada zona reservoir sendiri
terdapat anomali nilai resistivitas yang ditandai dengan kemunculan
warna kuning pada zona reservoir. Anomali tersebut juga dapat
disebabkan oleh 2 kemungkinan, yaitu akibat terjadinya kesalahan
pada saat pengambilan data di lapangan. Ataupun dapat juga
disebabkan oleh peristiwa kaoliniasasi pada lapisan batuan reservoir
itu sendiri.
• Heat Source/Basement Rock Unalterarted
Berdasarkan MT-7 dapat diketahui terdapat bagian atau lapisan
batuan yang memiliki nilai resistivitas yang rendah, yaitu berkisar 70–
500 Ωm yang ditandai dengan warna biru muda hingga tua. Menurut
Lawless & White (2012) lapisan tersebut merupakan unaltereted
plutonic rock (Heat Source). Heat source sendiri ialah batuan yang
belum teralterasi memiliki pororsitas rendah dan permeabilitas buruk
karena Heat Source berasal dari intrusi magma yang massive dan
kompak, serta memiliki suhu yang tinggi, sehingga dapat
memanaskan fluida yang ada di bawah permukaan.
• Impermeabel Rock
Akan tetapi pada MT-7 juga ditemukan batuan impermeable selain
lempung alterasi. Dimana lapisan impermeable tersebut dekat dengan
permukaan yang mana memiliki nilai ressitivitas cukup tinggi, yaitu
berkisar 70 – 150 Ωm yang ditandai dengan warna biru muda hingga
tua di bagian atas. Batuan impermeable tersebut memiliki nilai
resisitivitas yang cukup tinggi maka dapat diinterpretasikan bahwa
lapisan tersebut merupakan lava yang bersifat impermeable. Hal itu
didukung oleh informasi litologi berdasarkan geologi regional daerah
tersebut
• Strong Relict Alteration
Pada MT-7 Strong Relict Alteration yang menurut Lawless & White
(2012) merupakan rock with strong relict alteration. Lapisan ini
memiliki nilai resistivitas 50 - 200 Ωm. Pada lapisan ini memiliki
permeabilitas dan porositas yang buruk atau tidak memiliki, sehingga
lapisan ini tidak dapat menjadi reservoir dan tidak mengalami altarasi
yang sangat kuat karena masih menunjukkan kenampakan batuan
asalnya.
• Struktur Geologi
Pada MT-7 terdapat indikasi struktur. Adanya struktur dicirikan oleh
perbedaan warna yang ada pada lokasi. Selain itu ada nya manisfestasi
geothermal juga mengindikasikan bahwa hal tersebut disebabkan oleh
adanya struktur. Struktur tersebut dapat diinterpretasikan sebagai
sesar normal karena berdasarkan geologi regional yang ada, akibat
pengaruh zona regangan.
4. 2 Interpretasi Resistivity Boundary

Gambar 10. Resistivity Boundary


Pada dasarnya resistivity boundary merupakan sebuah batas yang dibatas oleh
nilai resistivitas yang rendah, dimana nilai resistivitas yang rendah ini
menunjukkan persebaran cap rock atau clay cap yang merupakan batuan
tudung. Penggambaran resistivity boundary pada peta adalah dengan membuat
batasan terhadap daerah yang memiliki resistivity yang rendah. Daerah dengan
resistivitas rendah menandakan bahwa daerah tersebut telah teralterasi. Pada
daerah ini dinamakan zona yang terkena efek hidrotermal, oleh karena itu
dinamakan sebagai zona prospek geotermal karena pada zona tersebut
mengalami proses alterasi. Pada peta resistivitas boundary dan dari hasil
geokimia juga didapatkan sebaran alterasi yang tampak dipermukaan. Batuan
yang teralterasi ditunjukkan oleh lapisan/zona dengan warna oren-merah yang
memiliki resistivitas rendah. Kaitannya dengan tahap pengembangan daerah
prospek adalah nantinya batas resistivitas ini akan digunakan untuk
memperkecil ruang lingkup eksplorasi pada tahap pengembangan daerah
prospek panasbumi yang akan dilakukan. Pembatasan resistivitas ini juga
berguna apabila pada suatu area prospek geotermal memiliki sumber panas
yang sangat besar, sehingga setelah dilakukan pengukuran MT didapatkan
beberapa sistem yang dapat dibedakan dengan melakukan pembatasan
resistivitas. Sehingga, dengan adanya batas resistivity ini akan sangat
membantu dalam tahap eksplorasi, baik dalam penentuan titik pengeboran dan
lainnya.
4. 3 Interpretasi Zona Prospek (Titik Sumur Pengeboran)
Di dalam menentukan rencana titik pengeboran haruslah disertai dengan
parameter supaya dapat berjalan dengan baik. Contoh parameter yang bisa
digunakan adalah ketebalan sistem geotermal (cap rock), kondisi topografi titik
rencana pengeboran, alokasi dana atau estimasi biaya setiap pengeboran, dan
kondisi lokasi di lapangan. Pada area ini, dilakukan penentuan rencana titik
pengeboran sebanyak 5 titik (Gambar 10). Beberapa pertimbangan yang
diambil untuk menentukan rencana titik pengeboran adalah sebagai berikut.:
• Pada kelima titik sumur yang ada, berada di dalam batas resistivitas yang
telah dibuat sebelumnya, yakni untuk memperkecil daerah eksplorasi
• Pada kelima titik sumur tersebut, berada dekat dengan manifestasi panas
bumi dan aman dari struktur regional yang ada. Selain itu, berada pada cap
rock yang tidak terlalu tebal.
• Pada kelima titik yang ada, sudah merepresentasikan daerah propek panas
bumi yang dilakukan penelitian

Berikut 5 titik sumur prospek yang telah ditentukan :

a. Sumur Produksi MT-1


Berdasarkan analisis komponen sistem geothermal yang telah dilakukan
pada MT-1. Ditentukanlah titik prospek sumur produksi yang mana titik
sumur tersebut sebagai conventional well. Sumur ini berfusngsi untuk
mengeksploitasi sistem geothermal. Sumur ini dibuat dengan kedalaman
yang dalam hingga menembus reservoir agar dapat mengetahui secara luas
mengenai produktivitas sumberdaya dan dapat digunakan sebagai sumur
produksi atau injeksi pada tahap pengembangan (Mackenzie, 2017).
Penentuan titik pengeboran ini berdasarkan beberapa pertimbangan, antara
lain kondisi topografi lokasi pengeboran yang cukup landai sehingga
pengoboran dapat dilakukan dengan efisien, mudah, dan tidak
memerlukan biaya yang sangat mahal. Kemudian caprock dan area zona
reservoir yang luas karena pada kondisi tersebut diinterpretasikan
terkandung fluida geothermal yang melimpah. Selain itu, lokasi dari titik
pengeboran telah dipastikan cukup jauh dari struktur yang berkembang
pada wilayah tersebut. Ditinjau dari seluruh keberadaan komponennya
zona tersebut dapat disebut sebagai zona sweet spot sehingga sangat
prospek untuk dilakukan pengeboran yang bersifat produksi.
b. Sumur Observasi MT-3
Berdasarkan analisis komponen sistem geothermal yang telah dilakukan
pada MT-3. Ditentukanlah titik prospek sumur produksi yang mana titik
sumur tersebut sebagai deep slim hole. Sumur ini berfusngsi untuk
observasi agar dapat mengetahui suhu awal reservoir serrta sebagai sumur
observasi kelayakan untuk prospek dijadikan sebagai sumur produksi atau
tidak. Sumur ini dibuat dengan kedalaman yang sedikit dangkal, tetapi
tatap sedikit menembus reservoir agar dapat mengetahui mengenai
produktivitas sumberdaya. Penentuan titik pengeboran ini berdasarkan
beberapa pertimbangan, antara lain kondisi topografi lokasi pengeboran
yang cukup landai sehingga pengoboran dapat dilakukan dengan efisien
dan mudah. Kemudian caprock yang tipis sehingga biaya pengeboran tidak
terlalu besar untuk tingkat proses observasi. Selain itu, lokasi dari titik
pengeboran telah dipastikan cukup jauh dari struktur yang berkembang
pada wilayah tersebut.
c. Sumur Produksi MT-5
Berdasarkan analisis komponen sistem geothermal yang telah dilakukan
pada MT-5. Ditentukanlah titik prospek sumur produksi yang mana titik
sumur tersebut sebagai conventional well. Sumur ini berfusngsi untuk
mengeksploitasi sistem geothermal. Sumur ini dibuat dengan kedalaman
yang dalam hingga menembus reservoir agar dapat mengetahui secara luas
mengenai produktivitas sumberdaya dan dapat digunakan sebagai sumur
produksi atau injeksi pada tahap pengembangan (Mackenzie, 2017).
Penentuan titik pengeboran ini berdasarkan beberapa pertimbangan, antara
lain kondisi topografi lokasi pengeboran yang cukup landai sehingga
pengoboran dapat dilakukan dengan efisien, mudah, dan tidak
memerlukan biaya yang sangat mahal. Kemudian caprock dan area zona
reservoir yang luas karena pada kondisi tersebut diinterpretasikan
terkandung fluida geothermal yang melimpah. Selain itu, lokasi dari titik
pengeboran telah dipastikan cukup jauh dari struktur yang berkembang
pada wilayah tersebut. Ditinjau dari seluruh keberadaan komponennya
zona tersebut dapat disebut sebagai zona sweet spot sehingga sangat
prospek untuk dilakukan pengeboran yang bersifat produksi.
d. Sumur Pantau MT-5
Berdasarkan analisis komponen sistem geothermal yang telah dilakukan
pada MT-5. Ditentukanlah titik prospek sumur produksi yang mana titik
sumur tersebut sebagai temperature gradient hole. Sumur ini berfungsi
untuk untuk mengetahui temperaturnya serta untuk memvalidasi model
konseptual sistem geothermal di lapangan tersebut.. Sumur ini dibuat
dengan kedalaman yang dangkal. Penentuan titik pengeboran ini
berdasarkan beberapa pertimbangan, antara lain kondisi topografi lokasi
pengeboran yang cukup landai sehingga pengoboran dapat dilakukan
dengan efisien, mudah, dan tidak memerlukan biaya yang sangat mahal.
Selain itu, lokasi dari titik pengeboran telah dipastikan cukup jauh dari
struktur yang berkembang pada wilayah tersebut. Umumnya sumur pantau
ini berada di zona outflow zone serta biasanya sumur pantau ini dekta
dengan salah satu sumur produksi. Agar dapat mengcontrol temperature
sistem geothermalnya.
e. Sumur Produksi MT-7
Berdasarkan analisis komponen sistem geothermal yang telah dilakukan
pada MT-7. Ditentukanlah titik prospek sumur produksi yang mana titik
sumur tersebut sebagai conventional well. Sumur ini berfusngsi untuk
mengeksploitasi sistem geothermal. Sumur ini dibuat dengan kedalaman
yang dalam hingga menembus reservoir agar dapat mengetahui secara luas
mengenai produktivitas sumberdaya dan dapat digunakan sebagai sumur
produksi atau injeksi pada tahap pengembangan (Mackenzie, 2017).
Penentuan titik pengeboran ini berdasarkan beberapa pertimbangan, antara
lain kondisi topografi lokasi pengeboran yang cukup landai sehingga
pengoboran dapat dilakukan dengan efisien, mudah, dan tidak
memerlukan biaya yang sangat mahal. Kemudian caprock dan area zona
reservoir yang luas karena pada kondisi tersebut diinterpretasikan
terkandung fluida geothermal yang melimpah. Selain itu, lokasi dari titik
pengeboran telah dipastikan cukup jauh dari struktur yang berkembang
pada wilayah tersebut. Ditinjau dari seluruh keberadaan komponennya
zona tersebut dapat disebut sebagai zona sweet spot sehingga sangat
prospek untuk dilakukan pengeboran yang bersifat produksi.
BAB V

KESIMPULAN

5. 1 Kesimpulan
• Berdasarkan analisis nilai resistivitas pada MT didapatkan 4 komponen
sistem geothermal bawah permukaan, yaitu ada Cap Rock, Reservoar,
Basement Rock Unalterated (Heat Source) dan Strong Relict Alteration.
Dimana masing - masing lapisan atau komponen tersebut memiliki nilai
resistivas dan cirinya masing-masing. Selain itu, dapat diinterpretasikan
pula batuan impermeable yang ditemukan pada beberapa penampang
MT. Dan ditemukan pula intrusi dangkal dan struktur sesar yang
berkembang.
• Dari hasil delineasi nilai resistivitas rendah didapatkan zona resistivity
boundary. Adapun dilakukan pembuatan resistivity boundary ini adalah
untuk memperkecil ruang lingkup eksplorasi pada tahap pengembangan
daerah prospek panasbumi yang akan dilakukan selanjutmnya. Selain itu,
digunakan pula sebagai zona untuk penenentuan prospek sumur bor.
• Berdasarkan resisitivity boundary dan papara meter – parameter lainnya
didapatkan 5 titik pengeboran sumur, baik itu sumur produksi, sumur
observasi, dan sumur pantau.
5. 2 Saran
Untuk praktikum selanjutnya akan lebih baik mendetailkan penjelasan agar
tidak jadi kesalahpahaman baik itu anatar asisten dan praktikan, maupun
asisten sesama asisten
DAFTAR PUSTAKA

Azizi, H. A., Haryanto, A. D., Hutabarat, J., Muslim, D., Gentana, D., & Hidayat,
R. (2020). Pola aliran panas berdasarkan analisis fluida dan mineral ubahan
di daerah panas bumi sorik marapi, kabupaten mandailing natal, provinsi
sumatra utara. Buletin Sumber Daya Geologi, 15(3), 202-218.

Gleamen, T., Haryanto, A. D., Patonah, A., & Siagian, H. (2020). ALTERASI
HIDROTERMAL DAN TEMPERATUR BAWAH PERMUKAAN PADA
SUMUR TB-03 LAPANGAN PANAS BUMI SMGP DAERAH SORIK
MARAPI, KABUPATEN MANDAILING NATAL, SUMATERA
UTARA. Geoscience Journal, 4(5), 470-477.

Nicholson, K. (1993). Exploration Techniques. In Geothermal Fluids (pp. 141-


149). Springer, Berlin, Heidelberg.

Pasvanoglu, S., Kristmannsdóttir, H., Björnsson, S., & Torfason, H. (1998).


Geochemical study of the Geysir geothermal field in Haukadalur, S-Iceland.
United Nations University.

Simanullang, Y. D., & Kadri, M. KARAKTERISASI STRUKTUR BAWAH


TANAH DI DAERAH POTENSI GEOTHERMAL SORIK MARAPI
KABUPATEN MANDAILING NATAL DENGAN METODE
MAGNETIK. EINSTEIN (e-Journal), 8(2), 48-52.

Tim Asisten Praktikum Geotermal. 2022. Praktikum Geofisika Geothermal.


Departemen Teknik Geologi Universitas Diponegoro.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai