Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Geologi merupakan ilmu yang membahas tentang sifat-sifat dan bahan-bahan yang
membentuk bumi, struktur, proses-proses yang bekerja baik di dalam maupun diatas permukaan
bumi, kedudukannya serta sejarah perkembangannya sejak pertama kali terbentuk hingga
sekarang. Sebagai

1.2 Maksud dan Tujuan

Kegiatan ekskursi regional 2021 dilaksanakan guna mempelajari geologi suatu daerah
yang cukup luas dan mencakup : sejarah sedimentasi, sejarah tektonik, dan sejarah bentang alam
dengan cara mengunjungi dan melakukan observasi singkapan-singkapan kunci yang mewakili
batuan-batuan yang ada di daerah tersebut.

1.3 Lokasi Kesampaian Daerah

Lokasi pengamatan secara administratif berada di Provinsi Jawa Barat yang mencakup 3
kota yaitu : Sukabumi, Cianjur, dan Bandung dengan lintasan pengamatan mulai dari bagian
tengah sukabumi yaitu Gunung Walat menuju selatan yaitu pantai cikadal-ciletuh, kemudian
kearah timur laut Saguling-Cianjur dan berakhir di Lembang-Bandung. Lokasi pengamatan

Keterangan :
1, 2, 3, 4 merupakan
titik lokasi pengamatan
hari ke-1 sampai ke-4

Gambar 1.1 Peta Lokasi Pengamatan Ekskursi Regional


BAB II

GEOLOGI DAERAH EKSKURSI

2.1. Stratigrafi Daerah Ekskursi

2.1.1 Pantai Cikadal Ciletuh

Lokasi Pengamatan 5

Gambar 2.1
Foto
Tanggal : 12 Oktober 2021

Keterangan Lokasi :

Pada lokasi pengamatan ini formasi yang diamati yaitu Formasi Ciletuh kontak
dengan batuan metamorf yang termasuk kedalam komplek melange (martodjojo, 2003).
Lintasan pengamatan berada di sepanjang pantai Cikadal, Kabupaten Ciletuh dengan
panjang lintasan 100 meter.

Secara stratigrafi regional hubungan antara Formasi Ciletuh terhadap satuan


Melange dibawahnya yaitu tidak selaras yang dibatasi oleh sesar.

Ciri Litologi :

Batuan yang teramati yaitu batuan metamorf dan batupasir selang-seling


batulempung dan breksi. Batuan metamorf berupa filit berwarna abu kehijauan, memiliki
foliasi filitik dengan arah umum foliasi N 250˚ - 300˚ E, tekstur heteroblastik yang terdiri
dari granoblastik berupa kuarsa dan lepidoblastik berupa biotit. Batupasir berwarma abu-
abu, ukuran pasir halus sampai sedang, membundar tanggung, terpilah baik, kemas
tertutup, tersusun atas mineral kuarsa dan biotit. Batulempung berwarna abu gelap,
sementasi non karbonat. Breksi berwarna abu kecoklatan, fragmen berukuran 2 – 80 mm
yang terdiri dari batuan beku andesit dan basalt, rijang, lignit, dan filit, masa dasar pasir
kasar, terpilah buruk, kemas terbuka, sementasi karbonat, komposisi mineral kuarsa,
biotit, dan feldspar.

Lokasi Pengamatan 6

Gambar 2.2
Foto
Tanggal : 12 Oktober 2021

Keterangan Lokasi :

Pada lokasi pengamatan ini formasi yang diamati yaitu Formasi Bayah. Lokasi
pengamatan berada di dekat jembatan bayah dengan keadaan singkapan yang tidak
terlihat dengan jelas disebabkan daerah tersebut sudah mengalami longsoran dan telah di
bangun tembok. Ditemukan singkapan batuan berupa batupasir dan bongkahan
konglomerat. Ciri litologi pada daerah ini memiliki kesamaan dengan litologi yang ada
pada lokasi pengamatan 3 (halaman

Ciri Litologi :

Batuan yang teramati yaitu batupasir berwarna cokelat agak putih, berukuran
pasir halus sampai pasir kasar, bentuk membundar sampai membundar tanggung, terpilah
cukup baik, kemas terbuka, sementasi non-karbonat, komposisi mineral kuarsa, feldspar,
dan biotit. Tidak ditemukan kontak antara batupasir dengan konglomerat. Konglomerat
yang dijumpai hanya berupa bongkahan.
2.1.2 Pengamatan Gunung Walat dan sekitarnya

Lokasi Pengamatan 1

Gambar 2.3
Foto

Tanggal : 11 Oktober 2021

Keterangan :

Pada lokasi pengamatan ini litologi yang teramati termasuk kedalam


Formasi Batuasih dan Rajamandala, dimana batulempung selang-seling batupasir
merupakan formasi batuasih yang memiliki umur lebih tua daripada batugamping yang
merupakan formasi rajamandala.

Ciri Litologi :

Batuan yang teramati yaitu batupasir selang-seling batulempung kontak


batugamping kristalin. Keadaan singkapan umumnya segar dengan dimensi 15 m x 7 m.
Batulempung berwarna abu-abu, ukuran butir lempung dengan sementasi karbonatan.
Batupasir berwarna abu-abu, berukuran pasir halus-sedang, bentuk butir mwnyudut
tanggung, terpilah buruk, kemas terbuka, sementasi karbonat, komposisi mineral kuarsa
dan feldspar. Batugamping berwarna putih kecoklatan, konstituen utama kristalin, semen
mikrit, komposisi minireal kalsit, dengan tebal lapisan 3,2 meter.
Lokasi Pengamatan 2

Gambar 2.4 Foto singkapan batuan, batulempung selang-seling batupasir dan batubara yang
melensis

Tanggal : 11 Oktober 2021

Keterangan : Pengamatan batuan Formasi Bayah

Ciri Litologi :

Batuan yang teramati yaitu batupasir selang-seling batulempung dengan


keadaan singkapan cukup segar. Ciri litologi batupasir yaitu berwarna abu-abu, ukuran
pasir halus sampai pasir sedang, bentuk butir membundar tanggung, terpilah baik, kemas
tertutup, sementasi non karbonat, komposisi kuarsa dan feldspar. Batulempung berwarna
abu, ukuran butir lempung, sementasi non karbonat, terdapat batubara yang melensis.
Batubara berwarna abu-abu kehitaman, kilap kusam 70 % terang 3%, pecahan blocky,
gores coklat, kekerasan getas.
Litologi pada lokasi pengamatan ini termasuk kedalam formasi bayah,
dicirikan dengan hadirnya kandungan karbonan yaitu batubara yang melensis pada
litologi batulempung.

Lokasi Pengamatan 3

Gambar 2.5
Foto

Tanggal : 11 Oktober 2021

Keterangan Lokasi :

Lokasi pengamatan ini berada di wilayah Holcim Educational Forest, Cibadak,


Kabupaten Sukabumi. Litologi yang teramati termasuk kedalam formasi bayah bagian
atas, dengan ciri litologi batupasir kuarsa.

Ciri Litologi :

Batuan yang teramati yaitu batupasir selang-seling batulempung pada bagian


bawah, dan batupasir kuarsa dan konglomerat pada bagian atas. Ciri litologi yaitu
batupasir selang-seling batulempung serupa dengan yang ada pada LP 2, terdapat
kandungan karbonan. Semakin keatas batupasir semakin kasar dan masif dengan ciri
litologi berwarna cokelat, ukuran butir pasir kasar, bentuk butir membundar sampai
membundar tanggung, terpilah baik, kemas tertutup, sementasi non-karbonat, komposisi
didominasi kuarsa dan feldspar. Konglomerat berwarna cokelat kemerahan, memiliki
fragmen yang berukuran 3-39 mm, bentuk membundar sampai membundar tanggung,
terdiri dari kuarsa dan batuan beku, masa dasar berukuran pasir kasar, terpilah buruk,
kemas terbuka, sementasi non karbonat.

2.1.3 Curug Pareang dan Jembatan Ciletuh

Lokasi Pengamatan 4

Tanggal : 11 Oktober 2021

Keterangan Lokasi :

Lokasi pengamatan ini berada di Curug Cipareang, Sukabumi. Formasi yang


diamati yaitu Formasi Jampang dan Formasi Bojonglopang. Secara stratigrafi regional,
Formasi Bojonglopang diendapkan secara tidak selaras di atas Formasi Jampang. Formasi
Bojonglopang Gambar
berumur2.6Miosen Tengah akhir (N12-N14) di endapkan pada laut dangkal,
Foto Jampang berumur Miosen Awal (N3-N7) di endapkan di kipas laut
sedangkan Formasi
dalam. Ketidakselarasan diperkirakan dipengaruhi oleh struktur patahan berupa sesar
naik, yang mengakibatkan Formasi Jampang yang lebih tua berada di atas dan sejajar
dengan Formasi Bojonglopang.

Ciri Litologi :
Batuan yang teramati yaitu breksi dan batugamping berlapis dengan keadaan
singkapan umumnya segar. Breksi berwarna coklat, fragmen berukuran 1 - 70 cm,
bentuk butir menyudut sampai menyudut tanggung, terdiri dari batuan beku berupa
andesit dan basalt, masa dasar berukuran pasir sedang-kasar, terpilah buruk, kemas
terbuka, sementasi non karbonat. Batugamping berwarna putih kecoklatan, konstituen
utama klastik, berukuran pasir halus sampai kasar, memiliki campuran fosil berupa
cangkang dengan bentuk pecah-pecah, semen mikrit. Kedudukan perlapisan batugamping
yaitu N 316˚ E/37˚.
Breksi yang teramati merupakan Formasi Jampang, dan Batugamping merupakan
Formasi Bojonglopang.

Lokasi Pengamatan 8

b c
Gambar 2.7 a. Struktur sedimen Ripple mark, b. Loadcast, dan c. plannar cross bedding pada
singkapan batupasir
Tanggal : 12 Oktober 2021

Keterangan Lokasi :

Lokasi pengamatan ini berada di bendungan Jembatan Ciletuh. Batuan yang


diamati termasuk kedalam Formasi Jampang yang memiliki kedudukan yang hampir
datar dengan ciri litologi yaitu batupasir greywacke.

Ciri Litologi :

Batuan yang teramati yaitu batupasir berwarna abu gelap berukuran butir pasir
sangat halus sampai halus, bentuk membundar tanggung, terpilah baik, kemas tertutup.
Terdapat struktur sedimen berupa paralel laminasi, plannar cross bedding, graded
bedding, ripple mark, dan load cast yang mencirikan pengendapan laut dalam sesuai
dengan sekuen bouma. Kedudukan batuan yaitu N 170˚ E/5˚.

2.1.4 Cipanas Saguling

Lokasi Pengamatan 9

Tanggal : 13 Oktober 2021


Keterangan Lokasi :

Lokasi pengamatan ini berada di daerah Saguling tepatnya di desa Rajamandala


Kulon, Bandung Barat. Batuan yang diamati termasuk kedalam Formasi Rahamandala
dan Formasi Citarum bagian atas. Secara stratigrafi regional Formasi Citarum diendapkan
secara selaras diatass Formasi Rajamandala. Formasi Rajamandala berumur Oligosen Akhir
sampai Miosen Awal (3-N7) yang diendapkan di laut dangkal, sedangkan Formasi Citarum
beurumur Miosen Awal (N4-N8) diendapkan pada kipas laut dalam.

Ciri Litologi :

Batuan yang teramati yaitu batugamping berwarna putih kecokelatan, konstituen


utama kristalin, mikrit, bentuk mineral hablur, kemas bersentuhan, terdapat kalsit dan
fosil foram besar. Batupasir selang seling batulempung yang memiliki kedudukan relatif
Timur-Barat yaitu N 89˚ E/50, N 246˚E/74, N 71˚/52, dan N 88˚ E/62 (lihat profil
lintasan). Batupasir berwarna abu gelap, ukuran pasir halus, bentuk membundar
tanggung, terpilah baik, kemas tertutup, sementasi non-karbonat. Batulempung berwarna
abu, sementasi non karbonat. Pada batupasir terdapat struktur sedimen berupa parallel
laminasi pada bagian bawah dan atas perlapisan serta load cast pada bagian tengah.
Batupasir memiliki sekuen yang menebal dan mengasar keatas (dapat dilihat pad kolom
stratigrafi). Bagian atas tersingkap breksi dengan ciri berwarna abu kecoklatan, fragmen
berukuran 2 – 700 mm yang tersusun dari batuan beku berupa andesit dan batulempung,
masa dasar berukan pasir kasar, bentuk menyudut sampai menyudut tanggung, terpilah
buruk, kemas terbuka, sementasi karbonat.

2.2 Struktur Geologi

Di daerah Jawa Barat terdapat banyak pola kelurusan bentang alam yang diduga merupakan
hasil proses pensesaran. Jalur sesar tersebut umumnya berarah barat-timur, utara-selatan, timur laut-
barat daya, dan barat laut-tenggara. Secara regional, struktur sesar berarah timur laut-barat daya
dikelompokkan sebagai Pola Meratus, sesar berarah utara-selatan dikelompokkan sebagai Pola
Sunda, dan sesar berarah barat-timur dikelompokkan sebagai Pola Jawa. Struktur sesar dengan arah
barat-timur umumnya berjenis sesar naik, sedangkan struktur sesar dengan arah lainnya berupa sesar
mendatar. Sesar normal umum terjadi dengan arah bervariasi.
Dari sekian banyak struktur sesar yang berkembang di Jawa Barat, ada tiga struktur regional
yang memegang peranan penting, yaitu Sesar Cimandiri, Sesar Baribis, dan Sesar Lembang. Ketiga
sesar tersebut untuk pertama kalinya diperkenalkan oleh Van Bemmelen (1949) dan diduga ketiganya
masih aktif hingga sekarang.
Sesar Cimandiri merupakan sesar paling tua (berumur Kapur), membentang mulai dari Teluk
Pelabuhanratu menerus ke timur melalui Lembah Cimandiri, Cipatat-Rajamandala, Gunung
Tanggubanperahu-Burangrang dan diduga menerus ke timurlaut menuju Subang. Secara keseluruhan,
jalur sesar ini berarah timurlaut-baratdaya dengan jenis sesar mendatar hingga oblique (miring). Oleh
Martodjojo dan Pulunggono (1986), sesar ini dikelompokkan sebagai Pola Meratus.
Sesar Baribis yang letaknya di bagian utara Jawa merupakan sesar naik dengan arah relatif
barat-timur, membentang mulai dari Purwakarta hingga ke daerah Baribis di Kadipaten-Majalengka
(Bemmelen, 1949). Bentangan jalur Sesar Baribis dipandang berbeda oleh peneliti lainnya.
Martodjojo (1984), menafsirkan jalur sesar naik Baribis menerus ke arah tenggara melalui kelurusan
Lembah Sungai Citanduy, sedangkan oleh Simandjuntak (1986), ditafsirkan menerus ke arah timur
hingga menerus ke daerah Kendeng (Jawa Timur). Penulis terakhir ini menamakannya sebagai
“Baribis-Kendeng Fault Zone”. Secara tektonik, Sesar Baribis mewakili umur paling muda di Jawa,
yaitu pembentukannya terjadi pada periode Plio-Plistosen. Selanjutnya oleh Martodjojo dan
Pulunggono (1986), sesar ini dikelompokkan sebagai Pola Jawa.

Sesar Lembang yang letaknya di utara Bandung, membentang sepanjang kurang lebih 30 km
dengan arah barat-timur. Sesar ini berjenis sesar normal (sesar turun) dimana blok bagian utara relatif
turun membentuk morfologi pedataran (Pedataran Lembang). Van Bemmelen (1949), mengaitkan
pembentukan Sesar Lembang dengan aktifitas Gunung Sunda (G. Tangkubanperahu merupakan sisa-
sisa dari Gunung Sunda), dengan demikian struktur sesar ini berumur relatif muda yaitu Plistosen.
Struktur sesar yang termasuk ke dalam Pola Sunda umumnya berkembang di utara Jawa
(Laut Jawa). Sesar ini termasuk kelompok sesar tua yang memotong batuan dasar (basement) dan
merupakan pengontrol dari pembentukan cekungan Paleogen di Jawa Barat.
Gambar 3.4 Pola Struktur Jawa Barat

2.2.1 Struktur Geologi Daerah Pengamatan


Tanggal : 14 Oktober

Keterangan Lokasi :

Sesar lembang merupakan sesar dengan jenis sesar normal yang aktif, terbentuk dari
aktifitas vulkanotektonik gunung sunda purba pada umur kuarter. Sesar lembang secara umum
memiliki 2 arah pergerakan yaitu berarah barat – timur dan utara – selatan. Bukti yang ditemui
dilapangan berupa gawir sesar yang memanjan barat- timur dengan ketinggian gawir ±40 m.

Ciri Litologi :

Batuan yang teramati yaitu batuan beku yang berwarna abu, berukuran butir fanerik, bentuk
mineral umunya anhedral, sebagian sub-hedral, tidak seragam atau inekuigranular, dengan derajat
kristalinitas yang didominasi kristal atau hipokristalin. Komposisi mineral terdiri dari hornblende,
biotit, plagioklas, mineral ubahan berupa kalkopirit, dan kuarsa dalam jumlah yang sedikit.
Berdasarkan teksturnya batuan beku tersebut merupakan batuan intermediet yaitu Diorit.

2.2 Sejarah Geologi


BAB III

TINJAUAN KEEKONOMIAN DAERAH EKSKURSI

Geologi ekonomi meurupakan bidang geologi yang berhubungan dengan material bumi
yang dapat digunakan untuk tujuan ekonomi dan/atau industri. Material tersebut mencakup
logam mulia dan logam murni, mineral non logam, batu untuk konstruksi, mineral minyak bumi,
batubara, dan air. Selain itu, pemanfaatan keindahan bentang alam dapat dimanfaatkan sebagai
wisata kebumian yang memiliki nilai ekonomis bagi pengembangan daerah tersebut atau yang
lebih dikenal dalam dunia geologi yaitu Geowisata.

Di tinjau dari kegeologiannya, daerah ekskursi memiliki beberapa potensi ekonomis yang
dapat dikembangkan seperti keterdapatan formasi bayah yaitu batupasir kuarsa dan karakteristik
batupasir selang-seling batulempung yang mengandung karbonan. Pasir kuarsa merupakan salah
satu bahan galian yang dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan industri seperti media
penyaring air, bahan pembuat kaca, keramik, beton, dan masih banyak lagi. Untuk menjamin
nilai keekonomisan suatu tambang pasir kuarsa, maka diperlukan adanya analisis geologi untuk
menentukan persentase kandungan kuarsa (SiO2) dan besar butir serta perlu adanya eksplorasi
lebih detail untuk menentukan luas endapan pasir kuarsaa. Karakteristik formasi bayah yang
terdiri dari batupasir konglomeratan, serpih, keterdapatan kandungan batubara pada

batulempung yang sudah dilakukan penelitian oleh bebrapa ahli geologi bahwa daerah

tersebut memiliki potensi sebagi reservoir minyak dan gas yang cukup bagus namun perlu

dilakukan penelitian lebih lanjut.


BAB IV

KESIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai