Anda di halaman 1dari 25

BAB 3

STRATIGRAFI

Stratigrafi adalah ilmu yang mempelajari tentang sejarah, komposisi dan

umur relatif serta distribusi perlapisan batuan dan interpretasi lapisan-lapisan

batuan untuk menjelaskan sejarah bumi. Dari hasil perbandingan atau korelasi antar

lapisan yang berbeda dapat dikembangkan lebih lanjut studi mengenai litologi

(litostartigrafi). Kandungan fosil (biostratigrafi), dan umur relatif maupun

absolutnya (kronostratigrafi). Urutan pembahasannya meliputi unsur-unsur

stratigrafi, yaitu pemerian litologi, penamaan batuan, umur geologi, hubungan

antara satuan yang satu dengan yang lain, penyebab secara vertical dan latereal,

serta umur dan lingkungan pengendapan.

3.1 Stratigrafi Regional

Stratigrafi daerah penelitain secara regional termasuk dalam Zona

gunungapi Kuarter. Jika diamati dari segi kelurusan geomorfologi dan

fisiografinya, daerah penelitian juga berbatasan dengan Zona Pegunungan Serayu

Utara. Uraian tentang stratigrafi regional yang berhubungan dengan daerah

penelitian.

Berdasarkan pada hasil penelitian yang dilakukan oleh (Thaden, dkk, 1996)

dalam peta geologi lembar Magelang dan Semarang yang diterbitkan oleh

direktorat geologi. Berdasarkan urutan stratigrafi regional pada daerah penelitian

secara berturut-turut dari yang tua ke muda adalah sebagai berikut (Gambar 3.1)

39
40

1. Formasi Penyatan (QTp)

Formasi ini terletak secara tidak selaras di atas Formasi Kerek dangan

litologi terdiri dari batupasir, breksi, tuf, batulempung, dan aliran-aliran lava.

Batupasir tufan dan breksi vulkanik (aliran dan lahar) Nampak dominan, ditemukan

juga aliran lava, batulempung marin dan napal.

2. Formasi Kaligetas (Qpkg)

Formasi ini terdiri dari batuan vulkanik seperti breksi dan lahar dengan

sisipan lava dan tuf halus sampai kasar, setempat di bagian bawahnya ditemukan

batulempung mengandung moluska dan batupasir tufaan. Breksi dan lahar

berwarna coklat kehitaman, dengan komponen berupa andesit, basaltt, batuapung

dengan massa dasar tufa, komponen umumnya menyudut-menyudut tanggung,

porositas sedang hingga tinggi, breksi bersifat keras dan kompak, sedangkan lahar

agak rapuh. Lava berwarna hitam kelabu, keras dan kompak. Tufa berwarna

kuning keputihan, halus- kasar, porositas tinggi, getas. Batulempung, berwarna

hijau, porositas rendah, agak keras dalam keadaan kering dan mudah hancur dalam

keadaan basah. Batupasir tufaan, coklat kekuningan, halus - sedang, porositas

sedang, agak keras. Formasi ini berumur Plistosen.

3. Formasi Jembangan (Qj)

Formasi ini terdiri atas Breksi hipersten augit sebagai lahar dan aliran lava

yang ditemukan di Gunung Tlerep dan Gunung Butak. Formasi ini berumur

Plistosen.
41

Gambar 3.1 Kolom stratigrafi regional daerah Magelang dan Semarang


(Thaden, dkk, 1996 dengan modifikasi)

3.2 Stratigrafi Daerah Penelitian

Pada daerah penelitain digunakan konsep litostratigrafi dalam

penggolongan dan pengelompakkan batuan, yang dijelaskan dalam Sandi

Stratigrafi Indonesia (SSI) tahun 1996 (Martodjojo dan Djuhaeni, 1996).

Penamaan dan pengelompokkan satuan batuan mengikuti kaidah

penamaan satuan litostratigrafi tidak resmi berdasarkan karakteristik atau ciri

litologi, meliputi kombinasi jenis batuan, sifat fisik batuan, kandungan fosil (jika

ada), keseragaman gejala atau genesa, dan kenampakkan lain pada tubuh batuan

di lapangan yang dipetakan pada skala 1:25.000.

Selain dari melihat ciri litologi di lapangan, dilakukan juga studi pustaka

mengenai stratigrafi regional daerah penelitian, analisis petrografi untuk


42

menentukan nama batuan, serta dilakukan juga penentuan umur dan lingkungan

pengendapan. Urutan stratigrafi daerah penelitian disusun secara sistematis

berdasarkan data di lapangan dan analisis dalam peta geologi, meliputi jenis

litologi, urutan, ketebalan, hubungan stratigrafi, umur dan lingkungan

pengendapan setiap lapisan batuan.

Penentuan umur pada daerah penelitian dilakukan dengan menggunakan

metode kesebandingan yaitu dengan membandingkan sifat atau ciri fisik batuan

dengan stratigrafi regional daerah penelitian. Hal tersebut dilakukan karena daerah

penelitian hanya tersusun atas batuan breksi dan lava sehingga tidak ditemukan

adanya fosil untuk menentukan umur relatif, sedangkan untuk menentukan

ketebalan dapat dilihat dari ketebalan di lapangan dan ketebalan berdasarkan

sayatan penampang pada peta geologi. Hubungan stratigrafi antar satuan batuan

dapat diketahui melalui studi literatur berdasarkan stratigrafi regional daerah

penelitian, kenampakan yang terlihat pada peta geologi serta mengacu pada

kondisi di lapangan. Lingkungan pengendapan atau lingkungan terbentuknya

batuan pada daerah penelitian dapat dilihat dari komposisi batuan serta struktur

dan tekstur batuan melalui pengamatan secara megaskopis (petrografi).

Berdasarkan uraian di atas dan juga setelah melakukan pengambilan data

dan pengamatan di lapangan, analisis data di laboratorium serta melakukan

pekerjaan studio, maka daerah penelitian dapat dibagi menjadi 7 satuan

litostratigrafi tidak resmi dan satu endapan campuran. Satuan batuan daerah

penelitian berurutan dari satuan yang paling tua hingga paling muda, yaitu:
43

1. Satuan lava basalt Penyatan 1

2. Satuan lava basalt Penyatan 2

3. Satuan breksi basalt Penyatan

4. Satuan lava basalt Kaligetas

5. Satuan breksi basalt Kaligetas

6. Satuan breksi andesit Jembangan

Gambar 3.2 Satuan batuan pada daerah penelitian

Berikut merupakan penjelasan lebih lanjut mengenai satuan batuan daerah

penelitian, meliputi dasar penamaan, litologi penyusun, penyebaran dan

ketebalan, umur batuan dan pembentukan, serta hubungan stratigrafinya.

3.2.1 Satuan lava basalt Penyatan 1

penamaan satuan batuan ini mengacu pada Sandi Stratigrafi Indonesia

tahun 1996 (Martodjojo dan Djuhaeni, 1996).


44

3.2.1.1. Dasar penamaan

Berdasarkan penamaan satuan litostratigrafi tidak resmi, penarikan nama

satuan dilihat dari litologi yang paling dominan adalah lava basalt dan secara

regional daerah penelitian masuk dalam Formasi Penyatan, sehingga nama

satuannya menjadi satuan lava basalt Penyatan 1.

3.2.1.2. Litologi penyusun

Satuan ini tersusun oleh lava basalt, secara megaskopis memiliki warna

segar abu-abu, warna lapuk coklat, struktur masif, tekstur subhedral-anhedral,

afanitik, hipokristalin, equigranular, komposisi mineral plagioklas dan piroksen

(Gambar 3.3).

Gambar 3.3 Singkapan lava basalt Penyatan 1 pada lp 46


Arah foto N 2530 E

3.2.1.3. Penyebaran dan ketebalan

Satuan lava basalt Penyatan ini memiliki luas ± 4,5% dari keseluruhan luas

daerah penelitian. Penyebaran satuan batuan ini dapat ditemukan di timur dan

tenggara daerah penelitian, yang tersebar pada Kecamatan Candiroto dan Tretep.

Ketebalan dari satuan batuan ini tidak dapat diketahui secara pasti, akan tetapi
45

berdasarkan ketebalan yang diukur pada penampang geologi A-B satuan lava

basalt ini memiliki tebal ± 550 m.

3.2.1.4. Umur batuan dan pembentukan

Untuk menentukan umur batuan, dilakukan dengan menggunakan metode

kesebandingan antara daerah penelitian dengan peta geologi regional. Daerah

penelitian masuk ke dalam peta geologi Lembar Magelang-Semarang (Thaden

Dkk, 1996). Mengacu pada kesamaan ciri fisik dan keterdapan dari

penyebarannya, secara regional satuan ini sebanding dengan litologi penyusun

yang terdapat pada Formasi Penyatan, yaitu berumur Zaman Tersier, Kala Miosen

hingga Zaman Kuarter, Kala Plistosen, dan terbentuk pada lingkungan darat akibat

adanya aktivitas vulkanisme pada zaman dan kala tersebut.

3.2.1.5.Hubungan stratigrafi

Satuan lava basalt Penyatan 1 merupakan batuan yang paling tua yang

tersingkap pada daerah penelitian. Jika dilihat pada peta geologi regional daerah

penelitian, satuan batuan ini terbentuk di atas Formasi Kerek yang terendapkan

lebih dulu di bawahnya. Hubungan satuan lava basalt Penyatan 1 dengan satuan

lava basalt Penyatan 2 adalah tidak selaras (Tabel 3.1).


46

Tabel 3.1 Kolom litologi satuan lava basalt Penyatan 1 (tanpa skala)

3.2.2 Satuan lava basalt Penyatan 2

Dasar penamaan satuan batuan ini mengacu pada Sandi Stratigrafi Indonesia

tahun 1996 (Martodjojo dan Djuhaeni, 1996).

3.2.2.1. Dasar penamaan

Berdasarkan penamaan satuan litostratigrafi tidak resmi, penarikan nama

satuan dilihat dari litologi yang paling dominan yang memiliki kesamaan ciri fisik

diikuti dengan nama formasi regional daerah penelitian. Pada satuan ini litologi

yang dominan adalah lava basalt dan secara regional daerah penelitian masuk

dalam Formasi Penyatan, sehingga nama satuannya menjadi satuan lava basalt

Penyatan 2.

3.2.2.2. Litologi penyusun

Satuan ini tersusun oleh lava basalt, secara megaskopis memiliki warna

segar abu-abu, warna lapuk coklat, struktur masif, tekstur subhedral-anhedral,

afanitik, hipokristalin, equigranular, komposisi mineral plagioklas dan piroksin

(Gambar 3.4).
47

Gambar 3.4 Singkapan lava basalt Penyatan 2 pada lp 62


Arah foto N 1750 E

3.2.2.3. Penyebaran dan ketebalan

Satuan lava basalt Penyatan ini memiliki luas penyebaran ± 2,5% dari

keseluruhan luas daerah penelitian. Penyebaran ini dapat ditemukan di timur

daerah penelitian yang tersebar pada Kecamatan Candiroto. Ketebalan dari satuan

batuan ini tidak dapat diketahui secara pasti, akan tetapi berdasarkan ketebalan

yang diukur pada penampang A-B satuan lava basalt Penyatan ini memiliki

ketebalan ± 625 m, sedangkan pada penampang geologi C-D, satuan lava basalt

Penyatan ini memiliki tebal ± 550 m.

3.2.2.4. Umur batuan dan pembentukan

Untuk menentukan umur batuan, dilakukan dengan metode kesebandingan

antara daerah penelitian dengan peta geologi regional. Daerah penelitian masuk

ke dalam peta geologi Lembar Magelang-Semarang (Thaden Dkk, 1996).

Mengacu pada kesamaan ciri fisik dan keterdapatan dari penyebarannya, secara

regional satuan ini sebanding dengan litologi penyusun yang terdapat pada
48

Formasi Penyatan, yaitu berumur Tersier, Kala Miosen hingga Zaman Kuarter,

Kala Plistosen, dan terbentuk pada lingkungan darat akibat adanya aktivitas

vulkanisme pada zaman dan kala tersebut.

3.2.2.5. Hubungan stratigrafi

Satuan lava basalt Penyatan merupakan batuan yang paling tua yang

tersingkap pada daerah penelitian. Jika dilihat pada peta geologi regional daerah

penelitian, satuan batuan ini terbentuk di atas Formasi Kerek yang terendapkan

lebih dulu di bawahnya. Hubungan satuan lava basalt Penyatan dengan satuan

breksi basalt Penyatan adalah selaras menjari (Tabel 3.2).

Tabel 3.2 Kolom litologi satuan lava basalt Penyatan 2 (tanpa skala)

3.2.3 Satuan breksi basalt Penyatan

Dasar penamaan satuan batuan ini mengacu pada Sandi Stratigrafi

Indonesia tahun 1996 (Martodjojo dan Djuhaeni, 1996).


49

3.2.3.1. Dasar penamaan

Penarikan nama satuan dilihat dari litologi yang paling dominan yang

memiliki kesamaan ciri fisik diikuti dengan nama formasi regional daerah

penelitian. Pada satuan ini litologi yang dominan adalah breksi basalt dan secara

regional daerah penelitian masuk dalam Formasi Penyatan, sehingga nama

satuannya menjadi satuan breksi basalt Penyatan.

3.2.3.2. Litologi penyusun

Satuan ini tersusun atas breksi basalt yang secara megaskopis memiliki warna abu-

abu kecoklatan, struktur masif, ukuran butir lempung-bongkah, bentuk butir

menyudut-membulat tanggung, sortasi buruk, kemas tebuka, fragmen basalt

(warna segar: abu-abu, warna lapuk: coklat, masif, subhedral-anhedral, afanitik,

hipokristalin, ekuigranular, komposisi mineral plagioklas, piroksin), matriks

lempung-pasir kasar, semen silika (Gambar 3.5).

Gambar 3.5 Singkapan breksi basalt Penyatan pada lp 63


Arah foto N 730 E
50

3.2.3.3. Penyebaran dan ketebalan

Satuan breksi basalt Penyatan ini memiliki luas penyebaran ± 5,5 % dari

keseluruhan luas daerah penelitian. Penyebaran satuan batuan ini dapat ditemukan

di Timur laut daerah penelitian, yang tersebar pada Kecamatan Candiroto.

Ketebalan dari satuan batuan ini tidak dapat diketahui secara pasti, akan tetapi

berdasarkan ketebalan yang diukur pada penampang geologi A-B, satuan breksi

basalt Penyatan ini memiliki tebal ± 450 m.

3.2.3.4. Umur batuan dan pembentukan

Untuk menentukan umur batuan, dilakukan dengan menggunakan metode

kesebandingan antara daerah peneltian dengan peta geologi regional. Daerah

penelitian masuk ke dalam peta geologi regional Lembar Magelang-Semarang

(Thaden Dkk., 1996). Mengacu pada kesamaan ciri fisik dan keterdapatan dari

penyebarannnya, secara regional satuan ini sebanding dengan litologi penyusun

yang terdapat pada Formasi Penyatan, yaitu berumur Zaman Tersier, Kala Miosen

hingga Zaman Kuarter, Kala Plistosen, dan terbentuk pada lingkungan darat akibat

adanya aktivitas vulkanisme pada zaman dan kala tersebut.

3.2.3.5. Hubungan stratigrafi

Hubungan satuan breksi basalt Penyatan dengan satuan lava basalt

Penyatan 2 adalah selaras menjari (Tabel 3.3).


51

Tabel 3.3 Kolom litologi satuan breksi basalt Penyatan (tanpa skala)

3.2.4 Lava basalt Kaligetas

Dasar penamaan satuan batuan ini mengacu pada Sandi Stratigrafi Indonesia

tahun 1996 (Martodjojo dan Djuhaeni, 1996).

3.2.4.1. Dasar penamaan

Berdasarkan penamaan satuan litostratigrafi tidak resmi, penarikan nama

satuan dilihat dari litologi yang paling dominan yang memiliki kesamaan fisik

diikuti dengan nama formasi regional daerah penelitian. Pada satuan ini litologi

yang dominan adalah lava basalt dan secara regional daerah penelitian masuk

dalam satuan lava basalt Kaligetas.

3.2.4.2. Litologi penyusun

Satuan ini tersusun oleh lava basalt, secara megaskopis memiliki warna segar abu-

abu, warna lapuk coklat, struktur masif, tekstur subhedral-anhedral, afanitik,

hipokristalin, equigranular, komposisi mineral plagioklas dan piroksen (Gambar

3.6).
52

Gambar 3.6 Singkapan lava basalt Kaligetas pada lp 29


Arah foto N 1900 E

3.2.4.3. Penyebaran dan ketebalan

Satuan lava basalt Kaligetas ini memiliki luas penyebaran ± 10 % dari

keseluruhan luas daerah penelitian. Penyebaran satuan batuan ini dapat ditemukan

di Barat laut dan Utara daerah penelitian, yang tersebut sebagian besar pada

Kecamatan Tretep dan sebagian kecil pada Kecamatan Candiroto. Ketebalan dari

stuan batuan ini tidak dapat diketahui secara pasti, akan tetapi berdasarkan

ketebelan yang diukur pada penampang geologi A-B, satuan breksi basalt

Kaligetas ini memiliki tebal ±750 m.

3.2.4.4. Umur batuan dan pembentukan

Untuk menentukan umur batuan, dilakukan dengan menggunakan metode

kesebandingan antara daerah penelitian dengan peta geologi regional. Daerah

penelitian masuk ke dalam peta geologi regional Lembar Magelang-Semarang

(Thaden Dkk, 1996). Mengacu pada kesamaan ciri fisik dan keterdapatan dari

penyebarannya, secara regional satuan ini sebanding dengan litologi penyusun

yang terdapat pada Formasi Kaligetas, yaitu berumur Zaman Kuarter, Kala
53

Plistosen, dan terbentuk pada lingkungan darat akibat adanya aktivitas vulkanisme

pada zaman dan kala tersebut.

3.2.4.5. Hubungan stratigrafi

Hubungan satuan lava basalt Kaligetas dengan satuan lava basalt

Penyatan dan breksi basalt Penyatan yang saling selaras menjari di bawahnya

yaitu selaras, sedangkan hubungan satuan lava basakt Kaligetas dengan satuan di

atasnya yaitu breksi basalt Kaligetas dan breksi andesit Jembangan yang saling

menjari adalah tidak selaras (3.4).

Tabel 3.4 Kolom litologi satuan lava basalt Kaligetas (tanpa skala)

3.2.5 Satuan breksi basalt Kaligetas

Dasar penamaan satuan batuan ini mengacu pada Sandi stratigrafi Indonesia

tahun 1996 (Martodjojo dan Djuhaeni,1996).

3.2.5.1 Dasar penamaan

Berdasarkan penamaan satuan litostratigrafi tidak resmi, penarikan nama

satuan dilihat dari litologi yang paling dominan yang memiliki kesamaan ciri fisik
54

diikuti dengan nama formasi regional daerah penelitian masuk dalam Formasi

breksi basalt Kaligetas, sehingga nama satuannya menjadi satuan breksi basalt

Kaligetas.

3.2.5.2 Litologi penyusun

Satuan breksi basalt Kaligetas, terdiri dari batuan breksi dengan warna

segar abu-abu, warna lapuk coklat-coklat kemerahan, struktur masif, tekstur

subhedral-anhedral, afanitik, hipokristalin, equigranular, komposisi mineral

plagioklas dan piroksen (Gambar 3.7).

Gambar 3.7 Singkapan breksi basalt Kaligetas pada lp 111


Arah foto N 3410 E

3.2.5.3 Penyebaran dan ketebalan

Satuan breksi basalt ini memiliki luas penyebaran 59,5 % dari keseluruhan

luas daerah penelitian. Penyebaran satuan batuan ini dapat ditemukan di barat

hingga utara daerah penelitian, yang tersebar pada Kecamatan Patean hingga

Candiroto. Ketebalan dari satuan batuan ini tidak dapat diketahui secara pasti,
55

akan tetapi berdasarkan ketebalan yang diukur pada penampang geologi A-B,

satuan breksi basalt Kaligetas ini memiliki tebal ± 800 m.

3.2.5.4 Umur batuan dan pembentukan

Untuk menentukan umur batuan, dilakukan dengan menggunakan

metodfmetode kesebandingan antara daerah penelitian dengan peta geologi

regional. Daerah peneltiain masuk ke dalam peta geologi regional Lembar

Magelang-Semarang (Thaden Dkk, 1996). Mengacu pada kesamaan ciri fisik dan

keterdapatan dari penyebarannya, secara regional satuan sebanding dengan

litologi penyusun yang terdapat pada Formasi Kaligetas, yaitu berumur Zaman

Kuarter, Kala Plistosen, dan terbentuk pada lingkungan pada lingkungan darat

akibat adanya aktivitas vulkanisme pada zaman dan kala tersebut.

3.2.5.5 Hubungan stratigrafi

Hubungan satuan breksi basalt Kaligetas dengan satuan breksi basalt

Kaligetas dengan satuan breksi basalt Penyatan dan lava basalt Penyatan yang

saling selaras menjari di bawahnya yaitu selaras, sedangkan hubungan satuan

breksi basalt Kaligetas dengan satuan di atasnya yaitu breksi andesit Jembangan

(Tabel 3.5).
56

Tabel 3.5 Kolom litologi satuan breksi basalt Kaligetas (tanpa skala)

3.2.6 Satuan breksi andesit Jembangan

Dasar penamaan satuan batuan ini mengacu pada Sandi Stratigrafi

Indonesia tahun 1996 (Martodjojo dan Djuhaeni, 1996).

3.2.6.1. Dasar penamaan

Berdasarkan penamaan satuan litostratigrafi tidak resmi, penarikan nama

satuan dilihat dari litologi yang paling dominan yang memiliki kesamaan ciri fisik

diikuti dengan nama formasi regional daerah penelitian. Pada satuan ini litologi

yang dominan adalah breksi andesit dan secara regional daerah penelitian masuk

dalam Formasi Jembangan, sehingga nama satuannya menjadi satuan breksi

andesit Jembangan.

3.2.6.2. Litogi penyusun

Satuan breksi andesit Jembangan, terdiri dari batuan breksi andesit dengan

warna abu-abu kecoklatan-coklat kemerahan, struktur masif, ukuran butir

lempung-bongkah, bentuk butir menyudut-membulat tanggung, sortasi buruk,

kemas terbuka, fragmen andesit (warna segar: abu-abu terang, warna lapuk:
57

coklat-coklat kemerahan, masif, subhedral-anhedral, porfiri-afanitik,

hipokristalin, inekuigranular, komposisi mineral plagioklas, piroksen), matriks

lempung-pasir kasar, semen silika-oksida besi (Gambar 3.8).

Gambar 3.8 Singkapan breksi andesit Jembangan pada lp 56


Arah foto N 2340 E

3.2.6.3. Penyebaran dan ketebalan

Satuan breksi andesit Jembangan ini memiliki luas penyebaran 18% dari

keseluruhan luas daerah penelitian. Penyebaran satuan batuan ini dapat ditemukan

di utara dan bagian tengah daerah penelitian, yang sebagian besar tersebar pada

Kecamatan Candiroto dan Tretep serta sebagian kecil tersebar pada Kecamatan

Jumo. Ketebalan dari satuan batuan ini tidak dapat diketahui secara pasti, akan

tetapi berdasarkan ketebalan yang diukur pada penampang geologi C-D, satuan

breksi andesit Jembangan ini memiliki tebal ±550 m.

3.2.6.4. Umur batuan dan pembentukan

Untuk menentukan umur batuan, dilakukan dengan menggunakan metode

kesebandingan antara daerah penelitian dengan peta geologi regioanl. Daerah


58

penelitian masuk ke dalam peta geologi regional Lembar Magelang-Semarang

(Thaden Dkk, 1996). Mengacu pada kesamaan ciri fisik dan keterdapatan dari

penyebarannya, secara regioanl satuan ini sebanding dengan litologi penyusun

yang terdapat pada Formasi Jembangan, yaitu berumur Zaman Kuarter, Kala

Plistosen dan terbentuk pada lingkungan darat akibat adanya aktivitas

vulkanisme pada zaman dan kala tersebut.

3.2.6.5. Hubungan stratigrafi

Hubungan stratigrafi antara satuan breksi andesit Jembangan dengan

breksi basalt Kaligetas adalah tidak selaras (Tabel 3.6).

Tabel 3.6 Kolom litologi satuan breksi andesit Jembangan (tanpa skala)
59

3.2.7 Endapan campuran tidak terpetakan

Dasar penamaan satuan batuan ini mengacu pada Sandi Stratigrafi

Indonesia tahun 1996 (Martodjojo dan Djuhaeni, 1996).

3.2.7.1. Dasar penamaan

Berdasarkan penamaan satuan litostratigrafi tidak resmi, penarikan nama

satuan dilihat dari litologi yang paling dominan yang memiliki kesamaan ciri fisik

diikuti dengan nama formasi regional daerah penelitian. Pada satuan ini litologi

yang dominan adalah endapan campuran dan secara regional daerah penelitian

masuk dalam Endapan Aluvium.

3.2.7.2. Litologi penyusun

Endapan campuran terdiri dari material yang terdapat disekitar derah

penelitian yang belum mengalami proses konsolidasi shingga masih berupa

material lepas. Endapan ini berukuran lempung sampai bongkah yang merupakan

hasil rombakan atau pelapukan batuan yang sudah ada sebelumnya yaitu lava

basalt, breksi basalt, lava andesit, dan breksi andesit yang berada pada daerah

penelitian (Gambar 3.9).


60

Gambar 3.9 Endapan campuran di Kali Trocoh lp 81


Arah foto N 450 E

3.2.7.3. Penyebaran dan ketebalan

Satuan ini hanya sedikit dijumpai pada daerah penelitian, yaitu hanya

terdapat di satu titik lokasi pengamatan pada bagian tubuh sungai, sehingga pada

peta geologi satuan ini tidak terpetakan.

3.2.7.4. Umur batuan dan pembentukan

Endapan campuran ini diperkirakan mulai terbentuk pada Zaman Kuarter,

Kala Holosen dan pembentukannya masih terus berlangsung hingga sekarang

(resen). Hal tersebut dapat terjadi akibat adanya proses eksogen (pelapukan, erosi,

transportasi, dan sedimentasi) yang juga masih berlangsung hingga sekarang.

3.2.7.5. Hubungan stratigrafi

Hubungan stratigrafi antara endapan campuran dengan satuan batuan

dibawahnya yaitu satuan breksi andesit Jembangan adalah tidak selaras (Tabel

3.7).
61

Tabel 3.7 Kolom litologi endapan campuran tidak terpetakan (tanpa skala)

3.3. Kolom Stratigrafi Daerah Penelitian

Tabel di bawah ini merupakan kolom stratigrafi secara keseluruhan daerah

penelitian yang menjelaskan hubungan antar satuan batuan dan anggotanya dari

yang paling tua ke yang paling muda (Tabel 3.8)


62

Tabel 3.8 Kolom stratigrafi daerah penelitian (tanpa skala)

3.4. Kesebandingan Stratigrafi Daerah Penelitian dengan Stratigrafi

Regional

Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan dan data yang diperoleh dari

peneliti terdahulu atau geologi regional, maka penyusun membuat tabel

kesebandingan stratigrafi daerah penelitian dengan stratigrafi regional (Tabel 3.9).


63

Kesebandingan statigrafi daerah penelitian dengan stratigrafi regional

(Tabel 3.9).

Anda mungkin juga menyukai