PENDAHULUAN
1
terbuka maupun tambang bawah tanah. Kegiatan pengolahan / pencucian batu
bara adalah proses peremukan, pencucian, pemekatan dan atau penghilangan
batuan/mineral pengotor dan atau senyawa belerang dari batubara tanpa
mengubah sifat kimianya.
Kegiatan penambangan tentu saja banyak menimbulkan dampak negatif
terhadap beberapa unsur lingkungan di sekitar wilayah penambangan, salah
satunya adalah tercemarnya kualitas badan air di sekitar wilayah
penambangan. Lebih lanjut lagi, dampaknya dapat mengganggu kehidupan
biota perairan dan dapat mengakibatkan terjadinya pendangkalan serta
penurunan kemampuan pengaliran yang pada akhirnya dapat mengubah
keseimbangan lingkungan. Dengan demikian, air buangan dari kegiatan
penambangan tersebut tidak dapat dibuang langsung ke lingkungan.
PT NANRIANG sebagai salah satu perusahaan tambang di daerah
Kabupaten Batanghari Provinsi Jambi yang melakukan eksplotasi tambang
batubara. Limbah cair yang dihasilkan dari kegiatan PT NANRIANG berbentuk
air asam tambang yang dihasilkan dari reaksi batuan / mineral sulfida secara
kimia dan biologi. Air asam tambang merupakan sumber kontaminasi
lingkungan selain mempunyai pH rendah, juga mengandung logam berat. Oleh
karena itu PT NANRIANG membuat sistem pengolahan air limbah tersebut
dengan menggunakan treatment pada settling pond sebelum akhirnya akan
dibuang kembali ke lingkungan perairan dan juga pengelolaan kualitas air asam
tambang tersebut agar tetap berada pada kondisi yang tidak membahayakan.
2
1.4 Maksud dan Tujuan
Maksud dari kerja praktek ini adalah untuk mengenal tentang dunia
pertambangan secara umum di PT NANRIANG serta mengaplikasikan secara
langsung teori yang didapatkan di bangku kuliah.
Tujuan dari kerja praktek yang dilakukan ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui pengolahan air asam tambang dari sumber sampai akhir
pengolahan serta operasional dan pemantauannya.
2. Mengetahui sistem pengelolaan kualitas air asam tambang pada PT
NANRIANG.
1.5 Manfaat
1. Bagi PT NANRIANG
a. Hasil analisa dan penelitian yang dilakukan selama kerja praktek
dapat menjadi bahan masukan bagi pihak perusahaan untuk
menentukan kebijaksanaan perusahaan di masa yang akan datang
khususnya di bidang Teknologi Informasi.
b. Perusahaan dapat melibatkan mahasiswa kerja praktek
dalam aktifitas penambangan yang dilakukan.
c. Mengembangkan kemitraan antara Program Studi Teknik
Pertambangan FST-UNJA dengan PT NANRIANG untuk kegiatan
penelitian maupun pengembangan.
3
3. Bagi Mahasiswa Teknik Pertambangan FST-UNJA
a. Mahasiswa dapat menyajikan pengalaman-pengalaman dan data-
data yang diperoleh selama kerja praktek Lapangan ke dalam sebuah
laporan kerja praktek.
b. Mahasiswa dapat mengembangkan dan mengaplikasikan
pengalaman di kerja lapangan untuk dijadikan sebagai bahan
pertimbangan tugas akhir. Mahasiswa dapat mengenalkan dan
membiasakan diri terhadap suasana kerja sebenarnya sehingga
dapat membangun etos kerja yang baik, serta sebagai upaya untuk
memperluas cakrawala wawasan kerja.
c. Mahasiswa mendapat gambaran tentang kondisi real dunia kerja dan
memiliki pengalaman terlibat langsung dalam aktivitas industri.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
5. DO
Oksigen terlarut merupakan O2 bebas yang terdapat dalam perairan dan
secara kimia tidak bereaksi dengan air serta berperan dalam proses
penguraian bahan organik secara biologis.
6. Logam
Kandungan logam-logam dapat mempengaruhi kehidupan biota air
terutama logam berat yang dapat meracuni manusia. Pada aktivitas
pertambangan parameter logam berat yang umum adalah Besi (Fe) dan
Mangan (Mn).
Air asam tambang mengandung besi dan mangan, dimana kedua logam
tersebut secara kimiawi serupa dan mereka menyebabkan masalah yang sama.
Besi akan menyebabkan noda berwarna coklat kemerahan pada cucian,
porselen, piring, peralatan, dan bahkan barang pecah belah. Mangan bertindak
dengan cara yang sama tetapi menyebabkan noda hitam kecoklatan. Sabun dan
detergen tidak menghilangkan noda ini, dan penggunaan pemutih malah
menambah noda.
Adapun ciri - ciri air yang mengandung zat besi (Fe) dan mangan (Mg) :
1. Air Bau
2. Air Keruh
3. Air Menimbulkan endapan berwarna kuning (kadar besi), endapan
berwarna hitam( zat mangan)
4. Air terdapat lapisan minyak diatasnya (kadar besi)
5. Air keluar berwarna kuning (kadar besi tinggi)
6. Air keluar jernih setelah didiamkan beberapa lama berubah menjadi
kuning (kadar besi rendah)
Sumber-sumber air asam tambang ini antara lain berasal dari kegiatan-
kegiatan sebagai berikut :
1. Air dari lokasi penambangan (Pit Area)
Lapisan batuan akan terbuka sebagai akibat dari terkupasnya lapisan
tanah penutup, sehingga sulfur yang terdapat dalam batubara akan mudah
teroksidasi dan bila bereaksi dengan air akan membentuk air asam tambang.
2. Air dari lokasi penimbunan (Disposal Area)
Timbunan batubara dapat menghasilkan air asam tambang karena
adanya kontak langsung dengan udara bebas yang selanjutnya terjadi pelarutan
6
akibat adanya air. Masalah ini berkaitan erat dengan proses pembentukan
batubara dimana pembentukan batubara terdapat sulfur dan mineral pengotor
yang berupa mineral sulfide. Air lokasi penimbunan ini merupakan sumber air
utama air asam tambang.
7
1. Nilai pH yang rendah
2. Konsentrasi logam terlarut yang tinggi, seperti logam besi, aluminium,
mangan, cadmium, tembaga, timbal, seng, arsenik dan merkuri
3. Nilai acidity yang tinggi (50 - 1500 mg/L CaCO3)
4. Nilai keasaman/sulphate yang tinggi (500 - 10.000 mg/L
5. Nilai salinitas (1 - 20 mS/cm)
6. Konsentrasi oksigen terlarut yang rendah
Adapun pada tabel berikut mineral – mineral sulfida penghasil asam yang
paling umum :
Tabel 2.1 Mineral Sulfida Penghasil Asam
Mineral Komposisi
Pirit FeS2
Markasit FeS3
Kalkopirit CuFeS2
Kalkosit Cu2S
Spalerit ZnS
Galena PbS
Milerit NiS
Arsenopirit FeAsS
Sinabar HgS
8
Proses terbentuknya air asam tambang dapat terjadi secara kimia dan
biologi. Proses secara kimia terjadi karena oksidasi mineral-mineral sulfida
(dalam bentuk pirit) yang menyebabkan keasaman dari air asam tambang dapat
dilihat pada gambar berikut:
9
Persamaan reaksi terbentuknya air asam tambang berdasarkan aktivitas
biologi sebagai berikut :
FeS2 + H2O + 7/2 O2 → Fe2+ + 2 SO42-
Fe2+ + ¼ O2 + 5/2 H2O T.Ferroxidans → Fe(OH)3 + 2 H+ +
10
2.3 Dampak Air Asam Tambang terhadap Lingkungan dan Makhluk Hidup
Salah satu masalah yang dihadapi oleh industri pertambangan adalah
adanya air asam tambang. Kegiatan pertambangan seperti pengupasan tanah
penutup (overburden), penggalian batubara, serta waste material menyebabkan
tersingkapnya tanah/batuan yang mengandung mineral sulfida , antara lain
berupa pirit (pyrit) dan markasit (marcasite). Mineral sulfida tersebut
selanjutnya bereaksi dengan oksigen dan air membentuk air asam tambang. Air
asam tambang tersebut akan mengikis tanah dan batuan yang mengakibatkan
larutnya berbagai logam seperti besi (Fe), kadmium (Cd), mangan (Mn), dan seng
(Zn). Oleh karena itu, selain memiliki pH yang rendah (nilainya berkisar antara
1,5 hingga 4), air asam tambang juga mengandung logam-logam dengan
konsentrasi tinggi, sehingga dapat berakibat pada kesehatan masyarakat dan
lingkungan jika tidak dikelola dengan baik (Juari, 2006; Marganingrum &
Noviardi, 2010).
Permasalahan lingkungan yang ditimbulkan karena pengaruh air asam
tambang baik selama kegiatan penambangan adalah menurunnya kualitas air
tanah, air permukaan terutama jika dialirkan ke sungai akan berdampak pada
biota yang ada di perairan, terutama masyarakat yang tinggal di daerah aliran
sungai yang memanfaatkan air sungai untuk keperluan rumah tangga.
Dampak yang dapat ditimbulkan akibat air asam tambang adalah
terjadinya pencemaran lingkungan, dimana komposisi atau kandungan air di
daerah yang terkena dampak tersebut akan berubah sehingga dapat
mengurangi kesuburan tanah, mengganggu kesehatan masyarakat sekitarnya,
dan dapat mengakibatkan korosi pada peralatan tambang.
Air asam tambang berdampak terhadap lingkungan, yaitu; biotik, abiotik,
dan sosial. Dampak biotik yaitu tumbuhan tidak dapat tumbuh subur atau
bahkan mati. Ikan tidak dapat hidup di lingkungan dengan pH rendah.
Sedangkan dampak abiotik dapat mempercepat korosi pada peralatan tambang
dapat mengurangi produktivitas kinerja alat. Dan dampak sosial yaitu air tidak
dapat dipergunakan oleh masyarakat dan dapat menyebabkan penyakit,
misalnya; diare, kerusakan pada gigi.
Derajat keasaman tanah yang telah tercemar akibat air asam tambang ini
akan semakin meningkat, sehingga tanaman tidak dapat tumbuh karena
derajat keasaman tanahnya terlalu tinggi. Apabila air asam tersebut mencemari
air tanah maupun aliran air sungai dimana masyarakat memanfaatkan air
11
tersebut maka dapat mengganggu kesehatan masyarakat sekitar, diantaranya
dapat menimbulkan penyakit diare maupun penyakit lainnya yang
berhubungan dengan pencernaan. Sedangkan air asam tambang juga dapat
mempercepat proses pengkaratan pada peralatan tambang, sehingga perlu
penanganan agar pengaruh yang ditimbulkan dari air asam tersebut tidak
merusak peralatan tambang.
12
2.4.1 Sistem Pengolahan Air Asam Tambang
Pengolahan air asam tambang diperlukan agar air limbah dari
pertambangan yang menjadi air asam tambang tersebut memenuhi baku mutu
lingkungan sebelum dilepaskan ke badan perairan alami (lingkungan).
Pengolahan air asam tambang pada umumya digolongkan menjadi dua yaitu
pengolahan aktif (active treatment) dan pengolahan pasif (passive treatment)
(Johnson & Barrie, 2005).
13
Carbonate), Anhydrous Ammoni. Bahan kimia tersebut dapat menetralkan pH
dan logam berat yang terkandung dalam AAT.
14
e. Anhydrous Ammonia
Anhydrous Ammonia digunakan dalam beberapa cara untuk menetralkan
acidity dan untuk mengendapkan logam-logam di dalam air asam. Ammonia
diinjeksikan ke dalam kolam atau kedalam inlet seperti uap air, kelarutan
tinggi, rekasi sangat cepat dan dapat menaikkan pH. Ammonia memerlukan
asam (H+) dan juga membentuk ion hydroxyl (OH-) yang dapat bereaksi dengan
logam-logam membentuk endapan. Injeksi ammonia sebaiknya dekat dengan
dasar kolam atau air inlet, karena ammonia lebih ringan dari pada air dan naik
kepermukaan. Ammonia efektif untuk membersihkan mangan yang terjadi pada
pH 9,5.
15
Adapun spesifikasi settling pond sebagai berikut:
Tabel 2.3 Spesifikasi Settling Pond
Tipe Kolam
Parameter Aerobic Aerobic Aerobic maturation Aerobic Aerobic
low rate high rate facultative Anaerobic pond
Lapisan
intermittent intermittent intermittent
Aliran air permukaan
campuran campuran campuran
campuran
Luas (Acre) < 10 0,5 – 2 2,0 – 10 2,0 – 10 0,5 – 2
Waktu
detensi 10 - 40 4-6 5 - 20 5 - 30 20 - 50
(hari)
kedalaman
3-4 1 - 1,5 3–5 4-8 8 – 16
(feet)
pH 6,5 - 10,5 6,5 - 10,5 6,5 - 10,5 6,5 - 8,5 6,5 - 7,2
Suhu (C) 0 - 30 5 - 30 0 - 30 0 - 50 6 - 50
(Sumber: Daniel Alhabsy, 2011)
16
4. Proses biosorpsi logam oleh vegetasi tumbuhan air dan mikroorganisme,
seperti bakteri, fungi, dan alga yang tumbuh pada lapisan bahan organik.
17
2.4.2.1 Metode Pencegahan
Metode pencegahan air asam tambang antara lain yaitu dengan
karakterisasi batuan, penempatan selektif overburden, serta inhibisi bakteri.
Karakterisasi batuan bertujuan untuk mengidentifikasi batuan yang berpotensi
membentuk asam (PAF) dan batuan yang tidak berpotensi membentuk asam
(NAF). Dengan mengetahui distribusi jenis-jenis batuan yang ada berdasarkan
karakteristiknya dalam pembentukan air asam tambang, maka akan dapat
disusun perencanaan untuk pencegahan air asam tambang yang baik yang
dilakukan sejak tahap eksplorasi hingga pasca tambang. Untuk dapat
mengidentifikasi batuan tersebut maka diperlukan pengujian terhadap batuan
tersebut.
Upaya selanjutnya dalam metode pencegahan terbentuknya air asam
tambang yaitu dengan penempatan selektif overburden. Setelah diketahui jenis
batuan yang ada berdasarkan hasil uji yang dilakukan, maka batuan yang
berpotensi membentuk asam dan batuan yang tidak berpotensi membentuk
asam harus ditimbun secara terpisah di tempat yang berbeda. Lokasi
penimbunan batuan yang berpotensi membentuk asam atau lokasi lain yang
berkemungkinan untuk terkontaminasi harus ditempatkan jauh dari lokasi
tangkapan air bersih. Timbunan batuan yang memiliki potensi membentuk
asam kemudian diperlakukan sedemikian mungkin untuk mencegahnya kontak
langsung dengan udara dan air, misalnya dengan encapsulation dan layering.
Pada metode enkapsulasi, batuan/material PAF akan dipadatkan kemudian
dilapisi oleh material NAF serta bahan sintetik lain yang dapat mencegah aliran
air masuk dan terjadi kontak langsung dengan material PAF. Pada lapisan
paling atas yaitu lapisan top soil, yang kemudian akan ditanami vegetasi untuk
mencegah terjadinya erosi.
Metode lain yaitu dengan inhibisi bakteri. Pembentukan air asam tambang
dipengaruhi oleh keberadaan bakteri, terutama bakteri Thiobacillus
ferrooxidans. Penghentian aktivitas bakteri ini akan menghentikan reaksi kimia
pembentukan air asam.
18
air asam tambang dengan melakukan penambahan bahan kimia yang bersifat
basa. Untuk mengondisikan pH antara 6 – 9 maka diperlukan penambahan
basa melalui :
• Proses netralisasi yang merupakan reaksi penggabungan ion dengan cara
mencampurkan air asam tambang dengan ion hidroksil.
• Oksidasi yaitu dengan merubah ion Fe2+ menjadi Fe3+
• Presipitasi
19
BAB III
METODOLOGI
20
3.5 Waktu Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan kegiatan kerja praktek direncanakan berlangsung
selama kurang lebih dua bulan, yakni sejak tanggal 11 Juli 2017 sampai 1 1
September 2017, dengan mekanisme hari dan jam kerja yang berlaku di PT
Seluma Prima Coal. Rincian kegiatan yang akan dilaksanakan adalah sebagai
berikut :
Waktu Pelaksanaan
II III IV I II III IV I II
Pengumpulan Data
Studi Literatur
Data
Interpretasi dan Diskusi
Pembuatan Laporan
Presentasi, Perbaikan dan
Pengesahan Laporan
21
Mulai
Buku
Studi
Literatur
Jurnal
Data Primer
Pengumpulan
Data
Data Sekunder
Observasi
Pengambilan Wawancara
Data
Dokumen
Interpretasi
Kesimpulan Dan
Saran
Selesai
22
DAFTAR PUSTAKA
Burhani, Dian. 2011. Acid Mine Neutralizer: Penanganan Air Asam Tambang.
http://missd33dee-pensieve-nyagw.blogspot.com/
Tanggal akses 31 Agustus 2014
Irfani, Nurul. 2011. Analisis Air Asam Tambang Batubara Kalimantan.
Universitas Padjadjaran Fakultas Pertanian Program Studi Agroteknologi
Jatinangor
Johnson, D. Barrie & Kevin B. Hallberg. 2005. Acid Mine Drainage Remediation
Options : a review. Science of the Total Environment 338. School of
Biological Sciences, University of Wales, Bangor’ An International Journal
of Environment
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 113 Tahun 2003 Tentang Baku
Mutu Air Limbah Bagi Usaha Dan Atau Kegiatan Pertambangan Batubara.
Marganingrum, Dyah & Noviardi, R. 2010. Pencemaran Air dan Tanah Di
Kawasan Pertambangan Batubara Di PT. Berau Coal Kalimantan Timur.
Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI. (Riset Geologi dan Pertambangan),
http://www.geotek.lipi.go.id/riset. 2010
Diakses tanggal 31 Agustus 2014
Yusron, M. 2009. Pengolahan Air Asam Tambang Menggunakan Biofilm Bakteri
Pereduksi Sulfat. Skripsi. Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam
dan Lingkungan, Sekolah Pascasarjana IPB. Bogor.
23