Anda di halaman 1dari 22

PENGOLAHAN LIMBAH PADAT ORGANIK

PENGOMPOSAN
Dosen Pengajar : Dian Maulina, ST., MT

DISUSUN OLEH
KELOMPOK II (DUA) :

AZUAR RAHMAN (2104017)


NURMALA (2104007)
NAJLA FASHEHAH (2104005)
SAIFUL AHMADI (2104015)

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


POLITEKNIK ACEH SELATAN
2023
KATA PENGANTAR

Tiada kata syukur yang pantas disampaikan selain kepada Tuhan Yang Maha
Esa. Penyusun berkeyakinan bahwa hanya dengan izin dan ridho-Nya Laporan
Prakitkum yang berjudul ‘Pengomposan’ dapat diselesaikan dengan baik.
Tujuan pembuatan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknik
Pengolahan Limbah Industri dan sebagai arsip pelaporan hasil prakitkum yang telah
dilakukan.
Dalam pembuatan laporan hasil praktikum ini, penyusun mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu proses penyelesaian makalah ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dian Maulina, ST., MT selaku
dosen pembimbing mata kuliah Teknik Pengolahan Limbah Industri yang telah
membimbing dan mengarahkan kami dalam pembuatan laporan ini.
Kami menyadari dalam pembuatan laporan ini masih terdapat banyak kesalahan
ataupun kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan
saran para pembaca akan kami terima dengan senang hati demi penyempurnaan laporan
di masa yang akan datang.
Akhir kata, kami berharap Laporan Hasil Praktikum ini dapat memenuhi
persyaratan nilai yang diajukan oleh dosen pembimbing dan dapat diterima oleh
masyarakat.

Tapaktuan, 11 Jan 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................3
1.1 Latar Belakang.................................................................................................................... 4
1.2 Tujuan................................................................................................................................... 4
1.3 Rumusan Masalah.............................................................................................................. 5
1.4 Hipotesis.............................................................................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................6
BAB III METODE PENELITIAN.................................................................................9
3.1 Pengomposan Sampah Kering dan Nai Basi.................................................................9
3.1.1 Alat dan Bahan................................................................................................9
3.1.2 Langkah Kerja..............................................................................................10
3.2 Pengomposan Kertas....................................................................................................... 13
3.2.1 Alat dan Bahan..............................................................................................13
3.2.2 Langkah Kerja...............................................................................................13
BAB IV PEMBAHASAN..............................................................................................17
4.1 Analisis Data Kompos Sampah Kering dan Nasi Basi Dengan EM4....................17
4.1.1 Tabel Hasil Pengamatan Setelah Kompos Dengan Sarter EM4 Didiamkan.17
4.2 Analisis Data Kompos Kertas........................................................................................ 19
4.2.1 Tabel Hasil Pengamatan Kompos.................................................................19
4.3 Pembahasan...................................................................................................................... 20
BAB V PENUTUP.........................................................................................................23
5.1 Kesimpulan....................................................................................................................... 23
5.2 Saran.................................................................................................................................. 23

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kompos adalah hasil penguraian parsial atau tidak lengkap dari campuran
bahan bahan organik yang dapat di percepat secara artifisial oleh populasi berbagai
macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau
anaerobik (Modifikasi dari J.H. Crawford,2003).
Sedangkan pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami
penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba mikroba yang memanfaatkan
bahan organik sebagai sumber energi.
Kompos dibuat dari sampah sampah organik yang di hasilkan dari sampah
rumah tangga, dedaunan, kotoran hewan, serbuk kayu, dll. Melihat dari jumlah
sampah yang dihasilkan oleh manusia khususnya di wilayah Aceh Selatan maka ada
baiknya dilakukan upaya Bioremediasi terhadap salah satu bahan penghasil sampah
organik tersebut, salah satunya bahan kompos yang dapat digunakan adalah seperti
sampah rumahan yang terdapat pada daerah Aceh Selatan dengan jumlah yang
dihasilkan sangatlah banyak perharinya.
Pada dasarnya kotoran kelinci dapat teruran dengan sendirinya di alam,
tetapi membutuhkan waktu yang lama dalam proses penguraiannya, untuk itu
dilakukanlah proses pengomposan kotoran kelinci yang pada akhirnya
membutuhkan waktu yang lebih cepat dan dapat menghasilkan produksi pertanian
yag lebih banyak dari penambahan pupuk kompos dari kotoran kelinci.

1.2 Tujuan
a. Untuk mengetahui proses pengomposan dan manfaat pengomposan
b. Untuk mengetahui pengaruh bakteri terhadap lamanya pengomposan.

4
1.3 Rumusan Masalah
a. Apakah saja faktor faktor yang mempengaruhi proses pengomposan?
b. Kompos dari starter apakah yang memiliki karakteristik yang lebih baik?

1.4 Hipotesis
a. ketersedianan oksigen.
b. Kompos yang menggunakan starter EM4 memiliki karakteristik lebih baik dari
pada yang menggunakan starter alami.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Laju pertambahan penduduk Indonesia tak dapat diimbangi dengan laju


pertambahan populasi sampah. Guna mengurangi sampah organik maka perlu
digalakkan usaha pemanfaatan kecil. Harapannya agar mampu membantu memenuhi
kebutuhan, selain itu pengomposan sebagai kegiatan yang diharapkan mampu mengisi
waktu senggang  dan juga diharapkan mampu membantu ekonomi keluarga.
Pengomposana sampah organik sebenarnya tak hanya berguna sebagai
percobaan di laboratorium penelitian, manfaat yang diperoleh darinya sungguh tidak
kecil nilainya. Dengan adanya kegiatan ini, maka bisa diharapkan menjadi penghasil
dari smpah organik, mudah dan murah.
Pengomposan sampah organik seperti nasi basi, daun kering dan sampah
organik perumahan lainnya dipilih karena mudah ditemukan disekitar kita. Sampah
perumahan tidak bersaing dengan kebutuhan manusia, Sampah perumahan merupakan
sebuah tantangan tersendiri bagi kita semua dalam skala kecil dengan pola
pengomposan sehingga cocok untuk kondisi masyarakat pedesaan.
Melalui serangkaian proses maka akan didapatkan berbagai bahan seperti
sampah kering maupun sampah basah serta bahan industri pertanian.

Sampah rumah tangga seperti nasi basi dan sejenis lainnya dapat diolah
menggunakan teknologi pengomposan. Pengomposan adalah proses dimana bahan
organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang
memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi. Membuat kompos adalah
mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih
cepat. Proses ini meliputi membuat campuran bahan yang seimbang, pemberian air yang
cukup, mengaturan aerasi, dan penambahan aktivator pengomposan. (Anonim, 2010)
Dalam proses pengomposan diperlukan campuran bahan-bahan organic lainnya
yang mengandung sumber karbon. Salah satunya adalah serbuk tanah.

6
Prinsip pengomposan adalah menurunkan C/N ratio bahan organik tanah
sehingga sama dengan C/N ratio tanah (kurang dari 20). Dengan semakin tingginya C/N
ratio maka akan semakin lama proses pengomposan yang dilakukan. Masing-masing
bahan pembuat kompos memiliki C/N ratio berbeda, misalnya jerami C/N rationya 50-
70, cabang tanaman 15-60 dan kayu tua dapat mencapai 400. Waktu yang diperlukan
untuk menuurunkan C/N ratio tersebut bermacam-macam, mulai dari tiga bulan hingga
tahunan. (Indriani 2010)
Kematangan kompos menurut Harada et al . (1993) sangat berpengaruh
terhadap mutu kompos. Kompos yang sudah matang akan memiliki kandungan bahan
organik yang dapat didekomposisi dengan mudah, nisbah C/ N yang rendah, tidak
menyebarkan bau yang ofensif, kandungan kadar airnya memadai dan tidak
mengandung unsur- unsur yang merugikan tanaman. Oleh sebab itu, kematangan
kompos merupakan faktor utama dalam menentukan kelayakan mutu kompos (Anonim
2010). Kriteria kematangan kompos bervariasi tergantung bahan asal kompos, kondisi
dan proses dekomposisi selama pengomposan. Gaur (1981) dalam Anonim (2010)
menyatakan bahwa ada beberapa parameter untuk menentukan kematangan kompos,
yaitu:
1) Karakteristik fisik, seperti suhu, warna, tekstur dan besarnya kelarutan dalam larutan
natrium hidroksida atau natrium fosfat
2) Nisbah C/N, status dari kandungan hara tanaman, dan nilai kompos yang
ditunjukkan oleh uji tanaman
3) Tidak berbau dan bebas dari patogen parasit dan biji rumput- rumputan.

Proses pegomposan yang terjadi secara alami berlangsung dalam waktu cukup
lama, sekitar 2-3 bulan bahkan ada yang 6-12 bulan tergantung bahannya. Oleh karena
itu para ahli melakukan berbagai macam upaya untuk mempercepat proses tertentu.
Proses tersebut dapat dipercepat menjadi 2-3 minggu tergantung pada bahan dasarnya,
antara lain dengan menambahkan bioaktivator seperti EM4 (Indriani 2010) EM4
sebenarnya adalah singkatan untuk Effective Microorganism 4 . EM4 merupakan
larutan yang mengandung 80 jenis mikroorganisme yang dapat mempercepat
pengomposan. Dengan menambahkan EM4, pengomposan dapat berlangsung secara

7
anaerob dan bau dapat dikurangi. Kompos yang dihasilkan melalui pemberian EM4
sering disebut bokashi (Indriani 2010). Kompos dibuat dari bahan organik yang berasal
dari bermacam-macam sumber. Dengan demikian kompos merupakan sumber bahan
organic dan nutrisi tanaman.
Kemungkinan bahan dasar kompos mengandung selulosa 15% - 60%,
hemiselulosa 10 % - 30%, lignin 5% - 30%, protein 5% - 40%, bahan mineral (abu) 3%
- 5%, di samping itu, terdapat bahan larut air panas dan dingin (gula, pati, asam amino,
urea, garam ammonium) sebanyak 2% - 30 % , dan 1%-15%, lemak larut eter dan
alcohol, minyak, dan lilin. Komponen organik ini mengalami proses dekomposisi di
bawah kondisi mesofik dan termofilik. Komponen organik yang sering dikomposkan
antara lain jerami dan dedak (Sutanto 2002). Dalam membuat kompos sering
ditambahkan bahan-bahan penolong seperti urea, air, gula pasir, bioaktivator dan dedak
(bekatul). Fungsi urea pada proses pembuatan kompos adalah sebagai pensuplai NH3
yang digunakan sebagai sumber energi bagi mikrobia dalam poses fermentasi. Jadi
disini urea tidak sebagai penambah nutrisi pakan namun dapat dikatakan sebagai
katalisator dalam proses pembuatan kompos itu sendiri. (Deptan 2010).
Sementara itu, gula pasir berfungsi sebagai sumber makanan bagi
mikroorganisme, kapur berfungsi sebagai penetral pH dan air berfungsi sebagai
katalisator proses-proses biologis dalam pengomposan (Indriani 2010). Dalam membuat
kompos juga digunakan plastik hitam untuk penutupan. Penutupan ini bertujuan agar
uap air dapat tertahan dan suhu naik sehingga mikroba dapat bekerja dengan baik.
Ukuran plastik hitam tergantung timbunan kompos, yang penting seluruh timbunan
tertutup semuanya (Indriani 2010).

8
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pengomposan Sampah Kering dan Nai Basi


3.1.1 Alat dan Bahan
Alat Bahan

Sepatu boot Nasi Busuk

Gelas Ukur EM4

9
2 Buah Ember Tanah Hitam

Gelas Takar Sampah Kering

3.1.2 Langkah Kerja

a. Pembuatan Kompos Dengan Sampah Kering dan Nasi Busuk

10
No
Gambar Langkah Kegiatan
.
1.

Siapkan alat dan bahan berupa


daun kering 0,5 kg, tanah 1 kg
dan gunting, lalu gunting daun
kering dengan ukuran lebi kecil

2.

Lalu siapkan tanah 1kg dan


memasukannya kedalam ember
lalu diikuti dengan memasukan
sampah daun kering 0,5 kg yang
telah digunting tadi

3.

Langakah selanjutnya siapkan


bahan beruapa 750 ml air dan
caiaran EM4

4.

Kemudian siapan nasi 200 mg


dan memasukannya kedalam
ember yg sudah berisi sampah
daun kering dan tanah tadi. Lalu
kemudian masukan 750 ml air, 20
11
ml EM4 dan mengaduknya
hingga semua tercampur merata.
3.2 Pengomposan Kertas

3.2.1 Alat dan Bahan


Alat Bahan

Gunting Kertas

Ember Tanah

3.2.2 Langkah Kerja

a. Pembuatan Kompos Dengan Sampah Kering dan Nasi Busuk

12
No
Gambar Langkah Kegiatan
.
1.

Siapkan alat dan bahan berupa


gunting dan 1 lembar kertas,
gunting kertas tersebut dengan
ukuran lebi kecil.

2.

Setelah kertas digunting dengan


ukuran lebih kecil, campurkan
sedikit air dan haluskan
menggunakan tangan.

3.

Langka selanjutnya, masukan


tanah sebanyak 300 gram
kedalam ember.

4.

Langkah selanjutnya, masukan


kertas yang sudah dihaluskan tadi
diatas tanah dengan rata.

5.

13
Selanjutnya tutup lagi dengan
menggunakan tanah, sampai
14
BAB IV

PEMBAHASAN

3.3
3.4
4.1 Analisis Data Kompos Sampah Kering dan Nasi Basi Dengan EM4

4.1.1 Tabel Hasil Pengamatan Setelah Kompos Dengan Sarter EM4


Didiamkan

Pengamatan Keterangan
MINGGU Ke-1

 Warna tidak berubah


 Mengeluarkan bau tidak sedap
 Nasi dan daun kering masih terliat

MINGGU Ke-2

 Warna tidak berubahh


 Mengeluarkan bau yang mengengat
 Nasi dan daun kering teruraikan

15
MINGGU Ke-3

 Timbulnya belatung
 20% Sampah telah terurai
 Mengeluarkan bau yang menyengat

MINGGU Ke-4

 Tidak ada lagi belatung


 50% sampah daun kering dan nasi
teruraikan
 Tidak ada lagi bau yang menyengat

16
2
3
4
4.1
4.2 Analisis Data Kompos Kertas

4.2.1 Tabel Hasil Pengamatan Kompos

Pengamatan Keterangan
MINGGU Ke-1

 Warna hitam pekat


 Tidak berbau
 Kertas belum terurai

MINGGU Ke-2

 Warna hitam pekat


 Tidak berbau
 Sebagian kertas sudah terurai

17
Pengamatan Keterangan
MINGGU Ke-3

 Warna coklat kehitaman


 Tidak ada bau
 100% sampah teruraikan

18
4.3 Pembahasan
Berdasarkan hasil percobaan yang diamati selama 30 hari dihasilkan kompos
organic yang tidak berbau dan mengalami penyusutan dalam volumenya. Kualitas
kompos sangat dipengaruhi oleh proses pengolahan, sedangkan proses pengolahan
kompos sendiri sangat dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya
1. Kelembapan ; Kondisi penyimpanan harus dijaga agar mikroorganisme dapat
bekerja secara optimal. Kelembapan yang rendah atau tinggi dapat menyebabkan
mikroorganisme tidak berkembang atau mati. Kelembapan pada kompos yang
kami buat belum cukup, sehingga memengaruhi kualitas kompos.
2. Suhu ; Suhu yang tinggi selama pengomposan merupakan indikator laju proses
pengomposan dan kegiatan mikroba. Awal pengomposan telah dapat mencegah
atau mengurangi nematode, insekta, jamur dan bakteri patogen, tetapi dipihak
lain juga dapat menurunkan populasi mikroba mesolifik, oleh karena itu
peningkatan suhu tinggi yang terlalu lama perlu dicegah agar tidak menghambat
proses pengomposan. Suhu pada pengomposan yang kami buat juga berada di
tiga puluh dua derjat, dan pada suhu ini kompos kami tidak terlalu bagus karna
kompos yang baik harus memiliki kelembapan yang tinggi.
3. Tingkat oksigen ; Oksigen yang cukup sangat berpengaruh terhadap aerasi
pengomposan. Aerasi secara alami akan terjadi pada saat terjadi peningkatan
suhu yang menyebabkan udara hangat keluar dan udara yang lebih dingin masuk
ke dalam tumpukan kompos. Aerasi ditentukan oleh posiritas dan kandungan air
bahan(kelembaban). Apabila aerasi terhambat, maka akan terjadi proses anaerob
yang akan menghasilkan bau yang tidak sedap. Aerasi dapat ditingkatkan dengan
melakukan pembalikan atau mengalirkan udara di dalam tumpukan kompos.
Pada kompos yang kami buat, air yang kami masukan kedalam kompos terlalu
kurang sehingga memengaruhi cepatnya proses pengomposan.

19
4. Ukuran partikel ; Aktivitas mikroba berada diantara permukaan area dan udara.
Permukaan area yang lebih luas akan meningkatkan kontak antara mikroba
dengan bahan dan proses dekomposisi akan berjalan lebih cepat. Ukuran partikel
juga menentukan besarnya ruang antar bahan (porositas).
5. Effective microorganisme (EM4) ; Merupakan kultur campuran berbagai jenis
mikroorganisme yang bermanfaat (bakteri fotosintetik, bakteri asam laktat, ragi,
aktinomisetes dan jamur peragian) yang dapat dimanfaatkan sebagai inokulan
untuk meningkatkan keragaman mikrobia tanah.
Berdasarkan hasil pengamatan bahwa hipotesis sebelum tahap penelitian tidak tepat
karena terdapat factor – faktor lainnya yang sangat mempengaruhi dalam proses
pengomposan.
Hasil (produk) kompos yang dihasilkan dengan menggunakan starter EM4 lebih
baik hasilnya, dikarenakan pada EM4 dapat menekan pertumbuhan mikroorganisme
patogen atau yang merugikan tanah dan tanaman sekaligus menghilangkan bau yang
ditimbulkan dari proses penguraian bahan organik, meningkatkan aktivitas
mikroorganisme yang menguntungkan, misalnya Mycorhiza, Rhizobium, bakteri pelarut
fosfat.
Kompos organic yang dihasilkan dalam waktu 30 hari sudah dapat dikategorikan
kompos yang sudah matang. Pada minggu ke- 1 kompos sampah kering lembap dan
beraroma bau menyengat, hal ini dikarenakan terjadi fermentasi anaerobik dan
menghasilkan senyawa-senyawa berbau yang mungkin akan berbahaya bagi tanaman.
Keadaan seperti tersebut menandakan kompos masih belum matang. Sedangakan
kompos kertas pada minggu ke 1 tidak mengeluarkan bau sama sekali.
Pada minggu ke-2 keadaan kompos pada ember tisu menunjukan permukaan kering
dan tidak berbau. Pada ember kompos sampah kering pada minggu ke-2 mengeluarkan
bau yang sangat menyengat. Pada Minggu ke-3 keadaan kompos kertas tidak berbau,
tekstur terasa hangat dan warna berubah menjadi coklat kehitaman dan semua kertas
teruraikan. Sedangkankan kompos sampah kering masih menggeluar bau. Pada minggu
ke-4 kompos kertas tidak ada perubahan, sedangakan kompos sampa kering, tidak
berbau, warna coklat kehitaman, dan mengalami penurunan massa(berat).
Apabila kompos masih berwarna mirip dengan bahan mentahnya berarti kompos

20
tersebut belum matang. Dan yang paling terlihat secara jelas bahwa kompos yang
matang mengalami penyusutan volume/bobot kompos seiring dengan kematangan
kompos. Besarnya penyusutan tergantung pada karakteristik bahan mentah dan tingkat
kematangan kompos. Penyusutan berkisar antara 20 – 40 %. Apabila penyusutannya
masih kecil/sedikit, kemungkinan proses pengomposan belum selesai dan kompos
belum matang. Dalam pengomposan yang kami buat,

21
BAB V

PENUTUP

5
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa ;
a. Pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami penguraian
secara biologis, khususnya oleh mikroba mikroba yang memanfaatkan bahan
organik sebagai sumber energi.
b. Faktor yang mempengaruhi proses pengomposan adalah Kelembaban, Rasio
C/N, Suhu, Tingkat oksigen, Ukuran partikel, EM4
c. Pengomposan kertas Jauh lebih cepat matang dibandingkan dengan
pengomposan sampah kering yang menggunakan EM4.

5.2 Saran
Dalam pembuatan kompos sebaiknya menggunakan Effective Microorganism
(EM)4 untuk hasil yang lebih cepat dibandingkan tidak menggunakan EM4 dan
menggunakan rasio C/N yang sesuai yakni 25-35.

22

Anda mungkin juga menyukai