Di Susun Oleh :
NABILA SUCI ADANI
NIM : 1726034
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat-Nya saya dapat
menyelesaikan proposal Kerja Praktek dengan judul “Pengelolaan Limbah Cair
Batubara di Di PT Madhani Talatah Nusantara Kabupaten Berau.“
Dengan terselesainya Proposal ini tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak, maka dari itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Sudiro, ST., MT, selaku Ketua Jurusan Teknik Lingkungan Institut
Teknologi Nasional Malang dan juga Koordinator Kerja Praktek Jurusan
Teknik Lingkungan
2. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Teknik Lingkungan ITN Malang
3. Tema-teman Teknik Lingkungan yang telah membantu dan memberikan
dorongan dalam pengerjaan menyelesaikan Proposal ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan proposal ini masih terdapat
kekurangan dan jauh dari kata kesempurnaan, oleh karena itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Cover ...................................................................................................................i
Kata Pengantar....................................................................................................ii
Daftar Isi.............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Maksud dan Tujuan.......................................................................................2
1.3 Manfaat..........................................................................................................3
1.4 Ruang Lingkup Kegiatan...............................................................................3
BAB IV PENUTUP..........................................................................................16
BIODATA PELAKSANA...............................................................................17
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................19
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Salah satu permasalahan lingkungan dalam aktivitas penambangan batu bara
adalah terkait dengan Air Asam Tambang (AAT) atau Acid Mine Drainage
(AMD). Air Asam Tambang atau Acid Mine Drainage (AMD) merupakan air
yang bersifat asam (pH=3-4) dan terbentuk akibat adanya kegiatan pertambangan,
proses pembentukan dipcngaruhi oleh air, oksigen dan batuan yang mcngandung
mineral sulfida serta mengandung logam berat tcrlarut yang berasal dari batuan
yang berada dilokasi penambangan. Penampakan air asam tambang di tahap awal
adalah adanya air di pit tambang yang berwarna hijau. Salah satu pertambangan
batu bara yang terdapat di Provinsi Kalimantan Timur adalah PT Madhani Talatah
Nusantara yang berada di Kabupaten Berau. PT Madhani Talatah Nusantara
adalah Perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa kontraktor pertambangan
dengan proyek-proyek yang tersebar di wilayah Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan
Nusa Tenggara Timur. Keberadaan industri ini menambah daftar penghasil limbah
yang tidak baik bagi lingkungan dan kesehatan mahkluk hidup baik limbah padat,
cair maupun gas. Timbulnya air asam tambang (Acid Mine Drainage) yang
berasal dari hasil pencucian batubara menyebabkan permasalahan kepada kualitas
air dan juga tanah. Potensi air asam tambang harus diketahui dan dihitung agar
langkah-langkah preventif serta pengendaliannya dapat dilakukan. Pengendalian
terhadap air asam tambang merupakan hal yang perlu dilakukan selama kegiatan
penambangan berlangsung dan setelah kegiatan penambangan berakhir.
2
1.3 Manfaat
1. Bagi mahasiswa yaitu :
- Memberikan pengetahuan yang lebih dalam mengenai dunia kerja yang
akan dihadapi oleh mahasiswa suatu saat nanti.
- Menambah pengalaman yang dapat diimplementasikan suatu saat nanti
sebagai Sarjana Teknik Lingkungan.
2. Bagi perguruan tinggi yaitu :
- Sebagai bahan evaluasi dalam meningkatkan mutu dan kemampuan bagi
mahasiswa serta lulusan dimasa yang akan datang.
- Membina hubungan yang baik antara akademika dan instansi yang
bersangkutan.
- Menyiapkan lulusan yang baik dan siap kerja.
3. Bagi perusahaan yaitu :
- Sebagai bahan evaluasi sistem pengolahan limbah cair dalam
menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi perusahaan sesuai
dengan kemampuan mahasiswa yang bersangkutan.
- Menjalin hubungan baik antara akademika dengan instansi yang
bersangkutan
1.4 Ruang Lingkup Kegiatan
Ruang lingkup dari Kerja Praktek ini adalah mengenai pengolahan limbah
batubara PT Madhani Talatah Nusantara Kabupaten Berau yang meliputi:
1. Mengatahui sumber limbah batu bara yang ada di PT Madhani Talatah
Nusantara Kabupaten Berau.
2. Mengetahui bentuk fisik dari limbah batu bara yang ada di PT. PT Madhani
Talatah Nusantara Kabupaten Berau.
3. Mengetahui karakteristik limbah batubara yang ada di PT Madhani Talatah
Nusantara Kabupaten Berau.
4. Mengetahui proses penyaluran limbah batubara yang ada di PT Madhani
Talatah Nusantara Kabupaten Berau.
5. Mengetahui metode atau sistem pengolahan limbah batubara ada PT
Madhani Talatah Nusantara Kabupaten Berau.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
pengangkutan dan penimbunan baik pada tambang terbuka maupun tambang
bawah tanah. Kegiatan pengolahan/pencucian batu bara adalah proses peremukan,
pencucian, pemekatan dan atau penghilangan batuan/mineral pengotor dan atau
senyawa belerang dari batu bara tanpa mengubah sifat kimianya.
2.2.1 Dampak Buruk Pertambangan Batubara
Luas wilayah lokasi penambangan secara terbuka mengakibatkan dampak
negatif terhadap lingkungan diantaranya adalah sebagai berikut (Raden, 2010):
1. Terjadinya kerusakan pada bentang alam, karena terbentuknya
lubang-lubang besar akibat dari aktivitas penggalian tambang batu
bara.
2. Penurunan kesuburan tanah, dan penurunan muka tanah atau
terbentuknya cekungan pada sisa bahan galian yang dikembalikan
ke dalam lubang galian.
3. Rusaknya flora dan fauna endemik.
4. Penurunan kualitas udara akibat meningkatnya kandungan debu di
udara.
5. Terjadinya erosi dan sedimen yang memicu timbulnya banjir.
6. Meningkatnya kebisingan.
7. limbah (air asam tambang) yang dapat masuk ke lahan pertanian dan sungai
sehingga merusak biota perairan dan mencemari sumber air dari masyarakat
sekitar.
8. Mengganggu proses penanaman kembali reklamasi pada galian tambang
yang ditutupi kembali atau yang ditelantarkan terutama bila terdapat bahan
beracun, kurang bahan organik humus atau unsur hara telah tercuci
2.3 Air Asam Tambang (AAT) atau Acid Mine Drainage (AMD)
Air asam tambang adalah air yang mempunyai sifat asam yang terbentuk di
lokasi penambangan dengan pH yang rendah (pH=3-4) sebagai akibat dari
dibukanya suatu potensi keasaman batuan di lokasi tambang sehingga
menimbulkan permasalahan terhadap kualitas air dan tanah, dimana pembentukan
air asam tambang ini dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu air, oksigen, dan
batuan yang mengandung mineral-mineral sulfida seperti pirit, kalkopirit,
markasit, dll. air asam tambang (AAT) terbentuk sebagai hasil oksidasi mineral
5
sulfida tertentu yang terkandung dalam batuan oleh oksigen di udara pada
lingkungan berair (Gautama, 2012).
Menurut KepMen LH No. 113 Tahun 2003, air limbah yang dihasilkan dari
kegiatan penambangan batu bara berasal dari kegiatan penambangan batu bara
dan air buangan yang berasal dari kegiatan pengolahan/pencucian batu bara. Air
limbah pertambangan batu bara ini sering disebut dengan air asam tambang.
Menurut Raden (2010), Air asam tambang berpotensi mencemari air
permukaan dan air tanah. Ketika air asam tambang telah menimbulkan
kontaminasi terhadap air maka, akan sulit melakukan tindakan penanganannya.
Air asam yang mengandung logam berat yang mengalir ke sungai, danau
atau rawa akan merusak kondisi ekosistem yang ada di sungai tersebut. Hal ini
tentu saja akan menyebabkan adanya penurunan kualitas air. Air asam tambang
dapat juga mempengaruhi bentang alam, perubahan struktur tanah, perubahan pola
aliran permukaaan dan air tanah serta komposisi kimia air permukaan. Air asam
tambang atau acid mine drainage (AMD) merupakan cairan (air limpasan) yang
terbentuk akibat oksidasi mineral-mineral sulfida yang menghasilkan asam sulfat.
Mineral sulfida tersebut di antaranya pirit dan markasit (FeS2), kalkopirit
(CuFeS2), dan arsenopirit (FeAsS) (Skousen et al., 1998). Di lokasi pertambangan
batu bara mineral sulfida yang umum dijumpai adalah pirit dan markasit (FeS 2).
Mineral ini ketersediaannya cukup signifikan di dalam lapisan batu bara,
overburden, dan interburden. Sehingga, pirit merupakan penghasil air asam
tambang utama di lokasi pertambangan batu bara (Salomons, 1995, ICARD, 1997,
dalam Nguyen, 2008).
Watzlaf et al. (2004) menyatakan bahwa oksidasi pirit (FeS2) akan
membentuk ion ferro (Fe2+), sulfat, dan beberapa proton pembentuk keasaman,
sehingga kondisi lingkungan menjadi asam.
Faktor penting yang mempengaruhi terbentuknya air asam tambang di suatu
tempat adalah:
1. Konsentrasi, distribusi, mineralogi dan bentuk fisik dari
mineral sulfida yang ada.
6
2. Keberadaan oksigen di udara, termasuk dalam hal ini
adalah asupan dari atmosfir melalui mekanisme adveksi
dan difusi.
3. Komposisi dan jumlah kimia air yang ada.
4. Temperatur dan mikrobiologi.
Dengan memperhatikan faktor-faktor tersebut, maka dapat dikatakan
bahwa pembentukan air asam tambang (AAT) sangat tergantung pada kondisi
tempat pembentukannya. Perbedaan salah satu faktor tersebut diatas
menyebabkan proses pembentukan dan hasil yang berbeda. Oleh karena itu,
terkait dengan hal-hal tersebut maka, karakteristik air asam tambang (AAT) di
satu daerah pertambangan akan berbeda dengan pertambangan di daerah
lainnya (Saputra et.al, 2014).
Secara umum air asam tambang yang dihasilkan berasal dari beberapa
sumber diantaranya (Puspita, 2015):
1. Air asam tambang yang bersumber dari lokasi penambangan (mine
sump).
Pit atau bukaan tambang adalah area yang telah dikupas lapisan tanah
penutupnya untuk dilakukan pengambilan lapisan batu bara. Pit dibuat
berjenjang dan terbuka sehingga apabila hujan, air akan melimpas dan
terkumpul di pit membentuk pit lake. Air limpasan ini bersifat asam karena
berkontak dengan lapisan batuan penutup yang mengandung mineral sulfida
pembentuk air asam tambang. Air limpasan yang terkumpul ini kemudian
dipompa dan dialirkan untuk diolah lebih lanjut.
2. Air asam tambang yang berasal dari lokasi timbunan batuan/disposal
Area disposal juga merupakan area yang berpotensi menghasilkan air asam
tambang. Material yang ditimbun adalah lapisan batuan penutup atau
overburden rocks dan dilapisi oleh tanah. Berdasarkan analisis percontohan
batuan yaitu clay stone, sand stone, mudstone, dan silk stone, berdasarkan
hasil uji sampel pemboran eksplorasi NAG dan blasting, batuan di Site Lati
PT. berau Coal memiliki NAG pH < 4,5 pada overburden rocks atau
interburden yang berarti memiliki potensi pembentukan asam yang
signifikan.
7
3. Air asam tambang dari stockpile batu bara
Kandungan sulfida pada tumpukan batu bara memberikan potensi
terbentuknya air asam tambang akibat unsur sulfida bercampur dengan air
sehingga teroksidasi dan akan membentuk senyawa asam. Sumber air asam
tambang di Stockpile bersumber dari limpasan air pencucian batu bara dan
air hujan.
4. Air asam tambang dari pencucian coal processing plant (CPP)
CPP merupakan fasilitas yang digunakan untuk penanganan batu bara. Air
asam terbentuk akibat penggunaan air yang dimanfaatkan untuk pencucian batu
bara dan berasal dari air yang bercampur dengan debu pada belt conveyor. Air
limbah pencucian batu bara dari CPP sebenarnya tidak terlalu memiliki masalah
dalam hal pH. Masalah yang ditemukan pada air limbah ini adalah kadar TSS
yang tinggi karena air tersebut dihasilkan dari proses pencucian batu bara sebelum
batu bara tersebut siap dipasarkan. Oleh karena itu, perlakuan terhadap air limbah
dari Coal Processing Plant (CPP) berbeda, pengolahan lebih difokuskan untuk
menyisihkan TSS.
2.3.1 Dampak Buruk Air Asam Tambang (AAT) atau Acid Mine Drainage
(AMD)
Terbentuknya air asam tambang dilokasi penambangan akan menimbulkan
dampak negatif terhadap lingkungan. Adapun dampak negatif dari asam tambang
tersebut antara lain yaitu:
1. Bagi masyarakat sekitar
Dampak terhadap masyarakat disekitar wilayah tambang tidak dirasakan.
secara langsung karena air yang dipompakan kesungai telah dinetralkan dan
selalu dilakukan pemantauan setiap hari untuk mengetahui temperatur,
kekeruhan, dan pH. Namun apabila terjadi pencemaran dan biota perairan
terganggu maka binatang seperti ikan akan mati akibatnya mata pencaharian
penduduk akan terganggu.
2. Bagi biota perairan
Dampak negatif untuk biota perairan adalah terjadinya perubahan
keanekaragaman biota perairan seperti plankton dan benthos, kehadiran
benthos dalam suatu perairan dijadikan sebagai indikator kualitas perairan.
8
Pada perairan yang baik dan subur benthos akan melimpah, sebaliknya pada
perairan yang kurang subur bentos tidak akan mampu bertahan hidup.
3. Bagi kualitas air permukaan
Terbentuknya air asam tambang hasil oksidasi pirit akan menyebabkan
menurunnya kualitas air permukaan. Parameter kualitas air yang mengalami
perubahan diantaranya pH, padatan terlarut, sulfat, besi dan mangan.
4. Kualitas air tanah
Ketersediaan unsur hara merupakan faktor yang paling penting untuk
pertumbuhan tanaman. Tanah yang asam banyak mengandung logamlogam
berat seperti besi, tembaga, seng yang semuanya ini merupakan unsur hara
mikro. Akibat kelebihan unsur hara mikro dapat menyebabkan keracunan
pada tanaman, ini ditandai dengan busuknya akar tanaman sehingga
tanaman menjadi layu dan akhirnya akan mati.
2.3.2 Pencegahan Air Asam Tambang (AAT) atau Acid Mine Drainage
(AMD)
Mengingat bahaya dari air asam tambang bagi lingkungan maka perlu
dilakukan upaya pencegahan dan penanganan air asam tambang. Berikut ini ada
beberapa cara untuk mencegah dan menghambat terbentuknya air asam tambang:
1. Penempatan Selektif
Menempatkan batuan yang berpotensi membentuk air asam tambang PAF
(Potencial Acid Forming) dengan batuan yang tidak berpotensi NAF (Non
Acid Forming) ke tempat yang terpisah dengan cara ditimbun. Kemudian
lokasi penimbunan batuan yang berpotensi membentuk air asam tambang
ditempatkan sejauh mungkin dari aliran air, selanjutnya rembesan-rembesan
dikumpulkan pada satu lokasi.
2. Manajemen Tanah
Manajemen tanah ini bertujuan untuk:
1) Memisahkan tipe tanah secara benar, sehingga pencampuran dan
degradasi kualitas tanah pucuk tidak terjadi.
2) Menjamin kualitas tanah pucuk sebagaimana adanya struktur, nutrisi,
tersedia digunakan dalam rehabilitasi.
9
Pencegahan pembentukan AAT dilakukan dengan mengurangi kontak
antara mineral sulfida dalam reaksi tersebut sebagai pirit dengan air dan oksigen
di udara. Secara teknis, hal ini dilakukan dengan menempatkan batuan PAF
(Potentially Acid Forming) dalam kondisi dimana salah satu faktor tersebut relatif
kecil jumlahnya. Secara umum dikenal dua cara untuk melakukan hal tersebut,
yaitu dengan menempatkan PAF (Potentially Acid Forming) di bawah permukaan
air di mana penetrasi oksigen tehadap lapisan air sangat rendah atau dikenal
dengan wet cover system, atau dibawah lapisan batuan atau material tertentu
dengan tingkat infiltrasi air. Metode lainnya dengan cara pencampuran (blending)
beberapa tipe batuan PAF dan NAF atau bahkan dengan batu kapur, sehingga
menghasilkan suatu timbunan yang dapat menimbulkan air penyaliran dengan
kualitas yang memenuhi baku mutu. Diharapkan dengan menerapkan metode ini
pembentukan AAT dapat dihindari. Secara umum penanganan AAT yang telah
terbentuk berpotensi keluar dari lokasi penambangan, dilakukan untuk
mengembalikan nilai-nilai parameter kualitas air menjadi seperti kondisi
normalnya atau kondisi yang disyaratkan dalam Keputusan Pemerintah
Pertambangan dan Energi No. 1211/K/008/M.PE/1995 tentang pencegahan dan
penanggulangan perusakan serta pencemaran lingkungan pada usaha
pertambangan.
2.3.3 Pengelolaan dan Pengolahan Air Asam Tambang (AAT) atau Acid
Mine Drainage (AMD)
Pengelolaan air asam tambang pada intinya bertujuan untuk meningkatkan
pH dan menghilangkan logam terlarut (Skousen et al., 1998). Pada sistem aktif
dan pasif. Dasar pertimbangan penggunaan metode ini adalah jenis air asam
tambang (AAT) yang akan dikelola (Johnson dan Hallberg, 2005).
Metode yang paling banyak digunakan dalam pengelolaan AAT adalah
dengan abiotik sistem aktif atau banyak dikenal dengan ‘active treatment’ yang
dilakukan dengan penambahan bahan kimia penetral. Metode ini sangat efektif
untuk pengelolaan AAT dengan kandungan logam berat tinggi (Coulton et al.,
2003). Namun, kelemahan pengelolaan secara aktif ini adalah memerlukan biaya
yang tinggi dan menghasilkan sludge sebagai hasil sampingannya. Sludge ini akan
10
mengandung polutan-polutan termasuk logam berat sesuai dengan komposisi yang
ada pada air asam tambang (AAT) yang dikelola (Johnson dan Hallberg, 2005).
Pengelolaan air asam tambang dapat dilakukan sejak sebelum terbentuknya
air asam tambang tersebut, yaitu dengan melakukan upaya pencegahan. Namun
ketika reaksi pembentukan air asam tambang telah dimulai, reaksi akan terus
menerus terjadi hingga salah satu pereaksi habis. Jika hal tersebut sudah terjadi,
yang dapat dilakukan adalah upaya kuratif dengan pengolahan.
Pembentukan air asam tambang merupakan proses yang jika sekalinya
terjadi, akan sulit dihentikan kecuali material yang bereaksinya habis. Upaya
pengelolaan air asam tambang dapat dilakukan dengan pencegahan atau
melakukan sesuatu sebelum terbentuknya air asam tambang tersebut.
Secara umum pengolahan air asam tambang dapat digolongkan menjadi 2
yaitu: Active treatment dan Passive treatment.
a. Secara Aktif (Active Treatment Technologies)
Prinsip perlakuan aktif adalah dengan pemberian kemikalia alkalin untuk
meningkatkan pH AAT dan menurunkan kelarutan logam (Ali Munawar,
2017). Active Treatment adalah teknologi yang memerlukan operasi,
perawatan dan pemantauan oleh manusia berdasarkan pada sumber energi
eksternal dan menggunakan infrastruktur dan sistem yang direkayasa.
Terdiri dari: Netralisasi (yang sering termasuk presipitasi logam),
penghilangan logam, presipitasi kimiawi, dan penghilangan sulfat secara
biologi. Penetral yang paling umum digunakan pada perlakuan AAT skala
besar adalah kapur, ini karena bahan tersebut tersedia secara komersial,
mudah digunakan, teknologi telah terbukti, biayanya murah dan efektif
digunakan serta dikelola dengan baik dalam hal kesehatan dan keselamatan
kerja bagi penerapan skala besar. Menambahkan tawas pada air asam
tambang sebelum dialirkan kesungai tujuannya untuk menjernihkan air
(Luthfi hidayat, 2017).
b. Secara Pasif (Passive treatment technologies)
perlakukan pasif AAT dibiarkan mengalami proses biologis, geokimia, dan
gravitasi, sehingga tidak memerlukan pemeliharaan rutin atau pemberian
bahan-bahan kimia seperti pada perlakukan aktif (Ali Munawar, 2017).
11
Passive treatment technologies merupakan metode sistem pengolahan untuk
mengolah air asam tambang agar menghasilkan alkalinitas dan mereduksi
kandungan logam secara alami, baik dengan memanfaatkan
mikroorganisme, beberapa jenis tanaman maupun material alam lainnya.
Proses pengolahan yang tidak memerlukan intervensi, operasi atau
perawatan oleh manusia secara reguler bahan yang biasanya digunakan
adalah memakai tumbuhan yang dapat menetralkan pH, yakni purun tikus
(Luthfi hidayat, 2017).
BAB III
METODOLOGI PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK
3.1 Metodologi
Metodologi yang digunakan dalam pelaksanaan Kerja Praktek adalah
observasi lapangan oleh mahasiswa kerja praktek dengan bimbingan langsung oleh
pembimbing dari pihak PT Madhani Talatah Nusantara serta bimbingan dosen dari
Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut
Teknologi Nasional Malang.
Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah :
1. Turut berperan serta dalam kegiatan yang berhubungan dengan Sistem
Pengolahan Limbah Cair Batubara PT Madhani Talatah Nusantara
Kabupaten Berau.
2. Metode Penelitian Lapangan
Metode ini digunakan dalam pengumpulan data, adapun cara yang dipakai
adalah sebagai berikut:
a. Observasi
Yaitu metode pengumpulan kuantitatif dan kualitatif dengan
pengamatan secara langsung objek kerja praktek guna mendapatkan
data.
b. Interview
12
Yaitu teknik pengumpulan data kualitatif dengan cara wawancara
langsung pada pihak yang menangani Sistem Pengolahan Limbah Cair
Batu Bara PT Madhani Talatah Nusantara Kabupaten Berau.
c. Metode Penelitian kepustakaan
Metode ini dilakukan dengan cara membaca literatur yang berhubungan
dengan Sistem Pengolahan Limbah Cair Batu Bara, selain itu data lain
yang dapat membantu dalam penyusunan laporan.
3. Pengumpulan dan pengambilan data tentang Sistem Pengolahan Limbah
Cair Batu Bara PT Madhani Talatah Nusantara Kabupaten Berau,
diantaranya :
- Sistem kerja pengolahan limbah cair pada PT Madhani Talatah
Nusantara Kabupaten Berau.
- Data informasi beban pengolah.
- Peta lokasi bangunan pengolahan limbah cair pada PT Madhani Talatah
Nusantara Kabupaten Berau.
- Detail Design Engineering (DED) dan Layout pengolahan limbah cair
pada PT Madhani Talatah Nusantara Kabupaten Berau.
13
4. Penilaian Kerja Praktek terdiri dari dua unsur, yaitu penilaian dari pihak
instansi atau perusahaan dimana Kerja Praktek dilaksanakan dan pihak
Jurusan Teknik Lingkungan ITN Malang, yang akan dilakukan oleh
seorang dosen penguji.
Kerja praktek ini dilaksanakan selama 30 hari kerja yang diharapkan dapat
dimulai pada bulan Juli sampai agustus 2020. Berikut jadwal rencana kerja
praktek yang direncanakan.
Minggu Ke-
No Kegiatan
1 2 3 4
1 Studi Pendahuluan
Struktur Organisasi
2 Observasi
Diskripsi Proses
14
3 Analisis dan Diskusi
4 Evaluasi
15
BAB IV
PENUTUP
Demikian proposal kegiatan kerja praktek ini Saya ajukan, semoga dapat
memberikan penjelasan maksud dan tujuan kerja praktek sekaligus sebagai
pertimbangan bagi pimpinan perusahaan dan karyawan di PT Madhani Talatah
Nusantara Kabupaten Berau, Kalimatan Timur, dalam menerima saya selaku
mahasiswa tingkat sarjana Strata-1 (S-1) program studi Teknik Lingkungan yang
akan melaksanakan kerja praktek di PT Madhani Talatah Nusantara Kabupaten
Berau, Kalimantan Timur.
Besar harapan Saya untuk dapat melaksanakan kerja praktek di PT Madhani
Talatah Nusantara, karena akan menjadi suatu pengalaman yang sangat berharga
bagi saya untuk memperdalam pemahaman teori yang telah dipelajari selama ini,
khususnya Limbah Padat, Limbah B3, Pencemaran Udara dan Limbah Cair. Atas
perhatian dan kerja samanya, saya ucapkan terima kasih.
Penyusun
16
BIODATA PELAKSANA
Pendidikan Formal :
Tahun Pendidikan
2004 – 2005 TK Pembina Berau
2005 – 2011 SDN 018 Berau
2011 – 2014 SMPN 9 Berau
2014 – 2015 SMAN 4 Berau
2015 – 2017 SMAN 2 Samarinda
2017 – Sekarang Institut Teknologi Nasional Malang
17
Kegiatan Kemahasiswaan dan Organisasi
Pengenalan Kehidupan
1 Peserta 2017
Kampus Mahasiswa Baru
Pelatihan Keorganisasian
2 Mahasiswa Teknik Peserta 2017
Lingkungan
DAFTAR PUSTAKA
18
Hidayat, Luthfi. 2017. Pengelolaan Lingkungan Areal Tambang Batu Bara Studi
Kasus Pengelolaan Air Asam Tambang (Acid Mining Drainage) Di PT.
Bhumi Rantau Energi Kabupaten Tapin Kalimantan Selatan). Semarang:
Universitas Negeri Semarang.
Johnson, B.D., and K.B. Hallberg. 2005. Acid mine drainage remediation
options: a review. Science of the Total Environment. 338, 3-14.
KepMen LH No 113 Tahun 2003 Tentang Usaha Dan Atau Kegiatan
Pertambangan Batubara.
Munawar, Ali. 2017. Pengelolaan Air Asam Tambang Prinsip Prinsip dan
Penerapannya. Bengkulu: Unib Press.
Saputra, M.W., 2014. Efektivitas Penurunan Fe Dan Mn Pada Air Asam Tambang
Dengan Tanaman Purun Tikus {Eleocharis Dulcis), Dan Kayu Apu
(Pistia Stratiotes) Menggunakan Sistem Lahan Basah Buatan Metode
Batch Bertingkat. Skripsi Universitas Lambung Mangkurat Fakultas
Teknik Program Studi SI Teknik Lingkungan, Banjarbaru: 2014.
Setiawan, Muhammad Hendro. 2015. Pedoman Pengelolaan Air Imbah Perkotaan.
Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.
Skousen, J., A. Rose, G. Geidel, J. Foreman, R. Evans, W. Hellier, and members
of the Avoidance and Remediation Working Group of the ADTI. 1998.
Handbook of technologies for avoidance and remediation of acid mine
drainage. The National Mine Land Reclamation Center, West Virginia,
Morgantown, WV.
19