Anda di halaman 1dari 9

TUGAS MANDIRI ALTERASI DAN MINERALISASI November 2019

Dikumpulakan paling lambat tanggal 2 Desember 2019

SOAL :
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan mineralisasi
2. Berdasarkan himpunan mineral alterasinya maka system mineralisasi menurut Corbett & Leach
(1998) dapat dibagi menjadi 3 sebutkan dan jelaskan dari masing-masing tersebut
3. Salah satu faktor yang mengontrol proses terjadinya hidrotermal alterasi adalah struktur geologi,
jelaskan selengkapnya
4. Gambarkan model mineralisasi Au-Cu dari Corbett & Leach (1998), sebutkan bagian-bagiannya
dan jelaskan
5. Apa yang dimaksud dengan epithermal low sulphidation deposite, jelaskan dan sebutkan ciri-
cirinya
6. Apa yang dimaksud dengan epithermal high sulphidation deposite, jelaskan dan sebutkan ciri-
cirinya
7. Apa yang dimaksud dengan porphyry deposite, jelaskan dan sebutkan ciri-cirinya
8. Jelaskan bagaimana hubungan mineralisasi dengan tektonik beri contohnya

Jawaban :

1. Mineralisasi adalah proses terbentuknya mineral-mineral bijih dari media yang membawanya
akibat pengaruh kimia dan fisik melalui proses metamorfisme, pegmatik, peneumatik ataupun
proses hidroterlmal.

2.

Gambar 1. System Mineralisasi menurut Corbett & Leach (1998)

Dari gambar diatas terlihat bahwa terdapat 3 bagian system mineralisasi menurut Corbett & Leach
(1998) yakni : phorpiri, mesotermal, dan epitermal.
1. Tipe Porfiri, terbentuk pada kedalaman lebih besar dari 1 km dan batuan induk berupa
intrusi dan bentuk nya silinder
2. Tipe Mesothermal, terbentuk pada temperatur dan tekanan menengah dan bertemperatur >
300° C. Kandungan sulfida bijih terdiri dari kalkopirit, spalerit, galena, bornit. Mineral
penyerta terdiri dari kuarsa, karbonat (kalsit, siderit) dan pirit. Mineral alterasi terdiri dari
serisit, kuarsa, kalsit, dolomit, pirit, ortoklas, dan lempung.
3. Tipe Epitermal terbentuk di lingkungan dangkal dengan temperatur < 300° C,
diinterpretasikan bersumber dari fluida meteorik. Endapan ini kelanjutan dari sistem
hidrotermal tipe porfiri terbentuk pada busur magmatik bagian dalam di lingkungan gunung
api kalk-alkali atau batuan dasar sedimen (Heyba et al., 1985 dalam Corbett dan Leach,
1996). Mineral bijih terdiri dari timonid sulfat, arsenid sulfat, emas dan perak, cinabar,
selenid. Mineral penyerta terdiri dari kuarsa, ametis, adularia, kalsit, barit, hematit. Mineral
alterasi terdiri dari klorit, serisit, alunit, zeolit, silika, kalsit, pirit.

Dari ketiga system itu terdapat zona ubahan berdasarkan kumpulan dan asosiasi mineral ubahan
yang muncul pada kondisi kesetimbangan yang sama dan derajat pH. :
 Argilik Lanjut (Advanced Argillic) Terdiri dari fasa mineral pada kondisi pH rendah,
yang dicirikan oleh kehadiran mineral alunit, diaspor, dan pirofilit.
 Argilik (Argillic) Terdiri dari kumpulan mineral alterasi dengan pH lebih tinggi dibandingkan
dengan pH zona alterasi argilik lanjut dan memiliki temperatur yang rendah (<230oC).
Zona ubahan ini didominasi oleh kaolinit,smektit, dan interlayer ilit-smektit.
 Filik (Phyllic) Zona alterasiini terbentuk pada pH yang hampir sama dengan pH zona
alterasi argilik dan memiliki temperatur yang sedang-tinggi (200-400oC).Dicirikanoleh
kehadiran mineral serisit atau muskovit.
 Propilitik (Propylitic) Zona ini terbentuk pada pH mendekati netral dengan temperatur
tinggi (200-300oC) yang dicirikan oleh kehadiran mineral epidot. Pada temperatur yang
relatif lebih rendah dicirikan oleh ketidakhadiran mineral epidot biasanya dikenal sebagai
zona subporfiritik.
 Potasik (Potassic) Zona alterasi ini terbentuk pada temperatur tinggi (>300oC)dengan pH
netral. Dicirikan oleh kehadiran mineral biotit, K-feldspar, kuarsa, dan magnetit.

3. Dalam proses alterasi dan mineralisasi, struktur geologi sangat bereperan dalam menyediakan
jalur dan tempat untuk larutan hidrotermal mengendap. Semakin banyak struktur yang
berkembang, maka kemungkinan semakin banyak juga cadangan endapan bijih yang akan
terbentuk. Struktur ini dapat berupa struktur fracture dan joint yang dihasilkan dari gerakan
tektonik, serta struktur intrusi magma.
4.

Gambar 2. Model Mineralisasi Au-Cu Lingkaran Pasifik (Corbett, 2002)

Gambar 3 Model Sulfida Tinggi dan Rendah (Corbett dan Leach, 1996)

Pada kedua gambar tersebut dapat kita lihat bahwa mineralisasi Au-Cu terbentuk pada sulfida
rendah. Pada sulfida rendah, intrusi magma akan mereduksi S2O menjadi H2S dan HCl diurai
menjadi garam. Kemudian Porfiri Au+Cu terbentuk didekat intrusi. Semakin ke atas fluida akan
semakin mendekati netral, logam dasar karbonat (Au) dibantu dengan air tanah kaya CO2. Lalu
Au+Ag dibantu dengan air asam sulfat. Pembentukan mineralisasi Au+Ag berada didekat
sumber air panas.
5. Endapan ini terbentuk jauh dari tubuh intrusi dan terbentuk melalui larutan sisa magma yang
berpindah jauh dari sumbernya kemudian bercampur dengan air meteorik di dekat permukaan
dan membentuk jebakan tipe sulfidasi rendah, dipengaruhi oleh sistem boiling sebagai
mekanisme pengendapan mineral-mineral bijih. Proses boiling disertai pelepasan unsur gas
merupakan proses utama untuk pengendapan emas sebagai respon atas turunnya tekanan.
Perulangan proses boiling akan tercermin dari tekstur “crusstiform banding” dari silika dalam
urat kuarsa.

Gambar 4. Model endapan emas epitermal sulfidasi rendah


(Hedenquist dkk., 1996 dalam Nagel, 2008).

Gambar diatas merupakan model konseptual dari endapan emas sulfidasi rendah. Dari
gambar tersebut dapat dilihat bahwa endapan ephitermal sulfidasi rendah berasosiasi dengan
lingkungan volkanik, tempat pembentukan yang relatif dekat permukaan serta larutan yang
berperan dalam proses pembentukannya berasal dari campuran air magmatik dengan air meteorit
Adapun ciri-ciri dari endapan epithermal low sulfidation yakni :
Tipe endapan nya dapat berupa sinter brecia ataupun stockwork, Tekstur nya yakni colloform
atau crusstiform, Endapan epitermal sulfidasi rendah dicirikan oleh larutan hidrotermal yang
bersifat netral dan mengisi celah-celah batuan. Tipe ini berasosiasi dengan alterasi kuarsa-
adularia, karbonat, serisit pada lingkungan sulfur rendah dan biasanya perbandingan perak dan
emas relatif tinggi. Mineral bijih dicirikan oleh terbentuknya elektrum, perak sulfida, garam
sulfat, dan logam dasar sulfida. Batuan induk pada deposit logam mulia sulfidasi rendah adalah
andesit alkali, dasit, riodasit atau riolit. Secara genesa sistem epitermal sulfidasi rendah
berasosiasi dengan vulkanisme riolitik. Tipe ini dikontrol oleh struktur-struktur pergeseran
(dilatational jog).

6. Endapan epitermal high sulfidation terbentuk dari reaksi batuan induk dengan fluida magma
asam yang panas, yang menghasilkan suatu karakteristik zona alterasi (ubahan) yang akhirnya
membentuk endapan Au+Cu+Ag. Sistem bijih menunjukkan kontrol permeabilitas yang
tergantung oleh faktor litologi, struktur, alterasi di batuan samping, mineralogi bijih dan
kedalaman formasi.High sulphidation berhubungan dengan pH asam, timbul dari bercampurnya
fluida yang mendekati pH asam dengan larutan sisa magma yang bersifat encer sebagai hasil dari
diferensiasi magma, di kedalaman yang dekat dengan tipe endapan porfiri dan dicirikan oleh
jenis sulfur yang dioksidasi menjadi SO.
Gambar 5. Keberadaan sistem sulfidasi tinggi

Gambar 6. Penampang Ideal Endapan Epitermal Menurut Buchanan (1981)

Adapun ciri-ciri dari endapan epithermal high sulfidation yakni :


Endapan epitermal high sulfidation dicirikan dengan host rock berupa batuan vulkanik bersifat
asam hingga intermediet dengan kontrol struktur berupa sesar secara regional atau intrusi
subvulkanik, kedalaman formasi batuan sekitar 500-2000 meter dan temperatur 1000C-3200C.
Endapan Epitermal High Sulfidation terbentuk oleh sistem dari fluida hidrotermal yang berasal
dari intrusi magmatik yang cukup dalam, fluida ini bergerak secara vertikal dan horizontal
menembus rekahan-rekahan pada batuan dengan suhu yang relatif tinggi (200-3000C), fluida ini
didominasi oleh fluida magmatik dengan kandungan acidic yang tinggi yaitu berupa HCl, SO2,
H2S (Pirajno, 1992)

7.
Gambar 7. Model Endapan Porfiri

Endapan tembaga porfiri adalah endapan Cu-Mo-Au yang memiliki kadar rendah tetapi
tonase yang besar, dibentuk oleh sistem hydrothermal yang berasosiasi dengan proses intrusi
batuan beku dangkal. Pembentukan endapan ini berhubungan langsung dengan proses tumbukan
dan penunjaman lempeng, misalnya tumbukan lempeng Samudera Hindia dengan lempeng Asia
Tenggara. Endapan Porfiri terjadi akibat suatu intrusi yang bersifat intermediet-asam, yang
kemudian terjadi kontak dengan batuan samping yang mengakibatkan terjadinya mineralisasi.
Porfiri bersifat epigenetik. Produk utama dari Porfiri adalah Cu-Au atau Cu-Mo. Endapan ini
menjadi penghasil tembaga (Cu) terbesar, lebih dari 50%.
Endapan porfiri umumnya terbentuk pada jalur orogenik, contohnya pada endapan ini di
Indonesia, terdapat di Grassberg, Selogiri-Wonosari.Jalur orogenik atau Orogen merupakan jalur
tempat terjadinya konsentrasi deformasi mekanik atau aktifitas termal. Jalur ini merupakan
rangkaian struktur regional utama, yang mencerminkan distorsi secara sistematik dari kerak
bumi dimana struktur tersebut ditemukan. Jalur orogen merupakan produk dari pergerakan
lempeng lithosfer, yang terbentuk sepanjang tepian lempeng (plate margins) atau dekat dengan
batas lempeng (plate boundaries). Ekspresi fisiografik dari orogen adalah Rangkaian
Pegunungan (Mountain belts/systems).
Akibat dari pembentukannya yang bersal dari intrusi hidrotermal maka mineralisasi bijih
tembaga porfiri berasosiasi dengan batuan metamorf kontak seperti kuarsit, marmer dan
skarn.Ketika struktur mineralisasi tumpang tindih satu sama lain dalam sebuah batuan bervolume
besar, kombinasi dari struktur mineralisasi individual menghasilkan zona dengan kadar bijih
yang lebih tinggi dan karakteristik dari endapan porfiri berukuran besar.
Endapan porfiri memiliki ciri yaitu :
 Kedalaman diatas 1 km.
 Terletak pada wilayah intrusi intermedier-asam
 Suhu letak endapan sekitar 600˚C

8. Proses mineralisasi sangat dipengaruhi oleh tektonik lempeng. Pertemuan lempeng yang berbeda
akan menghasilkan jenis mineral yang berbeda pula tergantung pada sourcerocknya hal itu
disebabkan setiap jenis pertemuan lempeng memiliki bagian-bagian yang berbeda baik dari
komposisi mineral maupun strukturnya. Berikut pembagian tektonik lempeng :
1. Convergen
 Benua dengan Samudera
Pada gambar dibawah ini pertemuan antar lempeng samudra dan benua adanya penumjaman
dari lempeng samudra yang memiliki massa jenis lebih besar dari lempeng benua. Karena
lempeng samudra disusun oleh batuan basa-ultrabasa yang komposisinya mineral-mineral berat.
Contoh mineralnya ialah olivin dan piroksen dengan ini komposisi utamanya kaya dengan
Magnesium (Mg) dan Besi (Fe).
Gambar 8. Benua dan Samudra
1. Busur magmatik
Tipe busur magmatik di Indonesia terbagi atas mafik dan andesitik. Batuan mafik volkanik
kebanyakan berada pada daerah bekas laut, yang didominasi basalt atau balastik – andesite dan
generasinya. Akan tetapi dominasi busur magmatik Indonesia berupa busur andesitic yang
banyak ditemukan di sekitar daerah perairan dangkal. Dominasi rhyolit yang membatasi dan
menyusun lantai benua. Intrusi andesitik ini mengidikasikan bahwa terjadi stress lemah yang
mengakibatkan tarikan sepanjang busur dan mungkin berhubungan dengan mundurnya palung di
daerah subduksi lempeng samudera.
2. Lantai busur
Kebanyakan mineralisasi di daerah busur di Indonesia yang terekspos berupa batuan
vulkanik. Lantai busur kebanyakan tersusun atas batuan metamorfik (greenstone, phyllite, mica
schist, gneiss) dan ophiolit. Kerak busur kepulauan lebih tipis dibandingkan dengan daerah kerak
benua.
3. Pemekaran busur belakang
Pemekaran busur belakang terbentuk di busur belakang selama subduksi juga terjadi pada
kerak samudera yang mengalami perubahan arah subduksi. Akibatnya terbentuk cekungan pada
daerah busur belakang.
4. Kompleks daerah metamorfik
Hipotesis yang dimungkinkan untuk menjelaskan kompleks daerah metamorfik adalah
adanya asosiasi dengan patahan bersudut rendah yang merupakan jalur dari metamorfik Papua
Nugini. Pemanjangan kerak terregional yang berasosiasi dengan pemindahan akibat patahan
menyediakan mekanisme yang memungkinkan pemendekan busur. Hal ini dapat dilihat
terbentuk pada daerah subduksi pada busur yang sangat berkaitan dengan aktivitas mineralisasi.

Gambar 9. Penampang Tektonik

 Samudera dengan Samudera


Interaksi antar lempeng yang menghasilkan island arc. Island arc merupakan busur
kepulauan yang terbentuk akibat terjadinya pergerakan lempeng samudera dari MOR yang
secara terus menerus sehingga membentuk suatu busur kepulauan. Dilihat dari gambar 1 diatas
island arc terletak pada zona subduction karena island arc yang sudah terbentuk dibawa oleh
pergerakan lempeng samudera. Magma yang dihasilkan bersifat basah.

Gambar 10. Samudera-samudera


2. Divergen
Divergen adalah dua lempeng yang saling bergerak menjauh. Hal ini diakibatkan oleh
terjadi perpecahan pada lithosfer. akibat adanya pergerakan ini, lempeng samudra mengalami
pemekaran dasar laut. Sedangkan pada lempeng benua, membentuk lembah.

Gambar 11. Divergen

Pembentukan ophiolit terjadi karena pengangkatan kerak samudera sebagai hasil


pemekaran lantai samudra, naik ke atas kerak benua yang pasif dan dipengaruhi juga aktivitas
intrusi andesitk pada kerak yang ditumpangi. Secara tektonik, ophiolit yang terbentuk
mendorong terjadinya pembentukan patahan pada busur belakang (C) sehingga mengakibatkan
perubahan subduksi pada ke arah baru (D). Pada kerak benua yang ditumpangi terjadi pemekaran
(E) sehingga terbentuk cekungan di busur belakang (F). Oleh karena lempeng terus bergerak,
pemekaran dan subduksi terjadi bersamaan (G) sehingga potensi cebakan endapan mineral
terbentuk tinggi karena aktivitas tersebut yang langsung berhubungan dengan magma.

3. Transform
Pertemuan antara lempeng benua dan lempeng benua mengakibatkan terjadinya interaksi
lempeng berupa transform. Batas lempeng transform terbentuk di mana dua lempeng bersisian
secara horizontal satu sama lain dan bergerak dengan arah yang berlawanan. Tipe batas lempeng
ini dapat terjadi pada lempeng samudera dan lempeng benua. Collision dimana contohnya
pegunungan Himalaya secara dramatis dan spektakuler memperlihatkan konsekuensi dari
lempeng tektonik. Ketika dua lempeng benua bertemu, tidak akan ada yang menujam disebabkan
batuan benua yang relatif ringan, dan seperti tabrakan dua gunung es, gerakan ke bawah akan
tertahan. Biasanya, kulit bumi cenderung menggelembung dan didorong ke atas atau ke samping.
Gambar 12. Transform

Contoh :

1. Busur Sumatra-Meratus (Pertengahan dan Akhir Cretaceous)


Daerah busur Sumatera-Meratus melingkupi daerah Sundaland sepanjang sumatera bagian barat dan
selatan Kalimantan. Pada daerah ini, busur magmatik dimulai dengan perubahan polaritas tektonik
setelah penempatan Woyla. Saat terekspos, busur tidak termineralisasi dengan baik, karena
perluasan akibat pengangkatan dan erosi selama masa tertiary. Daerah mineralisasi ini hanya
menyumbang 1% dari sumber daya emas dan sangat sedikit tembaga Indonesia. Pada daerah
Sumatera, mineralisasi dibatasi oleh besi, dan skarn base metal, juga kombinasi emas-perak dan
emas-tembaga pada rasio rendah. Di daerah Kalimantan, emas yang ada diikuti kuarsa dan vein,
veinlets karbonat kuarsa akibat pembentukan secara epithermal.

2. Busur Sunda-Banda (Neogen)


Busur ini merupakan busur terpanjang di Indonesia, dari Sumatera Utara hingga timur Damar.
Mineralisasi yang terjadi dibagi menjadi dua bentuk, yaitu berbentuk sistem urat epithermal
sulfidasi rendah di bagian barat busur dan porfiri emas-tembaga dan massive sulphide lenses
replacement bodies serta stockworks di timur. Hal ini terjadi karena perbedaan lempeng yang
menyusun daerah magmatik sepanjang busur. Daerah bagian barat cenderung terbentuk lebih dulu
dan stabil sehingga memungkinkan bentukannya adalah intrusi dangkal andesitik pada masa
neogen. Daerah timur merupakan daerah progresif lempeng dan aktif bergerak membentuk zona
subduksi yang menjadi tempat pembentukan intrusi besar berupa badan bijih seperti porfiri.

3. Busur Aceh (Neogen)


Busur Aceh berada pada palung di utara Sumatra yang tidak panjang. Busur ini berkaitan langsung
dengan dataran Sunda. Palung di sekitar busur menjadi daerah subduksi antara kerak samudra hasil
pemekaran dari cekungan Mergui yang menekan pada lantai lempeng Sumatera bagian utara. Di
daerah busur ini, mineralisasi yang terjadi berupa porfiri tembaga-molybdenum dan tipe endapan
sulfidasi tinggi.

Anda mungkin juga menyukai