Untuk mencapai target produksi batubara sebanyak 2.000 ton/hari, PT Nan Riang
perlu memperketat pengawasan terhadap keadaan di lapangan dan faktor-faktor yang
mempengaruhi kemampuan produksi dari alat mekanis tersebut. Adapun faktor yang
sering terjadi di lapangan adalah faktor efisiensi kerja yang meliputi waktu kerja efektif,
dimana waktu kerja efektif adalah waktu yang benar-benar dipergunakan operator dan
alat mekanis lebih sedikit dibandingkan dengan waktu hambatan untuk melakukan
produksi batubara. Rata-rata efisiensi kerja alat gali-muat Excavator Komatsu PC400LC
adalah 39%.
Bucket fill factor rata-rata yang dimiliki oleh alat gali-muat yang digunakan untuk
produksi batubara (coal getting) di PT Nan Riang adalah 82% atau 0,82.
Berikut adalah rumus yang digunakan untuk mengetahui waktu kerja efektif.
Keterangan :
Dengan mengetahui waktu kerja efektif, maka dapat diketahui efisiensi kerja alat
mekanis, (Ir. Partanto Prodjosumarto, 2000) yaitu :
Berdasarkan hasil pengolahan data dan perhitungan, rata-rata efisiensi kerja alat
gali-muat Excavator Komatsu PC400LC adalah 39% atau 0,39. (Tabel. 4)
Hasil perhitungan rata-rata efisiensi kerja perhari dari waktu kerja efektif dan
hambatan hasil pengamatan penulis disajikan lebih detail dalam bentuk tabel berikut ini.
Tabel 3. Waktu kerja Efektif Excavator Komatsu PC400LC
Waktu Hambatan Day 1 Day 2 day 3 Day 4 Day 5 Day 6 Day 7 Day 8 Day 9 Day 10 Day 11 Day 12 Day 13 Day 14 Total Rata-rata Menit
Jam Kerja 29400 29400 32100 32100 32100 32100 32100 32100 29400 32100 32100 32100 32100 32100 441300 31521,4 525,4
Terlambat
2759 1860 1150 5483 6253 5164 5885 6588 6441 0 4508 2112 3300 2340 53843 3845,9 64,1
Kerja
Selesai Lebih
300 120 0 214 780 780 0 300 420 0 660 505 480 1620 6179 441,4 7,4
Awal
Menunggu
4838 6242 879 5512 3435 6985 3066 6850 10796 0 10957 11419 7723 3935 82637 5902,6 98,4
Alat Angkut
Hambatan
Merapikan
Dapat 1037 1651 150 773 394 1073 964 710 319 0 488 598 488 736 9381 670,1 11,2
Loading Point
Dihindari
Buat Tanggul
1282 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2605 0 0 3887 277,6 4,6
Air di Pit
Keperluan
216 0 0 1031 1456 740 259 134 0 0 365 751 410 0 5362 383,0 6,4
Operator
Batubara
0 0 25039 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 11496 36535 2609,6 43,5
Habis
Alat Angkut
0 0 0 0 2964 0 0 2829 0 0 0 0 0 0 5793 413,8 6,9
Terpuruk
Perbaikan
1037 1025 227 773 393 1073 925 726 322 0 465 599 488 737 8790 627,9 10,5
Front
Hambatan
Isi Bahan
Tidak Dapat 400 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 400 28,6 0,5
Bakar
Dihindari
Blacksill 3146 828 285 4322 0 1975 1718 0 1121 0 0 0 0 0 13395 956,8 15,9
Alat Rusak 0 0 0 0 0 0 10172 0 0 0 0 0 0 0 10172 726,6 12,1
Hujan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 32100 0 0 0 0 32100 2292,9 38,2
Total Waktu Hambatan 15015 11726 27730 18108 15675 17790 22989 18137 19419 32100 17443 18589 12889 20864 268474 19176,7 319,6
Waktu Kerja Efektif 14385 17674 4370 13992 16425 14310 9111 13963 9981 0 14657 13511 19211 11236 172826 12344,7 205,7
Efisiensi Kerja Per Hari (%) 49% 60% 14% 44% 51% 45% 28% 43% 34% 0% 46% 42% 60% 35% 39%
2.6 Waktu Edar (Cycle Time)
Waktu edar merupakan waktu yang diperlukan oleh alat untuk menghasilkan daur
kerja. Semakin kecil waktu edar suatu alat, maka produksinya semakin tinggi. total waktu
pada alat muat, yang dimulai dari pengisian bucket sampai dengan menumpahkan
muatan ke dalam alat angkut dan kembali kosong. (Eugene P. Pfleider, 1972)
Keterangan :
Rata-rata waktu edar alat gali muat pada Excavator Komatsu PC400LC perhari
adalah 25,9 detik, seperti yang disajikan pada tabel. 5 berikut ini.
Faktor – faktor yang mempengaruhi produktivitas alat gali-muat adalah waktu edar
(cycle time) alat muat, kapasitas bucket alat gali-muat, bucket fill factor, dan efisiensi kerja.
(Rochmanhadi, 1992)
Langkah-langkah perhitungan produktivitas alat gali-muat :
a) Kapasitas produksi persiklus
𝑞 = 𝑞1 × 𝐾
Keterangan :
q = Kapasitas produksi persiklus
q1 = Kapasitas bucket (m3)
K = Faktor bucket alat muat
𝑞 × 3600 × 𝐸
𝑄=
𝐶𝑡𝑚
Keterangan :
Q = Produksi Excvator perjam (m3/jam)
q = Kapasitas produksi persiklus (m3)
E = Effisiensi kerja (%)
Ctm = Waktu siklus (detik)
Kapasitas Persiklus
q = q1 x K
q = 3,2 x 0,82
q = 2,62 m3
Produksi Perjam
𝑞 × 3600 × 𝐸
𝑄= × 𝑑𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑦 𝑙𝑜𝑜𝑠𝑒
𝐶𝑡𝑚
𝑄 = 157,73 ton/jam
Produksi Perhari
Hasil perhitungan kemampuan produksi perjam dikalikan dengan rata-rata
waktu kerja efektif perhari. (Tabel 3)
𝑄 = 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑗𝑎𝑚 × 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑒𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓
𝑄 = 157,73 × 3,43
𝑄 = 540,88 ton/hari
Maka dari itu, penulis melakukan beberapa optimasi dalam peningkatan waktu
kerja efektif dengan cara menghilangkan beberapa waktu hambatan yang dapat dihindari
sehingga efisiensi kerja meningkat dari 39% atau 0,39 menjadi 84% atau 0,84 seperti yang
disajikan dalam tabel berikut ini.
Tabel 8. Efisiensi kerja rata-rata perhari setelah dilakukan optimasi.
Sebelum Seudah
Waktu Hambatan
Optimasi Optimasi
Jam Kerja (menit) 525,4 525,4
Terlambat Kerja 64,1 0
Selesai Lebih Awal 7,4 0
Hambatan Menunggu Alat Angkut 98,4 0
Dapat Merapikan Loading Point 11,2 0
Dihindari
Buat Tanggul Air di Pit 4,6 0
Keperluan Operator 6,4 0
Batubara Habis 43,5 0
Alat Angkut Terpuruk 6,9 6,9
Perbaikan Front 10,5 10,5
Hambatan
Tidak Dapat Isi Bahan Bakar 0,5 0,5
Dihindari Blacksill 15,9 15,9
Alat Rusak 12,1 12,1
Hujan 38,2 38,2
Total Waktu Hambatan (Menit) 319,6 84,1
Waktu Kerja Efektif (Menit) 205,7 441,3
Waktu Kerja Efektif (Jam) 3,4 7,4
Efisiensi Kerja Per Hari (%) 39% 84%
Pada Tabel. 8 dapat dilihat terjadi peningkatan efesiensi kerja bila dibandingkan
dengan efisiensi kerja sebelum dioptimasi. Hal ini akan didapat bila dilakukan
pengurangan waktu di beberapa aspek pada waktu hambatan seperti ; waktu merapikan
loading point diatasi dengan bantuan bulldozer, waktu membuat tanggul air atau
membuang air di dalam pit diatasi dengan menggunakan pompa air, waktu keperluan
operator dilakukan pada saat jam istirahat, waktu batubara habis bisa diatasi dengan cara
mengupas overburden terlebih dahulu saat sebelum dilakukan produksi batubara (coal
getting) dengan cakupan yang lebih luas dan jumlah batubara yang dihitung cukup untuk
produksi beberapa hari kedepan agar tidak ada waktu kerja efektif yang terbuang setiap
harinya.
Sedangkan pada aspek terlambat mulai bekerja dan berhenti kerja lebih awal
ditiadakan, karena hambatan ini ditimbulkan oleh ketidak disiplinan operator dalam
melaksanakan tugasnya. Sedangkan dalam hal menunggu alat angkut penempatan posisi
alat angkut untuk dimuat oleh alat gali-muat menggunkan pola Single Back Up, dimana
alat angkut memposisikan untuk dimuat pada satu tempat saja, sehingga terdapat waktu
tunggu untuk memposisikan alat angkut selanjutnya setelah alat angkut sebelumnya
selesai dimuat oleh alat gali-muat. Pola tersebut bisa diganti menjadi Double Back Up, yaitu
dengan memposisikan alat angkut pada dua tempat. Hal tersebut bisa mengurangi waktu
tunggu alat angkut. Dengan menambah kecepatan pada alat angkut saat melakukan
hauling ke stockpile juga bisa mencegah waktu tunggu.
Dengan adanya optimasi kerja alat gali-muat yaitu dengan perbaikan terhadap
waktu kerja efektif, sehingga efisiensi kerja alat meningkat menjadi 84%, secara otomatis
besarnya kemampuan produksi alat gali-muat meningkat. Hal ini disebabkan karena
waktu yang telah disediakan dimanfaatkan lebih besar untuk bekerja atau persen waktu
yang dimanfaatkan oleh alat untuk bekerja dari jumlah waktu yang tersedia lebih besar
dibandingkan saat belum dilakukan upaya optimasi waktu kerja efektif.
Kapasitas Persiklus
q = q1 x K
q = 3,2 x 0,82
q = 2,62 m3
Produksi Perjam
𝑞 × 3600 × 𝐸
𝑄= × 𝑑𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑦 𝑙𝑜𝑜𝑠𝑒
𝐶𝑡𝑚
𝑄 = 335,88 ton/jam
Produksi Perhari
Hasil perhitungan kemampuan produksi perjam dikalikan dengan rata-rata
waktu kerja efektif perhari setelah dilakukan optimasi. (Tabel 8)
𝑄 = 335,88 × 7,35
𝑄 = 2470,11 ton/hari
Tabel 9. Ketercapaian target produksi setelah optimasi terhadap waktu kerja efektif.
IV. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dan perhitungan maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Optimasi dalam peningkatan waktu kerja efektif dengan cara menghilangkan
beberapa waktu hambatan yang dapat dihindari sehingga efisiensi kerja meningkat
dari 39% atau 0,39 menjadi 84% atau 0,84.
2. Pengurangan waktu di beberapa aspek pada waktu hambatan seperti ; waktu
merapikan loading point diatasi dengan bantuan bulldozer, waktu membuat tanggul
air atau membuang air di dalam pit bisa diatasi dengan menggunakan pompa air,
waktu keperluan operator dilakukan pada saat jam istirahat, waktu batubara habis
bisa diatasi dengan cara mengupas overburden terlebih dahulu saat sebelum
dilakukan produksi batubara (coal getting) dihari sebelumnya dengan cakupan yang
lebih luas dan jumlah batubara yang dihitung cukup untuk produksi beberapa hari
kedepan agar tidak ada waktu kerja efektif yang terbuang setiap harinya. Sedangkan
pada aspek terlambat mulai bekerja dan berhenti kerja lebih awal ditiadakan,
karena hambatan ini ditimbulkan oleh ketidakdisiplinan operator dalam
melaksanakan tugasnya.
3. Kemampuan produksi aktual alat gali-muat berdasarkan pengolahan data dan
perhitungan adalah 540,88 ton/hari, angka tersebut jauh dari target yang sudah
direncanakan oleh PT Nan riang, yaitu 2.000 ton/hari.
4. Setelah dilakukannya upaya optimasi dengan cara meningkatkan efisiensi kerja,
ketercapaian produksi mengalami peningkatan yang cukup besar dan mencapai
target yang direncanakan yaitu 2470,11 ton/hari atau dengan selisih 1929,23 ton
dari pencapaian aktual sebelum dilakukan optimasi.
4.2 Saran
1. Menjaga kolaborasi antara operator alat gali-muat dengan alat angkut terhadap
keseimbangan antara waktu pengisian dengan waktu hauling dan menerapkan pola
pemuatan Double Back Up, yaitu dengan memposisikan alat angkut pada dua
tempat agar mengurangi waktu tunggu alat angkut.
2. Meningkatkan koordinasi antara alat gali-muat dengan bulldozer agar selalu
membersihkan area loading point.
3. Meningkatkan pengawasan yang lebih intensif terhadap kondisi lapangan dan
kedisiplinan operator alat mekanis.
4. Memberikan wawasan, semangat dan motivasi kepada operator terhadap
pentingnya waktu kerja efektif agar target pencapaian yang sudah ditetapkan
tercapai.