Anda di halaman 1dari 17

Mata Kuliah : Penyehatan Tanah dan Pengelolaan Sampah-B

Dosen : Juherah, SKM., M.Kes

LAPORAN PEMANFAATAN SAMPAH ORGANIK MENJADI


KOMPOSTING DAN VERMIKOMPOSTING

OLEH :

KELOMPOK 6

ANDI AZISAH DANIYAH RAHMA PO.71.4.221.20.1.004

ANNISA FEBRIANTY PO.71.4.221.20.1.007

ARWYNNIE RHAUDATUZAHRA SUAIB PO.71.4.221.20.1.009

MUHAMMAD ASHARI ANSAR PO.71.4.221.20.1.025

NURFITRIANI AZIZAH PO.71.4.221.20.1.032

NURUL FATNI ARIFIN PO.71.4.221.20.1.033

RAHMAT HIDAYAT PO.71.4.221.20.1.034

D.IV TINGKAT 2A

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
laporan ini yang alhamdulillah tepat waktu yang berjudul “Pemanfaatan sampah
organik menjadi vermicomposting”.

Laporan ini berisikan tentang informasi mengenai segala hal yang berkaitan
dengan Pemanfaatan sampah organik menjadi vermikomposting. Diharapkan
laporan ini dapat memberikan informasi kepada kita semua mengenai hal tersebut.

Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun diharapkan
demi kesempurnaan laporan ini.

Akhir kata, penyusun sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berperan serta dalam penyusunan laporan ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Aamiin.

Makassar, 14 Maret 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I Pendahuluan ................................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 1

1.3 Tujuan ............................................................................................................ 2

BAB II Pembahasan ................................................................................................ 3

2.1 Pemanfaatan Sampah Organik ...................................................................... 3

2.2 Pembuatan Kompos ....................................................................................... 5

2.3 Hasil............................................................................................................... 6

2. Hasil Pengukuran ............................................................................................ 7

2.4 Analisa Hasil ................................................................................................. 8

BAB III Penutup ................................................................................................... 11

3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 11

3.2 Saran ............................................................................................................ 11

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 12

LAMPIRAN .......................................................................................................... 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pentingnya mengolah sampah organik sering terabaikan karena


beranggapan bahwa sampah organik akan terurai dengan sendirinya di TPA
sehingga tidak berdampak buruk. Sampah organik memang akan terurai dengan
sendirinya, namun hal ini berdampak negatif pada lingkungan dan kesehatan jika
berlangsung dalam volume yang besar. Sebenarnya, sampah organik bisa
memberikan banyak manfaat seperti kaitannya dengan Eco Enzyme yang banyak
manfaatnya.

Sampah organik di TPA akan membusuk melalui proses anaerobik oleh


mikroba penghasil gas metana. Sehingga, sampah yang terurai akan menghasilkan
byproduct berupa gas metana yang merupakan salah satu gas rumah kaca yang bisa
berdampak global.

Jika dibandingkan dengan karbon dioksida, metana memiliki masa hidup


lebih pendek namun dapat menangkap panas 30 kali lebih efektif sehingga akan
lebih berbahaya jika tersedia dalam konsentrasi yang besar (Science Daily, 2014).
Selain dampak lingkungan, sampah organik yang membusuk di TPA memiliki
dampak buruk bagi kesehatan manusia yang tinggal di sekitarnya. Dengan
konsentrasi metana yang tinggi, inhalasi oksigen dapat berkurang karena
tergantikan oleh gas metana sehingga dapat berakibat sesak napas (EPA Victoria,
2012). Selain itu, gas-gas berbahaya lainnya, seperti hidrogen sulfida, juga
berpotensi mengakibatkan penyakit respirasi (Science Daily, 2016).

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaiamana pemanfaatan sampah organik menjadi composting dan


vermikomposting?

1
2. Bagaimana cara pembuatan sampah organik menjadi composting dan
vermikomposting?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui proses pemanfaatan sampah organik menjadi komposting dan


vermicomposting.

2. Untuk meminimalisir cemaran sampah organik yang ada disekitar lingkungan.

3. Untuk Menghasilkan pupuk yang berkualitas (mengandung unsur hara yang


tersedia bagi tanaman) sehingga dapat meningkatkan kesuburan tanah.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pemanfaatan Sampah Organik

1. Komposting

Kompos merupakan bahan organik, seperti daun-daunan, jerami, alang-


alang, rumput-rumputan, dedak padi, batang jagung, serta kotoran hewan yang telah
mengalami proses dekomposisi oleh mikroorganisme pengurai, sehingga dapat
dimanfaatkan untuk memperbaiki sifat-sifat tanah. Kompos juga mengandung
harahara mineral yang esensial bagi tanaman. Pengomposan adalah proses dimana
bahan organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba –
mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi.

Kebanyakan petani lebih cenderung menanam padi dari pada tanaman lain.
Petani hanya memanen tanaman padi tanpa adanya pengolahan akan limbah dari
tanaman padi tersebut seperti batang padi (jerami). Selama ini limbah tanaman padi
berupa jerami hanya dibuang dan dibakar dilahan pertanian setempat dan abunya
dipakai untuk pupuk. Pembakaran ini dapat menghilangkan kandungan bahan
organik dalam padi, jadi penggunaan untuk pembuatan kompos lebih efektif dari
pada menggunakan abu jerami.

Proses dekomposisi (penguraian) alami dari jerami padi menjadi kompos


tidak dapat berlangsung dengan cepat karena (1) mengandung silika dan lignin yang
relatif tinggi sehingga sulit untuk didekomposisikan, (2) luas permukaan efektif dari
bahan utuh relatif kecil akan menyulitkan mikroorganisme untuk melakukan
penetrasi dan perombakan bahan menjadi kompos, (3) jumlah mikroorganisme
alami yang ada di dalam tanah dan jenisnya sangat spesifik.

Dilihat dari proses pembuatannya terdapat dua macam cara membuat


kompos, yaitu melalui proses aerob (dengan udara) dan anaerob (tanpa
udara).Kedua metode ini menghasilkan kompos yang sama baiknya hanya saja
bentuk fisiknya agak sedikit berbeda (Anonim,2014).Proses pembuatan kompos

3
aerob sebaiknya dilakukan di tempat terbuka dengan sirkulasi udara yang baik.
Karakter dan jenis bahan baku yang cocok untuk pengomposan aerob adalah
material organik yang mempunyai perbandingan unsur karbon (C) dan nitrogen (N)
kecil (dibawah 30:1), kadar air 40-50% dan pH sekitar 6-8. Contohnya adalah
hijauan leguminosa, Jerami, gedebog pisang dan kotoran unggas. Apabila
kekurangan bahan yang megandungkarbon, bisa ditambahkanarang sekam padike
dalam adonan pupuk. Caramembuat kompos aerob memakan waktu 40-50 hari.
Proses pembuatan komposaerob cocok untuk memproduksi kompos dalam jumlah
besar (Anonim, 2014).

Cara membuat kompos aerob memakan waktu 40-50 hari. Proses


pembuatan kompos aerob cocok untuk memproduksi kompos dalam jumlah besar
(Anonim, 2014). Cara membuat kompos dengan metode anaerob biasanya
memerlukaninokulan mikroorganisme (starter) untuk mempercepat proses
pengomposannya. Inokulan terdiri dari mikroorganisme pilihan yang
bisamenguraikan bahan organik dengan cepat, seperti efektif mikroorganime
(EM4).Di pasaran terdapat juga jenis inokulan dari berbagai merek seperti superbio,
probio, dll (Aninom,2014). Bahan baku yang digunakan sebaiknya material organik
yangmempunyai perbandingan C dan N tinggi (lebih dari 30:1). Beberapa
diantaranyaadalah serbuk gergaji, sekam padi dan kotoran kambing. Waktu yang
diperlukanuntuk membuat kompos dengan metode anaerob bisa 10-80 hari,
tergantung padaefektifitas dekomposer dan bahan baku yang digunakan. Suhu
optimal selama proses pengomposan berkisar 35-45°C dengan tingkat kelembaban
30-40%

2. Vermikomposting

Proses dasar vermicomposting sangat sederhana. Sampah organik, seperti


kulit buah, sisa sayur, hingga kertas bekas, dikonsumsi oleh cacing tanah untuk
diproses dalam tubuh dan diekskresikan menjadi suatu materi
bernama casting. Casting inilah yang dijadikan sebagai pupuk kompos yang
mengandung nutrisi penting, seperti magnesium, fosfor dan potasium, untuk
pertumbuhan tanaman. Proses tersebut menerapkan proses dasar penguraian,

4
dimana suatu organisme dekomposer mengubah material organik menjadi material
non-organik.

Perbedaannya, organisme dekomposer yang digunakan, yaitu cacing tanah,


tidak menghasilkan byproduct metana saat melalui proses penguraian aerobik,
sehingga teknik ini mengurangi produksi gas rumah kaca. Selain itu, cacing tanah
menghasilkan kompos bernutrisi dari proses penguraian tersebut, sehingga
vermicomposting dapat benar-benar mengembalikan unsur organik dalam sampah
menjadi unsur hara dalam tanah untuk pertumbuhan tanaman.

Ada dua jenis cacing tanah yang penting untuk diperhatikan dalam proses
vermicomposting, yaitu cacing tanah yang menggali dan yang tidak. Jenis cacing
tanah yang tidak menggali adalah jenis yang paling efektif dalam mengurai dan
menghasilkan casting karena mereka cenderung mengonsumsi material organik di
permukaan daripada mengonsumsi tanah.

Sebaliknya, jenis cacing tanah yang menggali lebih sering berada di dalam
tanah sehingga lebih cenderung mengonsumsi tanah dibandingkan material organik
di permukaan. Eisenia foetida dan Eisenia eugeniae adalah spesies cacing tanah
merah yang diketahui efisien dalam menghasilkan kompos (Zafar dari Bio Energy
Consult, 2018).

2.2 Pembuatan Kompos

Hari/ Tanggal : Rabu, 02 Februari 2022

Lokasi : Workshop Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes


Kemenkes Makassar

Waktu : Pukul 13.00-15.30 Wita

➢ Alat dan bahan :

1. EM4 5. Sekam

2. Wadah (Ember) 6. Kotoran sapi

5
3. Botol plastik 7. Cacing tanah

4. Kardus

➢ Prosedur kerja :

1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

2. Campurkan sekam dan kotoran sapi dengan perbandingan C/N ratio yang telah
ditentukan.

3. Aduk hingga homogen, lalu tambahkan EM4 (Effektive Microorganism 4) ke


dalam bahan kompos.

4. Selanjutnya, masukkan ke dalam wadah lalu ukur pH, suhu, kelembapan, dan
tinggi kompos yang telah dibuat.

5. Tambahkan cacing tanah ke dalam kompos yang telah dibuat, lalu tutup bagian
atas kompos dengan menggunakan kardus. Kemudian tutup juga dengan
menggunakan penutup wadah. Dan letakkan pada lokasi yang jauh dari sinar
matahari lansung.

6. Lakukan pemeriksaan pH, suhu, kelembapan, tinggi, dan tekstur setiap 2x24
jam.

➢ Ciri-ciri kompos sudah jadi dan baik adalah:

1. Warna kompos coklat kehitaman.

2. Aroma kompos yang baik tidak menyengat, tetapi mengeluarkan aroma seperti
bau tanah atau bau humus hutan.

3. Apabila dipegang dan dikepal, kompos akan menggumpal. Apabila ditekan


dengan lunak, gumpalan kompos akan hancur dengan mudah.

2.3 Hasil

1. C/N Ratio Pembuatan Kompos

6
a. C/100 gr jerami : 360 gr (a)

N/100 gr jerami : 4 gr (c)

b. C/960 gr kotoran lembu : 1.600 gr (b)

N/960 gr kotoran lembu : 136 gr (d)

ax + by = 30

cx + dy

360x + 1.600y = 30

4x + 136 y

360x + 1.600y = 30 (4x + 136y)

360x + 1.600y = 120x + 4.080y

360x – 120x = 4.080y – 1.600y

240x 2.480y

24x 31y

Jadi C/N Ratio pembuatan kompos yaitu 24x bagian jerami 31y bagian kotoran
lembu.

2. Hasil Pengukuran

No Waktu pengukuran Parameter


pH Suhu Kelembapan Tinggi Tekstur
1 Rabu, 02/02/2022 7,5 30°c 60% 23 cm Coklat
kehijau-
hijauan

7
2 Jumat, 04/02/2022 7,4 31°c 50% 20 cm Coklat
kehijau-
hijauan
3 Senin, 07/02/2022 7,2 32°c 50% 17 cm Coklat
kehijau-
hijauan
4 Rabu, 09/02/2022 7,5 30°c 45% 11 cm Coklat
kehijau-
hijauan
5 Jumat, 11/02/2022 7,9 30°c 55% 10,5 cm Coklat
6 Senin, 14/02/2022 7 30°c 45% 10 cm Coklat
7 Rabu, 16/02/2022 7 30°c 50% 10 cm Coklat
8 Jumat, 18/02/2022 7,2 27°c 51% 8 cm Coklat tua
9 Senin, 21/02/2022 7,2 30°c 50% 8 cm Coklat tua
10 Rabu, 23/02/2022 7,3 30°c 45% 7,5 cm Coklat
kehitam-
hitaman
11 Jumat, 25/02/2022 7,3 31°c 30% 7 cm Coklat
kehitam-
hitaman
12 Rabu, 04/03/2022 7 30°c 40% 7 cm Coklat
kehitam-
hitaman

2.4 Analisa Hasil

Pada pemanfaatan sampah organik menjadi komposting dan


vermicomposting kali ini, bahan yang digunakan yaitu sekam dan kotoran sapi di
mana kedua bahan tersebut mudah untuk ditemukan. Adapun perbandingan C/N
ratio yang digunakan yaitu 24x untuk bahan Jerami (sekam) dan 31y untuk bahan

8
kotoran lembu (sapi). Setelah perbandingan C/N ratio telah ditentukan, bahan-
bahan kemudian dicampurkan untuk dibuat menjadi kompos.

Kemudian semua bahan dicampurkan menjadi satu, ditambah larutan EM4


sebagai dekomposer atau dapat pula ditambahkan larutan gula sebagai makanan
mikroorganisme untuk mempercepat pengomposan. Setelah pencampuran
dilakukan, kemudian dilakukan pemeriksaan parameter terhadap kompos, di mana
pada pengukuran pH diperoleh pH 7,5. Untuk pengukuran kelembapan diperoleh
60%, suhu 30°c, tinggi 23 cm dan tekstur coklat kehijau-hijauan. Untuk hasil
pengukuran parameter yang telah diperiksa, maka dapat diketahui bahwa parameter
pada kompos yang telah dibuat relatif stabil.

Adapun proses pembuatan kompos yang dilakukan yaitu dengan proses


aerob (dengan udara). Di mana proses pembuatan kompos aerob sebaiknya
dilakukan di tempat terbuka dengan sirkulasi udara yang baik. Karakter dan jenis
bahan baku yang cocok untuk pengomposan aerob adalah material organik yang
mempunyai perbandingan unsur karbon (C) dan nitrogen (N) kecil (dibawah 30:1),
kadar air 40-50% dan pH sekitar 6-8.

Pada hari ke-3 pengecekan, kompos yang telah dibuat kemudian diangin-
anginkan lalu Kembali diukur parameternya. Kemudian ditambahkan dengan EM4
dan ditambahkan dengan cacing tanah untuk proses vermicomposting. Di mana
cacing yang digunakan yaitu cacing tanah jenis Moniligastridae. Namun cacing
yang dimasukkan tersebut tidak bertahan lama pada kompos yag dibuat, hal ini
dikarenakan parameter pada kompos tidak sesuai dengan habitat cacing tersebut.
Sehingga cacing tersebut tidak menghasilkan vermicomposting dan dapat diketahui
bahwa proses vermicomposting pada kompos yang dibuat tidak berhasil.

Untuk hasil vermicomposting yang baik dan bagus sebaiknya menggunakan


cacing tanah jenis Lumbricus Rubellus karena cacing tanah tersebut karena dapat
hidup ditempat yang padat, mampu memakan bahan organic 2x berat badannya per
24 jam. Dan hasil vermicomposting yang digunakan lebih halus teksturnya

9
dibandingkan dengan composting dan untuk waktu pembuatannya juga tidak
memakan waktu yang lama.

Untuk pemeriksaan parameter dilakukan setiap 2 hari untuk mengetahui


secara lansung perkembangan kompos yang dibuat. Adapun jangka waktu kompos
tersebut berhasil dilakukan yaitu sekitar 31 hari. Di mana parameter terakhir dari
kompos tersebut yaitu pH 7, suhu 30°c, kelembapan 40%, tinggi 7 cm, dan tekstur
berwarna coklat kehitam-hitaman. Hasil dari parameter tersebut menandakan
bahwa kompos tersebut relatif stabil dan sesuai dengan ketentuan hasil kompos
yang telah ditentukan.

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kompos merupakan bahan organik, seperti daun-daunan, jerami, alang-


alang, rumput-rumputan, dedak padi, batang jagung, serta kotoran hewan yang telah
mengalami proses dekomposisi oleh mikroorganisme pengurai, sehingga dapat
dimanfaatkan untuk memperbaiki sifat-sifat tanah.

Pemanfaatan sampah organik menjadi kompos sangat berguna karena dapat


mengurangi pencemaran oleh sampah dan dapat mengurangi pencemaran pada
tanah. Adapun untuk proses pembuatannya dibutuhkan perbandingan bahan yang
sesuai agar kompos yang dibuat hasilnya menjadi bagus. Adapun pengolahan
sampah organik lain yang dapat dilakukan yaitu dengan pemafaatan cacing tanah
untuk pembuatan vermicomposting. Di mana cacing tanah yang digunakan ini tidak
sembarangan, akan tetapi menggunakan cacing tertentu agar memudahkan
pemprosesan kompos.

3.2 Saran

1. Diharapkan kepada masyarakat dapat memanfaatkan sampah organik yang ada


disekitar lingkungannya menjadi kompos agar tanah disekitar lingkungan juga tidak
ikut tercemar.

2. Diharapkan masyarakat tidak membuang sampah sembarangan karena dapat


pula mencemari lingkungan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (n.d.). Retrieved from http://scholar.unand.ac.id/23379/2/BAB%20I.pdf

Iqin Zaeni M, S. (2019, desember 24). PEMBUATAN KOMPOS DARI KOTORAN


SAPI. Retrieved maret 14, 2022, from disnakeswan lebakkab:
https://disnakeswan.lebakkab.go.id/pembuatan-kompos-dari-kotoran-sapi/

Santividya, S. (2018, Desember 30). Olah Sampah Organik Menggunakan Metode


Vermicomposting. Retrieved Maret 14, 2022, from waste4cngahe:
https://waste4change.com/blog/olah-sampah-organik-vermicomposting/

subekti, K. (2015). Tugas paper. Pembuatan kompos dari kotoran sapi


(komposting), 1-6.

12
LAMPIRAN

Gambar 1. Pencampuran sekam dengan kotoran sapi

Gamber 2. Kompos yang telah dibuat dimasukkan ke wadah

Gambar 3. Pengukuran parameter pada kompos

13
Gambar 4. Proses memasukkan cacing tanah ke kompos

Gambar 5. Cacing tanah jenis Moniligastridae

Gambar 6. Hasil kompos

14

Anda mungkin juga menyukai