Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PEMBUATAN KOMPOS SKALA RUMAH TANGGA

(Untuk memenuhi salah satu Tugas Akhir Mata Kuliah Teknik Pengolahan Sampah)

Disusun oleh :
Adella Tamara 119250022
Ayu Setiyawati 119250047

Dosen Pengampu :
Firdha Cahya Alam, S.Si., M.T.

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


JURUSAN TEKNOLOGI INFRASTRUKTUR DAN KEWILAYAHAN
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga tugas
kelompok mata kuliah Teknik Pengolahan Sampah ini bisa selesai pada waktunya.
Tujuan dari tugas ini sebagai syarat untuk menyelesaikan mata kuliah Teknik
Pengolahan Sampah. Selain itu, tugas besar ini bertujuan untuk menambah wawasan
mengenai cara Pembuatan Kompos dengan etode Takakura bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.

Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu pengerjaan
tugas besar ini, diantaranya kepada :
1. Kepada Bapak Firdha Cahya Alam,selaku dosen pengampu mata kuliah
pengelolaan sampah.
2. Kepada teman-teman Teknik Lingkungan yang selalu mendukung dan
meluangkan waktu untuk berdiskusi dalam mengerjakan tugas ini.

Semoga tuhan senantiasa membalas semua kebaikan yang telah diberikan. Atas
kekurangan makalah ini, kami terbuka untuk menerima saran dari pembaca. Akhir kata
kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan
semua pihak.

Lampung Selatan, Desember 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................. ii


DAFTAR ISI............................................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR ...............................................................................................................iv
BAB I ........................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 1
1.2 Tujuan ...................................................................................................................... 2
BAB II ...................................................................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................................... 3
BAB III..................................................................................................................................... 8
METODOLOGI ...................................................................................................................... 8
3.1 Waktu Pembuatan ........................................................................................................ 8
3.2 Alat dan Bahan ........................................................................................................ 8
3.3 Langkah Kerja ........................................................................................................ 8
BAB IV ................................................................................................................................... 10
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................................. 10
4.1 Hasil dan Pembahasan ............................................................................................... 10
BAB V .................................................................................................................................... 13
KESIMPULAN ..................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Proses Pencacahan ............................................................................................. 10


Gambar 4.2 Pembuatan Takakura ......................................................................................... 10
Gambar 4.3 Pemberian air cucian beras ................................................................................ 11
Gambar 4.4 Hasil Pengomposan ........................................................................................... 12

iv
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lingkungan yang kotor merupakan akibat perbuatan negatif yang harus ditanggung
alam karena keberadaan sampah. Sampah merupakan masalah yang dihadapi hampir
seluruh Negara di dunia. Tidak hanya di Negara-negara berkembang, tetapi juga di
Negara-negara maju sampah selalu menjadi masalah. Sampah yang menumpuk sudah
tentu akan menjadi masalah karena mengganggu penduduk di sekitarnya. Menurut ilmu
kesehatan lingkungan, sampah atau refuse adalah sebagian dari benda yang dipandang
tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau harus dibuang sedemikian rupa
sehingga tidak sampai mengganggu kelangsungan hidup, yang pada umumnya berasal
dari kegiatan manusia termasuk kegiatan industri, tetapi bukan biologis karena human
waste atau kotoran manusia tidak termasuk didalamnya dan umumnya bersifat padat
(Chandra, 2007). Sumber sampah bisa bermacam-macam, diantaranya adalah yang
berasal dari pasar, warung, kantor, bangunan umum, industri, jalan, dan rumah tangga.

Sampah rumah tangga adalah suatu bahan yang terbuang dari hasil aktivitas manusia
yang belum mempunyai nilai ekonomis, bahkan dapat mencemari lingkungan. Sampah
ini berasal dari lingkungan perumahan atau pemukiman, baik di daerah perkotaan
maupun pedesaan. Sampah rumah tangga terbagi atas sampah organik dan sampah
anorganik. Sampah anorganik adalah sampah yang berasal dari SDM (sumber daya
manusia) yang tidak dapat diperbaharui lagi contohnya seperti kertas, karton, sampah
plastik, kaca, kaleng, dan lain-lain. Sedangkan sampah organik merupakan sampah
yang berasal dari makhluk hidup, baik manusia, hewan maupun tumbuhan, pada
umumnya berupa sampah dapur seperti sisa-sisa makanan, buah-buahan, sayuran dan
sebagainya. Sampah organik dibagi menjadi dua, yaitu sampah organik basah dimana
sampah mempunyai kandungan air yang cukup tinggi dan sampah organik kering,
biasanya dari bahan yang kandungan airnya kecil.

1
Dampak sampah organik rumah tangga sangat merugikan manusia baik secara
langsung maupun tidak langsung, karena dapat mencemari lingkungan. “Apabila
lingkungan sudah tercemar maka akan berdampak pada kesehatan manusia, potensi
bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan seperti penyakit yang menyebar dengan
cepat karena virus yang berasal dari sampah, karena pengelolaan tidak tepat dan
pengelolaan sampah yang kurang memadai” (Basriyanta, 2006). Hal ini yang dapat
menyebabkan masalah yang ditimbulkan dari sampah organik rumah tangga khususnya
di Indonesia. Rata-rata setiap harinya kota besar di Indonesia menghasilkan puluhan
ton sampah. Meningkatnya jumlah penduduk secara signifikan serta adanya perubahan
pola konsumsi masyarakat secara tidak langsung menambah volume, jenis, dan
karakteristik sampah, bahkan semakin beragam. Permasalahan sampah yang timbul
hakikatnya juga menjadi permasalahan Nasional, yang perlu dilakukan penanganan
secara komprehensif, terpadu, ekonomi, sehat bagi masyarakat, dan aman bagi
lingkungan, serta dapat mengubah perilaku masyarakat.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan kompos ini yaitu diantara nya :

1. Mengetahui lama waktu pengomposan sampah organic rumah tangga dengan


menambahkan sisa air cucian beras sebagai bakteri pada metode Takakura.
2. Mengetahui dan mengaplikasikan cara mengolah sampah skala rumah tangga
menggunakan metode Takakura.
3. Mengetahui perbedaan tekstur sebelum sampah menjadi kompos dengan
sampah yang sudah menjadi kompos.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Sampah
Menurut definisi World Health Organization (WHO) sampah adalah yang tidak
digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari
kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (Chandra,2006). Undang-
Undang Pengelolaan Sampah Nomor 18 tahun 2008 menyatakan sampah adalah sisa
kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Jenis sampah
antara lain yaitu sampah organic (sampah dapur, sisa sayur, dan buah) dan sampah
anorganik (sampah logam, sampah plastik). Prinsip pengelolaan sampah adalah 3R
yaitu:
• Reduce (mengurangi segala sesuatu yang menimbulkan sampah)
• Reuse (kegiatan penggunaan kembali sampah secara langsung)
• Recycle (memanfaatkan kembali sampah setelah mengalami proses
pengolahan)

Sampah organik domestik adalah sampah yang berasal dari pemukiman antara lain sisa
makanan, daun, buah-buahan dan sisa sayuran. Sampah organik memiliki prosentase
terbesar dalam keseluruhan produksi sampah dibanding sampah anorganik maupun
sampah yang mengandung limbah berbahaya. Sampah organik dapat diolah dengan
teknik pengomposan. Pengomposan merupakan dekomposisi terkontrol, proses
alamiah penguraian bahanbahan organik sisa. Pengomposan mentransformasi material
organik mentah menjadi bahan stabil secara biologi yang mengandung substansi humus
(Cooperband, 2002).

2.2 Kompos dan Pengomposan


Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-bahan
organic yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikrob
dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobic atau anaerobik. Sesuai
dengan humufikasi fermentasi suatu pemupukan dicirikan oleh hasil bagi C/N yang
menurun. Bahan-bahan mentah yang biasa digunakan seperti : merang, daun, sampah

3
dapur, sampah kota dan lain-lain dan pada umumnya mempunyai hasil bagi C/N yang
melebihi 30 (sutedjo,2002).
Pengomposan merupakan proses perombakan (dekomposisi) dan stabilisasi bahan
organic oleh mikroorganisme dalam keadaan lingkungan yang terkontrol dengan hasil
akhir berupa humus dan kompos (simamora dan Salundik,2006). Metode pengomposan
merupakan salah satu cara mengolah sampah organic menjadi pupuk. Dan pemanfaatan
sampah organic yang berupa kompos bisa menjadi salah satu solusi/upaya kita sebagai
anggota masyarakat dalam menanggulangi timbulan sampah, yang akhirnya
berdampak pada pengurangan pencemaran pada tanah.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap proses kompos (Christianto, 2005) adalah
sebagai berikut :
1. Suhu
Kisaran suhu yang ideal dalam proses pengomposan yaitu 55° C - 70° C,
dengan suhu minimum 45° C selama proses pengomposan. Suhu secara
bertahap akan turun setelah proses berjalan beberapa minggu sampai ke suhu
normal, pengotrolan suhu dapat menggunakan thermometer.
2. Kelembapan udara
Kelembaban udara sebaiknya dijaga antara 40 % - 60 % (idealnya yaitu 50 %).
Kisaran ini sebaiknya dipertahankan sehingga jumlah mikroorganisme semakin
berkembang dengan baik. Prinsipnya adalah semakin banyak mikroorganisme
yang berkembang maka semakin baik pula proses pengkomposan.
3. Kandungan Nutrien
Kandungan C/N yang ada di dalam sampah organik merupakan sumber
makanan bagi mikroorganisme. Karbon (C) merupakan sumber energi bagi
mikroorganisme, sedangkan Nitrogen (N) digunakan untuk membangun sel-sel
tubuh bagi mikroorganisme. Perbandingan C/N dalam materi sampah organik
masih sangat tinggi tetapi kemudian menurun seiring dengan aktivitas
mikroorganisme yang menguraikannya. Besar perbandingan C/N pada proses
pengomposan idealnya 30:1. Setelah terjadi proses pengomposan,

4
perbandingan akan turun menjadi 15:1 yang menandakan proses pengomposan
telah berakhir.
4. Derajat Keasaman
Derajat keasaman (pH) yang akan dicapai setelah proses pengomposan selesai
adalah antara 6-7. Sampah organik biasa yang akan dikomposkan bisa
mempunyai pH yang beragam. Pada saat awal proses pengomposan pH
biasanya turun karena sejumlah mikroorganisme tertentu merubah sampah
organik menjadi asam organik, kemudian mikroorganisme jenis lainnya akan
memakan asam organik tersebut sehingga menyebabkan pH naik kembali
sampai mendekati netral. Untuk uji pH materi organik yang dikomposkan dapat
menggunakan kertas lakmus.
5. Mikroorganisme
Mikroorganisme yang dimaksud bisa berupa bakteri, jamur, insekta dan
mahkluk hidup berukuran mikro lainnya yang membantu proses pengomposan
sampah organik. Mikroorganisme ini muncul dari sampah organik yang telah
terkondisi sedemikian rupa sehingga mikroorganisme tahan hidup.
Mikroorganisme dapat pula diciptakan sendiri dengan mengambil material di
sekitar tanah kebun atau tanah sawah yang subur kemudian dikembangkan
melalui sebuah proses tertentu.
6. Waktu
Rata-rata proses pengomposan memerlukan waktu sekitar 2 bulan (7 – 8
minggu). Proses pengomposan terdiri dari dua tahap utama yaitu tahap
penguraian dan tahap pematangan. Proses ini juga tergantung dari materi
organik apa saja yang terkandung dalam sampah organik. Materi sampah
organik seperti sisa sayur, nasi basi, dedaunan (daun jenis tertentu bisa
memakan waktu lebih lama), mie memakan waktu yang relative pendek kira-
kira 3-4 minggu, tetapi berbeda dengan sekam padi atau serbuk gergaji bisa
memakan waktu sampai 3 bulan. Kulit jeruk, janur, daun pisang, janur bisa
memakan waktu lebih dari 3 bulan waktu pengomposan.

5
7. Oksigen
Mikroorganisme pengurai sampah organik juga membutuhkan oksigen untuk
hidupnya. Untuk menjaga agar pertukaran oksigen bisa berjalan dengan
optimal, maka diperlukan kondisi yang diciptakan sedemikian rupa sehingga
aliran udara bisa mengalir dengan optimal. Kepadatan yang berlebihan dalam
materi organic akan menghambat udara masuk sehingga kebutuhan oksigen
bagi mikroorganisme tidak terpenuhi dan akhirnya mempengaruhi waktu
proses pengomposan. Beberapa kondisi yang diciptakan, misalnya, pembalikan
materi organik secara berkala (maksimum 1 minggu sekali), membuat lubang
aerasi di sekitar materi organik yang dikomposkan dan lain sebagainya.
8. Ukuran Partikel Sampah Organik
Semakin kecil ukuran materi sampah organik, maka semakin mudah bagi
mikroorganisme menguraikan materi organik tersebut menjadi kompos
sehingga proses pengkomposan bisa menjadi lebih cepat. Keuntungan lainnya
adalah semakin menghemat tempat (mengurangi besar volume sampah organik
yang dikomposkan). Ukuran materi sampah organik sebaiknya antara 2-4 cm.
Setelah proses pemilahan berdasarkan atas jenisnya, sebaiknya sebelum
dikomposkan, sampah organik dicacah, baik secara manual maupun
menggunakan mesin pencacah elektrik atau tenaga diesel.
2.3 Pengomposan dengan Metode Takakura

Metode pengomposan Keranjang Takakura memiliki keunggulan dibandingkan


dengan metode lain:

1. Praktis karena sangat cocok untuk perumahan dengan lahan yang tidak begitu
lebar. Keranjang dapat ditempatkan di mana saja sesuai dengan kebutuhan dan
ketersediaan lahan.
2. Mudah karena sampah hanya dimasukkan, setiap harinya. Tanpa ada
perlakukan khusus seperti menambahkan cairan atau bahan-bahan tambahan
yang lain.

6
3. Tidak berbau karena prosesnya melalui proses fermentasi, bukan pembusukan.
Pada sisi operasional terdapat kendala meliputi menurunnya efektifitas kinerja
penguraian sampah organik sehingga sering terjadi kegagalan proses.

Takakura yang telah digunakan secara benar pada periode yang lama akan menurun
efektifitasnya yang ditunjukkan melalui penurunan temperatur proses. Semakin rendah
temperatur akan mengakibatkan proses pengomposan menjadi semakin lama. Di sisi
lain temperatur yang rendah (<350C) akan meningkatkan potensi tumbuhnya hewan,
kutu, jamur yang tidak diinginkan. Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh penambahanan sekam dan bekatul pada kompos Takakura dalam
meningkatkan efektivitas Komposter Takakura rumah untuk menguraikan sampah
organik. Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah (1) untuk menganalisis pengaruh
penambahan serbuk gergaji dan sekam terhadap peningkatan temperatur proses
pengomposan; (2) untuk menganalisis perubahan rasio C/N dari proses pengomposan;
(3) untuk menganalisis karakteristik kompos matang.

7
BAB III

METODOLOGI
3.1 Waktu Pembuatan
Proses pembuatan kompos skala rumah tangga ini dilaksanakan pada Hari
Selasa, 09 November 2021 pada Pukul 16.00 WIB.

3.2 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang kami gunakan diantaranya adalah :

a. Keranjang sampah
b. Kardus bekas
c. Bantalan sekam
d. Kain penutup
e. Air cucian beras
f. Kompos yang sudah jadi
g. Sisa sayur dan buah
3.3 Langkah Kerja
Berikut Diagram Alir proses pengerjaan
Pengumpulan sampah organik

Mengambil sisa sayuran yang ada di dapur umum kosan


Mengambil sisa buah yang jatuh dari atas pohon

Pencacahan sampah organik


Sampah organik dicacah menjadi bagian yang lebih kecil

Siapkan keranjang sampah


Keranjang sampah diletakkan ditempat teduh agar memiliki sirkulasi udara
yang bagus.
Diletakkan bantalan sekam di dasar keranjang
Keranjang sampah dilapisi dengan kardus bekas dan diikat dengan tali
Diisi dengan kompos jadi setebal 5 cm (8 kg)
Dimasukkan sampah organic yang telah dicacah kedalam keranjang
Diaduk secara perlahan agar sampah organik merata dengan kompos jadi
Ditambahkan air bekas cucian beras untuk mempercepat pengomposan

8
Ditutup dengan bantalan sekam dan juga kain hitam
Lakukan pengecekan dengan meletakkan tangan kita 2 cm diatas kompos
apabila terasa panas artinya pengomposan terjadi
Lakukan kegiatan tersebut berulang-ulang selama 3-4 minggu

Selesai

9
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil dan Pembahasan


Dari proses pembuatan kompos yang telah kami lakukan kami melakukan pengamatan
sebanyak 3 kali. Berikut ini merupakan penjelasannya :

1. Pengamatan I dilakukan pada saat proses pencacahan daun dan buah, dan juga
pembuatan Takakura sederhana. Pengamatan I dilakukan pemberian air bekas
cucian beras untuk menyediakan nutrisi bagi bakteri yang akan tumbuh
menguraikan cacahan sampah daun dan buah. Pengamatan I dilakukan pada
Hari Selasa, 09 November 2021 pada Pukul 16.04 WIB dan menunjukkan suhu
yaitu 250C , pH 6,97 dan kelembapan sebesar 50%.

Gambar 4.1 Proses Pencacahan

Gambar 4.2 Pembuatan Takakura

10
Gambar 4.3 Pemberian air cucian beras

2. Pengamatan II dilakukan penambahan air cucian beras dan sampah organic,


karena setelah kurang lebih 2 minggu dari pengamatan pertama kompos
mengalami penurunan kelembaban dan menjadi kering. Untuk itu kembali kami
tambahkan air cucian beras agar bakteri dapat berkembang lagi dan
menambahkan sisa sampah organik yang masih ada. Pada pengamatan ke-II
menunjukkan bahwa daun, sayur masih berwarna kuning dan agak sedikit basah
akibat dari air yang dikeluarkan oleh buah. Selain itu, sudah mulai tercium bau
yang agak menyengat. Pengamatan II dilakukan pada Hari Jum’at, 26
November 2021 pada Pukul 17.10 WIB dan menunjukkan suhu 21,50C, pH 6,80
dan kelembapan sebesar 60%.
3. Pengamatan III atau pengamatan terakhir diperoleh hasil tekstur sedikit lebih
halus dari sebelumnya, dan masih ada beberapa potongan daun yang belum
terurai karena potongannya terlalu besar. Selain itu, warnanya sudah kehitaman
dan hasil pengomposan kami berhasil. Pengamatan ke-III dilakukan pada Hari
Jum’at, 10 Desember 2021pada Pukul 17.35 WIB dan menunjukkan suhu
22,50C, pH 6,90 dan kelembapan sebesar 50%.

11
Gambar 4.4 Hasil Pengomposan

12
BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan kegiatan pembuatan kompos dengan proses Takakura dapat disimpulkan


bahwa kondisi suhu, kelembapan dan pH sangat berpengaruh, selain itu waktu dalam
pengerjaannya juga dapat mempengaruhi hasil dari pengomposan. Semakin banyak
sampah organik yang akan diolah semakin lama juga waktu yang dibutuhkan. Untuk
tugas kami sendiri hanya mengolah sampah organic skala rumah tangga maka, waktu
yang dibutuhkan pun tidak terlalu lama minimal 3-4 minggu.

Berdasarkan SNI 19-7030-2004 tentang spesifikasi kompos dari sampah organic


domestic dijelaskan jika standar kualitas kompos memiliki kelembaban sebesar 50%,
pH 6,80-7,49, dan suhu 220C, selain itu warna kehitaman, bau dan tekstur seperti tanah.
Apabila dibandingkan dengan hasil akhir pengukuran kompos yang dibuat oleh kami
maka menunjukkan suhu 22,50C, pH 6,90 dan kelembapan sebesar 50% dengan warna
kompos sudah menghitam, bau dan tekstur telah menyerupai tanah sehingga kompos
yang kami buat telah berhasil dan dapat digunakan untuk media tanam.

Pada pembuatan kompos ini kami tidak begitu sering menambahkan air cucian beras
untuk menjaga stabilitas kelembapan karena pada sampah organik kami sendiri
terdapat sampah sisa buah yang cukup banyak mengeluarkan air jadi kelembapan
kompos tetap terjaga dan membuat mikroba tetap berkembang biak sehingga
menghasilkan kompos yang layak untuk digunakan.

13

Anda mungkin juga menyukai