Anda di halaman 1dari 31

BAB II

STRATIGRAFI

2.1 . PENGERTIAN
Stratigrafi adalah ilmu yang mempelajari pemerian perlapisan batuan, khususnya
batuan sediment. Secara luas berarti adalah salah satu cabang ilmu geologi yang membahas
aturan, hubungan dan kejadian batuan di alam dalam ruang dan waktu.

2.2 . KONSEP DASAR STRATIGRASI


a. Superposisi: dalam suatu urutan batuan yang diendapkan, selama belum ada
gangguan maka lapisan yang dibawah berumur lebih tua dari lapisan yang ada di
atasnya.
4 a
d lebih tua dari c
3 b
c lebih tua dari b
2 c
b lebih tua dari a
1 d
b. Horisontalitas: pada awal proses sedimentasi, perlapiasan sediment mempunyai
kedudukkan relative horizontal atau sedikit miring sejajar dengan bidang
pengendapan.

4 1 lebih tua dari 2


3 2 lebih tua dari 3
2 3 lebih tua dari 4
1

c. Original continuity: strata sedimenter yang diendapkan oleh air terbentuk terus
menerus secara lateral dan hanya berakhir secara membaji pada tepian cekungan
pengendapan pada masa cekungan itu terbentuk.

4
3

d. Uniformitariasm: maksudnya proses geologi yang berlangsung/terjadi pada saat ini,


merupakan proses yang bisa dipakai untuk menerangkan proses geologi yang
berlangsung pada saat lampau.
e. Faunal succession: fosil-fosil itu
ß
berbeda menurut umur geologinya.
Fosil-fosil yang terdapat pada formasi ∆
yang berumur lebih tua berbeda dengan
О
fosil-fosil yang terdapat pada formasi
yang berumur lebih muda. □

f. Strata identified by fossils: perlapisan batuan dapat dibedakan satu dengan yang lain,
dengan melihat kandungan fosilnya yang khas. Berguna dalam korelasi.
A A

C B

A C
D
B E
C F

g. Fasies sedimenter: suatu kelompok litologi dengan ciri-ciri yang khas yang
merupakan hasil dari suatu lingkungan pengendapan tertentu. Atau merupakan aspek
fisik, biologis, kimiawi pada sedimen di dalam kesamaan waktu geologi.
Menurut Sandi Stratigrafi Indonesia, fasies sedimenter adalah aspek fisik, biologis,
kimiawi pada sediment di dalam kesamaan waktu geologi.

Kesamaan
waktu F1
geologi F2 F3

h. Law of correlation of facieses: bila tidak ada selang waktu pengendapan dan tidak ada
gangguan, maka dalam satu daur/siklus pengendapan yang dapat dikenal secara
lateral juga merupakan urutan vertikalnya.
Laut

Secara vertikal
menunjukkan ukuran
butiran semakin kasar
bila makin ke atas

i. Rock stratigraphic dan time stratigraphic unit: satuan stratigrafi adalah penggolongan
suatu bataun scara bersistem menjadi satuan-satuan bernama yang bersendikan pada
ciri litologi atau sebagai satuan litostratigrafi, atas dasar waktu terjadinya
(kronostratifigrafi) atau atas dasar kondisi paleontology yang dicirikan
(biostratigrafi)
Batas formasi=
batas satuan
II III
Batas sediment /
seolah-olah batas waktu

III
I I II

 Layer
cake
 geologi


j. Principle of correlation accumulation: sebagian besar dari batuan sediment


diendapkan melalui suatu proses yang disebut proses pertumbuhan kesamping
(lateral accreation)
Pertimbangan:
a. Permukaan pengendapan dari suatu hasil pengendapan umumnya miring.
b. Sedimen terkumpul atau tertumpuk pada permukaan satu dengan lainnya
sebagai satu satuan yang secara genetic berhubungan, terutama oleh proses
pertumbuhan ke samping. Komponen asli sebenarnya/vertikal sifatnya minor.
c. Akumulasi sedimen terjadi searah dengan arus.
d. Penumpukan vertikal dari satuan-satuan tersebut, yang secara genetik
berhubungan. Maka akibat dari pertumpukan perlapisan tersebut yang terjadi
pada suatu genesa yang sama disebut satuan genesa atau genetik unit.
Penumpukan vertikal yang secara genetik dimungkinkan adanya:
- kompaksi
- penurunan cekungan
- keduanya
k. Cross cutting relationship:
- Yang diintrusi lebih tua
daripada yang mengintrusi.
- Yang dipotong lebih tua
daripada yang memotong

2. Struktur diaper
Kalau yang memotong
bersedimen maka tetap yang
dipotong umurnyanya lebih
muda daripada yang
memotong

3. Sand dike
yang dipotong umurnya lebih
muda dari pada yang
memotong

4. pada peta geologi


secara lateral, yang memotong
B B
batuan beku atau batuan
A A
sedimen, maka tetap yang
memotong lebih muda umurnya.
5. Jika yang memotong batuan
metamorf, maka jika metamorfnya B
B
regional, berarti batuan metamorf di A
A
bawah dan jika metamorf kontak,
berarti terletak di atas batuan beku.

2.3 Unsur-unsur stratigrafi


a. Batuan / fisik
1. Tekstur : - ukuran butir
1. sortasi/pemilahan
2. bentuk butir
3. kemas/fabrik
2. komposisi mineral
b. Struktur sedimen/fisik: khas untuk satu proses.
c. Fossil :
4. Plangtonik, untuk penentuan umur.
5. Bentonik, untuk penentuan lingkungan pengendapan.
d. Kimiawi
untuk penentuan lingkungan pengendapan.
Ukuran butir
Kalau pelamparannya secara lateral, cara tranportasinya secara lateral, maka :
Material yang kasar- dekat dengan induk /source
Material yang halus – jauh dari source rock
Tapi menurut stratigrafi:
Ukuran butir kasar – stream team petencenya tinggi/besar, berarti energinya tinggi.
Ukuran butir halus – stream petencenya rendah berarti energinya rendah.
Maka urutan butir – sudah mewakili proses dalam stratigrafi.
Sortasi:
1. Baik – akan seirama pada waktu pengendapan berjalan.
2. Sedang – sudah terjadi perubahan pada waktu pengendapan.
3. Jelek – akibat arus pekat
4. Graded bedding – sortasi baik akibat arus turbid.
5. Fining up ward – pada sediment sungai
Jadi sortasi sangat dipengaruhi oleh adanya proses pengendapan, arus mana yang
mengendapkannya.
Bentuk butir:
1. angular
2. sub angular
3. sub rounded
4. rounded
5. well rounded
Kegunaan dalam stratigrafi:
Rounded – jauh dari source rock
Runcing– dekat dari source rock
ii.ini kalau materialnya tidak koresisten. Misalnya batu lempung dan batu
gamping.
Tapi kalau batuan resisten seperti batu beku dan batu pasir pernyataan tersebut belum
tentu benar. Karena batuan beku mengandung feldspar dan kwarsa, maka kalau lapuk
akan menghasilkan spheroidal weathering. Jadi bentuknya sudha bulat meskipun
jaraknya dekat dari source rock.
Dalam stratigrafi kegunaannya:
1. Runcing: tingkat abrasinya rendah
2. Bulat: tingkat abrasinya tinggi
3. Runcing: tingkat abrasinya rendah, dapat karena sistem pengendapannya atau
arunya atau karena dekat dari source rock dan lain-lain.
Kemas/fabrik
Hubungan antar butir sedimen dalam bataun sedimen
1. matrix supported
- kemas terbuka
- fragmen–tak saling bersinggungan
- matrix
2. grain supported
- kemas tertutup
- fragmen bersinggungan
3. mud stone komposisinya lempung, pasir, lanau, sedikit pasir kasar.
- kemas terbuka
- fragmen
- mud

2.4 Penamaan dan klasifikasi Satuan-satuan stratigrafi


A. Maksud dan Tujuan :
Mengelompokan batuan secara bersistim, berdasarkan sifat-sifat tertentu (sifat batuan,
geologi, waktu terjadinya), untuk memudahkan mengadakan pemerian atau
memberikan keterangan.
B. Satuan
1. Lito stratigrafi: kelompok batuan berdasarkan cirri-ciri fisik dari litologinya.
2. Biostratigrafi: pengelompokan batuan berdasarkan kandungan fosilnya.
3. Kronostratigrafi: pengelompokan batuan berdasarkan waktu terjadinya/ waktu
geologinya.
4. Geokronologi: pengelompokan batuan berdasarkan pada peristiwa geologinya.
Dari keempat satuan stratigrafi yang tidak dapat dipetakan adalah:
geokronologi. Biostratigrafi dapat dipetakan bila ada lithostratigrafi atau ditemukan
dari lithostratigrafi. Kronostratigrafi dapat dipetakan bila ada biostratigrafi atau
ditemukan dari biostratigrafi. Litostratigrafi merupakan dasar dari pembuatan peta
selalu menjadi dasar penting bagi seorang geologis. Geokronologi tak dapat dipetakan
karena yang pertama kali kita lihat di lapangan adalah litologi. Jadi urutan-urutan
dalam pemetaan adalah: lithostratigrafi – biostratigrafi – kronostratigrafi.
C. Sistim Penanaman
- Dalam sandi diakui nama resmi dan tak resmi. Aturan pemakaian resmi dan tak
resmi masing-masing satuan stratigrafi, menganut sendi satuan yang bersangkutan.
Penanaman satuan tak resmi hendaknya jangan mengacaukan yang resmi. ( S.S.I.
Pasal 6 ).
- Untuk satuan stratigrafi di lapangan kita memakai satuan litostratigrafi resmi.
- Satuan litostratigrafi resmi adalah satuan yang memenuhi persyaratan sandi.
- Satuan litostratigrafi tak resmi adalah satuan yang tidak seluruhnya memenuhi
persyaratan sandi.
- Tata nama satuan litostratigrafi resmi memakai mamakai dwi nama untuk tingkat
kelompok, formasi dan anggota dipakai istilah tingkatannya diikuti nama geografis.
- cara penulisannya kedua kata tersebut dimulai huruf besar.
- Nama geografi suatu satan hendaknya terdiri dari satu kata.
- Untuk menghindari duplikasi, nama geografi yang telah dipakai untuk nama suatu
satuan litostratigrafi resmi tidak boleh dipergunakan untuk nama satuan
litostratigrafi tak resmi (yang lain), baik yang sama ataupun berbeda tingkatnya.
D. Batas dan penyebaran satuan (S. S. I. Pasal 17).
- Batas satuan litostratigrafi ialah sentuhan antara dua satuan yang berlainan ciri
litologinya, yang dijadikan dasar pembedaan kedua satuan tersebut.
- Batas satuan ditempatkan pada bidang yang nyata perbahan litologinya atau dalam
hal perubahan tersebut tidak nyata, batasnya merupakan bidang yang diperkirakan
kedudukannya (batas arbitrer).
- Satuan-satuan yang berangsur berubah atau menjari-jemari, peralihannya dapat
dipisahkan sebagai satuan tersendiri apabila memenuhi persyaratan sandi.
- Penyebaran satu-satuan litosratigrafi semata-mata ditentukan oleh lanjutan gejala-
gejala litologi yang menjadi cirinya.
- Dari segi praktis, pnyebaran satuan litostatigrafi dibatasi oleh batas cekungan
pengendapan atau aspek geologi lain.
- Batas-batas daerah hukum tidak boleh dipergunakan sebagai alas an berakhirnya
penyebaran lateral suatu satuan.

2.5 Stratigrafi Unit


Klasifikasi dari stratigrafi unit:
a. rock – stratigrafi (litosratigrafi) unit.
b. biostratigrafi unit.
c. time – stratigraphie (kronostratigrafi) unit.
d. Ecostratigraphie (ecokronologi) unit.

a. litostratigrafi unit.
Pembagian litosratigrafi dimaksudkan untuk menggolongkan lapisan-lapisan batuan
dibumi secara bersistim menjadi satuan-satuan bernama yang bersendi pada cirri-ciri
litologi.
Dalam satuan lithosratigrafi penentuan satuan-satuan didasarkan pada gejala-gejala
batuan yang dapat diamati di lapangan. Penentuan batas penyebaran tidak tergantung
batas waktu.
b. Biostratigrafi unit.
Satuan biostratigrafi adalah tubuh lapisan batuan yang dipersatukan berdasarkan
kandungan fosil atau cirri-ciri paleontologi sebagai sendi pembeda dari pada tubuh
batuan sekitar.
Pembagian biostratigrafi dimaksud untuk menggolongkan lapisan-lapisan batuan
dibumi secara bersistim menjadi satuan bernama berdasar kandungan dan penyebaran
fosil.
 Tingkat dan jenis satuan biostratigrafi.
 zona ialah satuan berdasar biostratigrafi.
 zona ialah suatu lapisan atau tubuh lapisan batuan yang dicirikan oleh satu takson
fosil atau lebih.
 urutan tingkat satuan biostratigrafi resmi, masing-masing dari besar, sampai kecil
ialah :
 super-zona.
 zona
 sub zona
 zonula
 Berdasarkan cirri paleontologi yang dijadikan sendi satuan biostratigrafi
dibedakan : zona kisaran, zona puncak, dan zona selang. ( S. S. I. Pasal 26 ).
c. Kronostratigrafi unit.
Pembagian kronostratigrafi ialah penggolongan lapisan batuan secara bersistim
menjadi satuan bernama berdasarkan waktu terjadinya. pembagian ini merupakan
kerangka untuk menyusun urutan peristiwa geologi. Satuan kronostratigrafi ialah
suatu tubuh lapisan batuan yang terbentuk dalam satuan waktu geologi tertentu.(S. S.
I. Pasal 33 ).

Hubungan kronostratigrafi dan geokronologi.


Bagi setiap satuan kronostratigrafi terdapat satuan.
Geokronologi bandingan :
1. eonoten dengan kurun.
2. Eratem dengan masa.
3. Sistim dengan zaman.
4. Seri dengan kala.
5. Jenjang dengan umur.
Tingkat-tingkat satuan kronostratigrafi.
1. Urutan tingkat satuan kronostratigrafi resmi, masing-masing dari besar sampai
kecil ialah : eonetem, eratem, sistem, seri, jenjang. Satuan ini dapat diberi awalan
” super “ bila tingkatannya dianggap lebih tinggi dari pada satuan tertentu, tetapi
lebih rendah dari satuan lebih besar berikutnya. Dalam hal sebaliknya awalan yang
dipergunakan adalah “sub’.
2. Sistem ialah satuan dasar dalam pembagian kronostratigrai.
Penyebaran satuan kronostratigrafi.
1. Kelanjutan suatu satuan kronostratigrafi dari stratotipe hanya mungkin, bila
terdapat bukti-bukti akan adanya kesamaan waktu.
( S. S. I. Pasal 42 ).
d. Geokronologi unit.
Satuan geokronologi ialah pembagian waktu berdasarkan peristiwa geologi. Cara
penentuannya didasarkan atas gejala yang terekam pada batuan dan karenanya bukan
merupakan satuan lahiriah.
( S. S. I. Pasal 42 ).
Tingkat satuan geokronologi dari yang besar ke kecil adalah :
- kurun
- masa
- zaman
- kala
- umur.

Skala waktu geologi.


Kurun Masa Zaman Kala Juta tahun
Holozen
Kwarter
Miosen
Pleosen
Neogen*)
Kenozoikum Miosen
Tersier Oligosen
Paleogen Eosen
Paleosen
Kapur
Fanerozoikum
Mezosoikum Jura
Trias
Palem
Karbon
D
Paleozoikum
S
D
K
K Arkeozoikum
2.6 . Hubungan Stratigrafi
Yang kita maksud disini adalah hubungan tegak – superposisi yang menyangkut 2 hal:
- batuan
- waktu ( pada hakekatnya urist ).
Dalam proses geologi pada waktu yang sama dapat terjadi beberapa proses / kejadian
yang berbeda.

Lokasi A Lokasi B
A A
Tak selaras
(unconformity)
B B

C C

D D

Gambar
Hiatus : - pada proses sedimentasi ada waktu yang tak terwakili.
- waktu yang hilang karena erosi.
A. Unconformiable dan uncorformity.
Selalu diketahui / diwakili oleh bidang erosi, tapi bidang erosi tidak selalu merupakan
bidang unconformity.
Ada peloncatan batuan.
Bidang erosi dalam unconformity: harus ada waktu yang hilang / waktu yang tak
terwakili. Pada proses sedimentasi karena adanya faktor erosi.
Unconformity terjadi karena:
- Karena adanya frutalil, yaitu pada endapan kekar yang besar mengalami desikasi /
kompaksi maka air akan keluar, dan timbul aliran di atas kekar tersebut, aliran ini
disebut: fluviatil.
- Fluviatil: mengerosi, mendeposisi gravel-gravel, begitu seterusnya. Bidang
erosi ini bukan merupakan bidang unconformity.
- Unconformity: harus menyangkut waktu geologi yang tak terwakili oleh proses
sedimentasi.
Unconformity diketahui al:
- Dengan melihat fosilnya, sehingga diketahui umurnya masing-masing, lapisan
batuan, menurut waktu geologi.
- Dilihat urutan batuannya, yang selaras umumnya gradual/bergradasi, yang tak
selaras biasanya tak bergradasi misalnya: di bawah batuan gamping yang di
atasnya batu lempung/breksi/konglo: ini jelas tak selaras. Umumnya batu
gamping dekat dengan napal.
Tidak selaras:

Diasterm: ketidakselarasan yang sifatnya local


B. Lithosome
Lithosome adalah suatu massa batuan yang mempunyai litologi yang sama atau uniform.
Jadi satu satuan stratigrafi /lithostratigraphi bisa terdiri dari satu atau lebih lithosome.
Satuan napal identik
dengan dua lithesome

Satuan batu gamping


identik dengan satu
lithesome
Berdasarkan hubungannya lithosome:
a. Lateral
Satuan napal identik dengan
satu lithosome
Konglomerat Pasir Lempung Napal
Satuan batu gamping identik Konglomerat Pasir

dengan satu lithosome


Konglomerat Pasir Lempung
Pasiran Lempungan

Ciri-ciri knampakan di lap. Interfingering


 Di strike saling memtong bidang perlapisan.
 Dua satuan batuan mempunyai umur relatif sama
Ciri-ciri kenampkan ketidakselarasana di lap.
 Adanya perbedaaan Dip dan Strike perlapisan secara menyolok pada bagian kontak.
 Adanya basalt konglomerat: suatu konglomerat yang fragmennya ada hasil rombakan
dari batuan yang tua dan diendapkan tepat di atas bidang ketidakselarasan.
 Secara stratigrai/profil tegak dapat dikenal dengan melihat urutan sedimentasinya
dengan facies yang sangat mencolok.

2.7 . Cara penentuan umur satuan batuan


Penentuan umur dari suatu lapisan batuan dapat dilakukan dengan beebrapa cara:
a. Dengan fosil yang terkandung pada batuan tersebut.
Fosil-fosil sebagai penentu umur adalah fosil foraminiera kecil baik bentonik maupun
plangtonik juga dapat dengan foraminifera besar.
Tabel yang digunakan adalah:
- Tabel penciri umur dengan foraminifera kecil oleh Postuma (1971) dan Blow
(1969).
- Tabel foraminifera besar yang dipelopori oleh Van der Vlark juga dengan
penyebaran fosil flora ataupun veterbrata.
b. Dengan cara korelasi yaitu menghubungkan suatu satuan dengan satuan yang lain
yang mempunyai kesamaan waktu. Batuan yang sudah diketahui umurnya dipakai
untuk korelasi.
c. Dengan kesebandingan yaitu dengan menghubungkan antara satuan-satuan stratigrafi
tanpa mempertimbangkan kesamaan waktu. Prinsipnya menyebandingkan satu satuan
dengan satuan lain yang sudah diketahui umurnya berdasarkan kesamaan cirri-ciri
litologinya.
Korelasi : mencari tingkat/derajat kesamaan/ekivalensi dari satuan-satuan
stratigrafi yang dibandingkan.
Dasar korelasi: waktu geologi ------- tingkat kesamaan
Fisible --------------- kesebandingan
(Sandi Stratigrafi Indonesia)
Korelasi dilakukan bila sudah diadakan klasifikasi satuan batuan yang ada dan sudah
disusun kolom stratigrafi.
Korelasi fisik:
- Digunakan untuk mengetahui derajat ekivalensi litologi dan umur, dipakai
korelais jarak pendek dan jarak sdang.
- Titik tolak korelasinya adalah litologi dan waktu.
- Menyangkut kesamaan litologi
- Kemungkinan kesamaan dari kedua satuan batuan yang dikorelasikan,
merupakan suatu hubungan dari singkapan yang sama.
- Mencari apakah kedua satuan yang dikorelasikan berada pada posisi stratigrafi
yang sama.
- Mencari hubungan dari kedua satuan batuan yang dikorelasikan dengan jalan
melihat apakah kedua satuan mempunyai variasi litologi yang teratur atau
sama.
- Mencari apakah kedua satuan yang dibandingkan /dikorelasikan mempunyai
sifat kestabilan yang sama.
- Mencari apakah kedua satuan tersebut terletak pada bidang ketidakselarasana
regional.

Korelasi palontologi
- Titik tolak korelasi adalah fosil dan waktu
- Untuk mengetahui derajat ekivalensi biologis/fosil dan umur
- Dapat dipakai korelai jarak pendek, sedang dan jauh, dan dalam beberapa hal
sangat jauh.
- Karena fosil mempunyai pelamaparan lateral yang cukup luas dan tak akan
mengalami perubahan dipakai jarak jauh.
- Fosil yang digunakan adalah fosil indeks
- Fosil indeks adalah merupakan:
 Fosil yang dianggap mempunyai arti dalam penetapan umur dari batuan
yang mengandungnya dengan syarat :
 Mudah dikenal/dibedakan dengan fosil lain
 Mempunyai enyebaran vertikal pendek
 Mempunyai penyebaran lateral luas
 Biasa mengadaptasikan diri pada lingkungan yang berbeda.
- Dengan memperhatikan kesamaan paleonologi metode ini dipakai bila tak
diketemukan fosil indeks.
- Tingkat kesamaan korelasi palentologis ≥ 40%, sudah dianggap baik karena
organisme untuk dapat menjadi fosil cukup sulit.
- Fosil harus in situ yang masih utuh
- Dengan menggunakan posisi statigrafi dari kedua satuan yang dikorelasikan.
Zonasi biostratigrafi misalnya: foraminifera plantonik mempunyai penyebaran
luas.
- Dengan menggunakan sifat pengembangan evolusi dari fosil yang terkandung
dalam satuan stratigrafi yang kita korelasikan.
- Untuk melakukan korelasi paleontologis harus mengetahui key bed yaitu lapian
yang menunjukan adanya kesamaan waktu/kesamaan umur, bisa berupa fosil
indeks tuff/lapisan tipis lignit.

2.8 Proses Stratigrafi


a. Proses beraturan/pola tegangan
b. Proses tidak beraturan
Proses beraturan/ pola tegangan dikenal ada 4 macam:
 Regresi : laut turun
 Transgresi : laut naik
 Geosiklin
 Eustatite
Regresi dan transgrsi dictuskan berdasarkan observasi: didasarkan obrvasi model,
dengan cara diasumsikan dengan hasil observasi.
Observasi dipakai sebagai dasar penentuan lingkungan pengendapan.
- Transgresi – darat – transisi – laut
- Regresi – laut – transisi – darat
Dimensinya sama ribuan meter dan tak terdapat gap waktu.
Transgrsi/regresi disebabkan oleh:
Kemungkinannya:
 darat naik atau turun
 laut turun/naik
 perubahan eustatic
 influx sedimen
Transgresi / laut naik
Kita tidak perlu tinjau dulu apa yang menyebakan air laut tersebut naik.
Sequence/urutan trangresi, syarat utama:
1. Rd lebih besar Rp
2. Rd: kecepatan deposisi
3. Rp: kecepatan pengendapan.
Laut turun/darat naik/regresi
Sequence regresi, syarat utama :
1. Rd lebih kecil Rp
2. Rd : kecepatan deposisi
3. Rp : kecepatan Pengendapan
Influx sediment sangat besar, jadi syarat/kemungkinan yang menyebabkan transgresi:
 influx sediment kecil: maka air laut tetap
 darat turun/laut naik
 Rd lebih besar Rp, batas facies condong ke arah darat.
Syarat proses yang menyebabkan regresi:
 Influx sediment sangat besar;
 Cekungan naik laut turun
 Rd lebih kecil Rp, batas facies condong kea rah laut.
Endapan delta -------------squence regresi
Proses regresi: garis pantai mundur ke arah laut akibat adanya qstatic balance. Akibat
adanya erosi yang sangat besar dan akhirnya diendapkan. Transgresi dan regresi bisa
dikatakan akibat adanya eustatic.
a1 dan a2 lebih cepat dari b sehingga proses seimen juga bear.
Jadi transgresi/regresi suatu proses keseimbangan dari pola eustatik, kalau ada yang
naik tentu ada yang turun.
Jadi trangresi dan regresi merupakan suatu pola dari konsep geosiklin dan bukan
termasuk dalam definisi dari geosiklin.
 Geosiklin
- Ortho geosiklin :
 Miogeosiklin, bersifat kurang aktif, tak ada pengaruh folkanik.
 Eugeosiklin, bersifat aktif, ada pengaruh volkanik
- Parageosiklin adalah geosiklin yang letaknya ada diantara dua benua atau dalam
benua itu sendiri, tapi tak aktif.
Macamanya:
 Exco Geosiklin
 Anto geosiklin
 Zengo geosiklin
Baik para geosiklin dan ortho geosiklin dikaitkan dengan waktu.
 Geosiklin: suatu cekungan sediemntasi yang selama proses sedimentasi dipengaruhi
oleh tektonik yang labil.
 Konsep geosiklin yang sebnarnya / umumnya, tak dikaitkan dengan suatu lokasi
tertentu, yaitu defenisi di atas.
 Kalau geosiklin yang didasarkan atas dasar lokasi tertentu seperti di atas, banyak
maamnya/bersifat individu.
 Dalam konsep geosiklin sebenarnya Trasngresi dan Regrsi dalam model tak
tercerminkan.
 Geosiklin : ………..observasi pada pegunungan perlipatan.
Erosi -------- gaya compresi --------erosi
Karena adanya kompresi tersebut dan makin tebalnya lapisan tersebut, maka kaan
terbentuk perlipatan.

Pg. Perlipatan
Sed transport ------------ sed tarsport
Karena makin dalamnya cekungan sehingga akhirnya
suhu naik dan terjadilah melting magma/ pelelehan
endapan tadi. Terbentuklah magma.
 Geosiklin ditinjau dari teori plate tektonik
Adalah merupakan tumbukan sedimen yang berbentuk prisma panjang yang
diendapkan pada daerah amblesan (subsiding region).
 Mio geosiklin: lebih stabil daripada eugeosiklin, karena kedudukan eugeosiklin tidak
terletak di atas keak benua. Continental palte, terhadap tektonik. Gerak-gerakan yang
timbul:
Gerakan lempeng:
 Saling menjauhi
 Saling mendekati/bergeser.
 Saling mendekati/bertabrak
 Basin : tektonik basin, sediemntasi basin
 Pad atrenac: turbidit, eugeosiklin, pada cekungan dalam lime stone, miogeosiklin.
 Pond deposit, endapan laut dalam yang mengisi cela-cela bagian bawah.
 Oliotho strome adalah indeks dari pond deposit, fragmennya disebut oliostolith
yang mengandung malange/tak teratur.
 Malange, matriksnya/fragmennya bersisik, seperti clay dan salty.
 Kesimpulan geosiklin plate tektonik
Hypotea geosiklin:
Geosiklin yang terjadi pada wkatu dulu juga terlihat pada waktu sekarang / masih
berlangsung, hal ini dapat dilihat pada teori plate tektonik yang sekarang masih dalam
proses pembentukannya, ditepi benua dan tepian ini merupakan interkasi antara tepian
benua dengan jalur penunjaman.
Amerika utara dan Afrika saling menjauhi. Hal ini dapat diterangkan sebagai berikut:
Continenltal plate dan oceanic plate terbelah di atas actionafer, yang selalu bergerak
maka oceanic plate dan contineltal plate juga selalu labil: subsident, sedang bagaimana
terjadinya subident sampai saat ini belum bisa diterangkan.
Geosiklin dengan jalur pegunungan selatan bukan karena sebab akibat tetapi karena
letak dan kedudukan. Sebab geoiklin terletak ditepian benua dan merupakan jalur
interaksi pertemuan benua.

2.9 . Metode pengukuran ketebalan


Cara-cara mengukur penampang stratigrafi banyak sekali ragamnya. Salah satu
cara yang sering diterapkaan di lapangan yaitu pengukuran dengan memakai pita ukur
dan kompas.
Metode ini diterapkan terhadap singkapan yang menerus atau sejumlah singkapan
yang dapat disusun menjai satu penampang. Pengukuran ini sebaiknya dilakukan
sekurang-kurangnya dua orang, dimana tiap orang memegang ujung pita ukuran.
Sebaiknya diusahakan agar pengukurna terletak tegak lurus pada jurus lapian untuk
menghindari koreksi-koreksi yang rumit.
Untuk menghitung tebal satuan-satuan litologi disini hanya dibahas tiga maam
kedudukan perlapisan, yaitu:
1. lapisan miring dengan slope = 00 (daerah-darah datar)
2. lapisan miring dengan slope >0o (mendaki)
3. Lapisan miring dengan slope < 0o (menurun)
a. Pengukuran pada daerah datar (slope=00)
1. Arah pengukuran  jurus lapisan
2. Arah pengukuran tidak  jurusan lapisan, arah ini diperlihatkan oleh garis A,C, B
(gambar).

B B’
A B

2
2’ 1 d 2
C
d θ dip
d1
1 1’

A A’
Koreksi dilakukan sebagai berikut:
t = d sin θ
dimana:
d = jarak terukur
t = tebal lapisan
θ = dip
koreksi dalam hal ini:
d=d1 sin θ ; d1 adalah jarak terukur dalam arah yang tidak  jurus
θ=sudut antara garis yang  jurus dengan arah pengukuran
d=jarak (dihitung) dalam arah yang  jurus
Tebal dihitung: t=d sin θ
b. Pengukuran pada daerah lereng
1. Pengukuran dilakukan dalam arah yang  jurus dalam hal ini t = d sin (dip + lope)
2. Pengukuran dilakukan dalam arah yang tidak  jurus
Arah ini diperlihatkan oleh garis A, C, B seperti pada gambar ini.
B B’

2’ C’
2 B
d 2
d d1
d
1 1’ 1 θ=slope
A’ A dip
A

Pengukuran ini dilakukan dalam arah tidak  jurus, harsu diadakan koreksi,
sebagai berikut:
d = d1 cos ; dimana
d1 = jarak terukur dalam arah yang tidak  jurus.
d = jarak dihitung drai arah yang  jurus
 = udut antara arah pengukuran dan garsi yang jurus.
Kemudian
t = d sin (dip +slope)
t = tebal
d = jarak dihitung dari arah yang  jurus
slope = kemiringan lereng dalam arah  jurus.
c. Pengukuran pada dearah lereng
1. Pengukuran dilakuakn dalam arah yang  jurus
Dalam hal ini, t = d sin (dip – slope)
t = tebal lapisan
d = jarak terukur dalam arah jurus (strike)

1 dip slope
d
2
t
2. Pengukuran dilakukan dalam arah yang tidak  jurus. Dalam hal ini, kita harus
melakukan koreksi sebagai berikut:
d = d1 cos 
d = jarak dihitung dalam arah yang  jurus
d1 = jarak terukur dalam arah yang tidak  jurus
 = sudut antara arah pengukuran dan arah yang jurus.,
kemudian , t = d sin (dip – slope)
B B’
2 2’
d1
d d
1 1’

A
A’

apabila pengukuran dilakukan pada arah yang tidak jurus, semua perhitungan
harus dikembalikan kea rah  jurus.

2.10. Pengelopokan Satuan Batuan


Uraian :
a. satuan : dipakai nama satuan yang umum.
b. Nama batuan utama penyusun satuan dipakai nama lapangan yang umum dari batuan
seperti daftar dibawah ini :
Nama Batuan Sebagai campuran
Konglomerat Konglomeratan
Breksi Breksian
Aglomerat Aglomeratan
Batu pasir Batu pasiran
Tuff Tuffan
Batu lanau Batulanauan
Serpih Serpihan
Lempung Lempungan
Napal Napalan
Gamping Gampingan
Dolomite Dolomitan
Batubara Batubaraan
Karbon Karbonan
Kerik Kersikan

c. Campuran bataun dapat dinyatakan sebagai adjektif di belakang nama batuan utama.
Contoh : batupasir napalan

2.11. Lingkungan Pengendapan


a. Gambaran umum
Lingkungan pengndapan adalah suatu tempat dimana sediment diendapakan
dan terakumulasi, yang mempunyai kondisi fisi, kimiawi dan biologis yang
mencirikan keadaan khas temat pngendapan. (Rigby 1972)

b. Faktor-faktor dalam merekonstruksi lingkungan pengendapanan


1. data yang dihadapi haru dapat dipercaya
2. memakai prinsip geologi “uniformitarism” yaitu suatu lingkungan
pengendapan masa purba mempunyai ekivalensi dengan lingkungan
pengendapan masyarakat sekarang, tetapi kesbandingan ini tidak
relative sama, jadi dengan mempelajari aspek-aspek lingkungan
pengendapan masa sekarang dapat dipakai untuk merekonstrksi
lingkungan pengenapan purba.
3. cara pendekatan harus dari berbagai segi, misalnya dari segi fiis,
biologis dan kimiawi.
4. Pertimbanagn terhadap nilai atau arti dari indicator-indikator
stratigrafis ayitu suatu kenampakan tertentu misalnya agregasi fosil,
struktur sediment dan jenis-jenis batuan tertentu yang sudha
diketahui bagaimana bentuknya.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi lingkungan pengendapan (Rigby dan
Hamblin,1972).
Faktor fisis
1. kenampakan perlapisan dan macam kontak dengan lapisan di atas
maupun dibawahnya.
2. Tekstur batuan edimen
3. Struktur primer bataun sediment
4. Orientasi besar butir secara umum
5. Ciri khas lain seperti: flute cast, asimetri ripple mark dsb.
faktor kimiawi
1. komposisi batuan, seperti adanya evaporasi
2. kandungan mineral-mineral penyusun batuan, misalnya mineral
authigenic yang dapat dpakai untuk penunjuk lingkungan
pengendapan.
faktor biologis
1. kandungan total flora dan fauna serta kelimpahannya.
2. kemungkinan adanya perpindahan dan pencampuran kimia, cirri-ciri
dari fosil yang ada. Mialnya : foraminifera bentonik dapat
menunjukan kealaman laut dan fosil-fosil yang khas untuk masing-
masing lingkungan pengendapan.

d. Klasifikasi lingkungan pengendapan


TWENHOFEL 1950 KRUMBEN DAN SLOSS 1963
I. Darat I. Darat
a. Terestrial a. Terestrial
1. gurun 1. gurun
2. es 2. es
b. Aqueous: c. Aqueous:
1. fluvial/sungai 1. fluvial/sungai
3. piedmont
4. lembah
2. paludal/rawa 2. paludal/rawa
5. rawa danau
6. rawa ungai
7. dataran rawa
8. parallic swamp
3. lakustrin/danau 3. lakustrin/danau
9. danau air tawar
10. danau air garam
4. speleon/gua 4. speleon/gua
II. Darat dan Laut II Darat dan Laut
a. Litoral a. Litoral
b. Delta b. Delta
c. Lagune c. Lagune
d. Stuarin
II Laut III Laut
a. Neritik a. Neritik
b. Bathyal b. Bathyal
c. Abysal c. Abysal

A. Lingkungan Pengendapan Gurun


Endapan terbentuk oleh aktifitas angin, sungai temporer atau pada paya-paya.
Kemungkinan terdapat endapan evaporit seperti : anhidrit dan gypsum.
Material : pasir, lanau, lempung, juga terdapat desert polish dan sisipan garam
(bukan karena angina).
Ukuran pebble – boulder.
Warna bervariasi, umumnya putih dna abu-abu.
Struktur : cross bedding dna current ripple mark.
Bentuk lentikuler (lensa).
Sortasi : baik
Energi : mekanis (angina) – thermal (sungai temporerer)
Fosil : kalau ada fosil tanaman saja.
B. Lingkungan Pengendapan es
Endapan terbentuk oleh aktifitas glasiasi, karena pncairan es.
Material : variasi dari sangat besar sampai halus.
Sortasi : jelek, konglomerat, breksi dan varve.
Energi : mekanis yaitu gerakan es, aliran air dan es yang mencair.
Fosil : flora dan fauna iklim dingin, binatang darat iklum dingin.
C. Lingkungan pengendapan sungai/Fluvival
Endapan terbrntuk oleh aktivitas sungai, bentuk umum linear (memanjang).
Material ; sediment klastik, dari hulu ke hilir ukuran butir kasar sampai halus.
Struktur : loada cast, flute cat, mud crack, slump struktur, laminai dan cross bedding.
Sortasi : jelek
Energi : fisis, membentuk sand bar
Fosil : fosil darat, air tawar, gastropoda air tawar.
D. Lingkungan pengenapan rawa
Karakteristik endapan rawa terlihat dari beberapa aspek yang dimilikinya; aspek
phisis, biologis dan kimiawi.
Aspek fisis:
1. Energi mekanis yang bekerja pada liangkungan ini lebih kecil dibanding
dengan energi kimiawi dan ermal yang terjadi.
2. Material yang ada pada rawa pantai : pasir dan lamun, dimana semakin ke
tengah ukuran butir semakin kecil/halus.
Lapisan titpis lempung yang ada di atas lapisan batubara, biasanya berbentuk
lensa yang kadang-kadang memperlihatkan adnaya laminasi (Bateman, 1951).
Adanya pengaruh arus dalam wara sungai menyebabkan perlapisan dari
lempung, lanau dan pasir. Kadang kala dijumpai adanya mud crack.
3. Endapan oksida besi dalam rawa air tawar biasnaya tipis, umumnya
mempunyai struktur konkresi.
4. Noduk siderite kadnag-kadnag melimpah dalam rawa dan membentuk
perlapisan, terutama pada rawa yang pengalirannya jelek. Adanya batubara
kadang-kadang dapat dipakai sebagai tanda adanay ketidakselarasan (bateman,
1951).
Aspek kimiawi:
1. Komposisi batuan yang mum dalam endapan rawa adalah dari unsur organik
yang relative murni, misalnya : peat yang sebagian besar merupakan
autochtone peats, batu lempung dan batu lanau. Menurut Scholl (1963) batuan
yang terdapat pada rawa pantai adalah batu gamping, batu pasir dan batu bara.
Menurut Ho & Coleman (1969) bebrapa campuran mineral organik dapat
merupakan mineral-mineral yang sukar larut seperti pyrite, siderite dan kalsit.
2. Suasana okidatif dari rawa akan menghailakn oksida besi dan oksida Mn, juga
phosphor dan silica dalam jumlah relative besar.
3. Air di dalam rawa laut mengandung sulfat dalam jumlah relatfi besar (suasana
lebih reduktif). (Twenhofel, 1950).
Aspek Biologis:
1. Pada rawa keadaan biologisnya sangat kompleks, debris dari tumbuhan
mendominir endapan rawa.
2. Fosil mikro yang mungkin terdapat dalam rawa air tawar: serbuk sari, biji-
bijian dan bunga karang, pelecypoda, ostrocoda dan sisa dari organisme kecil.

E. Lingkungan Pengendapan danau


Danau termasuk dalam lingkungan pengendapan darat yang berair (aquqeous),
dimana sifat-sifat endapannya sangat dipengaruhi oleh kondisi phisis, kimia dna
biologis.

Kondisi fisis :
Yang bekerja terutama gelombang dan aru, sedang afktor anas berpengrauh di
daerah yang beriklim kering. Di dalam lingkungan ini terdapat batuan yang berukyran
kerikil (gravel) sampai lempung. Struktur sedimen yang khas antara lain : laminasi,
varve dan mud crac.
Kondisi kimiawi
Terutama dijumpai batuan napal, batu pasir, kerikil, batu lempung dan serpih.
Adapaula endapan evaporit yang didapatkan di daerah gurun/ danau playa. Pada
endapan ini terdapat mineral-mineral karbonat, limonit, peat (gambut)sisa-sisa
organisme yang berbentuk saprophyte.
Kondisi Biologis
Ditunjukan oleh adanya fosil-fosil pollen yang melimpah, pelecypoda,
gastropodam diatome dan sisa-sisa ikan.
F. Lingkungan Pengendapan Gua
Karena penguapan air sehingga terbentuk stalaktik dan stalakmit.
Energi : mekanis dan kim,ia
Fosil : tidak ada, kalaupun ada dari jenis kelalawar
Endapana : tuff
G. Lingkungan Pengendapan Litoral
Sifat – sifat yang mempengaruhi pad apengenda[an litiral adalah sifat fisis,
biologis dan kimiawi.
Sifat fisis
Sifat fisis sangat berpengarh terhaap pengendapan di lingkunagn litoral,
material yang ada adalah material klatik dengan sortasi baik dan ukuran butir kasar.
Struktur yag disebabkan oleh gelombang/arus berupa current ripple.
Sifat kimiawi
Di lingkungan litoral tidak begitu berengaruh seperti terjadinya kaar garam,
pada air di atas pantai yang berubah, terjadinya penguapan di antara pasang naik dan
surut. Tetapi hasil penguapan tersebut akan larut kembali sewaktu terjadinya pasang
urut yang berikutnya.
Sifat biologis
Organisme yang dapat membantu di lingkungan litoral biasnaya organisme
yang hidupnya membuat lubang pada dasar, menambat pada dasar atau jejak-jejak
pada batuan-batuan pasir dan lumpur.

H. Lingkungan Pengendapan lagune/ laggon


Laguen termauk lingkungan pengendapan yang tenag, sehingga
memungkinkan terbentuknya laminasi yang halus dan perlapisan relative horizontal.
Kondisi fisis
Pada lagune terdapat gradasi ukuran butir, dari ukuran pair pad amuara sungai
dan inlet, ukuran lempung atau lanau pada bagian tengah lagune, sampai endapan
evaporit pad abagian kedalaman lagune. Tenaga mekanisme yang bekerja, pada muara
sungai dan inlet adalah kinetis dan pada bagian kedalaman adalah thermal, juga pada
daerah dengan sirkulasi jelek.
Struktur –struktur sediment yang penting adalah :
1. laminasi yang halus dna perlapisan relative horizontal
2. desiccation crack
3. churned bedding
4. alage struktur
5. crystal cast
6. struktur olitik
7. struktur biogenik
Kondisi Kimiawi
Komposisi batuannya adalah batu pasir, batulanau, batu lempung, batu
evaporit, batubara dan batuan sediment gambpingan. Kompisisi mineralnya terutama
adalah : pyrite, markasit, gypsum, dolomite, mineral lempung, mineral karbonat,
kwarsa dan feldspar. Unsur kimia yang terkandung dalam air lagun yaitu : K, Ca, Mg,
SO4, HCO3 dan Cl.
Kondisi Biologis
Yang pentiong adalah adnaya kanungan fosil air tawar, air payau dan air asin.
Misalnya dari jenis gastropoda, peleypoda, brachiopoda, pollen dan annelida.
Jenis fosil mikro : mmbaculites sp, rotali becarii dan ammodiscus spesies.

I. Lingkungan pengendapan delat


Endapan delta merupakan sediment yang dihailkan oleh sungai yang masuk
ke dalam suatu tubuh air yang permanen, endapan ini terkumpul pada muara sungai
tersebut.
Klasifikasi
1. Marieb Delta (delta yang terbentuk di lingkungan laut).
Ciri-ciri:
1. endapan berlapis-lapis terdiri atas pasir, lanau dan lempung.
2. pada bahan berukuran kasar jarang didapatkan isa binatang, misalnya moluska
dan foraminifera. Banyak akar tanaman, ostracoda kadang-kadang dijumpai.
3. kandungan miak dalam jumlah bear jarang terdapat.
4. antara pelapuakan-pelapukan pada top set, fore set dan bottom set dipisahkan
oleh dikordinai yang sangat kecil.
2. Non Marine Delta (terbentuk di lingkungan bukan laut).
Ciri-ciri :
1. endapan terdiri atas pasir dan lanau yang berselang seling secara rytmik,
sebagai variai iklim.
2. tidak ada fosil laut juga katifitas burrowing relative kurang.
3. struktur sediment terdapat dalam keadaan lebih baik
4. penyebaran endapan hanya meliputi daerah yang relatif sempit, juga
penyebaran vertikalnya kurang tebal.
5. tak ada kenampakan erosi dari tiap-tiap unit delta
6. tak ada sisipan endapan laut.
7. diskordinasi antara lapisan-lapisannya terlihat jelas.
Material-materail secara fisiografis delat terdiri dari :
1. natural level yaitu oasir halus dan lanau
2. distributary chamnel terutama terdiri ata pair dan lanau
3. interdistributary mmarsh yang terutama terdiri atas lanau dan lumpur
corbanaceous, delta front yang terdiri ata lempung.
Energi utama yang bekerja pada lingkungan delta adalah energi kinetis dari
lingkungan sungai atau air laut.
Sifat biologis : pada rawa-rawqa banyak didapat sisa tanaman, foraminifera,
pelecypoda, sisa serangga atau ostracoda. Pada daerah luapan banjir didapat sisa
tanaman, gastropoda, pelecypodam ostracoda dan sisa-sisa ikan. Pada lingkungan air
payau terdapat beberapa jenis foraminifera misalnya rotalia discorbis dsb. Juga pad
adelat bagian luar terdapat : foraminifera, diatome, algae, koral, echinodermata,
byozoa, brachiopoda dan molua.

J. Lingkungan pengendapan neritik


Sifat-sifat lingkungan pengendapan neritik adalah merupakan aspek fisis,
kimia dan biologis. Hal ini akan mempengaruhi maam an keadaan batuan yang
terendapakan pad alingkungan neritik. Dengan mempelajari sifat-sifat lingkungan
neritik serat proses-proses yang berlaku di dalamnya serat dihubungkan dengan
keadaan batuannya (tekstur, struktur, komposisi, kandungan organisme, maka dapat
ditentukan sebagai berikut.
Air laut alam kondisi lingkungan neritik adalah tidak tenang, karena adanya
gelombang dan arus sehingga menyebabkan terjadinya tekstur dan struktur tertentu
dalam bataun. Misalnya struktur laminasi (pada daerah berarus tetap atau tidak terlalu
kuat), homogenous (pad adaerah di bawah atau di wave based), horizontal bedding
(terutama di bawah wave based sampai ke dalam), ripple mark, flute cast, loada cast,
cross bedding dan lain sebagainya
Kondisi kimiawi:
Kadar garam air laut normal, agak basa kondisi okidasi dan air laut hangat,
yang mengakibatkan komposisi tertentu. Pada endapan neritik dijumpai mineral-
mineral autigenik (authigenic) seperti: galukonit, fosforit. Sdangkan macam-macam
batuannya antara lain : shale, batu pasir, batu karbonat, evaporit (pada daerah
dangkal).
Kondisi biologis
Kehidupan yang merupakan cirri dari pada kehidupan neritik adalah :
limulus, koral, kalsi sponge, diatome dan foraminifera dari :
4. elphideum
5. buliminella
6. olgantisme
7. vavoninella
8. nonionella
9. bulimineal urta
10. epistominella ubterisiana

K. Lingkungan Pengendapan Batial


Adalah lingkungan pengendapan laut yaitu pad abagian dasar laut yang terletak pada
kedalaman 200 meter sampai 2000 meter, yang dipengaruhi oleh sifat atau kondisi
phisis, kimiawi dan kondisi biologis.

Kondisi fisis
Ukuran butiran yang terbentuk halus (dominant)sampai kasar (asir, kerikil dan
kerakal yang merupakan hail engendapan arus turbid). Macam-maam endapan
berukuran halus seperti : lumpur biru, lumpur hijau, lumpur merah, lumpur volkanik,
lumpur koral, lumpur karbonat, lumpur glaukonitan dan endapan silikan. Macam-
macam bataun yang mungkin dijumpai : shale, batu pair, konglomerat, chert dan batu
lumpur merah-coklat. Truktur sediment yang terdapat : struktur-struktur ari aru
turbid, ripple mark, pseudo nodul dan convolute lamination.
Kondisi kimiawi
Ditunjukan oleh endapan lumpur dengan kandungan karbonat < 30%,
kandungan mineral authigenik, glakonit dan mangan dalam bentuk nodul. Keasaman
(pH) antara 7 – 7,8; Eh < 0 – 0,2 (kondisi reduksi) dan kadar garam antara 35,5% -
4,7%.
Kondisi biologis
Ditunukan oleh kumpulan fosil ari organisme radiolarian, foraminifera
plangtonik maupun bentonik.Yang bentonik antara lain:
11. Bolivia
12. Epistominella bradiana
13. Epistominella pasifika
14. Bolivia spisa
15. Chilastomela ovoida
16. Nonion pomilolides
17. Uvigerina senticos
18. Virgulina nodosa
19. Acuminate
20. Bolivia semunida var
21. Bolivia interjuncta
22. Buliminella subacuminata
23. Uviberina peregrine
24. Pulleina bulloides
25. Valvulineria araucana

L. Lingkungan Pengendapan abisyal


Kondisi fisis
Adanya endapan-endapan calcareous ooze (diatome ooze dan radiolarian
ooze) dan lempung merah. Endapana ini mempunyai tekstur halus, penyebaran luas,
dihailkan oleh energi yang kecil. Di samping ditunjukan oleh struktur laminasi, trail
dan burrow untuk keadaan tertentu dijumpai struktur yang disebabkan oleh arus
turbid seperti : graded bedding, konvolut laminai, groove cast dan flute cast.

Kondisi kimiawi
Sifat-sifat kimia lingkungan ini ditunjukanoleh komposisi kimia dari endapan
yang ada. Calcerous ooze mengandung karbonat lebih bear dari 30%, siliceous ooze
mengandung silica (40% diatome ooze dan 54% untuk radiolarian ooze), lempung
merah antara lain mengandung silica 54,48% , Al2O3 15,94 % dan Mn dalam bentuk
nodul 1,215.
Kondisi biologis
Ditunjukan oleh adnaya asosiasi foraminifera bentonik secara melimpiah yaitu
buliminella rastrat, pullenia bulloides, milonia pompiloides, vivergeneria centicosa
atau asosiasi dari anto uvigerina sp dan pecto frondicularia.

Anda mungkin juga menyukai