STRATIGRAFI
penelitian termasuk dalam Peta Geologi Lembar Ujung Pandang, Benteng, dan
tufanya benkisar dari tufa breksi, tufa lapili dan tufa kristal yang banyak
ukuran ½ - 70 cm. rata-rata 10 cm. Formasi ini terdapat di bagian timur, sebagai
Barat sebelah utaranya. Di daerah urara banyak mengandung tufa, di bagian tengah
batuannya berlapis baik, terlipat lemah dengan kemiringan antara 10o – 20o, dan
membentuk perbukitan dengan ketinggian rata-rata 250 m di atas muka laut; tebal
Formasi ini sekitar 2500 m. Di P. Salayar Formasi ini terutama terdiri dari lapisan-
40
41
mengandung kuarsa, biotit, amfibol dan piroksen. Fosil dari Formasi Walanae yang
dikenali oleh Purnamaningsih (hubungan tertulis, 1975) pada contoh batuan La.457
Akhir sampai Pliosen, (N18 – N20). Lagi pula ditemukan jenis foraminifera yang
gunungapi, dan setempat dengan batubara, berwarna beraneka, putih, coklat, merah,
kuning, kelabu muda sampai kehitaman: umumnya mengeras kuat dan sebagian
kurang padat; berlapisan dengan tebal antara 4 cm dan 100 cm. Tufanya berbutir
halus hingga lapili; tufa lempungan berwarna, merah mengandung banyak mineral
biotit; konglomerat dan breksinya terutama berkomponen andesit dan basal dengan
mengandung pecahan koral dan moluska: batulempung gampingan kelabu tua dan
Fosil dari Formasi Camba telah dikenali oleh D. Kadar (hubungan tertulis.
1971, 1973, 1974). A.F Malicoat (M.W. Kontz, hubungan tertulis, 1972), dan oleh
Purnamaningsih (hubungan tertulis, 1974), dari contoh batuan: B.27, B.73, B.134.
C.43, C.44. Ta.57. Ta.153. Ta.243. Ta.275, Ta.276, Tc.48. Tc.416. Td.46, Td.182.
Td.332, dan Ti.15. Fosil-fosil yang dikenali termasuk: Lepidocyclina cf. borneensis
fosil ini menunjukkan umur berkisar dari Miosen Tengah sampai Miosen Akhir
Gambar 3.1 Geologi regional daerah penelitian termasuk dalam Lembar Ujung Pandang
Benteng dan Sinjai yang dipetakan oleh Rab Sukamto dan Supriatna (1982)
44
didasarkan atas litostratigrafi tidak resmi yang bersendikan pada ciri-ciri litologi,
stratigrafi antara batuan yang satu dengan batuan yang lain dan dapat dipetakan
Secara umum litologi daerah penelitian terdiri dari batuan vulkanik. Hal ini
litologi yang dimaksud adalah karakteristik fisik dan komposisi kimia) dan kontak
batuan, dimana batas kontak dapat ditempatkan pada bidang yang sebenarnya atau
daerah penelitian, dibagi menjadi tiga (3) satuan batuan, mulai dari yang termuda
2. Satuan Batugamping
Pembahasan tiap-tiap satuan batuan akan dimulai dari yang tertua hingga
termuda, yang akan diuraikan mengenai dasar penamaan satuan batuan, penyebaran
45
dan ketebalan, ciri litologi, lingkungan pembentukan, dan umur serta hubungan
Satuan Tufa Halus merupakan satuan tertua yang tersingkap pada daerah
penelitian. Dalam satuan ini akan dibahas mengenai dasar penamaan, penyebaran,
Dasar penamaan satuan batuan ini didasarkan atas ciri litologi yang
penyebarannya mendominasi pada satuan batuan ini secara lateral. Litologi yang
Penamaan batuan dari penyusun satuan batuan ini terdiri atas dua cara yaitu
komposisi mineral yang bisa diamati oleh mata, dengan menggunakan klasifikasi
untuk pengamatan sifat optik mineral serta pemerian komposisi mineral secara
menurut (Pettijohn, 1975). Berdasarkan data lapangan, satuan ini disusun oleh
penelitian atau sekitar 16 Km2. Satuan ini tersebar secara vertikal yang berada
pada utara hingga selatan pada sisi Timur daerah penelitian mencakup daerah
Bonea Makmur dan Bonea Timur. Kedudukan batuan secara umum berarah
pada penampang geologi A-B yang berarah barat barat laut – timur dengan
mengukur batas bawah dan batas atas lapisan pada penampang geologi, maka
kondisi segar memperlihatkan ciri fisik berwarna putih keabu-abuan dan dalam
baik, kemas tertutup, ukuran butir Fine Ash (Debu Halus) (0,02 mm – 0,04 mm),
komposisi kimia karbonatan. Berdasarkan ciri fisiknya, maka nama batuan ini
adalah Tufa Halus (Fisher, 1966). Batuan ini dijumpai tersingkap dengan kondisi
subhedral– anhedral. Komposisi material terdiri dari mineral biotit, kalsit, mineral
opak, dan gelas vulkanik. Ukuran mineral <0,02 mm – 0,25 mm. Komposisi mineral
Gambar 3.2 Singkapan Tufa Halus pada stasiun 49 di daerah Bonea Makmur difoto
relatif ke arah N 250° E.
terdiri dari mineral Biotit (15%), kuarsa (5%), mineral opak (5%), dan massa dasar
Gelas Vulkanik (75%). Berdasarkan sifat optik dan komposisi mineralnya maka
nama batuan pada stasiun 46 adalah Vitcric Tuff (Pettijohn, 1975) (Gambar 3.3
Gambar 3.3 Kenampakan mikroskopis nikol sejajar Tufa Halus pada sayatan
ST49/TFHLS dengan komposisi mineral mineral Biotit (Bt), kalsit (Cal),
mineral opaq (Op), dan Gelas Vulkanik (Gv).
Gambar 3.4 Kenampakan mikroskopis nikol silang Tufa Halus pada sayatan
ST49/TFHLS dengan komposisi mineral mineral Biotit (Bt), kalsit (Cal),
mineral opaq (Op), dan Gelas Vulkanik (Gv).
50
kandungan fosil bentonik yang dijumpai. Adapun kandungan fosil bentonik yang
(A), Nodosarella tuckerae (Hadley) (B), Valvulina intermedia Applin and Jordan
(C), Marginulina sublituus (Nuttall) (D), Dentalina cooperensis Cushman (E) dan
A B C
D E F
Gambar 3.5 Kandungan fosil foraminifera bentonik yang dijumpai pada Satuan Tufa
yaitu pada stasiun 57 (Chusman, 1983)
Tabel 3.1 Tabel Lingkungan Pengendapan menurut Boltovskoy dan Wright (1976)
51
lingkungan pengendapan dari Satuan Tufa berada pada Outer Neritic hingga Upper
A B C
D E F
Gambar 3.6 Kandungan fosil foraminifera planktonik yang dijumpai pada satuan Tufa
(Blow, 1969 dalam Postuma, 1971).
52
Berdasarkan tabel di atas (tabel 3.2), umur relatif satuan Tufa ditandai
Hubungan stratigrafi antara satuan Tufa Halus dengan batuan yang ada
didasarkan pada umur satuan Tufa Halus yang didasarkan pada keterdapatan
mikrofosil pada lokasi penelitian yang menunjukan umur satuan Tufa Halus adalah
di daerah Tugondeng antara tufa kasar dan batugamping. Berdasarkan hal tersebut,
Dasar penamaan satuan batuan ini didasarkan atas ciri litologi yang
penyebarannya mendominasi pada satuan batuan ini secara lateral. Litologi yang
Penamaan batuan dari penyusun satuan batuan ini terdiri atas dua cara yaitu
komposisi mineral yang bisa diamati oleh mata, dengan menggunakan klasifikasi
untuk pengamatan sifat optik mineral serta pemerian komposisi mineral secara
Berdasarkan data lapangan, satuan ini disusun oleh litologi Breksi Vulkanik.
atau sekitar 23,53 Km2. Satuan ini tersebar secara vertikal yang berada pada utara
54
hingga selatan pada sisi tengah daerah penelitian mencakup daerah Bonea Makmur
dan Buki Timur. Kedudukan batuan secara umum berarah relatif utara – selatan N
pada penampang geologi A-B yang berarah barat laut hingga tenggara dengan
mengukur batas bawah dan batas atas lapisan pada penampang geologi, sehingga
kondisi segar memperlihatkan ciri fisik berwarna hitam dan dalam kondisi lapuk
subrounded, ukuran butir pasir sangat kasar – berangkal komposisi material matriks
berupa tufa dengan ciri fisik ; warna segar putih, warna lapuk putih kecoklatan,
tekstur klastik halus, bentuk butir angular – subangular, ukuran butir pasir kasar –
pasir sangat kasar dan fragmen berupa batuan beku basal porfiri dengan ciri fisik ;
mineral piroksin dan massa dasar gelas. Berdasarkan ciri fisiknya, maka nama
batuan ini adalah Breksi Vulkanik (Fisher, 1966). Batuan ini dijumpai tersingkap
mineral piroksin (10%), mineral opak (20%), plagioklas (25%), olivin (10%) dan
massa dasar gelas (35%). Ukuran mineral <0,02 mm – 1 mm. Berdasarkan sifat
optik dan komposisi mineralnya maka nama batuan dari matriks Breksi Vulkanik
Gambar 3.7 Singkapan Breksi Vulkanik pada stasiun 61 di daerah Bonea Timur difoto
relatif ke arah N 109° E.
56
Gambar 3.8 Kenampakan mikroskopis nikol sejajar fragmen Breksi Vulkanik pada
sayatan ST61/FRG/BSLT dengan komposisi mineral olivin (Ol),
plagioklas (Pl), piroksin (Px), mineral opaq (Op), dan Gelas Vulkanik
(Gv).
Gambar 3.9 Kenampakan mikroskopis nikol silang fragmen Breksi Vulkanik pada
sayatan ST61/FRG/BSLT dengan komposisi mineral olivin (Ol),
plagioklas (Pl), piroksin (Px), mineral opaq (Op), dan Gelas Vulkanik
(Gv).
57
plagioklas (20%), mineral opak (15%), dan gelas vulkanik (55%). Ukuran mineral
<0,02 mm – 0,6 mm. Berdasarkan sifat optik dan komposisi mineralnya maka nama
batuan dari matriks Breksi Vulkanik adalah Vitric Tuff (Pettijohn, 1975) (Gambar
Gambar 3.10 Kenampakan mikroskopis nikol sejajar matriks Breksi Vulkanik pada
sayatan ST53/MTRX dengan komposisi mineral mineral plagioklas (Pl),
biotit (Bt), mineral opaq (Op), dan Gelas Vulkanik (Gv).
58
Gambar 3.11 Kenampakan mikroskopis nikol silang matriks Breksi Vulkanik pada
sayatan ST53/MTRX dengan komposisi mineral mineral plagioklas (Pl),
biotit (Bt), mineral opaq (Op), dan Gelas Vulkanik (Gv).
Figure 3, Tappan, 1988), Asanoina globosa YABE AND ASANO (D)(Plate 768
Indonesia menurut P. Baumann (1971), maka umur satuan batugamping, yaitu Tg-
A B C
D E
Gambar 3.11 Kenampakan beberapa fosil foraminifera besar pada sayatan tipis
batugamping (P. Boumann, 1971).
Tabel 3.3 Penarikan umur fosil foraminifera besar pada stasiun 32 yang
dokorelasikan dengan Zonasi P. Baumann,1971.
stratigrafi satuan ini didasarkan pada umur satuan Tufa yang didasarkan pada
keterdapatan mikrofosil pada lokasi penelitian yang menunjukan umur satuan Tufa
di daerah Tugondeng antara tufa kasar dan batugamping. Berdasarkan hal tersebut,
61
ketidakselarasan.
40