Anda di halaman 1dari 34

PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH AIR LINDI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR


SAMPAH TERHADAP KUALITAS SUMBER AIR BERSIH DI
SEKITAR KAWASAN TPA

(Penelitian di TPA Dusun Cikatomas Desa Handapherang


Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis)

Oleh:

RIDIA ANGGELIANA BR SITEPU


NIM P00933121021

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI MEDAN


PROGRAM STUDI DIPLOMA-III SANITASI
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT berkat Rahmat, Hidayah, dan Karunia-Nya kepada
kita semua sehingga kami dapat menyelesaikan Proposal Karya Tulis Ilmiah
dengan judul “Pengaruh Air Lindi Tempat Pembuangan Akhir Sampah Terhadap
Kualitas Sumber Air Bersih Di Sekitar Kawasan TPA”. Laporan proposal ini
disusun sebagai salah satu syarat untuk mengerjakan Karya Tulis Ilmiah pada
Program Studi Diploma III Sanitasi Jurusan Kesehatan Lingkungan, Politeknik
Kesehatan Kemenkes RI Medan.

Penulis menyadari dalam penyusunan proposal skripsi ini tidak akan selesai tanpa
bantuan dari berbagai pihak. Karena itu pada kesempatan ini kami ingin
mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Farhan, M.H., selaku Ketua Program Studi Diploma III Sanitasi,
Jurusan Kesehatan Lingkungan, Politeknik Kesehatan Kemenkes RI Medan.
2. Bapak Prof. Ilham, MH., Ph.D., selaku Dosen Pembimbing atas bimbingan,
saran, dan motivasi yang diberikan.
3. Ibu Diana, M.H., dan Bapak Ali, M.H., atas bimbingan, saran, dan motivasi
yang diberikan.
4. Ibu Bunga, M.H., selaku Koordinator Tugas Akhir Program Studi Diploma
III Sanitasi, Jurusan Kesehatan Lingkungan, Politeknik Kesehatan Kemenkes
RI Medan.
5. Segenap Dosen Program Studi Diploma III Sanitasi, Jurusan Kesehatan
Lingkungan,Politeknik Kesehatan Kemenkes RI Medan yang telah
memberikan kepada penulis.
6. Orang tua, saudara-saudara kami, atas doa, bimbingan, serta kasih sayang
yang selalu tercurah selama ini.
7. Keluarga besar jurusan kesehatan lingkungan, khususnya teman-teman
seperjuangan kami di Jurusan Hukum Bisnis, atas semua dukungan, semangat,
serta kerjasamanya.

I
Saya menyadari proposal skripsi ini tidak luput dari berbagai kekurangan. Penulis
mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan dan perbaikannya sehingga
akhirnya laporan proposal karya tulis ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi
bidang pendidikan dan penerapan di lapangan serta bisa dikembangkan lagi lebih
lanjut.

Ciamis, November 2021

Peneliti

II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................. i


BAB I PENDAHULUAN ........................................................ 1
1.1 Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
1.2 Rumusan Maslah .................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................... 4
1.4 Manfaat Peneilitian ................................................................. 4
BAB II KAJIAN PUSTAKA .................................................... 6
2.1 Tempat Pembuangan Akhir Sampah ...................................... 6
2.2 Pengaruh TPA terhadap Lingkungan ..................................... 7
2.3 Pengertian Sampah ................................................................ 10
2.4 Sumber Daya Air .................................................................. 11
2.5 Kualitas Air ........................................................................... 13
2.6 Pemanfaatan Air .................................................................... 14
2.7 Pencemaran Air ..................................................................... 16
2.8 Air Lindi ............................................................................... 17
2.9 Pengaruh Air Lindi terhadap Kualitas Air Bersih ................... 19
2.10 Anggapan Dasar Penelitian .................................................... 20
BAB III METODE PENELITIAN .......................................... 21
3.1 Lokasi Penelitian ................................................................... 21
3.2 Objek Penelitian .................................................................... 21
3.3 Metode Penelitan ................................................................... 22
3.4. Pengumpulan Data ................................................................ 23
3.4.1 Sumber Data.......................................................................... 23
3.4.2 Teknik Pengambilan Data ...................................................... 24
3.5 Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data............................ 26
3.5.1 Pengolahan Data .................................................................... 26
3.5.2 Analisis Data ......................................................................... 27
3.5.3 Reduksi Data ......................................................................... 27
3.5.4 Triangulasi ............................................................................ 28
3.6 Menarik Kesimpulan ............................................................. 29
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 30

III
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sampah sebagai hasil samping dari berbagai aktifitas dalam kegiatan


manusia maupun sebagai hasil dari suatu proses alamiah sering menimbulkan
permasalahan serius di wilayah-wilayah pemukiman penduduk baik di pedesaan
maupun di perkotaan. Bertambahnya populasi penduduk sudah tentu akan
menghasilkan produk-produk sampah yang memang harus dihadapi oleh daerah
tersebut dan akan berkurangnya lahan untuk pengolahan sampah. Permasalahan
sampah di berbagai perkotaan tidak saja mengancam aspek keindahan dan
kebersihan kota tersebut, namun lebih jauh akan memberikan dampak negatif bagi
kelestarian lingkungan dan kesehatan masyarakat apabila tidak ditangani secara
baik. Berbagai kendala masih dihadapi dalam melaksanakan pengelolaan sampah
tersebut baik kendala ekonomi, sosial budaya maupun penerapan teknologi
(Nuryani, 2003:56)

Permasalahan pengelolaan persampahan menjadi sangat serius di


perkotaan akibat kompleksnya permasalahan yang dihadapi dan kepadatan
penduduk yang tinggi, sehingga pengelolaan persampahan sering diprioritaskan
penanganannya di daerah perkotaan (Moersaid, 2004:2) Permasalahan dalam
pengelolaan sampah yang sering terjadi antara lain perilaku dan pola hidup
masyarakat masih cenderung mengarah pada peningkatan laju timbulah sampah
yang sangat membebani pengelola kebersihan, keterbatasan sumber daya,
anggaran, kendaraan personil sehingga pengelola kebersihan belum mampu
melayani seluruh sampah yang dihasilkan.

1
Mengatasi masalah produk sampah sudah tentu dibutuhkan sarana dan
prasarana antara lain tempat pembuangan sampah sementara, kendaraan
pengangkut sampah, alat pengolahan sampah, dan tempat pembuangan akhir
sampah. Tempat pembuangan akhir sampah yang kurang baik dan kurang layak
akan menjadi penghambat atau halangan dalam mengatasi permasalahan sampah.
Kebanyakan dibeberapa daerah masih menggunakan metode open dumping dan
sea dumping yang sudah tidak layak lagi, karena akhir dari pembuangan sampah
ke tempat pembuangan akhir akan menghasilkan masalah dan bukan
menyelesaikan masalah. Sehingga diperlukan tempat pembuangan akhir yang
layak dan dapat dipergunakan untuk kepentingan masyarakat.

Lokasi tempat pembuangan akhir sampah yang telah ada terletak di Dusun
Cikatomas Desa Handapherang Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis.
Lokasi TPA ini masih menggunakan metode open dumping dengan jarak yang
cukup jauh dari daerah pelayanan. Lokasi TPA yang berada berdekatan dengan
masyarakat menyebabkan terganggunya lingkungan dan berdampak akan
menimbulkan berbagai masalah lingkungan meliputi dampak pencemaran
terhadap air tanah, air sungai, air laut, udara, tumbuhnya hewan hama dan vector
penyakit serta dampak negatif terhadap kesehatan sekitarnya. Sistem Open
Dumping di TPA sampah akan berpengaruh terhadap kualitas lingkungan
sekitarnya, khusus kualitas air tanah dangkal di sekitar TPA sampah. Sampah
akan terus diproduksi dari hasil aktivitas manusia selama mereka hidup maupun
dari proses-proses alam, sehingga diperlukan lahan yang pantas untuk tempat
pembuangan sekaligus dilakukan pengelolaan sampah yang baik agar tidak
menimbulkan dampak buruk bagi masyarakat dan lingkungan.

Air lindi adalah cairan yang merembes melalui tumpukan sampah dengan
membawa materi terlarut atau tersuspensi terutama hasil proses dekomposisi
materi sampah atau dapat pula didefinisikan sebagai limbah cair yang timbul
akibat masuknya air eksternal ke dalam timbunan sampah melarutkan dan
membilas materi terlarut, termasuk juga materi organik hasil proses dekomposisi
biologis(Damanhuri,2004).

2
Zat pencemar organik dan anorganik yang tinggi biasanya merupakan
bagian dari lindi. Konsentrasi puncak dari COD dan total solid di atas 50.000 mg/l
adalah biasa. Bagaimana pun juga lindi memiliki konsentrasi pencemar yang
berbeda beda di tiap lahan berdasarkan umurnya. Lindi yang berasal dari
dekomposisi sampah mengandung bahan pencemar yang dapat menjadi sumber
dari polusi air bila terlepas hingga badan air atau air tanah (Qasim,1994). Air yang
masuk ke dalam sampah merupakan sumber dari lindi yang dapat mencemari
lingkungan. Pengadaan sitem pengolahan lindi sangat dibutuhkan untuk
mengurangi pencemaran air yang dapat terjadi bila lindi keluar dan masuk
kedalam badan air.

Leachate atau air lindi merupakan penyebab utama pencemaran air


disekitar lokasi TPA, baik air bawah tanah maupun air permukaan. Pencemaran
itu terjadi karena lindi bisa masuk dan mengalir masuk melalui pori-pori tanah
dalam jumlah atau konsentrasi yang berlebihan. Lindi dapat bersifat mencemari
dan mengganggu keseimbangan proses daur ulang alami jika komponen-
komponen yang terkandung didalamnya baik itu senyawa-senyawa organic
maupun anorganik melebihi daya dukung atau kemampuan dari badan air untuk
menguraikannya.

Sumber air disekitar TPA yang tercemar oleh lindi secara langsung
maupun tidak langsung dapat mengganggu kesehatan lingkungan dan
keseimbangan ekosistem lingkungan perairan tersebut. Terganggunya kesehatan
manusia yang mengkonsumsi air yang tercemar akan dapat menimbulkan sikap
protes dari masyarakat yang tinggal disekitar lokasi TPA. Adanya kemungkinan
gejolak sosial ditengah masyarakat yang merasa tidak senang dengan aktivitas
pengelolaan sampah di wilayahnya, tentu saja dapat mengancam keberlangsun
gankeberadaan TPA di lokasi tersebut.

Berdasarkan hal itu, maka perlu dilakukan suatu penelitian untuk


mengetahui pengaruh air lindi TPA Cikatomas Desa Handapherang Kecamatan
Cijeungjing Kabupaten Ciamis terhadap kualitas air tanah. Dari hasil yang

3
didapatkan akan diketahui sejauh mana tingkat pencemaran perairan yang telah
terjadi.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka


perumusan masalah dari penelitian ini, yaitu:
1. Bagaimana pengaruh air lindi Tempat Pembuangan Akhir sampah terhadap
kualitas sumber air bersih di Cikatomas Desa Handapherang Kecamatan
Cijeungjing Kabupaten Ciamis?
2. Apa saja parameter yang digunakan dalam penentuan pengaruh air lindi TPA
terhadap kualitas sumber air bersih di Cikatomas Desa Handapherang
Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa tujuan, yaitu:


1. Mengetahui pengaruh air lindi terhadap kualitas sumber air bersih di TPA
sampah Cikatomas Desa Handapherang Kecamatan Cijeungjing Kabupaten
Ciamis.
2. Mengetahui konsentrasi parameter pencemar dalam air lindi sampah yang
berasal dari Tempat Pembuangan Akhir Sampah Cikatomas.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dalam dua hal yaitu segi teoritis dan dari segi praktis
atau kemungkinan penerapannya di lapangan.
1. Teoritis
Menambah kepustakaan mengenai pengaruh air lindi terhadap kualitas sumber air
bersih dan parameter-parameter yang digunakan dalam penentuan pengaruh air
lindi terhadap kualitas air bersih di TPA sampah.

4
2. Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi dan menambah
wawasan masyarakat mengenai pengaruh air lindi terhadap kualitas sumber air
bersih di sekitar TPA, sedangkan bagi peneliti sendiri dapat digunakan untuk
menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman penelitian tentang air lindi,
sedangkan untuk pemerintah bisa digunakan untuk literature atau bahan
pertimbangan dalam menentukan kelayakan air bersih disekitar TPA.

5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Tempat Pembuangan Akhir Sampah

Tempat Pembuangan Akhir TPA sampah adalah tempat untuk memrposes


dan mengembalikan sampah ke media lingkungan secara aman bagi manusia dan
lingkungan.

Definisi tempat pembuangan akhir sampah berdasarkan undang-undang


No.18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah ada berlangsungnya kegiatan
pemprosesan akhir sampah, yang selanjutnya disebut TPA sampah. Proses akhir
sampah adalah tempat untuk memproses dan mengembalikan sampah ke media
lingkungan secara aman bagi manusia dan lingkungan.

TPA sampah menjadi tempat akhir dan bisa jadi menjadi komponen paling
penting dalam proses panjang dan kompleks dari pengelolaan sampah suatu
daerah. Oleh karena itu TPA sampah termasuk mengenai pengambilan keputusan
untuk penentuan lokasi TPA sampah menjadi sangat penting untuk diperhatikan
karena pengelolaan sampah yang tidak efektif akan berdampak negatif terhadap
kehidupan sehari-hari warga di suatu daerah tersebut.

Pengelolaan sampah yang menjadi tanggung jawab pemerintah


daerah,dalam hal TPA sampah dapat berupa TPA sampah regional dengan
Kabupaten Kota tetangganya. Oleh karena itu penentuan lokasi TPA sampah ini
menjadi suatu keputusan yang strategis bagi pemerintah di daerah yang
bersangkutan. Dibutuhkan suatu studi khusus dengan pedoman peraturan
pengelolaan sampah yang berlaku untuk memastikan pengambilan keputusan

6
lokasi TPA sampah ini tepat berdasarkan pertimbangan aspek-aspek yang ada
dalam peraturan pedoman pemilihan lokasi TPA sampah yang berlaku.
Dengan demikian maka perlu ada suatu upaya yang harus dilakukan untuk
pengamanan pencemaran lingkungan. Upaya pengamanan lingkungan TPA
sampah diperlukan dalam rangka mengurangi terjadinya dampak potensial yang
mungkin terjadi selama kegiatan pembuangan akhir berlangsung.

Upaya tersebut antara lain meliputi:


 Penentuan lokasi TPA yang memenuhi syarat (SN No. 03-3241/1994 tentang
Tata Cara Pemilihan Lokasi TPA)
 Pembangunan fasilitas TPA yang memadai, pengoperasian TPA sesuai
dengan persyaratan dan reklamasi lahan bekas TPA sesuai dengan peruntukan
lahan dan tata ruang.
 Monitoring pasca operasi terhadap bekas lahan TPA. Selain itu perlu juga
dilakukan perbaikan manajemen pengelolaan TPA secara lebih memadai
terutama ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang handal serta
ketersediaan biaya operasi dan pemeliharaan.

2.2 Pengaruh TPA terhadap Lingkungan

Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Temesi Gianyar pada awalnya dirancang


dengan metode Sanitary Landfill, namun pada pelaksanaan operasionalnya
menerapkan metode Open Dumping metode Open Dumping yang merupakan
sistem pemrosesan yang sederhana dan mudah dilakukan tetapi akibatnya tikus,
lipas, lalat, nyamuk, dan bakteri tumbuh dengan subur padat timbunan sampah.
Penanganan TPA yang tidak bijaksana tersebut menyebabkan terjadinya
kerusakan lingkungan karena bau yang tidak sedap mengundang banyak lalat
yang dapat menyebabkan berbagai penyakit menular.

Armen (1967) dalam Tanauma (2000) menyebutkan bahwa metode Open


Dumping dapat menimbulkan pengaruh yang cukup besar terhadap lingkungan
hidup di sekitar lokasi TPA yaitu menimbulkan dampak pencemaran air,tanah,

7
udara, dan bau yang tidak sedap serta gangguan lalat yang sangat banyak sampai
ke rumah-rumah penduduk. Salah satu faktor menurunnya kualitas air tanah
dangkal pada pemukiman penduduk di sekitar lokasi TPA disebabkan
terkontaminasinya air tanah yang bersumber dari penimbunan sampah yang tidak
sesuai dengan prosedur pemrosesan sampah (metode Open Dumping). Bila
sampah tersebut ditimbun pada suatu daerah yang kondisi geologinya rawan,
maka akan terjadi pencemaran air tanah dangkal di daerah tersebut. Kondisi
geologi disebut rawan jika batuan dasar tempat menimbun sampah bersifat porus
atau banyak mengandung retakan. Keadaan seperti itu akan memudahkan
meresapnya air lindi, selanjutnya akan mencapai muka air tanah dangkal,sehingga
air tanah dangkal menjadi terkontaminasi.

Chandra (2007), menyatakan bahwa sistem pemrosesan akhir sampah di


beberapa kota di Indonesia masih melakukan secara Open Dumping tanpa ada
pengelolaan lebih lanjut. Sistem pemrosesan semacam itu selain memerlukan
lahan yang cukup luas juga menyebabkan pencemaran pada udara, tanah dan air
serta dapat menjadi tempat berkembang biaknya agen dan vektor penyakit
menular.

KLH (2004), menyatakan bahwa semakin meningkatnya jumlah kasus


penyakit yang ditularkan oleh tikus (leptospirosis) akibat penimbunan sampah,
selain itu polusi udara dari pembakaran sampah, bau dari sampah yang membusuk,
merembesnya air lindi dari TPA ke sumber air penduduk (air tanah) dan
pencemaran air sungai.

Beberapa penelitian yang telah dilakukan berkaitan dengan dampak atau


pengaruh TPA terhadap lingkungan diantaranya: Penelitian Sudarningsih (1996),
menunjukkan bahwa tingginya kadar Cadmium (Cd) dan Sulfida (S) telah
melebihi Nilai Ambang Batas (NAB), kandungan zat-zat seperti bahan berbahaya
dan beracun (B3), BOD, COD, NO3 dalam air tanah telah melampaui baku mutu
serta air sumur yang berbau agak amis karena tercemar oleh air lindi sampah
(leachate).

8
Sundra (1997), juga melakukan penelitian tentang pengaruh pengelolaan
sampah terhadap kualitas air sumur gali di sekitar tempat pemrosesan akhir
sampah Suwung, Denpasar, Bali. Penelitian tersebut mengenai pengaruh TPA
Suwung Denpasar terhadap kualitas air sumur penduduk sekitarnya. Metode yang
digunakan adalah pengambilan contoh air sumur penduduk selanjutnya dianalisis
sifat fisik, kimia, dan biologinya. Disamping itu dilakukan pula pengambilan data
sosial ekonomi masyarakat yang tinggal di sekitar TPA untuk mengetahui
karakteristik pengaruh pengelolaan sampah terhadap kualitasair sumur gali.

Rudianto (2003), melakukan penelitian tentang perbedaan jarak


perumahanke TPA sampah Open Dumping dengan indikator tingkat kepadatan
lalat dan kejadian diare di Kabupaten Kenep Kecamatan Beji Kabupaten
Pasuruhan. Kesimpulan yang mereka dapatkan setelah melakukan penelitian
adalah terdapat perbedaan tingkat kepadatan lalat dari beberapa area yang diteliti.
Semakin dekat letak perumahan dengan TPA maka semakin tinggi tingkat
kepadatan lalatnya. Arbain (2008) meneliti pengaruh air lindi tempat pemrosesan
sampah Suwung terhadap kualitas air tanah dangkal di sekitar kelurahan
Pedungan kota Denpasar.

Pada penelitian ini disimpulkan bahwa parameter kualitas air lindi sampah
(leachate) dari TPA Sampah Suwung konsentrasinya telah melampaui ambang
batas baku mutu air. Air lindi sampah (leachate) dari TPA Sampah Suwung
berpengaruh terhadap kualitas air tanah dangkal.

Feranie. (2008), melakukan penelitian mengenai zona migrasi pencemaran


air di sekitar TPA Babakan Ciparay Kabupaten Bandung dengan menggunakan
metode geolistrik tahanan jenis. Pada penelitian ini disimpulkan bahwa aliran atau
rembesan lindi mengarah ke daerah pemukiman penduduk yang tinggal di sekitar
TPA Babakan Ciparay Bandung. Wijaya (2009), melakukan penelitian
pencemaran air tanah di wilayah Ngringo Caten Karanganyar dengan metode

9
geolistrik. Pada penelitian ini dilakukan survey geolistrik resistivitas sounding
dengan konfigurasi Schlumberger
sebanyak 4 titik. Hasil penelitian yaitu persebaran pencemaran air tanah di Desa
Ngringo tidak merata. Pencemaran di identifikasi pada kedalaman 13,6-23,6 meter
dengan arah aliran dari utara ke selatan dengan daerah persebaran di selatan.

Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan seperti yang disebut di atas
semuanya menyimpulkan bahwa selama ini pengelolaan sampah khususnya
yangdilakukan di TPA sebagian besar masih berdampak negatif terhadap
lingkungan, baik terhadap lingkungan fisik, kimia maupun biologis.

2.3 Pengertian Sampah

Menurut Soedarso (1985) sampah adalah bahan buangan sebagai akibat


aktifitas manusia dan binatang yang merupakan bahan yang sudah tidak
digunakan lagi, sehingga dibuang sebagai barang yang tidak berguna lagi.
Menurut Soewedo Hadiwiyoto (1983), sampah adalah sisa-sisa bahan yang
mengalami perlakuan-perlakuan, baik karena telah diambil bagian
utamanya,karena pengolahan atau karena sudah tidak ada manfaatnya lagi. Bila
ditinjau dari segi sosial ekonomi tidak ada harganya dan dari segi lingkungan
dapat menyebabkan pencemaran atau mengganggu kelestarian lingkungan.

Pengertian sampah dikemukakan oleh Azwar (1990), yang menyatakan


bahwa sampah adalah sebagian dari sesuatu yang tidak terpakai, tidak disenangi
atau sesuatu yang dibuang, umumnya berasal dari kegiatan manusia dan bersifat
padat. Definisi lain yang dikemukakan Kodoatie (2003), menyebutkan bahwa
sampah adalah limbah atau buangan yang bersifat padat, setengah padat yang
merupakan hasil sampingan dari kegiatan perkotaan atau siklus kehidupan
manusia, hewan maupun tumbuh-tumbuhan. Demikian pula menurut
Mustofa(2005), menyatakan sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai
atau tidak berharga dalam pembikinan atau pemakaian, barang rusak atau bercacat
dalam pembikinan atau materi berkelebihan.

10
Berdasarkan definisi dan pengertian tentang sampah seperti yang
dikemukakan di atas dapat dikatakan bahwa yang dimaksud dengan sampah
adalah benda atau sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai atau sesuatu yang
harus dibuang, dan umumnya bersifat padat yang dapat mencemari lingkungan
dan tidak belum bersifat ekonomis, yang berasal dari kegiatan yang dilakukan
oleh manusia atau proses alam baik yang bersifat zat organik dan zat anorganik
(tidak termasuk limbah berbahaya dan beracun & yang dianggap tidak berguna
lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan.

2.4 Sumber Daya Air

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber


Daya Air menyebutkan bahwa sumber air adalah tempat atau wadah air alami dan
atau buatan yang terdapat pada permukaan tanah, di atas permukaan
tanah,ataupun di bawah permukaan tanah. Sumber daya air adalah sumber daya
berup aair yang berguna atau berpotensial bagi manusia. Sumber daya air dikelola
secara menyeluruh, terpadu, dan berwawasan lingkungan hidup dengan tujuan
mewujudkan kemanfaatan sumber daya air yang berkelanjutan. Sumber daya air
mempunyai fungsi sosial, lingkungan hidup, dan ekonomi yang diselenggarakan
dan diwujudkan secara selaras.

Negara menjamin hak setiap orang untuk mendapatkan air bagi kebutuhan
pokok minimal sehari-hari guna memenuhi kehidupannya yang sehat, bersih, dan
produktif. Sumber daya air dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-
besar kemakmuran rakyat. Keberadaan sumber daya air mempunyai manfaat yang
tidak terhingga dalam menunjang berbagai bidang. Walaupun ketersediaan air
permukaan dari waktu ke waktu relatif tetap, namun keadaan dan sifat kualitasnya
dapat membatasi pemakaian dan pemanfaatannya.

Sumber air berdasarkan terjadinya dibedakan menjadi sumber air alami


dan sumber air buatan. Sumber air alami terdiri dari mata air, sungai, laut, dan

11
danau. Sumber air buatan diantaranya sumur tradisional, sumur pompa,
bendungan,waduk, kolam dan sebagainya. Sedangkan berdasarkan letak
sumbernya (Sumantri: 2013, 27), sumber air dibagi menjadi:
1. Air Angkasa (Hujan)
Air angkasa atau air hujan merupakan sumber utama air di bumi. Walau
pada saat presipitasi merupakan air yang paling bersih, air tersebut cenderun
gmengalami pencemaran ketika berada di atmosfer. Pencemaran yang
berlangsung diatmosfer itu dapat disebabkan oleh partikel debu, mikroorganisme,
dan gas ,misalnya, karbondioksida, nitrogen, dan amonia.

2. Air Permukaan
Air permukaan meliputi badan-badan air semacam sungai, danau,
telaga,waduk, rawa, terjun, dan sumur permukaan, sebagian besar berasal dari air
hujanyang jatuh ke permukaan bumi. Air hujan ini kemudian akan mengalami
pencemaran baik oleh tanah, sampah, maupun lainnya. Air permukaan merupakan
salah satu sumber penting bahan baku air bersih. Dibandingkan dengan sumber air
lain, air permukaan merupakan sumber air yang paling tercemar akiba tkegiatan
manusia, fauna, flora, dan zat-zat lain.

Sumber-sumber air permukaan, antara lain sungai, selokan, rawa, parit,


bendungan, danau, laut, dan air terjun.A/ir terjun dapat dipakai untuk sumber air
di kota-kota besar karena air tersebut sebelumnya sudah dibendung olehalam dan
jatuh secara gravitasi. Air ini tidak tercemar sehingga tidak membutuhkan
purifikasi bakterial.

3. Air Tanah
Air tanah berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi yang
kemudian mengalami perkolasi atau penyerapan ke dalam tanah dan mengalami
proses filtrasi secara alamiah. Proses-proses yang telah dialami air hujan
tersebut,di dalam perjalanannya ke bawah tanah, membuat air tanah menjadi lebih
baik dan lebih murni dibandingkan air permukaan.

12
Air tanah merupakan sebagian air hujan yang mencapai permukaan bumi
dan menyerap ke dalam lapisan tanah dan menjadi air tanah. Sebelum mencapai
lapisan tempat air tanah, air hujan akan menembus beberapa lapisan tanah dan
menyebabkan terjadinya kesadahan pada air (hardness of water). Menurut
Sutrisno (2004) air tanah terbagi atas :
 Air tanah dangkal
Terjadi karena daya proses peresapan air tanah. lumpur akan tertahan, demikian
pula dengan sebagian bakteri, sehingga air tanah akan jernih, tetapilebih banyak
mengandung zat kimia (garam-garam yang terlarut& karenamelalui lapisan tanah
yang mempunyai unsur-unsur kimia tertentu untuk masing-masing lapisan tanah.
Lapisan tanah disini berfungsi sebagai penyaring. Air tanah dangkal ini terdapat
pada kedalaman 15 meter. Sebaga isumur air minum, air tanah ini ditinjau dari
segi kualitas agak baik. Kuantitas kurang cukup dan tergantung pada musim.
 Air tanah dalam
Air tanah dalam terdapat setelah lapis rapat yang pertama. Pengambilan air tanah
dalam, tak semudah pada air tanah dangkal. *ualitas dari air tanah dalamlebih baik
dari air dangkal, karena penyaringannya lebih sempurna dan bebasdari bakteri.
 Mata Air
Mata air adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya kepermukaan tanah. Mata
air yang berasal dari tanah dalam, hampir tidak terpengaruh oleh musim dan
kuantitas/kualitasnya sama dengan keadaan air dalam.

2.5 Kualitas Air

Air merupakan molekul senyawa yang terdiri dari unsur Hidrogen dan
Oksigen. Lambang kimia untuk air adalah H20 yang artinya molekul air terdiri
dari unsur Hidrogen dan 2 unsur Oksigen. Air di alam jarang ditemukan dalam
keadaan murni. Sekalipun air hujan, meskipun awalnya murni, telah mengalami
reaksi dengan gas-gas di udara dalam perjalanannya turun ke bumi dan
selanjutnya terkontaminasi selama mengalir di atas permukaan bumi dan dalam
tanah. Menurut Suripin (2002: 148) kualitas air menyatakan tingkat kesesuaian air
terhadap penggunaan tertentu dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia, mulai

13
dari air untuk memenuhi kebutuhan langsung yaitu air minum, mandi dan cuci, air
irigasi atau pertanian, peternakan, perikanan, rekreasi dan transportasi. Dalam
Peraturan Menteri Kesehatan nomor 492 tahun 2010 disebutkan bahwa air minum
adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang
memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Air minum dan air
bersih aman bagi kesehatan apabila memenuhi persyaratan fisika, kimiawi, dan
mikrobiologi, Air bersih adalah air yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat
diminumapabila telah dimasak terlebih dahulu (DepKes RI,2002).

2.6 Pemanfaatan Air

Pemanfaatan berasal dari kata dasar manfaat yang berarti guna, faedah.
Dalam Kamus Besar Bahasa ;ndonesia pemanfaatan diartikan sebagai proses,cara,
perbuatan memanfaatkan. Individu akan menggunakan sesuatu jika mengetahui
manfaat positif atas penggunaannya. Kodoatie (2002) menyatakan bahwa
pemanfaatan merupakan salah satu aspek dari pengelolaan sumber daya air.

Sumber daya air sangat diperlukan untuk mendukung kehidupan


manusiadan mahluk hidup lainnya. )ubuh manusia memerlukan air sebagai sarana
pengangkutan hasil pencernaan makanan dan juga pengangkut sisa-sisa
pencernaan, sebagai sarana pelarut dan tempat proses metabolisme tubuh. Air
merupakan komponen abiotik yang penting bagi tumbuhan dimana sebagai
autotrof, tumbuhan memerlukan air dalam proses fotosintesis. Berbagai jenis
hewan dan mahluk hidup lain juga memerlukan air demi kelangsungan hidupnya.

Selain maju tingkat hidup seseorang, maka akan semakin tinggi pula
tingkat kebutuhan air dari masyarakat tersebut (Sutrisno, 2004). Menurut Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004, tentang Sumber Daya Air,
yang dimaksud dengan kebutuhan pokok sehari-hari adalah air untuk memenuh
ikebutuhan hidup sehari-hari yang digunakan pada atau diambil dari sumber air

14
untuk keperluan sendiri guna mencapai kehidupan yang sehat, bersih dan
produktif.

Menurut Wardhana (2001) keperluan air per orang per hari terdiri dari
keperluan air minum, keperluan air untuk memasak, air untuk Mandi Cuci
Kakus(MCK), air untuk mencuci pakaian, air untuk wudhu, air untuk kebersihan
rumah,air untuk menyiram tanaman, dan air untuk keperluan yang lainnya.

Penggunaan sumber daya air ditunjukkan untuk pemanfaatan sumber daya


air dan prasarananya sebagai media atau materi. Penggunaan air dari sumber air
untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari, sosial, dan pertanian rakyat
dilarang menimbulkan kerusakan pada sumber air dan lingkungannya atau
prasarana umum yang bersangkutan. Dengan meningkatnya kebutuhan akan air
maka penggunaan air harus dilakukan dengan hemat.

Penghematan penggunaan air dalam hal ini khususnya air tanah


merupakan bagian dari upaya konservasi air yang ditujukan untuk menjaga
kelangsungan keberadaan, daya dukung dan fungsi air tanah. Penghematan
penggunaan air tanah dilakukan agar air tanah tersedia secara terus menerus dan
berkesinambungan. Penghematan penggunaan air tanah dilakukan secara efisien
dan rasional.

Penggunaan air tanah ditujukan untuk pemanfaatan air tanah dan prasarana
pada cekungan air tanah. Pemakaian air tanah merupakan kegiatan penggunaan air
tanah yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari, pertanian
rakyat, dan kegiatan bukan usaha. Menggunakan air tanah menurut Peraturan
Menteri ESDM nomor 15 tahun 2012 secara efektif dan efisien untuk berbagai
macam kebutuhan dilakukan dengan cara:
a. Menggunakan air sesuai kebutuhan;
b. Menghindari pemborosan penggunaan air;
c. Pemanfaatan peralatan yang dapat menghemat penggunaan air.
d. Menggunakan water meter untuk memantau pengambilan Air Tanah;

15
e. Merawat peralatan instalasi air secara berkala serta mengganti peralatan yang
tidak bekerja dengan baik.
Pemanfaatan sumberdaya air menurut Triatmojo (2008) meliputi
penyediaan air untuk kebutuhan air bersih, irigasi, pembangkit listrik tenaga air,
perikanan peternakan, pemeliharaan sungai (pengenceran polusi), dan lalu lintas
air.Berbagai kebutuhan air tersebut harus dapat dilayani oleh air yang tersedia
yang bisa berupa air permukaan ataupun air tanah.

Pemanfaatan air merupakan proses atau perbuatan memanfaatkan air untuk


mendukung kehidupan manusia dan mahluk hidup lainnya. Air dimanfaatkan
untuk memenuhi: (1) kebutuhan manusia (minum, memasak, MCK, mencuci), (2)
kebutuhan tumbuhan (bahan fotosintesis, irigasi, menyiram tanaman), (3)
kebutuhan hewan (perikanan, peternakan) dilakukan secara efektif dan efisien
dengan cara: (1) menggunakan air sesuai kebutuhan, (2) menghindari
pemborosan penggunaan air, (3) pemanfaatan peralatan yang dapat menghemat
penggunaan air, (4) menggunakan water meter, dan (5) merawat peralatan
instalasi air secara berkala serta mengganti peralatan yang tidak bekerja dengan
baik.

2.7 Pencemaran Air

Pencemaran perairan didefinisikan sebagai segala proses yang


menyebabkan atau mempengaruhi kondisi perairan, sehingga dapat merusak
lingkungan dan nilai guna airnya (Zajic, 1971 dalam Syahmin, 1994). Secara
umum air yang tercemar dapat dicirikan berdasarkan penampakannya, misalnya
kekeruhan, buih, bau busuk, dan sebagainya.

Pembuangan sampah secara rutin setiap hari ke TPA merupakan bentuk


pengisian kembali (recharge), baik secara infiltrasi maupun perlokasi, sehingga
peluang untuk terjadi kontaminasi air, terutama air tanah dangkal maupun air
sumur gali menjadi gejala yang wajar.

16
Air lindi yang berasal akibat proses degradasi sampah dari
TPA,merupakan sumber utama yang mempengaruhi perubahan sifat-sifat fisik
air,terutama suhu, rasa bau, dan kekeruhan. Suhu limbah yang berasal dari lindi
umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan air penerima. Hal ini dapat
mempercepat reaksi-reaksi kimia dalam air, mengurangi kelarutan gas dalam
air,mempercepat pengaruh rasa dan bau (Husin dan Kustaman, 1992).

Sampah yang baru hanya sedikit berwarna keruh tetapi kemudian menjadi
semakin kelam dan tidak terlampau tidak menyenangkan meskipun agak tajam.
Sampah yang baru berisi sedikit oksigen larut dan kadang-kadang sejumlah kecil
nitrit dan nitrat, khususnya setelah hujan. Sampah yang basi menyebarkan bau-
bauan yang memuakkan yang bersumber pada hidrogen sulfida dan gas-
gaslainnya. Biasanya ini tidak mengandung oksigen yang telah terurai. Apabila
sampah membusuk, gelembung-gelembung gas dapat terlihat memancar keluar
dari permukaan (Mahida, 1997).

Secara umum sumber pencemaran air tanah berasal dari tempat-tempat


pembuangan sampah, mudah meresap ke dalam tanah, sehingga sampah organik
merupakan sumber primer pencemaran bakteriologik ( Wuryadi, 1990). Bakteri
patogen yang biasanya disebarkan melalui air adalah bakteri disentri, kolera dan
tipus. Jumlah bakteri patogen dalam air umumnya sedikit dibandingkan dengan
bakteri coli (coliform), sehingga bakteri ini dipakai sebagai bakteri indikator
terhadap kualitas perairan karena jumlahnya banyak dan mudah diukur
(Diana,1992).

2.8 Air Lindi

Air lindi terbentuk dari proses dekomposisi sampah akibat aktivitas


mikroba yang mengubahnya menjdi bentuk organic yang lebih sederhana, pada
mulanya sampah terdekomposisi secara aerobic tetapi setelah oksigen di
dalamnya habis maka mikroorganisme utama yang bekerja adalah

17
mikroorganisme fakultatif aerob yang menghasilkan gas metan yang tidak berbau
dan berwarna. (Chen, 1975).

Air lindi (leachate) dapat didefinisikan sebagai cairan yang meresap


melalui limbah padat yang cairan tersebut mengekstraksi material organik yang
ada dalam sampah yang kemudian akan terlarut atau tersuspensi dalam cairan
tersebut (Tchobanoglous, 1977; Damanhuri, 1996).

Air lindi sebagian akan menguap (evaporasi), sebagian akan bergerak


kesamping sebagian air limpasan (run off) dan yang terdapat pada bagian bawah
dari landfill akan bergerak\mengalir ke bawah (infiltrasi). Pergerakan air lindi
kebawah dapat sampai pada kedalaman permukaan air tanah sehingga dapat
memberi pengaruh kualitas air tanah, sedang pergerakan air lindi ke samping
dapat mempengaruhi kualitas air permukaan di sekitar TPA.

Dalam penelitian Kusmayadi (1986) dianalisis susunan kimia air lindi


dibandingkan dengan sampah segar dan sampah yang telah membusuk dan
bercampur dengan tanah yang bersal dari TPA. Dari penelitian diketahui bahwa
air lindi mengandung beberapa unsur yang berkadar tinggi (lebih dari 10mg/l)
seperti Nitrogen (N), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Besi (Fe), dan Kalium (K).

Menurut Tchobanoglous et. al (1977), air lindi banyak mengandung unsur


unsur yang dibutuhkan tanaman, diantaranya organic Nitrogen (10-600 mg/l),
Amonium Nitrogen (10-800 mg/l), Nitrat (50-40 mg/l), Fosfor Total (1-70 mg/l),
Total Besi (50-600 mg/l), sementara kalau tidak dimanfaatkan, air lindi ini
mencemari air di sekitar tempat pembuangan sampah, sehingga dapat
menyebabkan penurunan kualitas lingkungan. Sedangkan menurut Lilis Prihastini
(2006), adanya air lindi dari efek dekomposisi sampah pada Tempat Pembuangan
Akhir (TPA) Winongo di dusun 1embel Kelurahan M'angunharjo Kecamatan
Mangunharjo Kota Madiun mengakibatkan kualitas air sumur di Dusun Gembel
ditinjau dari parameter DO, BOD, COD, MN dan NO2 melampaui baku mutu

18
yang dipersyaratkan menurut PP Nomor 82 Tahun 2001 untuk air kelas I, sedang
untuk parameter kesadahan, Fe, Cd, dan Pb masih memnuhi syarat baku mutu.
melampaui baku mutu yang dipersyaratkan menurut PP Nomor 82 Tahun 2001
untuk air kelas I, sedang untuk parameter kesadahan, Fe, Cd, dan Pb masih
memenuhi syarat baku mutu.

2.9 Pengaruh Air Lindi Terhadap Kualitas Air Bersih

Keberadaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah memiliki fungsi


yang sangat penting, yaitu sebagai pengolahan akhir sampah baik yang akan
didaur ulang sebagai kompos ataupun hanya ditimbun setelah disortir oleh
pemulung. Jumlah sampah di TPA yang sangat besar akan menyebabkan proses
dekomposisi alamiah berlangsung secara besar-besaran pula. Proses dekomposisi
tersebut akan mengubah sampah menjadi pupuk organik dan menimbulkan hasil
samping yaitu air lindi (leachate). Penumpukan sampah selain mengganggu
estetika, sanitasi, kelestarian lingkungan juga mengakibatkan pencemaran
air,tanah, dan udara.

Lindi dapat didefinisikan sebagai cairan yang timbul dari hasil


dekomposisi biologis sampah yang telah membusuk yang mengalami pelarutan
akibat masuknya air eksternal ke dalam timbunan sampah. Air lindi akibat proses
degradasi sampah dari TPA merupakan sumber yang mempengaruhi perubahan
sifat fisik, kimia maupun biologi (Husin dan Kustaman, 1992).

Air lindi disebabkan oleh terjadinya presipitasi cairan ke TPA, baik dari
resapan air hujan maupun kandungan air pada sampah itu sendiri. Lindi bersifat
toksik karena adanya zat pengotor dalam timbunan yang mungkin berasal dari
buangan limbah industri, debu, lumpur hasil pengolahan limbah, limbah
rumahtangga yang berbahaya, atau dari dekomposisi yang normal terjadi pada
sampah.

19
Fachruddin (1989) dalam Tanauma (2000), menyatakan bahwa air lindi
dicirikan oleh komponen fisika dan kimia berkadar tinggi dan mengandung logam
berat berbahaya. Air tanah terkontaminasi air lindi sejauh 174 meter dari pusat
penimbunan sampah.
Berdasarkan hasil penelitian Tanauma di TPA Sampah Yogyakarta (2000),
air lindi sampah mengandung senyawa-senyawa kimia anorganik antara lain: nitrit,
nitrat, amonia, kalsium, kalium, magnesium, kesadahan, klorida, sulfat, BOD,
COD, pH dan mikrobiologi (total koliform) yang konsentrasinya sangat tinggi.

2.10 Anggapan Dasar Penelitian

Pengamatan terhadap perkembangan permasalahan air lindi di lokasi TPA


sampah, terdapat masalah utama yang dihadapi adalah kualitas sumber air bersih
di sekitar lokasi TPA sampah yang tidak memenuhi kriteria Standar Nasional
Indonesia maupun Peraturan Menteri Kesehatan mengenai kualitas air bersih serta
tidak adanya pengetahuan warga setempat mengenai bahaya air lindi yang
tercampur ke dalam sumber air bersih.

Dengan demikian, anggapan dasar dari penelitian kajian pengaruh air lindi
TPA sampah terhadap kualitas sumber air bersih di Dusun Cikatomas Desa
Handapherang Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis bahwasanya air lindi
akan menimbulkan dampak pencemaran air yang langsung dirasakan oleh
masyarakat sekitar lokasi TPA sampah dan kualitas sumber air bersih tidak akan
memenuhi kualitas air bersih yang ditetapkan oleh Peraturan Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia nomor 416/MENKES/IX/1990.

20
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dan pengambilan sampel akan dilaksanakan di TPA Cikatomas, ,


pengambilan sampel air tanah dangkal akan dilakukan di sekitar Dusun
Cikatomas Desa Handphereng Kecamatan Cijeunjing Kabupaten Ciamis.

3.2 Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan permasalahan yang akan diteliti. I Made


Wirartha (2006: 39) mengemukakan “Objek penelitian (variable penelitian)
adalah karakteristik tertentu yang mempunyai nilai, skor atau ukuran yang
berbeda untuk unit atau individu yang berbeda atau merupakan konsep yang
diberi lebih dari satu nilai”. Sugiyono (2009: 2) menjelaskan bahwa objek dalam
penelitian kualitatif adalah objek yang alamiah atau natural setting, sehingga
metode penelitian ini sering disebut sebagai metode naturalistik. Objek alamiah
adalah objek apa adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti sehingga kondisi pada

21
saat peneliti memasuki objek, setelah berada di objek dan setelah keluar dari
objek relatif tidak berubah.

Dari beberapa definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa objek


penelitian adalah suatu sasaran ilmiah dengan tujuan dan kegunaan tertentu untuk
mendapatkan data yang mempunyai nilai, skor atau ukuran yang alamiah,
apaadanya, dan tidak dimanipulasi. Penelitian dilakukan di sekitar tempat
pembuangan akhir sampah dan masyarakat di Dusun Cikatomas Desa
Handapherang Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis dan
Laboratorium Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Ciamis serta Laboratorium
Dinas Cipta Karya Kabupaten Ciamis.

3.3 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif


kualitatif. Menurut Sugiyono (2009: 3), metode penelitian adalah: “cara ilmiah
untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”. Sedangkan
menurut Nasution dalam Sugiyono (2009) penelitian kualitatif ialah: “mengamat i
orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha
memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya”

Dalam metode penelitian kualitatif, data cenderung bersifat naratif dari


pada angka-angka yang hasil analisisnya berupa uraian-uraian yang sangat
deskriptif dan berdasarkan pada analisis data secara induktif (Moleong, 2004: 2).
Selanjutnya Sugiyono ( 2009: 2) menyatakan bahwa: “data dalam penelitian
kualitatif adalah data yang pasti. Data yang pasti adalah data yang sebenarnya
terjadi sebagaimana adanya, bukan data yang sekedar yang terlihat, terucap, tetapi
data yang mengandung makna di balik yang terlihat dan terucap tersebut”.

Penelitian ini tidak berangkat dari hipotesis dan teori untuk diuji, tetapi
peneliti langsung turun ke lapangan untuk mengumpulkan data yang relevan.
Selanjutnya data tersebut diberi makna. Penelitian ini mencoba mendeskripsikan

22
mengenai pengaruh air lindi TPA sampah terhadap kualitas sumber air bersih.
Pada penelitian ini akan dilihat dan dianalisis mengenai permasalahan yang diteliti
mengenai kualitas sumber air bersih dan pengaruh air lindi sehingga data yang
diharapkan akan lebih lengkap, lebih mendalam, lebih akurat serta dapat
dipercaya.

3.4 Pengumpulan Data

3.4.1 Sumber Data

Jenis data penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer
didapatkan dari hasil wawancara, observasi dan uji laboratorium. Sedangkan data
sekunder didapatkan dari literatur mengenai teori-teori yang mendukung
pengolahan dalam aspek kelembagaan dan partisipasi masyarakat.

Sumber data primer dalam penelitian ini adalah “sumber data yang
langsung memberikan data”, sedangkan data sekunder menurut Sugiyono (2009:
17) merupakan: “sumber yang tidak langsung memberikan data kepada
pengumpul data, sedangkan data sekunder menurut Sugiyono (2009: 17)
merupakan: “sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul
data, misal melalui dokumen atau orang kedua”.

Adapun sumber data primer dalam penelitian ini adalah :


a. Berdasarkan Pengendalian Lingkungan Hidup.
b. Dinas Cipta Karya Kebersihan dan Tata Ruang Kabupaten Ciamis.
c. Masyarakat yang Berjarak 500 Meter dari TPA Cikatomas Desa Handpherang
Kec.Cijeunjing Kab.Ciamis.
d. Pengumpulan Sampah di Lokasi TPA Cikatomas Desa Handpherang Kec.
Cijeunjing Kab.Ciamis.

23
Sedangkan data sekunder dalam penelitian ini dipilih melalui sumber tidak
langsung berupa literatur yang terkait dengan fokus penelitian, dokumen, dan
laporan penelitian baik di media cetak maupun media elektronik.
Untuk menentukan sumber data pada penelitian ini, teknik pengambilan
sampel yang digunakan adalah puposive sampling. Menurut Notoatmojo ( 2005;
88) pengambilan sampel secara purposive didasarkan pada suatu pertimbangan
tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri-ciri atau sifat-sifat
populasi yang sudah diketahui sebelumnya.

3.4.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan data yang


dibutuhkan adalah wawancara. Wawancara digunakan sebagai teknik
pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk
menemukan permasalahan yang harus diteliti, juga apabila peneliti ingin
mengetahui hal-ha ldari responden yang lebih mendalam Sugiyono (2009: 7).
Peneliti harus berkomunikasi langsung dengan responden melalui wawancara dan
merupakankegiatan penting dalam penelitian kualitatif.

Wawancara yang digunakan pada penelitian ini adalah:


1) Wawancara tak berstruktur
Sugiyono (2009: 74) menyatakan bahwa “wawancara tak berstruktur
adalah wawancara yang bebas dimana tidak menggunakan pedoman wawancara.
Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar
permasalahan yang akan ditanyakan.

Dalam wawancara tak berstruktur, peneliti belum mengetahui secara pasti


data apa yang akan diperoleh, sehingga peneliti lebih banyak mendengarkan apa
yang diceritakan oleh responden. Berdasarkan analisis terhadap setiap jawaban
responden maka peneliti mengajukan berbagai peertanyaan berikutnya yang lebih
terarah. Wawancara tak berstruktur digunakan dalam penelitian pendahuluan.

24
Peneliti berusaha mendapatkan informasi awal tentang sumber air bersih Dusun
Cikatomas. Berdasarkan hasil wawancara ini peneliti menetapkan fokus penelitian.

2) Wawancara terstruktur
Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data bila
peneliti telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh.
Wawancara ini dilakukan sebagai tindak lanjut dari penelitian pendahuluan
Peneliti sudah mempunyai gambaran tentang permasalahan yang akan ditanyakan
berdasarkan fokus penelitian. Peneliti telah menyiapkan instrumen penelitian
berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis.

Dalam melakukan wawancara, selain harus membawa instrumen sebagai


pedoman untuk wawancara, maka peneliti juga dapat menggunakan alat bantu
seperti tape recorder, kamera dan alat lain yang dapat membantu pelaksanaan
wawancara menjadi lancar. Dalam penelitian ini penulis melakukan wawancara
langsung dengan pihak terkait dalam penelitian ini guna mendapatkan keterangan
data yang dibutuhkan serta berkaitan dengan masalah penelitian. Wawancara
dilakukan kepada pengelola, Dinas Cipta Karya Kabupaten, Badan Pengendalian
Lingkungan Hidup, masyarakat, dan pengumpul sampah.

Selain wawancara peneliti juga menggunakan teknik pengumpulan data


observasi (pengamatan). Nasution dalam Sugiyono ( 2009: 64) menyatakan bahwa,
“observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat
bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh
melalui observasi”. Sedangkan untuk data kualitas sumber air bersihn masyarakat
dusun Cikatomas pengumpulan data dilakukan dengan mengambil sampel air
masyarakat dusun Cikatomas dan membawanya ke laboratorium untuk melakukan
uji laboratorium. Hasilnya dibandingkan dengan kadar maksimum yang
diperbolehkan dalam persyaratan kualitas air bersih dan kualitas air minum yang
dikeluarkan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

25
3.5 Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data

3.5.1 Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan suatu teknik dalam penelitian kualitatif yang


dilakukan setelah data lapangan terkumpul. Menurut Satori dan Komariah (20210:
177) Data terbagi menjadi dua yaitu data lapangan (data mentah) dan data jadi.

Data lapangan atau data mentah merupakan data yang diperoleh saat
pengumpulan data. Data mentah pada penelitian ini berupa data tulisan dan data
tertulis serta foto. Data lisan dan tertulis diperoleh melalui wawancara terhadap
responden atau narasumber. Data yang berupa foto merupakan data yang
berfungsi mendeskripsikan suatu hal, benda, maupun kejadian saat observasi
maupun saat pengumpulan data. Data lisan didokumentasikan ke dalam bentuk
rekaman suara, sedangkan data tertulis didokumentasikan ke dalam bentuk tulisan
atau catatan penelitian. Data yang kedua adalah data jadi yang merupakan suatu
data mentah (data lapangan) yang telah mengalami proses penyeleksian data.
Penyeleksian data mengacu pada permasalahan yang ingin dipecahkan yaitu fokus
penelitian.

Pengolahan data dilakukan dengan dua cara yaitu persiapan dan


penyeleksian. Persiapan dilakukan dengan menyiapkan seluruh data lapangan,
baik berupa rekaman, catatan lapangan, maupun foto. Data yang berupa rekaman
suara ditranskip atau disalin ke dalam bentuk tulisan. Sedangkan data berupa foto
dideskripsikan sesuai gambar. Setelah semua terkumpul, peneliti memulai
menyeleksi data sesuai dengan fokus penelitian.

26
3.5.2 Analisis Data

Analis data menurut Sugiyono (2009: 89) adalah “proses mencari dan
menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam
kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam
pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat
kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain”.

Selanjutnya Nasution dalam Sugiyono (2009: 88) menyatakan


“bahwa melakukan analisis adalah pekerjaan yang sulit, memerlukan kerja keras.
Analisis memerlukan daya kreatif serta kemampuan intelektual yang tinggi. Tidak
ada cara tertentu yang dapat diikuti untuk dapat mengadakan analisis, sehingga
setiap peneliti harus mencari sendiri metode yang dirasakan cocok dengan sifat
penelitiannya. Bahan yang sama bisa diklasifikasikan lain oleh peneliti yang
berbeda”.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian kualitatif mencakup


transkip hasil wawancara, reduksi data, analisis, interpretasi data dan triangulasi.
Dari hasil analisis data kemudian dapat ditarik kesimpulan. Berikut ini adalah
teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti:

3.5.3 Reduksi Data

Menurut Sugiyono (2009) Reduksi data merupakan “proses berpikir


sensitif yang memerlukan kecerdasan dan keluasan dan kedalaman wawasan yang
tinggi”. Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian
pada penyederhanaan, pengabstraksian, dan transformasi data kasar yang muncul
dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Selama pengumpulan data berlangsung,
terjadi tahapan reduksi, yaitu membuat ringkasan, mengkode, menelusuri tema,
membuat gugus-gugus, membuat partisi, dan menulis memo.

27
Redaksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan,
menggolongkan, mengarahkan, membuang, yang tidak perlu, dan mengorganisasi
data sedemikian rupa sehingga kesimpulan-kesimpulan akhirnya dapat ditarik
dan diverifikasi. Redaksi data atau proses transformasi ini berlanjut terus sesudah
penelitian lapangan, sampai laporan akhir lengkap tersusun.jadi dalam penelitian
kulitatif dapat disederhanakan dan ditranformasikan dalam aneka macam cara:
melalui seleksi ketat, melalui ringkasan atau uraian singkat, menggolongkan
dalam suatu pola yang lebih luas, dan sebagainya.

3.5.4 Triangulasi

Selain menggunakan reduksi data peneliti juga menggunakan teknik


Triangulasi sebagai teknik untuk mengecek keabsahan data. Menurut Moleong
(2004) triangulasi adalah “teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara
terhadap objek penelitian”.

Sugiyono (2009: 330) menjelaskan bahwa “dalam teknik pengumpulan


data, triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat
menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang
ada. Bila peneliti melakukan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti
mengumpulkan data sekaligus menguji kredibilitas data,yaitu mengecek
kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan datadan berbagai sumber
data”.

Triangulasi dapat dilakukan dengan menggunakan teknik yang berbeda


(Nasution, 2003: 115) yaitu wawancara, observasi dan dokumen Triangulasi ini
selain digunakan untuk mengecek kebenaran data juga dilakukan untuk
memperkaya data. Menurut Nasution, selain itu triangulasi juga dapat berguna
untuk menyelidiki 0aliditas tafsiran peneliti terhadap data,karena itu triangulasi
bersifat reflektif.

28
Denzim (dalam Moloeng, 2004), membedakan empat macam triangulasi
diantaranya dengan memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik dan
teori. Pada penelitian ini, dari keempat macam triangulasi tersebut, peneliti hanya
menggunakan teknik pemeriksaan dengan memanfaatkan sumber. Triangulasi
dengan sumber artinya membandingkandan mengecek balik derajat kepercayaan
suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam
penelitian kualitatif. Adapununtuk mencapai kepercayaan itu, maka ditempuh
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Membandingkan data hasil wawancara dari beberapa narasumber yang
berbeda.
2. Membandingkan data hasil wawancara dengan data hasil obser0asi.
3. Membandingkan data hasil wawancara dengan data hasil uji
laboratorium.Triangulasi.
Triangulasi merupakan proses yang harus dilalui oleh seorang peneliti
disamping proses lainnya, dimana proses ini menentukan aspek validitas
informasi yang diperoleh untuk kemudian disusun dalam suatu penelitian.Teknik
pemeriksaan keabsahan data memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu
untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap dataitu. Teknik
triangulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber lain.

3.6 Menarik Kesimpulan

Kegiatan analisis berikutnya adalah menarik kesimpulan dan verifikasi.


Ketika kegiatan pengumpulan data dilakukan, seorang analisis kualitatif mulai
mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan,
konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat, dan proposisi.
Kesimpulan yang mula-mulanya belum jelas akan meningkat menjadi lebih
terperinci. Kesimpulan-kesimpulan final akan muncul bergantung pada besarnya
kumpulan-kumpulan catatan lapangan, pengkodeannya, penyimpanan, dan
metode pencarian ulang yang digunakan, kecakapan peneliti, dan tuntutan
pemberi dana, tetapi sering kali kesimpulan itu telah sering dirumuskan
sebelumnya sejak awal.

29
DAFTAR PUSTAKA

Alberts, G. 1994. Metode penelitian Air. Surabaya: Offset Printing.

Anonim. 1990. Teknologi Persampahan. Yogyakarta: Sekolah Tinggi


Teknik Lingkungan “Yayasan Lingkungan Hidup” Yogyakarta.

Arbai. N. K. M,. Sudana I B. 2008. Pengaruh Air Lindi Tempat


Pembuangan Akhir Sampah Suwung Terhadap Kualitas Air Tanah
Dangkal di Sekitarnya di Kelurahan Pedungan Kota Denpasar.
Echotropic. Vol. 3, No. 2. 55-60

Azwar, Azrul. 1990. Pengantar Ilmu Lingkungan. Mutiara Sumber


Widya. Jakarta

Badan Standarisasi Nasional (BSN). 2004. Spesifikasi Kompor dari


Sampah Organik Domestik. SNI 19-7030-2004.

Chandra, B.2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Penerbit Buku


Kedokteran EGC. Jakarta

Chapman, D. 2000. Water Quality Assesment. E & FN Spon. London.

30

Anda mungkin juga menyukai