Tulisan ini mencoba mengupas sedikit tentang beberapa hal seperti pengertian nikel
laterit, geologi dan proses pembentukannya dengan mengutip dari beberapa
pendapat ahli geologi sebelumnya. Tulisan ini juga akan mengupas sedikit tentang
prospek keberadaan endapan nikel laterit di Sorowako, Bahodopi dan
Pomalaa.
Penampang Laterit
Pembentukan penampang lapisan laterit sebagai hasil dari proses laterisasi
memperlihatkan urutan laterit yang tertua dari atas ke bawah. Secara umum
penampang laterit dapat dikategorikan menjadi:
1. Zona limonit pada bagian atas
2. Zona saprolit pada bagian tengah, dan
3. Zona batuan dasar (bedrock) pada bagian bawah.
Batuan yang merupakan anggota Lajur Ofiolit Sulawesi Timur berupa batuan
ultrabasa (Mtosu) yang terdapat di sekitar danau Matano, terdiri atas dunit,
harzburgit, lherzolit, wehrlit, websterit dan serpentinit. Jenis batuan yang menyusun
daerah Sorowako dan sekitarnya ini sangat mempengaruhi keterdapatan dan
penyebaran nikel laterit. Batuan dasar penyusun Sorowako dan sekitarnya ini
merupakan batuan ultramafik yang mengandung nikel, cobal, besi, magnesium, dan
silika. Jika batuan ini mengalami proses lateritisasi maka konsentrasi kadar nikel,
kobal, basi, magnesium dan silica akan meningkat dalam zona laterit tertentu.
Struktur geologi banyak dijumpai pada daerah Sorowako dan sekitarnya, baik
berupa sesar, lipatan maupun kekar (Gambar 4). Secara umum sesar yang terdapat
di daerah ini berupa sesar naik, sesar sungkup, sesar geser dan sesar turun; yang
diperkirakan mulai terbentuk sejak Mesozoikum. Sesar matano dan sesar Palu Koro
merupakan sesar utama yang terdapat pada daerah ini.
Kondisi Iklim
Daerah Sorowako, Bahodopi, dan Pomalaa juga merupakan daerah yang mengalami
perubahan temperature yang kontras dan bercurah hujan yang tinggi, sehingga
batuan penyusunnya mudah mengalami pelapukan mekanis. Pelapukan mekanis
atau disebut juga disintegrasi dapat mengubah ukuran batuan atau partikel batuan
menjadi semakin kecil. Perubahan ukuran batuan yang semakin kecil ini
menyebabkan luas permukaan batuan yang mengalami kontak dengan agen-agen
proses laterisasi menjadi semakin luas sehingga jumlah laterit yang dihasilkan juga
semakin besar.
Pulau Sulawesi dengan kondisi geografis, iklim, topografi, geologi dan tektonik
memiliki potensi sebaran nikel laterit dibeberapa daerah di lengan timur Sulawesi.
Dapat dipahami bahwa keberadaan endapan ini terkait dengan beberapa faktor
tersebut diatas. Pada Kenyataannya, proses pengkayaan nikel dari hingga menjadi
suatu endapan yang bernilai ekonomis sangat tergantung berbagai macam
kombinasi faktor yang cukup kompleks.
Oleh karena itu, pendekatan dari konsep eksplorasi endapan ini secara umum
dipahami bahwa endapan ini berasosiasi terhadap batuan-batuan ultramafik yang
kaya akan mineral-mineral ferromagnesian yang mengandung nikel. Bentuk
bentangan alam (morphology) dan struktur gelologi yang berkembang serta kondisi
iklim merupakan satu informasi yang sangat penting untuk bagi para explorer
(geologist) untuk menindak lanjuti potensi keterdapan endapan nikel laterit tersebut.
Dari bahasan sebelumnya, disimpulkan bahwa endapan nikel yang banyak terbentuk
di daerah Sorowako, Bahodopi dan Pomalaa karena sangat didukung oleh kondisi
geologi dimana batuan penyusun daerah terdiri dari batuan ultramafik yang
mengandung nikel. Endapan nikel dari hasil pelapukan batuan tersebut banyak
mengalami proses pengayaan karena dipengaruhi oleh beberapa faktor lain seperti
cuaca dan topografi serta kondisi fisik batuan yang terpengaruh oleh adanya
struktur geologi yang berkembang cukup intensif di daerah ini. Masing-masing faktor
ini akan memberikan kontribusi yang cukup signifikan dengan proporsi yang berbeda
dan kompleks sehingga akan meghasilkan penampang laterit sangat bervariasi untuk
suatu daerah maupun dengan daerah yang lain.