Anda di halaman 1dari 6

USK 2021 Acta Geoscience & Mining

Vol XX (XX) XXX-XXX https://doi.org/XXXX/XXXX

Analisis Petrografi Batupasir Daerah


Kecamatan Lembah Seulawah dan
Sekitarnya, Kabupaten Aceh Besar, Aceh
I Mutia1,*, I Rusydy1 dan F Adrian1
1 Program Studi Teknik Geologi, Universitas Syiah Kuala, Kota Banda Aceh, Indonesia

*Corresponding author E-mail: xxx@xxx.xx

Received xxxxxx
Accepted for publication xxxxxx
Published xxxxxx

Abstrak

Kecamatan Lembah Seulawah merupakan salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten Aceh Besar, Provinsi
Aceh. Dalam Peta Geologi Regional Lembar Banda Aceh oleh Bennet tahun 1981 daerah Lembah Seulawah memiliki
tiga formasi yaitu Formasi Seulimeum, Formasi Padangtiji, dan Formasi Aluvium. Ketiga formasi ini masing-masing
memiliki satuan batupasir maupun pasir. Karakteristik batupasir pada beberapa daerah akan berbeda karena proses
pembentukannya dipengaruhi perbedaan komposisi mineralogi, tekstur serta struktur dalam batuan. Oleh karena
itu, untuk mengetahui kondisi geologi serta karakteristik batupasir pada daerah penelitian perlu dilakukan studi
lebih lanjut. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan mengumpulkan data sekunder dan data
primer. Data sekunder meliputi peta geologi lembar Banda Aceh dan peta topografi. Data primer diperoleh dengan
melakukan pengamatan geomorfologi dan pengamatan singkapan batuan mulai dari tekstur hingga struktur. Pada
metode analisis petrografi dilakukan dengan cara pembuatan sayatan tipis batuan ( thin section) pada sampel
batuan yang telah dipilih berdasarkan kekompakannya. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah di dapatkan
informasi geologi berupa geomorfologi pada daerah penelitian yang terdiri dari 3 satuan geomorfologi yaitu: satuan
dataran rendah pedalaman, perbukitan rendah, dan dataran aluvial, serta litologi daerah penelitian yang terdiri dari
5 jenis litologi yaitu: batupasir, batupasir gampingan, batulanau, batupasir tufaan dan endapan aluvium. Hasil dari
analisis sayatan tipis batuan diperoleh informasi mengenai karakteristik batupasir berdasarkan klasifikasi Gilbert
1982 yaitu terdiri dari 5 sampel batupasir dengan jenis Lithic Wacke dan 2 sampel batupasir dengan jenis
Feldspathic Wacke. Tahap kematangan batupasir pada daerah penelitian dikategorikan sebagai batupasir dengan
tahap kematangan submature-mature sediment

Katakunci: Geologi, Batupasir, Petrografi

1. Pendahuluan pada Peta Geologi Lembar Banda Aceh, daerah Lembah


Seulawah memiliki tiga formasi yaitu Formasi
Lembah Seulawah merupakan salah satu kecamatan
Seulimeum, Padangtiji, dan Aluvium. Ketiga formasi ini
di Kabupaten Aceh Besar yang berbatasan langsung
tersusun atas satuan batupasir yang cukup luas. Formasi
dengan Ibu kota Kabupaten Aceh Besar yaitu Kota
Seulimeum tersusun atas satuan batuan batupasir
Jantho. Lembah Seulawah memiliki topografi permukaan
tufaan, gampingan, konglomerat, batulumpur kurang,
yang terdiri atas bergelombang, perbukitan dan
Formasi Padangtiji tersusun atas satuan batuan
pegunungan. Lembah Seulawah berada pada ketinggian
batupasir gampingan, konglomerat, batulanau,
10 hingga 500 mdpl dan 60% berada pada ketinggian
batugamping kurang sedangkan Formasi Aluvium (tak
120 mdpl (Balai Penyuluh Pertanian, 2018). Merujuk

xxxx-xxxx/xx/xxxxxx © Acta Geoscience USK


Acta Geoscience XX (XX) XXX of XXX Setiawan et al

terbedakan) tersusun atas kerikil, pasir dan lumpur utama untuk belajar menentukan komposisi batupasir
(Bennett dkk, 1981) (Bogss 2009). Kematangan tekstur batupasir dilihat dari
Keberadaan batupasir di alam memiliki nilai penyortiran, konten matriks, dan kebundaran butiran
ekonomis bagi umat manusia Batupasir berperan dalam batuan sedimen. Sedimen yang belum matang
penting sebagai lapisan reservoir untuk mengetahui ditandai dengan penyortiran yang buruk-sangat buruk,
keberadaan fluida. Selain itu, didalam bidang konstruksi sebagian besar penyusun batuannya terdiri dari matriks.
batupasir merupakan bahan baku yang digunakan Sedangkan batuan sedimen yang telah mengalami
sebagai bahan bangunan. Menurut Kumar, dkk (2017) kematangan tekstur ditandai dengan penyontiran yang
untuk mengkarakterisasi dan memprediksi sifat material baik-sangat baik dan sedikit atau tidak adanya matriks
batupasir perlu dilakukannya analisis petrografi (Allaby, 2003). Folk (1951) juga memvisualisasikan
batupasir. Namun sampai saat ini belum didapatkannya empat tahap kematangan tekstur yaitu immature,
informasi mengenai karakteristik batupasir yang ada submature, mature, dan supermature, dapat dilihat
pada daerah penelitian. Sehingga perlu dilakukannya pada Gambar 1.2 Folk (1951) juga membagi daerah
penelitian ini. Hasil yang dicapai dari penelitian ini adalah kematangan batupasir menjadi beberapa daerah yaitu
mengetahui kondisi geologi daerah penelitian kemudian dapat dilihat pada Gambar 1.3
didapatkan informasi karakteristik dan kematangan
batupasir yang terdapat didaerah Kecamatan Lembah
Seulawah, Kabupaten Aceh Besar, Aceh.
Menurut Sundawa (2012) analisis sayatan tipis
dilakukan untuk mengetahui komposisi batuan termasuk
di dalamnya mineral penyusun batuan tersebut atau
jenis butiran penyusun batuan yang terdapat pada
sayatan tipis (thin section) dan tekstur dari batuan
sedimen seperti ukuran butir, derajat pembundaran,
derajat pemilahan dan kemas. Pada analisis sayatan tipis
batuan sedimen silisiklastik, penamaan batuan
menggunakan klasifikasi Gilbert (1982). Klasifikasi Gambar 1.2 Diagram Kematangan Batupasir (Folk,
batupasir berdasarkan Gilbert (1982) dapat dilihat pada 1951)
Gambar 1.1.

Gambar 1.3 Daerah Kematangan Batupasir (Folk, 1951)

Ahli sedimentologi menggunakan istilah kematangan


tekstur mengacu pada karakter tekstur dari sedimen
tertentu. Folk (1951) mengemukakan bahwa
kematangan tekstur batupasir meliputi tiga sifat tekstur:
Gambar 1.1 Klasifikasi Batupasir (Gilber, 1982) Kelimpahan batuan yang berukuran sangat halus
(claystone), Pemilahan besar butiran serta Tingkat
Batupasir mengandung banyak jenis tekstur dan kebundaran butiran penyusun batuan. Fokus utama
struktur sedimen. Hal ini dikarenakan ukuran butir pada penelitian ini adalah petrografi batupasir
batupasir yang relatif kasar, menjadikan komposisi berdasarkan klasifikasi batupasir dari (Gilbert, 1982).
partikelnya bisa ditentukan dengan akurasi yang masuk
akal dengan menggunakan mikroskop petrografi
standar. Hal ini juga menjadikan mikroskop petrografi
tetap digunakan selama bertahun-tahun menjadi alat

2
Acta Geoscience XX (XX) XXX of XXX Setiawan et al

2. Metodologi 3.1 Kenampakan Mikroskopis Batupasir LS45


Metode penelitian pada penelitian ini terdiri dari dua
Berdasarkan analisis petrografi sampel batupasir
metode yaitu metode pemetaan geologi dan metode
gampingan LS45 Formasi Padang Tiji diklasifikasikan
analisis petrografi. Metode pemetaan geologi dilakukan
sebagai Lithic Wacke (Gilbert, 1982). Batupasir
dengan mengamati singkapan batuan yang dijumpai
gampingan bertekstur pasir kasar, ukuran butir material
ketika pengamatan langsung di lapangan. Pemetaan ini
penyusun batuan yakni (pasir 1/2-1 mm), dengan
dilaksanakan sesuai dengan jalur lintasan yang telah
derajat keseragaman butir (sortasi) terpilah sedang-
direncanakan ketika melakukan survei lapangan yang
terpilah buruk (moderatately sorted-poorly sorted)
mengacu pada peta topografi daerah penelitian dan peta
ketajaman sudut butir menyudut-menyudut tanggung
geologi regional. Metode analisis petrografi dilakukan
(Angular-Sub angular), kemas tertutup dengan tipe
untuk mengetahui sifat fisik batuan seperti karakteristik
point contacts, porositas terbuka yaitu dengan jenis
tekstur, struktur, dan komposisi batuan (mineral dan
porositas fracture dan dissolution, kekompakan batuan
fosil) klasifikasi batupasir dari (Gilbert, 1982).
ini yaitu medium hard, texturally immature-sub mature
3. Hasil dan Diskusi sediment dapat dilihat pada Gambar 3.2.

Kegiatan pemetaan yang dilakukan pada daerah


penelitian memiliki beberapa Formasi batuan, yaitu
Formasi Padangtiji, Formasi Selimeum, dan Formasi
Aluvium. Pemetaan yang dilakukan mendapatkan 93 titik
pengamatan singkapan yaitu batupasir 5 titik singkapan,
batupasir gampingan 55 titik singkapan, batulanau 14
titik singkapan, batupasir tufaan 14 titik singkapan, dan
endapan aluvium. Peta Geologi dapat dilihat pada Gambar 3.2 Kenampakan mikroskopis batupasir LS45
Gambar 3.1 dengan perbesaran 40x a). Sebelah kiri // - Nikol b).
Sebelah kanan X - Nikol

Komposisi batupasir gampingan ini terdiri dari


plagioklas dengan ciri berwarna corourless (tidak
berwarna), belahan satu arah, bentuk prismatik (2.C)
persentase sebanyak 13%, mineral opak dengan warna
hitam, bentuk granular, tidak tembus cahaya (1.C)
persentase sebanyak 15%, kuarsa dengan ciri berwarna
putih-kuning, belahan satu arah, bentuk prismatik (3.B-
C, 6.E) persentase sebanyak 20%, litik dengan ciri abu-
abu kecoklatan dengan persentase 41% dan matriks
dengan persentase 11% berukuran halus (1/8-1/4 mm).
Komposisi mineral yang mendominasi pada sayatan tipis
batuan LS45 ini adalah mineral litik.

3.2 Kenampakan Mikroskopis Batupasir LS54


Gambar 3.1 Peta Geologi Daerah Penelitian.
Berdasarkan analisa petrografi sampel batupasir
Petrografi satuan batupasir yang berada di daerah gampingan LS26 Formasi Padang Tiji diklasifikasikan
penelitian memiliki karakteristik yang berbeda-beda sebagai Lithic Wacke (Gilbert, 1982). Batupasir
yang dipengaruhi oleh komposisi mineralogi, tekstur, gampingan bertekstur pasir sedang, ukuran butir
serta struktur dalam batuan. Pada satuan batupasir ini material penyusun batuan yakni (pasir 1/4-1/2 mm),
diambil 7 titik singkapan yang mewakili seluruh data tingkat keseragaman ukuran butir (sortasi) terpilah baik-
batupasir yang dianalisis. Ketujuh titik singkapan terpilah sedang (well sorted-moderately sorted)
tersebut diberi kode LS45, LS54, LS12, LS44, LS11, LS4 ketajaman sudut butir menyudut-menyudut tanggung
dan LS27. Uraian mengenai petrografi batupasir di (Angular-Sub angular), kemas tertutup dengan tipe
daerah penelitian dapat dilihat dibawah ini. point contacts, porositas terbuka yaitu dengan jenis

3
Acta Geoscience XX (XX) XXX of XXX Setiawan et al

porositas fracture dan dissolution, kekompakan batuan sejajar dan memberikan warna putih keabu-abuan pada
ini yaitu medium hard, texturally immature-sub mature nikol silang, bentuk granular, belahan satu arah (5.G)
sediment dapat dilihat pada Gambar 3.3 persentase sebanyak 10%, litik 20% dan matriks
dengan persentase 55% (1.D-E). Komposisi mineral
yang mendominasi pada sayatan tipis ini adalah mineral
lempung yang berperan sebagai matriks sediment dapat
dilihat pada Gambar 3.4

Gambar 3.3 Kenampakan mikroskopis batupasir LS54


dengan perbesaran 40x a). Sebelah kiri // - Nikol b).
Sebelah kanan X – Nikol
Gambar 3.4 Kenampakan mikroskopis batupasir LS12
Komposisi batupasir gampingan ini terdiri dari
dengan perbesaran 40x a). Sebelah kiri // - Nikol b).
klinopiroksen dengan ciri berwarna putih kuning
Sebelah kanan X – Nikol
kehijauan, bentuk prismatik, belahan 1 arah (4.A)
persentase sebanyak 17%, mineral opak dengan warna 3.4 Kenampakan Mikroskopis Batupasir LS44
hitam, bentuk granular, tidak tembus cahaya (4-5.C)
persentase sebanyak 16%, kuarsa dengan ciri berwarna Berdasarkan analisa petrografi sampel batupasir
putih-kuning, belahan satu arah, bentuk prismatik (1.A, gampingan LS44 diklasifikasikan sebagai Lithic Wacke
1.B, 1.C) persentase sebanyak 25%, Plagioklas dengan (Gilbert, 1982). Batupasir gampingan bertekstur pasir
ciri mempunyai warna colourless pada nikol sejajar dan halus dengan ukuran butir material penyusun batuan
memberikan warna putih keabu-abuan pada nikol silang, yakni (pasir 1/8-1/4 mm), tingkat keseragaman ukuran
bentuk prismatik, belahan satu arah (4.C, 1-2.F-G) butir (sortasi) terpilah sedang-buruk (moderatately
persentase sebanyak 23% dan matriks dengan sorted- poorly sorted) ketajaman sudut butir
persentase 19% (7.A) berukuran halus (1/8-1/4 mm), < membundar tanggung-membundar, Memiliki kemas
0.5 mm. Komposisi mineral yang mendominasi pada terbuka, dengan tipe grain-supported fabric, porositas
sayatan tipis ini adalah mineral litik. terbuka yaitu dengan jenis porositas intergranular,
dissolution dan fracture, kekompakan batuan ini yaitu
3.3 Kenampakan Mikroskopis Batupasir LS12 medium hard-hard, texturally immature-sub mature
sediment dapat dilihat pada Gambar 3.5
Berdasarkan analisa petrografi sampel batupasir
gampingan LS12 Formasi Padang Tiji diklasifikasikan
sebagai Lithic wacke (Gilbert, 1982). Batupasir
gampingan bertekstur pasir sedang dengan ukuran butir
material penyusun batuan yakni (pasir 1/4-1/2 mm),
tingkat keseragaman ukuran butir (sortasi) terpilah
sedang- buruk (moderatately sorted-poorly sorted)
ketajaman sudut butir menyudut-menyudut tanggung
(Angular-Sub angular), memiliki kontak antar butir Gambar 4.5 Kenampakan mikroskopis batupasir LS44
(kemas) dengan tipe concavo-convex contacts, dengan perbesaran 40x a). Sebelah kiri // - Nikol b).
porositas terbuka yaitu dengan jenis porositas fracture Sebelah kanan X - Nikol
dan dissolution, kekompakan batuan ini yaitu medium
hard, texturally immature-sub mature. Komposisi Komposisi batupasir gampingan ini terdiri dari
batupasir gampingan ini terdiri dari mineral opak dengan mineral opak dengan warna hitam, bentuk granular,
warna hitam, bentuk granular, tidak tembus cahaya tidak tembus cahaya (5-6.E) persentase sebanyak 7%,
(6.B) persentase sebanyak 5%, kuarsa dengan ciri kuarsa dengan ciri berwarna putih-kuning, belahan satu
berwarna putih-kuning, belahan satu arah, bentuk arah, bentuk prismatik (1.D) persentase sebanyak 20%,
prismatik (6.C) persentase sebanyak 10%, Plagioklas Plagioklas dengan ciri mempunyai warna colourless pada
dengan ciri mempunyai warna colourless pada nikol nikol sejajar dan memberikan warna putih keabu-abuan

4
Acta Geoscience XX (XX) XXX of XXX Setiawan et al

pada nikol silang, bentuk prismatik, belahan satu arah penyusun batuan yakni (pasir 1/4- 1/2 mm), tingkat
(5-6,F-G) persentase sebanyak 14%, mineral litik hadir keseragaman ukuran butir (sortasi) terpilah baik-sedang
berupa piroksen persentase sebanyak 17% dan matriks (well sorted- moderatately sorted) ketajaman sudut
dengan persentase 42% (5-7.A- C). Komposisi mineral butir menyudut-menyudut tanggung (Angular- Sub
yang mendominasi pada sayatan tipis ini adalah mineral angular), kemas terbuka dengan tipe cancavo-convex
lempung yang berperan sebagai matriks. contacts. Memiliki porositas terbuka yaitu dengan jenis
porositas berupa fracture, kekompakan batuan ini yaitu
3.5 Kenampakan Mikroskopis Batupasir LS11 friable, texturally immature-sub mature sediment dapat
Berdasarkan analisa petrografi sampel batupasir dilihat pada Gambar 3.7.
gampingan LS11, batupasir ini diklasifikasikan sebagai
Lithic Wacke (Gilbert, 1982). Batupasir gampingan
bertekstur pasir sedang dengan ukuran butir material
penyusun batuan yakni (pasir 1/4-1/2 mm), tingkat
keseragaman ukuran butir (sortasi) terpilah baik-sedang
(well sorted- moderatately sorted) ketajaman sudut
butir menyudut-menyudut tanggung (Angular- Sub
angular), kemas terbuka dengan tipe preferred
orientation of grains. Memiliki porositas terbuka yaitu Gambar 3.7 Kenampakan mikroskopis batupasir LS4
dengan jenis porositas microporosity dan fracture, dengan perbesaran 40x a). Sebelah kiri // - Nikol b).
kekompakan batuan ini yaitu friable, texturally Sebelah kanan X – Nikol
immature-sub mature sediment dapat dilihat pada
Komposisi batupasir gampingan ini terdiri dari
Gambar 3.6.
mineral opak dengan warna hitam, bentuk granular,
tidak tembus cahaya (4.G) persentase sebanyak 2%,
kuarsa dengan ciri berwarna putih-kuning, belahan satu
arah, bentuk prismatik (2.C) persentase sebanyak 15%,
Plagioklas dengan ciri mempunyai warna colourless pada
nikol sejajar, bentuk prismatik, belahan satu arah (3-
7.A-E) persentase sebanyak 54%, litik dengan
persentase 19% (3.F) dan matriks dengan persentase
10% (5.F). Komposisi mineral yang mendominasi pada
Gambar 3.6 Kenampakan mikroskopis batupasir LS11
sayatan tipis ini adalah mineral feldspar.
dengan perbesaran 40x a). Sebelah kiri // - Nikol b).
Sebelah kanan X - Nikol 3.7 Kenampakan Mikroskopis Batupasir L27
Komposisi batupasir gampingan ini terdiri dari Berdasarkan analisa petrografi sampel batupasir
mineral opak dengan warna hitam, bentuk granular, gampingan LS27, batupasir ini diklasifikasikan sebagai
tidak tembus cahaya (1.E) persentase sebanyak 4%, Lithic Wacke (Gilbert, 1982). Batupasir gampingan
kuarsa dengan ciri berwarna putih-kuning, belahan satu bertekstur pasir halus dengan ukuran butir material
arah, bentuk prismatik (2.C) persentase sebanyak 19%, penyusun batuan yakni (1/8-1/4 mm), tingkat
Plagioklas dengan ciri mempunyai warna colourless pada keseragaman ukuran butir (sortasi) terpilah baik-sedang
nikol sejajar, bentuk prismatik, belahan satu arah (4-5.F- (well sorted- moderatately sorted) ketajaman sudut
G), persentase sebanyak 34%, litik 29% dan matriks butir menyudut-menyudut tanggung (Angular- Sub
dengan persentase 14% (7.C). Komposisi mineral yang angular), kemas terbuka dengan tipe grain-supported
mendominasi pada sayatan tipis ini adalah mineral fabric. Memiliki porositas terbuka yaitu dengan jenis
feldspar. porositas berupa fracture dan dissolution, kekompakan
batuan ini yaitu friable, texturally immature-sub mature
3.6 Kenampakan Mikroskopis Batupasir LS4
sediment. Komposisi batupasir gampingan ini terdiri dari
Berdasarkan analisa petrografi sampel batupasir mineral opak dengan warna hitam, bentuk granular,
gampingan LS4, batupasir ini diklasifikasikan sebagai tidak tembus cahaya (5.C) persentase sebanyak 14%,
Feldspathic Wacke (Gilbert, 1982). Batupasir gampingan kuarsa dengan ciri berwarna putih-kuning, belahan satu
bertekstur pasir sedang dengan ukuran butir material arah, bentuk prismatik (6.A) persentase sebanyak 36%,

5
Acta Geoscience XX (XX) XXX of XXX Setiawan et al

Plagioklas dengan ciri mempunyai warna colourless pada Ucapan Terima Kasih
nikol sejajar, bentuk prismatik, belahan satu arah (4.F)
Penulis mengucapkan terima kasih kepada
persentase sebanyak 13%, litik 12% dan matriks
laboraturium Batu dan Sayatan Tipis Program Studi
dengan persentase 25% (1-2.D-E). Komposisi mineral
Teknik Geologi Universitas Syiah Kuala yang telah
yang mendominasi pada sayatan tipis ini adalah mineral
menyediakan peralatan potong batu, mikroskop dan staf
lempung hadir berupa matriks dapat dilihat pada
teknis. Selain itu, penulis juga mengucapkan terima
Gambar 3.8.
kasih kepada Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala
atas dukungannya.

Referensi
[1] Allaby, M., 2003. Oxford Dictionary of the
Earth Sciences. Third Edition. Oxford University
Press: New York
[2] Anonim, 2018. Badan Penyuluhan
Pertanian.Pemerintah Kabupaten Aceh Besar .
Gambar 3.8 Kenampakan mikroskopis batupasir LS27 [3] Bennet, J.D., Bridge, D.McC., Cameron,
dengan perbesaran 40x a). Sebelah kiri // - Nikol b). N.R., Djunuddin, A., Ghazali, S.A., Jeffery, D.H.,
Sebelah kanan X – Nikol. Kartawa, W., Keats, W., Rock, N.M.S., Thomson,
S.J., Whandoyo, R. 1981. Peta Geologi Lembar
4. Kesimpulan Banda Aceh, Sumatra skala 1 : 250.000. Bandung:
Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi. DOI:
Satuan batuan di daerah penelitian terdiri dari 5 10.1016/j.enggeo.2014.05.010.
satuan batuan, yaitu satuan Endapan Aluvium yang [4] Boggs, S. Jr. 2009. Petrology of Sedimentary
termasuk ke dalam Formasi Aluvium (Qh) dengan umur Rocks, 2nd Edition. United States of America:
Holosen, satuan Batupasir Tufaan yang termasuk ke Cambridge University Press, New York
dalam Anggota Formasi Seulimum (Qtps), satuan [5] Folk, R. L., 1951. Stages of Textural
Batulanau dan satuan Batupasir Gampingan termasuk ke Maturity in Sedimentary Rocks: J. Sediment. Petrol.,
dalam Formasi Padangtiji (Tuktp) dengan umur Miosen 21, 127–130.
[6] Gilbert A. Churchill, J. a. (1982). An
Tengah-Pliosen Akhir dan terakhir satuan Batupasir.
Investigation into the Determinants of Customer
Berdasarkan klasifikasi batupasir menurut (Gilbert,
Satisfaction.
1982) batupasir yang terdapat pada daerah penelitian [7] Kumar, S., 2017. Sandstone wastes as
diklasifikasikan menjadi dua macam jenis batupasir yaitu aggregate and its usefulness in cement concrete - A
Lithic Wacke dan Feldspathic Wacke, yang terdiri dari 5 comprehensive review. India: Malaviya National
jenis batupasir Lithic Wacke dan 2 jenis batupasir Institute of Technology.
Feldspathic Wacke. Batupasir yang berada pada daerah [8] Sundawa, A., 2012. Geologi Dan Studi
penelitian dikategorikan sebagai batupasir yang belum Penyebaran Litofasies Batugamping Formasi
matang secara fisika maupun kimia, yaitu dengan tahap Punung Daerah Girikikis Dan Sekitarnya, Kecamatan
Giriwoyo, Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa
kematangan “immature-sub mature sediment”
Tengah. Yogyakarta: Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran.
Kontribusi Penulis
Penulis dari makalah ini adalah sebagai berikut: Intan
Mutia (I.M.), Ibnu Rusydy (I.R.), Fahri Adrian (F.A.).
Kontribusi penulis dideskripsikan sebagai berikut:
Konseptual, I.M., I.R. dan F.A.; metodologi, I.M., I.R.
dan F.A.; software, I.M.; validasi, I.R. dan F.A.; analisis
formal, I.M., I.R dan F.A.; investigasi, I.M.; sumber
daya, I.M., I.R. dan F.A.; kurasi data, I.M., I.R. dan F.A.;
menulis – persiapan draf asli, I.M.; menulis — meninjau
dan mengedit, I.M.; visualisasi, I.M.; pengawasan, I.R.
dan F.A.; administrasi kegiatan, I.R. dan F.A.; akuisisi
pendanaan, I.M.

Anda mungkin juga menyukai