STRATIGRAFI
2.1 . PENGERTIAN
Stratigrafi adalah ilmu yang mempelajari pemerian perlapisan batuan, khususnya
batuan sediment. Secara luas berarti adalah salah satu cabang ilmu geologi yang membahas
aturan, hubungan dan kejadian batuan di alam dalam ruang dan waktu.
c. Original continuity: strata sedimenter yang diendapkan oleh air terbentuk terus
menerus secara lateral dan hanya berakhir secara membaji pada tepian cekungan
pengendapan pada masa cekungan itu terbentuk.
4
3
f. Strata identified by fossils: perlapisan batuan dapat dibedakan satu dengan yang lain,
dengan melihat kandungan fosilnya yang khas. Berguna dalam korelasi.
A A
C B
A C
D
B E
C F
g. Fasies sedimenter: suatu kelompok litologi dengan ciri-ciri yang khas yang
merupakan hasil dari suatu lingkungan pengendapan tertentu. Atau merupakan aspek
fisik, biologis, kimiawi pada sedimen di dalam kesamaan waktu geologi.
Menurut Sandi Stratigrafi Indonesia, fasies sedimenter adalah aspek fisik, biologis,
kimiawi pada sediment di dalam kesamaan waktu geologi.
Kesamaan
waktu F1
geologi F2 F3
h. Law of correlation of facieses: bila tidak ada selang waktu pengendapan dan tidak ada
gangguan, maka dalam satu daur/siklus pengendapan yang dapat dikenal secara
lateral juga merupakan urutan vertikalnya.
Laut
Secara vertikal
menunjukkan ukuran
butiran semakin kasar
bila makin ke atas
i. Rock stratigraphic dan time stratigraphic unit: satuan stratigrafi adalah penggolongan
suatu bataun scara bersistem menjadi satuan-satuan bernama yang bersendikan pada
ciri litologi atau sebagai satuan litostratigrafi, atas dasar waktu terjadinya
(kronostratifigrafi) atau atas dasar kondisi paleontology yang dicirikan
(biostratigrafi)
Batas formasi=
batas satuan
II III
Batas sediment /
seolah-olah batas waktu
III
I I II
Layer
cake
geologi
2. Struktur diaper
Kalau yang memotong
bersedimen maka tetap yang
dipotong umurnyanya lebih
muda daripada yang
memotong
3. Sand dike
yang dipotong umurnya lebih
muda dari pada yang
memotong
a. litostratigrafi unit.
Pembagian litosratigrafi dimaksudkan untuk menggolongkan lapisan-lapisan batuan
dibumi secara bersistim menjadi satuan-satuan bernama yang bersendi pada cirri-ciri
litologi.
Dalam satuan lithosratigrafi penentuan satuan-satuan didasarkan pada gejala-gejala
batuan yang dapat diamati di lapangan. Penentuan batas penyebaran tidak tergantung
batas waktu.
b. Biostratigrafi unit.
Satuan biostratigrafi adalah tubuh lapisan batuan yang dipersatukan berdasarkan
kandungan fosil atau cirri-ciri paleontologi sebagai sendi pembeda dari pada tubuh
batuan sekitar.
Pembagian biostratigrafi dimaksud untuk menggolongkan lapisan-lapisan batuan
dibumi secara bersistim menjadi satuan bernama berdasar kandungan dan penyebaran
fosil.
Tingkat dan jenis satuan biostratigrafi.
zona ialah satuan berdasar biostratigrafi.
zona ialah suatu lapisan atau tubuh lapisan batuan yang dicirikan oleh satu takson
fosil atau lebih.
urutan tingkat satuan biostratigrafi resmi, masing-masing dari besar, sampai kecil
ialah :
super-zona.
zona
sub zona
zonula
Berdasarkan cirri paleontologi yang dijadikan sendi satuan biostratigrafi
dibedakan : zona kisaran, zona puncak, dan zona selang. ( S. S. I. Pasal 26 ).
c. Kronostratigrafi unit.
Pembagian kronostratigrafi ialah penggolongan lapisan batuan secara bersistim
menjadi satuan bernama berdasarkan waktu terjadinya. pembagian ini merupakan
kerangka untuk menyusun urutan peristiwa geologi. Satuan kronostratigrafi ialah
suatu tubuh lapisan batuan yang terbentuk dalam satuan waktu geologi tertentu.(S. S.
I. Pasal 33 ).
Lokasi A Lokasi B
A A
Tak selaras
(unconformity)
B B
C C
D D
Gambar
Hiatus : - pada proses sedimentasi ada waktu yang tak terwakili.
- waktu yang hilang karena erosi.
A. Unconformiable dan uncorformity.
Selalu diketahui / diwakili oleh bidang erosi, tapi bidang erosi tidak selalu merupakan
bidang unconformity.
Ada peloncatan batuan.
Bidang erosi dalam unconformity: harus ada waktu yang hilang / waktu yang tak
terwakili. Pada proses sedimentasi karena adanya faktor erosi.
Unconformity terjadi karena:
- Karena adanya frutalil, yaitu pada endapan kekar yang besar mengalami desikasi /
kompaksi maka air akan keluar, dan timbul aliran di atas kekar tersebut, aliran ini
disebut: fluviatil.
- Fluviatil: mengerosi, mendeposisi gravel-gravel, begitu seterusnya. Bidang
erosi ini bukan merupakan bidang unconformity.
- Unconformity: harus menyangkut waktu geologi yang tak terwakili oleh proses
sedimentasi.
Unconformity diketahui al:
- Dengan melihat fosilnya, sehingga diketahui umurnya masing-masing, lapisan
batuan, menurut waktu geologi.
- Dilihat urutan batuannya, yang selaras umumnya gradual/bergradasi, yang tak
selaras biasanya tak bergradasi misalnya: di bawah batuan gamping yang di
atasnya batu lempung/breksi/konglo: ini jelas tak selaras. Umumnya batu
gamping dekat dengan napal.
Tidak selaras:
Korelasi palontologi
- Titik tolak korelasi adalah fosil dan waktu
- Untuk mengetahui derajat ekivalensi biologis/fosil dan umur
- Dapat dipakai korelai jarak pendek, sedang dan jauh, dan dalam beberapa hal
sangat jauh.
- Karena fosil mempunyai pelamaparan lateral yang cukup luas dan tak akan
mengalami perubahan dipakai jarak jauh.
- Fosil yang digunakan adalah fosil indeks
- Fosil indeks adalah merupakan:
Fosil yang dianggap mempunyai arti dalam penetapan umur dari batuan
yang mengandungnya dengan syarat :
Mudah dikenal/dibedakan dengan fosil lain
Mempunyai enyebaran vertikal pendek
Mempunyai penyebaran lateral luas
Biasa mengadaptasikan diri pada lingkungan yang berbeda.
- Dengan memperhatikan kesamaan paleonologi metode ini dipakai bila tak
diketemukan fosil indeks.
- Tingkat kesamaan korelasi palentologis ≥ 40%, sudah dianggap baik karena
organisme untuk dapat menjadi fosil cukup sulit.
- Fosil harus in situ yang masih utuh
- Dengan menggunakan posisi statigrafi dari kedua satuan yang dikorelasikan.
Zonasi biostratigrafi misalnya: foraminifera plantonik mempunyai penyebaran
luas.
- Dengan menggunakan sifat pengembangan evolusi dari fosil yang terkandung
dalam satuan stratigrafi yang kita korelasikan.
- Untuk melakukan korelasi paleontologis harus mengetahui key bed yaitu lapian
yang menunjukan adanya kesamaan waktu/kesamaan umur, bisa berupa fosil
indeks tuff/lapisan tipis lignit.
Pg. Perlipatan
Sed transport ------------ sed tarsport
Karena makin dalamnya cekungan sehingga akhirnya
suhu naik dan terjadilah melting magma/ pelelehan
endapan tadi. Terbentuklah magma.
Geosiklin ditinjau dari teori plate tektonik
Adalah merupakan tumbukan sedimen yang berbentuk prisma panjang yang
diendapkan pada daerah amblesan (subsiding region).
Mio geosiklin: lebih stabil daripada eugeosiklin, karena kedudukan eugeosiklin tidak
terletak di atas keak benua. Continental palte, terhadap tektonik. Gerak-gerakan yang
timbul:
Gerakan lempeng:
Saling menjauhi
Saling mendekati/bergeser.
Saling mendekati/bertabrak
Basin : tektonik basin, sediemntasi basin
Pad atrenac: turbidit, eugeosiklin, pada cekungan dalam lime stone, miogeosiklin.
Pond deposit, endapan laut dalam yang mengisi cela-cela bagian bawah.
Oliotho strome adalah indeks dari pond deposit, fragmennya disebut oliostolith
yang mengandung malange/tak teratur.
Malange, matriksnya/fragmennya bersisik, seperti clay dan salty.
Kesimpulan geosiklin plate tektonik
Hypotea geosiklin:
Geosiklin yang terjadi pada wkatu dulu juga terlihat pada waktu sekarang / masih
berlangsung, hal ini dapat dilihat pada teori plate tektonik yang sekarang masih dalam
proses pembentukannya, ditepi benua dan tepian ini merupakan interkasi antara tepian
benua dengan jalur penunjaman.
Amerika utara dan Afrika saling menjauhi. Hal ini dapat diterangkan sebagai berikut:
Continenltal plate dan oceanic plate terbelah di atas actionafer, yang selalu bergerak
maka oceanic plate dan contineltal plate juga selalu labil: subsident, sedang bagaimana
terjadinya subident sampai saat ini belum bisa diterangkan.
Geosiklin dengan jalur pegunungan selatan bukan karena sebab akibat tetapi karena
letak dan kedudukan. Sebab geoiklin terletak ditepian benua dan merupakan jalur
interaksi pertemuan benua.
B B’
A B
2
2’ 1 d 2
C
d θ dip
d1
1 1’
A A’
Koreksi dilakukan sebagai berikut:
t = d sin θ
dimana:
d = jarak terukur
t = tebal lapisan
θ = dip
koreksi dalam hal ini:
d=d1 sin θ ; d1 adalah jarak terukur dalam arah yang tidak jurus
θ=sudut antara garis yang jurus dengan arah pengukuran
d=jarak (dihitung) dalam arah yang jurus
Tebal dihitung: t=d sin θ
b. Pengukuran pada daerah lereng
1. Pengukuran dilakukan dalam arah yang jurus dalam hal ini t = d sin (dip + lope)
2. Pengukuran dilakukan dalam arah yang tidak jurus
Arah ini diperlihatkan oleh garis A, C, B seperti pada gambar ini.
B B’
2’ C’
2 B
d 2
d d1
d
1 1’ 1 θ=slope
A’ A dip
A
Pengukuran ini dilakukan dalam arah tidak jurus, harsu diadakan koreksi,
sebagai berikut:
d = d1 cos ; dimana
d1 = jarak terukur dalam arah yang tidak jurus.
d = jarak dihitung drai arah yang jurus
= udut antara arah pengukuran dan garsi yang jurus.
Kemudian
t = d sin (dip +slope)
t = tebal
d = jarak dihitung dari arah yang jurus
slope = kemiringan lereng dalam arah jurus.
c. Pengukuran pada dearah lereng
1. Pengukuran dilakuakn dalam arah yang jurus
Dalam hal ini, t = d sin (dip – slope)
t = tebal lapisan
d = jarak terukur dalam arah jurus (strike)
1 dip slope
d
2
t
2. Pengukuran dilakukan dalam arah yang tidak jurus. Dalam hal ini, kita harus
melakukan koreksi sebagai berikut:
d = d1 cos
d = jarak dihitung dalam arah yang jurus
d1 = jarak terukur dalam arah yang tidak jurus
= sudut antara arah pengukuran dan arah yang jurus.,
kemudian , t = d sin (dip – slope)
B B’
2 2’
d1
d d
1 1’
A
A’
apabila pengukuran dilakukan pada arah yang tidak jurus, semua perhitungan
harus dikembalikan kea rah jurus.
c. Campuran bataun dapat dinyatakan sebagai adjektif di belakang nama batuan utama.
Contoh : batupasir napalan
Kondisi fisis :
Yang bekerja terutama gelombang dan aru, sedang afktor anas berpengrauh di
daerah yang beriklim kering. Di dalam lingkungan ini terdapat batuan yang berukyran
kerikil (gravel) sampai lempung. Struktur sedimen yang khas antara lain : laminasi,
varve dan mud crac.
Kondisi kimiawi
Terutama dijumpai batuan napal, batu pasir, kerikil, batu lempung dan serpih.
Adapaula endapan evaporit yang didapatkan di daerah gurun/ danau playa. Pada
endapan ini terdapat mineral-mineral karbonat, limonit, peat (gambut)sisa-sisa
organisme yang berbentuk saprophyte.
Kondisi Biologis
Ditunjukan oleh adanya fosil-fosil pollen yang melimpah, pelecypoda,
gastropodam diatome dan sisa-sisa ikan.
F. Lingkungan Pengendapan Gua
Karena penguapan air sehingga terbentuk stalaktik dan stalakmit.
Energi : mekanis dan kim,ia
Fosil : tidak ada, kalaupun ada dari jenis kelalawar
Endapana : tuff
G. Lingkungan Pengendapan Litoral
Sifat – sifat yang mempengaruhi pad apengenda[an litiral adalah sifat fisis,
biologis dan kimiawi.
Sifat fisis
Sifat fisis sangat berpengarh terhaap pengendapan di lingkunagn litoral,
material yang ada adalah material klatik dengan sortasi baik dan ukuran butir kasar.
Struktur yag disebabkan oleh gelombang/arus berupa current ripple.
Sifat kimiawi
Di lingkungan litoral tidak begitu berengaruh seperti terjadinya kaar garam,
pada air di atas pantai yang berubah, terjadinya penguapan di antara pasang naik dan
surut. Tetapi hasil penguapan tersebut akan larut kembali sewaktu terjadinya pasang
urut yang berikutnya.
Sifat biologis
Organisme yang dapat membantu di lingkungan litoral biasnaya organisme
yang hidupnya membuat lubang pada dasar, menambat pada dasar atau jejak-jejak
pada batuan-batuan pasir dan lumpur.
Kondisi fisis
Ukuran butiran yang terbentuk halus (dominant)sampai kasar (asir, kerikil dan
kerakal yang merupakan hail engendapan arus turbid). Macam-maam endapan
berukuran halus seperti : lumpur biru, lumpur hijau, lumpur merah, lumpur volkanik,
lumpur koral, lumpur karbonat, lumpur glaukonitan dan endapan silikan. Macam-
macam bataun yang mungkin dijumpai : shale, batu pair, konglomerat, chert dan batu
lumpur merah-coklat. Truktur sediment yang terdapat : struktur-struktur ari aru
turbid, ripple mark, pseudo nodul dan convolute lamination.
Kondisi kimiawi
Ditunjukan oleh endapan lumpur dengan kandungan karbonat < 30%,
kandungan mineral authigenik, glakonit dan mangan dalam bentuk nodul. Keasaman
(pH) antara 7 – 7,8; Eh < 0 – 0,2 (kondisi reduksi) dan kadar garam antara 35,5% -
4,7%.
Kondisi biologis
Ditunukan oleh kumpulan fosil ari organisme radiolarian, foraminifera
plangtonik maupun bentonik.Yang bentonik antara lain:
11. Bolivia
12. Epistominella bradiana
13. Epistominella pasifika
14. Bolivia spisa
15. Chilastomela ovoida
16. Nonion pomilolides
17. Uvigerina senticos
18. Virgulina nodosa
19. Acuminate
20. Bolivia semunida var
21. Bolivia interjuncta
22. Buliminella subacuminata
23. Uviberina peregrine
24. Pulleina bulloides
25. Valvulineria araucana
Kondisi kimiawi
Sifat-sifat kimia lingkungan ini ditunjukanoleh komposisi kimia dari endapan
yang ada. Calcerous ooze mengandung karbonat lebih bear dari 30%, siliceous ooze
mengandung silica (40% diatome ooze dan 54% untuk radiolarian ooze), lempung
merah antara lain mengandung silica 54,48% , Al2O3 15,94 % dan Mn dalam bentuk
nodul 1,215.
Kondisi biologis
Ditunjukan oleh adnaya asosiasi foraminifera bentonik secara melimpiah yaitu
buliminella rastrat, pullenia bulloides, milonia pompiloides, vivergeneria centicosa
atau asosiasi dari anto uvigerina sp dan pecto frondicularia.