Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, penulis dapat menyusun laporan hasil
Ekskursi Geopark Merangin yang telah dilaksanakan pada hari Sabtu sampai hari
Minggu, tanggal 7-8 Mei 2016. Tidak bisa dipungkiri bahwa segala kekurangan
berada didalam laporan ini, maka dari itu penulis terus mengharapkan masukanmasukan untuk hasil laporan yang telah dibuat ini.
Di dalam laporan ini, saya rangkum semua hasil penelitian kami di Air
Terjun Muara Karing dan Goa Tiangko, Kabupaten Merangin Provinsi Jambi.
Kami harapkan dengan adanya laporan ini, dapat menjadi acuan dan sumber
informasi untuk semua orang. Kritik dan saran dapat membantu penyempurnaan
penyusunan laporan selanjutnya. Mudah-mudahan laporan ini dapat bermanfaat.

Jambi, Mei 2016


Penyusun

Agung Dwi Nugroho

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Petrologi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan geologi yang
mempelajari batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorf, asal mula
pembentukan batuan, pembentuk kulit bumi, serta penyebarannya baik didalam
maupun dipermukaan bumi, mencakup aspek deskripsi dan aspek genesainterpretasi.
Batuan didefinisikan sebagai semua bahan yang menyusun kerak bumi dan
merupakan suatu agregat atau kumpulan mineral-mineral yang telah menghablur
(mengkristal). Aspek pemberian nama antara lain meliputi tekstur batuan yang
mengacu pada kenampakan butir-butir mineral yang ada di didalamnya yang
meliputi tingkat kristalisasi, ukuran butir, bentuk butir, granularitas dan hubungan
antar butir. Jika warna batuan berhubungan erat dengan komposisi kimia maka
tekstur berhubngan dengan sejarah pembentukan dan keterdapatannya. Tekstur
merupakan hasil dari rangkaian proses sebelum dan sesudah kristalisasi.
Kemudian ada struktur, komposisi, berat jenis, kekerasan, kesarangan (porositas),
kelulusan (permebilitas) dan klasifikasi atau penamaan batuan. Aspek genesa
interpretasi mencakup tentang sumber asal hingga proses atau cara terbentuknya
batuan. Dalam arti sempit, yang tidak termasuk batuan adalah tanah dan bahan
lepas lainnya yang merupakan hasil pelapukan kimia, fisika maupun biologis,
serta proses erosi dari batuan. Namun dalam arti luas tanah hasil pelapukan dan
erosi tersebut termasuk batuan.
Jadi, pembuatan laporan ini adalah sebagai langkah maupun informasi
tentang apa itu batuan, bagaimana proses batuan itu terbentuk, klasifikasi batuan,
dan tipe dasar batuan.

Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dan tujuan diadakannya ekskursi ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui jenis batuan serta proses pembentukan batuannya yang


ada di daerah Air Terjun Muara Karing dan Goa Tiangko.
2. Untuk mendeskripsikan batuan yang terdapat di daerah Air Terjun Muara
Karing dan Goa Tiangko.
1.2 Metode Kerja
1.2.1 Objek Penelitian
Objek penelitian yang digunakan pada praktik lapangan ini adalah sebagai
berikut:
1. Singkapan batuan yang terdapat di sekitaran Air Terjun Muara Karing dan
Goa Tiangko.
1.2.2 Peralatan yang Digunakan
1.2.2.1 Alat-Alat Penelitian Lapangan
Peralatan yang digunakan pada ekskursi ini adalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.

Palu geologi sedimen


Lup
Komparator batuan sedimen
Plastic sampel batuan

1.2.3 Tahap Penyusunan Rencana Kerja


1.2.3.1 Tahap Kegiatan Kerja
Tahapan kegiatan kerja yang dilakukan pada ekskursi ini adalah sebagai
berikut:
1.
2.
3.
4.

Dicari singkapan batuan yang terdapat pada daerah tersebut


Ditentukan lokasi pengamatan yang akan dilakukan pendeskripsian batuan
Diambil sampel batuan pada singkapan tersebut
Dilakukan pendeskripsian pada sampel batuan yang telah diambil

1.3 Waktu Pelaksanaan


Ekskursi ini dilaksanakan pada hari Sabtu sampai hari Minggu, tanggal 7 Mei
sampai dengan 8 Mei 2016.

BAB II
KERANGKA GEOLOGI REGIONAL
2.1 Geologi Regional dan Fisiografi

Gambar 1. Peta Kawasan Geopark Merangin


(ESDM Bangko)

Kawasan Paleobotani Park Merangin merupakan kawasan inti yang


seluruhnya berada di Kabupaten Merangin bagian selatan khususnya di bantaran
dan aliran sungai Batang Merangin dan Batang Mengkarang. Fosil-fosil tertua
yang ditemukan berusia 300 juta tahun berupa fosil Cordaites, Calamites,
Pecopterid,

Taeniopteris

sp,

Gigantopteris

sp,

Sphenopteris

sp,

dan

Araucarioxylon (nama ilmiah latin dari tanam-tanaman). Kolom stratigrafi


Formasi Mengkarang di sepanjang sungai Merangin mencapai ketebalan sekitar
500 m dengan ketebalan tanah penutup sekitar 1-7 m dengan jenis tanah andosol,
litosol, regosol.
Selain itu kawasan ini memiliki beberapa potensi Geodiversity bernilai
tinggi untuk dikembangkan sebagai situs warisan geologi. Lokasinya berdekatan
dengan beberapa objek geoheritage objek wisata alam seperti goa dan petualangan
arum jeram standar internasional serta beragam atraksi kehidupan sosial budaya
masyarakat.
Secara fisiografi termasuk ke dalam kawasan peralihan antara mendala
Pegunungan Barisan dan Daerah Rendah Sumatra Bagian Timur (Verstappen,
1973). Morfologi kawasan ini didominasi oleh dataran menggelombang, dengan
undulasi yang tidak begitu kasar. Rangkaian punggungan topografi yang
menempati wilayah ini umumnya searah dengan sumbu Pulau Sumatra, yaitu
Baratlaut-Tenggara, namub sebagia ada juga yang memotong arah jurus
perlapisan batuan sedimen. Ketinggian wilayah yang dimulai dari kawasan Taman
Nasional Kerinci-Seblat di wilayah Kerinci, batuan sedimen terlipat kuat, kawasan
intrusi, dan kawasan batuan sedimen terlipat lemah adalah dari 2800 m sampai
400 m dpl. Vegetasi bervariasi dari mulai hutan hujan hutan produksi yang
cukup rimbun, kawasan-kawasan budidaya yang umumnya tidak lebat, serta
setempat berupa ladang dan semak belukar kebun karet, kebun kopi, serta kelapa
sawit.
2.2 Stratigrafi
Gambar 1. memperlihatkan bahwa satuan batuan tertua di kawasan ini
adalah Formasi Mengkarang (Pm) yang menjemari dengan dan ditindih secara
selaras oleh Formasi Telukwang (Pt) yang berumur Perem Awal-Tengah. Ke arah
barat dari wilayah kajian, Formasi Mengkarang dan Telukwang ini menjemari
dengan Formasi Palepat. Formasi Mengkarang tersusun oleh batuan sedimen

klastika halus-kasar bersisipan batuan klastika gunungapi dan batuan karbonat,


sedangkan Formasi Telukwang berupa batuan sedimen klastika kasar dengan
anggota batugamping. Sementara itu, Formasi Palepat terdiri atas batuan
gunungapi dengan sisipan batuan sedimen klastika halus-kasar dan batugamping.
Batuan berumur Perem tersebut yang diterobos oleh granit horenblenda
berumur Trias Akhir awal Jura, memperlihatan kontak tektonik dengan Formasi
Asai (Ja) berumur Jura Tengah yang berupa batuan sedimen-meta dengan sisipan
batugamping dan Formasi Peneta (KJp) berumur Jura Akhir - Kapur Awal, yang
tersusun oleh runtunan batuan sedimen klastika halus-kasar dan sisipan
batugamping, umumnya termalihkan derajat rendah.
2.3 Formasi Mengkarang

Satuan batuan ini berupa perselingan batupasir, batulanau, batulempung,


serpih, tuf, dan konglomerat; umumnya tekersikkan; serta sisipan batugamping
dan batubara. Batupasir, kelabu terang-gelap, berbutir halus-kasar, membundar
tanggung dan terpilah buruk, tebal setiap lapisan antara 0,5 2,5 m. Kuarsa,
felspar, lempung, kalsit, dan klorit merupakan komponen utama batupasir, dengan
massadasar lempung, felspar, dan kalsit.
Batulanau, kelabu gelap, tufan, agak pasiran, mengandung fosil tumbuhan,
tebal lapisan antara 0,2 3,0 m, berlapis kurang baik baik. Batulempung, kelabu
kecoklatan kehijauan. Serpih, kelabu gelap kehitaman, berlapis baik,
mengandung fosil brakhiopoda dan tumbuhan; tebal setiap lapisan 1 15 m,
setempat mengandung lapisan batubara tipis-tipis. Tuf, kelabu gelap, bersusunan
basa asam; klastika, setempat berselingan dengan batugamping dan sisipan
batubara setebal 15 cm; berlapis baik; terdapat juga kepingan kayu tekersikkan
dan Stigmaria; tebal lapisan tuf ini berkisar dari 0,5 1,5 m. Konglomerat,
anekabahan, kelabu kehijuan dan kecoklatan; komponen yang berukuran 0,5- 20
cm dominan terdiri atas batuan gunungapi (basal dan trakhit), serpih, batupasir
halus, dan granit; setempat berselingan dengan tuf bersusunan dasit; tebal
runtunan 0,15 10 m.

Batugamping, jenis wackestone, kelabu gelap kehitaman, sebagai sisipan


dalam serpih, setempat dolomitan, termalihkan lemah, terlipat kuat, berselingan
dengan tuf basa. Fosil yang terkandung adalah Fusulina, Fusulinella, Bellerophon,
Pseudoschwagerina meranginensis Thompson, Schwagerina rutschi Thompson,
dan Bivalvia. Selain itu ditemukan pula fosil ganggang, ganggang-pseudo,
foraminifera kecil, fusulinoid, dan koral yang menunjukkan umur Asselian (Perem
Awal) (Beauvais drr., 1984). Dapat disimpulkan bahwa umur kumpulan fosil
tersebut berkisar dari Sakmarian Artinskian (awal Perem akhir Perem Awal.
Formasi Mengkarang ini secara keseluruhan diduga terendapkan di
lingkungan darat laut dangkal, berlumpur, dalam kondisi rezim energi rendah,
berdekatan dengan suatu busur kepulauan bergunung api. Sebarannya terletak di
Sungai Mengkarang, Karing, Merangin, Ketiduran, dan Titi Meranti.
2.4 Formasi Paneta
Bagian bawah formasi ini tersusun oleh batulanau, serpih, dan batupasir
berbutir halus menengah yang termalihkan lemah; sisipan batugamping malih,
dan setempat batusabak. Ke arah atas, satuan berangsur menjadi batupasir kasar
dan konglomerat, mengandung sisipan batupasir kuarsa.
Batulanau, secara setempat, mengandung lensa-lensa batupasir yang
tercenangga kuat dan kaya akan pirit. Seringkali ditemukan batuan yang tergerus
dan tekersikkan. Pirit juga tersebar di dalam batusabak, batupasir-meta, dan
serpih.
Struktur perlapisan sejajar dan bersusun, slumping, serta perdaunan umum
ditemukan.
Kumpulan fosil moluska dalam satuan batuan menunjukkan umur Kapur
Awal (Tobler, 1919). Sementara itu, Beauvais drr. (1984), berdasarkan kandungan
fosil calcarae, ganggang, dan koral di dalam sisipan batugamping meta,
berpendapat bahwa umur batuan adalah Jura Akhir. Fosil amonit yang ditemukan
oleh Baumberger (1925) menunjukkan umur Kapur Awal, sedangkan kepingan
amonit yang ditemukan oleh Tobler (1919) menurut Geyssant (dalam Beauvais
drr., 1984) berumur Jura Akhir. Beberapa spesies fosil nanno menunjukkan umur

Aptian Santonian (Kapur Awal; Puslitbang Geologi, 1995). Berdasarkan temuan


fosil-fosil tersebut, disimpulkan umur formasi berkisar dari Jura Akhir Kapur
Awal.
Lingkungan pengendapannya ditafsirkan sebagai laut dangkal yang
terletak di busur belakang, sedangkan secara tektonik termasuk ke dalam daur
orogen dan daur kuarsa. Tebal satuan sekitar 400 m. Formasi ini tersebar di
wilayah hulu aliran Sungai Mengkarang.

3.2 Pembahasan
Pada kegiatan ekskursi kali ini, kami melakukan kunjungan lapangan ke
Air Terjun Muara Karing yang berada di Kabupaten Merangin dan Goa Tiangko
yang terletak di Desa Tiangko, Sungai Manau, Kabupaten Merangin.
Pada hari Sabtu tanggal 7 Mei 2016, kami mengunjungi Air Terjun Muara
Karing. Di lokasi, kami menemukan singkapan-singkapan batuan dan sepanjang
lokasi yang diamati, praktikan juga memperhatikan jenis batuan yang ada dan
dominan di sekitar lokasi.
Berdasarkan liteatur, Muara Karing termasuk ke dalam Formasi
Mengkarang. Satuan batuan ini berupa perselingan batupasir, batulanau,
batulempung, serpih, tuf, dan konglomerat; umumnya tekersikkan; serta sisipan
batugamping dan batubara.
Dari hasil pengamatan, kami mendapatkan bahwa persebaran umum
batuan yang terdapat pada lintasan lokasi penelitian adalah batuan sedimen. Di
lokasi ini kami mengambil 5 sampel batuan dengan lokasi yang berbeda untuk
dijadikan sebagai objek penelitian. Pengambilan sampel pada singkapan batuan
kami menggunakan palu geologi sedimen. Dari pengambilan sampel batuan itu
sendiri praktikan sudah dapat mengasumsikan bahwa batuan tersebut adalah
batuan sedimen karena pada saat pemecahan batuan menggunakan palu geologi,
bunyi palunya tidak terlalu nyaring.
Dugaan tadi semakin diperkuat dengan melihat ukuran butir yang ada pada
sampel batuan tersebut. Sampel batuan pertama yang kami dapatkan
teridentifikasi bahwa batuan ini berwarna abu-abu kehitaman dan termasuk ke
dalam kelompok batuan sedimen klastik karena terbentuk dari batuan yang sudah
ada sebelumnya dan tertransportasi. Dilihat dari kondisi batuannya struktur batuan
ini Masif. Dilihat dari lup dan komperator, derajat kebundarannya Rounded atau
membundar, kemas tertutup serta ukuran butirnya dikategorikan Very Fine Sand
dengan ukuran butir 1/8-1/16 mm. Komposisi mineral pada batuan ini adalah
tidak memiliki fragmen, sedangkan matriknya adalah pasir halus dan semennya
adalah silika. Batuan ini dinamakan Batu Pasir Halus (Very Fine Sandstone).

Pada sampel batuan kedua yang didapatkan, deskripsi batuannya hampir


sama dengan sampel batuan pertama, yang membedakannya adalah warna sampel
kedua lebih abu-abu keputihan dan ukuran butir Medium Fine Sand (1/2
mm). Derajat pemilahan sangat baik dan kemas masih tertutup. Komposisi batuan
ini juga sama dengan batuan yang pertama. Batuan ini diberi nama Batupasir
sedang (Medium Sandstone) karena dilihat dari ukuran butirnya adalah Medium
Fine Sand.
Batuan ketiga yang didapatkan adalah berwarna cokelat keputihan. Jenis
batuan ini adalah Batuan Sedimen non-klastik karena batuan ini terbentuk dari
reaksi kimia dan kegiatan organisme. Reaksi kimia yaitu kristalisasi atau reaksi
organik. Teksturnya adalah amorf karena terdiri dari mineral yang tidak
membentuk Kristal-kristal. Struktur batuan ini adalah fossiliferous, karena
struktur pada batuan ini menunjukkan adanya fosil kayu. Komposisi batuan ini
adalah Monomineralik (CaC03), hanya terdiri dari satu mineral. Batuan ini diberi
nama Batu Fosil Kayu.
Batuan keempat yang didapatkan adalah berwarna kuning kecokelatan
dan jenis batuan ini sedimen klastik. Strukturnya massif. Berdasarkan komperatir
yang digunakan, ukuran butirnya adalah Silt (1/16 1/256). Batuan ini tidak
memiliki fragmen, tetapi matriknya adalah Lanau dan semennya Silika. Sehingga
batuan ini diberi nama Batu Lanau (Siltstone).
Dan batu yang kelima yang kami dapatkan di sekitar Air Terjun Muara
Karing ini adalah Batu Lempung. Jenis batuannya adalah sedimen klastik dan
strukturnya massif. Jika dilihat menggunakan kompereator, batuan ini memiliki
ukuran butir Clay(1/256) dan terpilah baik serta memiliki kemas tertutup. Matrik
dari batuan ini juga lempung sehingga batuan ini diberi nama Batu Lempung
(Claystone).
Petrogenesa batupasir ini ialah batu yang terbentuk dari hasil transportasi
deposisi material sedimen yang diangkut oleh arus sungai yang ada pada lokasi
penelitian dengan energi sedang. Bila dilihat dari bentuk butir yang membulat,
maka diperkirakan batupasir ini telah mengalami transportasi yang relatif jauh.

Itulah deskripsi dari kelima batuan yang kami dapatkan di sekitaran Air
Terjun Muara Karing. Sebenarnya masih ada beberapa jenis batuan sedimen
lainnya yang belum didapatkan seperti Konglomerat, tuf, serpih dan lain-lain.
Kemudian pada hari Minggu tanggal 8 Mei 2016, kami melakukan
penelitian ke Goa Tiangko yang terletak di Desa Tiangko, Sungai Manau,
Kabupaten Merangin. Goa Tiangko masih relatif muda karena bisa dilihat dari
Stalaktit dan Stalakmit-nya masih belum sempurna terbentuk.
Batuan yang kami temukan di lokasi adalah Batu Gamping Kristalin. Batu
ini memiliki warna cokelat keputihan. Jenis batuannya adalah sedimen nonklastik yang pasti terdapat reaksi kimia serta proses kristalisasi. Struktur batuan
ini massif atau kompak atau tidak ada fragmen batuan lain. Teksturnya kristalin
karena terdapat butir-butir Kristal pada tubuh batuan. Hal ini disebabkan karena
Batu Gamping sedang mengalami transformasi dari Batuan Sedimen menjadi
Batuan Metamorf yang tentunya dipengaruhi suhu dan tekanan. Pada bagian timur
Goa, bana ditemukan batu marmer yang belum sempurna karena masih
mengalami transformasi itu tadi.

BAB IV
KESIMPULAN
Kesimpulan
Dari ekskursi yang telah dilaksanakan di Air Terjun Muara Karing dan
Goa Tiangko, dapat ditarik kesimpulan, yaitu sebagai berikut :
1. Batuan yang dominan keberadaannya di sekitar lokasi Air Terjun Muara
Karing adalah Batupasir halus (Very Fine Sandstone), Batupasir Sedang
(Medium Sandstone), Fosil Kayu, Batu Lanau (Siltstone) dan Batu
Lempung (Claystone) dan masih banyak batuan yang terdapat di Muara
Karing seperti Konglomerat, Tuf, Serpih dll. Batuan yang didapatkan di
Goa Tiangko adalah Batu Gamping Kristalin.
2. Jenis batuannya adalah batuan sedimen

klastik

dan

proses

pembentukkannya dari perlapisan yang ada di tebing batuan.


3. Sampel batuan yang didapatkan dapat dideskripsikan dengan cara
mengidentifikasi : warna, jenis batuan, tekstur, struktur, komposisi mineral
dan pemberian nama batuan dengan bantuan lup dan komperator.

DAFTAR PUSTAKA

Tim Dosen. 2016. Panduan Lapangan Geologi Struktur, Stratigrafi Geopark


Merangin. Jambi: Universitas Jambi.
Tim Dosen. 2009. Modul Praktikum Petrologi. Jurusan Teknik Geologi. Fakultas
Teknologi Mineral UPN Veteran Yogyakarta.

BIODATA

Nama

: Agung Dwi Nugroho

Nim

: F1D114046

Prodi

: Teknik Pertambangan

Universitas

: Universitas Jambi

Tempat/Tanggal Lahir

: Kuala Tungkal/23 September 2016

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Agama

: Islam

Alamat

: Jl. Pattimura Lrg. Citra No.85 RT15 Kel. Simpang IV


Sipin Kec. Telanaipura - Jambi

Email

: agungbocor23@yahoo.com

Anda mungkin juga menyukai