PENDAHULUAN
Geologi merupakan ilmu yang membahas tentang sifat-sifat dan bahan-bahan yang
membentuk bumi, struktur, proses-proses yang bekerja baik di dalam maupun diatas permukaan
bumi, kedudukannya serta sejarah perkembangannya sejak pertama kali terbentuk hingga
sekarang. Sebagai
Kegiatan ekskursi regional 2021 dilaksanakan guna mempelajari geologi suatu daerah
yang cukup luas dan mencakup : sejarah sedimentasi, sejarah tektonik, dan sejarah bentang alam
dengan cara mengunjungi dan melakukan observasi singkapan-singkapan kunci yang mewakili
batuan-batuan yang ada di daerah tersebut.
Lokasi pengamatan secara administratif berada di Provinsi Jawa Barat yang mencakup 3
kota yaitu : Sukabumi, Cianjur, dan Bandung dengan lintasan pengamatan mulai dari bagian
tengah sukabumi yaitu Gunung Walat menuju selatan yaitu pantai cikadal-ciletuh, kemudian
kearah timur laut Saguling-Cianjur dan berakhir di Lembang-Bandung. Lokasi pengamatan
Keterangan :
1, 2, 3, 4 merupakan
titik lokasi pengamatan
hari ke-1 sampai ke-4
Lokasi Pengamatan 5
Gambar 2.1
Foto
Tanggal : 12 Oktober 2021
Keterangan Lokasi :
Pada lokasi pengamatan ini formasi yang diamati yaitu Formasi Ciletuh kontak
dengan batuan metamorf yang termasuk kedalam komplek melange (martodjojo, 2003).
Lintasan pengamatan berada di sepanjang pantai Cikadal, Kabupaten Ciletuh dengan
panjang lintasan 100 meter.
Ciri Litologi :
Lokasi Pengamatan 6
Gambar 2.2
Foto
Tanggal : 12 Oktober 2021
Keterangan Lokasi :
Pada lokasi pengamatan ini formasi yang diamati yaitu Formasi Bayah. Lokasi
pengamatan berada di dekat jembatan bayah dengan keadaan singkapan yang tidak
terlihat dengan jelas disebabkan daerah tersebut sudah mengalami longsoran dan telah di
bangun tembok. Ditemukan singkapan batuan berupa batupasir dan bongkahan
konglomerat. Ciri litologi pada daerah ini memiliki kesamaan dengan litologi yang ada
pada lokasi pengamatan 3 (halaman
Ciri Litologi :
Batuan yang teramati yaitu batupasir berwarna cokelat agak putih, berukuran
pasir halus sampai pasir kasar, bentuk membundar sampai membundar tanggung, terpilah
cukup baik, kemas terbuka, sementasi non-karbonat, komposisi mineral kuarsa, feldspar,
dan biotit. Tidak ditemukan kontak antara batupasir dengan konglomerat. Konglomerat
yang dijumpai hanya berupa bongkahan.
2.1.2 Pengamatan Gunung Walat dan sekitarnya
Lokasi Pengamatan 1
Gambar 2.3
Foto
Keterangan :
Ciri Litologi :
Gambar 2.4 Foto singkapan batuan, batulempung selang-seling batupasir dan batubara yang
melensis
Ciri Litologi :
Lokasi Pengamatan 3
Gambar 2.5
Foto
Keterangan Lokasi :
Ciri Litologi :
Lokasi Pengamatan 4
Keterangan Lokasi :
Ciri Litologi :
Batuan yang teramati yaitu breksi dan batugamping berlapis dengan keadaan
singkapan umumnya segar. Breksi berwarna coklat, fragmen berukuran 1 - 70 cm,
bentuk butir menyudut sampai menyudut tanggung, terdiri dari batuan beku berupa
andesit dan basalt, masa dasar berukuran pasir sedang-kasar, terpilah buruk, kemas
terbuka, sementasi non karbonat. Batugamping berwarna putih kecoklatan, konstituen
utama klastik, berukuran pasir halus sampai kasar, memiliki campuran fosil berupa
cangkang dengan bentuk pecah-pecah, semen mikrit. Kedudukan perlapisan batugamping
yaitu N 316˚ E/37˚.
Breksi yang teramati merupakan Formasi Jampang, dan Batugamping merupakan
Formasi Bojonglopang.
Lokasi Pengamatan 8
b c
Gambar 2.7 a. Struktur sedimen Ripple mark, b. Loadcast, dan c. plannar cross bedding pada
singkapan batupasir
Tanggal : 12 Oktober 2021
Keterangan Lokasi :
Ciri Litologi :
Batuan yang teramati yaitu batupasir berwarna abu gelap berukuran butir pasir
sangat halus sampai halus, bentuk membundar tanggung, terpilah baik, kemas tertutup.
Terdapat struktur sedimen berupa paralel laminasi, plannar cross bedding, graded
bedding, ripple mark, dan load cast yang mencirikan pengendapan laut dalam sesuai
dengan sekuen bouma. Kedudukan batuan yaitu N 170˚ E/5˚.
Lokasi Pengamatan 9
Ciri Litologi :
Di daerah Jawa Barat terdapat banyak pola kelurusan bentang alam yang diduga merupakan
hasil proses pensesaran. Jalur sesar tersebut umumnya berarah barat-timur, utara-selatan, timur laut-
barat daya, dan barat laut-tenggara. Secara regional, struktur sesar berarah timur laut-barat daya
dikelompokkan sebagai Pola Meratus, sesar berarah utara-selatan dikelompokkan sebagai Pola
Sunda, dan sesar berarah barat-timur dikelompokkan sebagai Pola Jawa. Struktur sesar dengan arah
barat-timur umumnya berjenis sesar naik, sedangkan struktur sesar dengan arah lainnya berupa sesar
mendatar. Sesar normal umum terjadi dengan arah bervariasi.
Dari sekian banyak struktur sesar yang berkembang di Jawa Barat, ada tiga struktur regional
yang memegang peranan penting, yaitu Sesar Cimandiri, Sesar Baribis, dan Sesar Lembang. Ketiga
sesar tersebut untuk pertama kalinya diperkenalkan oleh Van Bemmelen (1949) dan diduga ketiganya
masih aktif hingga sekarang.
Sesar Cimandiri merupakan sesar paling tua (berumur Kapur), membentang mulai dari Teluk
Pelabuhanratu menerus ke timur melalui Lembah Cimandiri, Cipatat-Rajamandala, Gunung
Tanggubanperahu-Burangrang dan diduga menerus ke timurlaut menuju Subang. Secara keseluruhan,
jalur sesar ini berarah timurlaut-baratdaya dengan jenis sesar mendatar hingga oblique (miring). Oleh
Martodjojo dan Pulunggono (1986), sesar ini dikelompokkan sebagai Pola Meratus.
Sesar Baribis yang letaknya di bagian utara Jawa merupakan sesar naik dengan arah relatif
barat-timur, membentang mulai dari Purwakarta hingga ke daerah Baribis di Kadipaten-Majalengka
(Bemmelen, 1949). Bentangan jalur Sesar Baribis dipandang berbeda oleh peneliti lainnya.
Martodjojo (1984), menafsirkan jalur sesar naik Baribis menerus ke arah tenggara melalui kelurusan
Lembah Sungai Citanduy, sedangkan oleh Simandjuntak (1986), ditafsirkan menerus ke arah timur
hingga menerus ke daerah Kendeng (Jawa Timur). Penulis terakhir ini menamakannya sebagai
“Baribis-Kendeng Fault Zone”. Secara tektonik, Sesar Baribis mewakili umur paling muda di Jawa,
yaitu pembentukannya terjadi pada periode Plio-Plistosen. Selanjutnya oleh Martodjojo dan
Pulunggono (1986), sesar ini dikelompokkan sebagai Pola Jawa.
Sesar Lembang yang letaknya di utara Bandung, membentang sepanjang kurang lebih 30 km
dengan arah barat-timur. Sesar ini berjenis sesar normal (sesar turun) dimana blok bagian utara relatif
turun membentuk morfologi pedataran (Pedataran Lembang). Van Bemmelen (1949), mengaitkan
pembentukan Sesar Lembang dengan aktifitas Gunung Sunda (G. Tangkubanperahu merupakan sisa-
sisa dari Gunung Sunda), dengan demikian struktur sesar ini berumur relatif muda yaitu Plistosen.
Struktur sesar yang termasuk ke dalam Pola Sunda umumnya berkembang di utara Jawa
(Laut Jawa). Sesar ini termasuk kelompok sesar tua yang memotong batuan dasar (basement) dan
merupakan pengontrol dari pembentukan cekungan Paleogen di Jawa Barat.
Gambar 3.4 Pola Struktur Jawa Barat
Keterangan Lokasi :
Sesar lembang merupakan sesar dengan jenis sesar normal yang aktif, terbentuk dari
aktifitas vulkanotektonik gunung sunda purba pada umur kuarter. Sesar lembang secara umum
memiliki 2 arah pergerakan yaitu berarah barat – timur dan utara – selatan. Bukti yang ditemui
dilapangan berupa gawir sesar yang memanjan barat- timur dengan ketinggian gawir ±40 m.
Ciri Litologi :
Batuan yang teramati yaitu batuan beku yang berwarna abu, berukuran butir fanerik, bentuk
mineral umunya anhedral, sebagian sub-hedral, tidak seragam atau inekuigranular, dengan derajat
kristalinitas yang didominasi kristal atau hipokristalin. Komposisi mineral terdiri dari hornblende,
biotit, plagioklas, mineral ubahan berupa kalkopirit, dan kuarsa dalam jumlah yang sedikit.
Berdasarkan teksturnya batuan beku tersebut merupakan batuan intermediet yaitu Diorit.
Geologi ekonomi meurupakan bidang geologi yang berhubungan dengan material bumi
yang dapat digunakan untuk tujuan ekonomi dan/atau industri. Material tersebut mencakup
logam mulia dan logam murni, mineral non logam, batu untuk konstruksi, mineral minyak bumi,
batubara, dan air. Selain itu, pemanfaatan keindahan bentang alam dapat dimanfaatkan sebagai
wisata kebumian yang memiliki nilai ekonomis bagi pengembangan daerah tersebut atau yang
lebih dikenal dalam dunia geologi yaitu Geowisata.
Di tinjau dari kegeologiannya, daerah ekskursi memiliki beberapa potensi ekonomis yang
dapat dikembangkan seperti keterdapatan formasi bayah yaitu batupasir kuarsa dan karakteristik
batupasir selang-seling batulempung yang mengandung karbonan. Pasir kuarsa merupakan salah
satu bahan galian yang dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan industri seperti media
penyaring air, bahan pembuat kaca, keramik, beton, dan masih banyak lagi. Untuk menjamin
nilai keekonomisan suatu tambang pasir kuarsa, maka diperlukan adanya analisis geologi untuk
menentukan persentase kandungan kuarsa (SiO2) dan besar butir serta perlu adanya eksplorasi
lebih detail untuk menentukan luas endapan pasir kuarsaa. Karakteristik formasi bayah yang
terdiri dari batupasir konglomeratan, serpih, keterdapatan kandungan batubara pada
batulempung yang sudah dilakukan penelitian oleh bebrapa ahli geologi bahwa daerah
tersebut memiliki potensi sebagi reservoir minyak dan gas yang cukup bagus namun perlu
KESIMPULAN