Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH TEKNOLOGI BIOPROSES

DISUSN OLEH :
KELOMPOK 3
1. AGOES PUTRA PRATAMA
2. HADISAH KHAIRANI
3. M.RAFLY ARRAZAAQ
4. NAILAH KHAIRUNNISA

KELAS 1 KIC

DOSEN PENGAMPU :
ERIKA DWI O. S.T.,M.Eng

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA


TAHUN AJARAN 2023/2024

Kata Pengantar

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan nikmat-Nya sehingga makalah ini
dapat tersusun sampai dengan selesai. Sholawat dan salam kepada baginda Nabi Muhammad saw.
Makalah ini disusun dengan mengangkat tema tentang "Pembuatan Kompos Dari Sampah Organik Sisa-
sisa Sayuran Rumah Tangga", sebagaimana amanat yang diberikan oleh dosen kepada kami dalam
memenuhi tugas ini. Hal yang sangat berharga bagi kami atas diberikannya tugas ini, karena dengan
tugas pembuatan makalah ini khususnya kami akan dapat mengetahui dan lebih mengetahui cara
pemanfaatan sampah organic sisa sayuran rumah tangga yang berguna sebagai kompos. Suatu hal yang
terpenting lagi adalah mendapatkan ilmu pengetahuan baru, pengalaman baru, dan lebih mengerti
tentang apa itu dan bagaimana proses pengomposan.

Demikianlah makaah ini dibuat, kami telah berusaha menyusun makalah ini sebaik mungkin, namun kami
menyadari bahwa masih banyak kekurangan. Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran untuk
lebih baik kedepannya.

DAFTAR ISI

Kata Pengantar 2

Daftar Isi3

Bab I 4
Pendahuluan4

1. Latar Belakang4
2. Rumusan Masalah4

1.3 Tujuan4

Bab II5

Pembahasan5

1. Pengertian Titrasi Pengendapan5


2. Faktor yang Mempengaruhi Titrasi Pengendapan5
3. Argentrometri6
4. Merkurimetri8
5. Indikator Titrasi Pengendapan9
6. Kurva Titrasi10

Penutupan 12

Bab III12

3.1 Kesimpulan12

3.2 Saran12

ВАВ І

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sampah merupakan hasil aktivitas manusia yang seringkali menjadi masalah utama yang sulit
terselesaikan. Produksi sampah yang terus meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk tidak
sebanding dengan tata cara pengelolaan sampah. Diketahui bahwa Indonesia menjadi salah satu negara
penyumbang sampah terbesar di dunia. Mengutip program 1st Session Closing IDX Channel berdasarkan
data yang dipaparkan The Economist Intelligence Unit tahun 2017, Indonesia menyandang gelar
penyumbang sampah terbesar kedua di dunia dengan rata-rata individu dapat menyumbang sampah
hingga 300 kg. Melihat fakta tersebut, di Indonesia masih mengalami kesulitan dalam penanganan
sampah. Perlu adanya kesadaran masyarakat untuk meminimalisir dampak negative yang ditimbulkan
adanya sampah.

Sampah yang banyak dihasilkan di Indonesia adalah golongan limbah hasil rumah tangga. Limbah
rumah tangga merupakan limbah yang berasal dari sampah yang mudah membusuk, seperti sisa-sisa
bahan makanan, sayuran dan buah yang dapat dimanfaatkan dan diolah menjadi pupuk kompos. Salah
satu cara untuk meminimalisir dari sampah tersebut adalah dengan menerapkan prinsip 3R untuk sampah
anorganik yang merupakan suatu pendekatan dalam mengelola sampah dari sumbernya dengan konsep
minimasi. Pengelolaan sampah dengan prinsip 3R yang sudah ditetapkan dalam Strategi Nasional
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 21/PRT/M/2006. Prinsip yang pertama yaitu mengurangi
produksi sampah (reduce), menggunakan kembali bahan/material yang masih bisa dan layak digunakan
(reuse), dan mendaur ulang bahan yang tidak terpakai (recycle). Sementara untuk sampah organik
domestik sisa sayuran rumah tangga dapat diminimalisir dengan mengolah sampah menjadi kompos
secara konvensional dengan penambahan organik agen (serbuk gergaji) dan bakteri yang berfungsi
mendegradasi sampah-sampah organik dan manambah unsur hara dalam kompos sehingga menghasilkan
produk yang bernilai lebih, baik dari segi nilai ekonomi yaitu memiliki suplemen bagi tanaman.

Pengomposan merupakan teknik mengolah sampah organik yang biodegradable. Sampah organic dapat
terurai oleh mikroorganisme yang dapat membantu proses pembusukan. Kompos yang dihasilkan sangat
baik dapat memperbaiki struktur tanah karena mengandung unsur hara dan kemampuan menahan air
yang baik (Damanhuri, 2004). Dalam pengomposan terdapat beberapa prinsip seperti menurunkan nilai
rasio C/N bahan organik menjadi sama dengan rasio C/N tanah. Rasio C/N merupakan hasil dari
perbandingan antara karbohidrat dengan nitrogen yang terkandung dalam suatu bahan. Nilai rasio C/N
tanah yaitu 10-12. Bahan organik dengan rasio C/N yang sama dengan tanah memungkinkan tanaman
untuk menyerap (Djuarnani dkk.. 2004).

1.2. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan beberapa masalah yang akan dibahas, antara lain:

1. Apa itu pupuk kompos dan pengomposan?

2. Apa manfaat dari pengomposan?

3. Apa saja bahan yang dapat digunakan sebagai kompos?

4. Bagaimana proses terjadinya pengomposan?

5. Apa saja factor-faktor yang mempengaruhi pengomposan?

6. Bagaimana cara pemanfaatan kompos dari sampah organic sisa-sisa sayuran rumah tangga?

1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah yang telah dikemukakan maka tujuan ini adalah sebagai berikut:

1. Memberikan informasi mengenai kompos dan pengomposan

2. Memberikan informasi mengenai bahan yang dapat digunakan sebagai kompos, manfaatnya hingga
proses terjadinya pengomposan.

3. Untuk mengetahui proses pembuatan dan pemanfaatan dari sampah organic sisa sayuran rumah tangga
sebagai media kompos

1. Manfaat

Manfaat dari makalah ini adalah dapat menjadi informasi mengenai pengomposan dan sebagai informasi
atau bahan referensi tentang pembuatan pupuk kompos cair dari limbah rumah tangga

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Kompos

Kompos adalah pupuk organik yang terurai secara lambat dan dapat merangsang kehidupan tanah serta
memperbaiki struktur tanah. Kompos dapat memberikan pengaruh positif bagi ketahanan tanaman
terhadap hama dan penyakit. Kompos juga didefinisikan sebagai pupuk organik buatan yang dihasilkan
dari penguraian organisme mati (tumbuhan dan hewan). Dalam Permentan No.2/Pert/Hk. 060/2/2006,
Untuk pupuk organik, pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri dari
bahan organik dari tumbuhan dan/atau hewan yang telah mengalami proses teknis, yang dapat berbentuk
padat atau cair dan digunakan untuk menyediakan bahan organik. untuk memperbaiki sifat fisik, kimia
dan biologi tanah.

Pengomposan adalah proses di mana bahan organik mengalami biodegradasi dibantu oleh
mikroorganisme seperti bakteri dan jamur, menggunakan bahan organik sebagai sumber energi.
Pengomposan juga didefinisikan sebagai suatu teknik untuk menstabilkan dan mengolah limbah yang
dapat terurai secara hayati (sampah organik) bebas dari logam berat, kaca, plastik, dan terkadang bahan
selulosa dengan derajat pH yang tinggi sekitar 8 dan merupakan proses mikrobial. Tujuan pengomposan
umumnya untuk mengubah bahan organik menjadi bentuk yang stabil dan untuk menghancurkan
organisme patogen yang berbahaya bagi manusia.
2.2 Manfaat Kompos

Selain sebagai solusi pengurangan sampah, kompos memiliki banyak keunggulan yang dapat
dipertimbangkan dalam beberapa aspek:

a. Aspek lingkungan

Secara lingkungan, kompos dapat mengurangi produksi limbah produksi, dapat meningkatkan
kesuburan tanah dan memperbaiki struktur/tekstur tanah, mengurangi polusi udara disebabkan oleh
pembakaran sampah, meningkatkan aktivitas mikroba tanah dan menciptakan kondisi lingkungan yang
menguntungkan.

a. Aspek Vegetatif

Dari aspek vegetatif, kompos mengandung unsur hara yang dapat memberikan kontribusi terhadap
kualitas pertumbuhan dan perkembangan tanaman, dan pada saat yang sama meningkatkan hasil panen.

c. Aspek Ekonomi

Dalam aspek ekonomi, keberadaan kompos dari limbah sayuran rumah tangga membantu menghemat
biaya produksi pupuk dan memiliki nilai jual yang tinggi.

2.3 Bahan Kompos

Pada prinsipnya, semua bahan biologis atau organik dapat dikomposkan,termasuk:

•Limbah

•Daun

•Rumput

•Ranting

•Limbah kayu

•Kotoran hewan

•Hewan

•Sampah organik rumah tangga


•Sampah organik di pasar/kota

•Kertas

•kotoran ternak/limbah ternak

•Limbah pertanian

•dll

2.4 Proses Pengomposan

Proses pengomposan akan segera dimulai segera setelah bahan. tercampur. Proses pengomposan secara
sederhana dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap aktif dan tahap pematangan. Pada tahap awal
proses ini, oksigen dan senyawa yang mudah terdegradasi digunakan oleh mikroorganisme termofilik.
Suhu tumpukan kompos akan naik dengan cepat. Demikian pula diikuti dengan peningkatan pH kompos.
Suhu akan naik di atas (50°C-70°C). Suhu akan tetap tinggi untuk sementara waktu. Mikroorganisme
yang bekerja pada kondisi tersebut adalah termofilik, yaitu mikroorganisme yang aktif pada suhu tinggi.
Pada saat ini, terjadi penguraian bahan organik yang sangat aktif, mikroorganisme dalam pupuk kandang
menggunakan oksigen untuk menguraikan bahan organik menjadi CO2, uap air dan panas. Setelah
sebagian besar bahan telah terurai, suhu secara bertahap akan menurun. Pada saat pematangan kompos
lanjut, yaitu pembentukan kompleks lempung-humat. Selama proses pengomposan, volume dan biomassa
bahan baku akan berkurang. Pengurangan ini dapat mencapai volume 30-40% dari berat asli bahan.

Pengomposan dapat dilakukan secara aerobik (dengan oksigen) atau anaerobik (tanpa oksigen). Proses
yang dijelaskan di atas adalah proses aerobik, di mana mikroorganisme menggunakan oksigen dalam
penguraian bahan organik. Dekomposisi juga dapat terjadi tanpa menggunakan oksigen, yang dikenal
sebagai proses anaerobik. Namun, proses ini tidak diinginkan selama pengomposan karena akan
menimbulkan bau yang tidak sedap. Proses aerobik menghasilkan senyawa berbau busuk seperti asam
organik (asam asetat, asam butirat, asam valerat, puttresin), amonia dan H2S

Tabel Organisme yang Terlibat dalam Proses Pengomposan


Proses pengomposan tergantung pada:

1. Karakteristik bahan yang dikomposkan;

2. Aktivator pengomposan yang digunakan:

3. Metode pengomposan yang digunakan.

2.5 Faktor Yang Mempengaruhi Pengomposan

Setiap organisme yang mendegradasi bahan organik membutuhkan kondisi lingkungan dan bahan yang
berbeda. Jika kondisinya tepat, komposter akan bekerja dengan giat untuk mengurai sampah organik.
Jika kondisi tidak sesuai atau tidak sesuai, organisme akan menjadi dorman, pindah ke lokasi lain, atau
bahkan mati. Menciptakan kondisi yang optimal untuk proses pengomposan akan menentukan
keberhasilan proses pengomposan itu sendiri. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengomposan meliputi:

A. Rasio C/N

Rasio C/N efektif untuk pengomposan berkisar antara 30:1 sampai 0:1. Bakteri memecah senyawa C
sebagai sumber energi dan menggunakan N untuk mensintesis protein. Pada rasio C/N antara 30 dan 40
mikroorganisme memiliki cukup C untuk energi dan N untuk sintesis protein. Jika rasio C/N terlalu
tinggi. mikroorganisme akan kekurangan N untuk sintesis protein, sehingga proses dekomposisi
berlangsung lambat. Secara umum, masalah utama pengomposan adalah rasio C/N yang tinggi, terutama
jika bahan baku utamanya adalah bahan dengan kandungan kayu yang tinggi (sisa-sisa kayu, ranting,
ampas tebu, dll.). Untuk menurunkan rasio C/N diperlukan perlakuan khusus misalnya dengan di atas
60%, nutrisi akan tersapu, volume udara akan berkurang, sehingga aktivitas mikroba akan berkurang dan
akan terjadi fermentasi anaerobik sehingga menimbulkan bau yang tidak sedap.

B. Ukuran Partikel
Aktivitas mikroba berada di antara permukaan dan udara. Permukaan ang lebih besar akan
meningkatkan kontak antara mikroorganisme dengan bahan dan proses dekomposisi akan berlangsung
lebih cepat. Ukuran partikel juga menentukan jumlah ruang antar bahan (porositas). Untuk memperbesar
las permukaan dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran butir bahan

C. Aerasi

Pengomposan cepat dapat terjadi pada kondisi teroksigenasi (aerobik). Aerasi alami terjadi ketika
peningkatan sulm menyebabkan udara panas keluar dan udara dingin masuk ke dalam tiang Breathability
ditentukan oleh porositas dan kandungan air dan material (moisture). Jika proses aerasi terhambat maka
akan Terjadi proses anaerobik sehingga menimbulkan bau yang tidak sedap. Aerasi dapat ditingkatkan
dengan mengaduk atau mensirkulasikan udara di tumpukan kompos.

D. Porositas

Porositas adalah ruang antar partikel dalam tumpukan kompos. Porositas dihitung dengan mengukur
volume rongga dibagi dengan volume total. Rongga ini akan diisi dengan air dan udara. Udara akan
memberikan oksigen untuk proses pengomposan. Jika ruang jenuh dengan air, pasokan oksigen
berkurang dan proses pengomposan terganggu.

E. Kelembaban

Kelembaban memamkan peran yang sangat penting dalam metabolisme mikroba dan secara tidak
langsung mempengaruhi suplai oksigen Mikroorganisme dapat memanfaatkan bahan orgamk jika bahan
organik tersebut dilarutkan dalam air Kelembaban 40-60% adalah kisaran optimal untuk metabolisme
mikroba. Ketika kelembaban di bawah 0%, aktivitas mikroba akan menurun dan bahkan akan lebih
rendah pada kelembaban 15%. Jika kelembaban di atas 60%. nutrisi akan tersapu, volume udara akan
berkurang, sehingga aktivitas mikroba akan berkurang dan akan terjadi fermentasi anaerobik sehingga
menimbulkan bau yang tidak sedap.

F. Temperatur/suhu

Panas dihasilkan dari aktivitas mikroba Ada hubungan langsung antara peningkatan suhu dengan
konsumsi oksigen. Semakin tinggi temperatur akan semakin banyak konsumsi oksigen dan akan semakin
cepat pula proses dekomposisi Peningkatan sahu dapat terjadi dengan cepat pada tumpukan kompos.
Temperatur yang berkisar antara 30 600€ menunjukkan aktivitas pengomposan yang cepat. Suhu yang
lebih tinggi dari 600C akan membunuh sebagian mikroba dan hanya mikroba thermofilik saja yang akan
tetap bertahan hidup. Suhu yang tinggi juga akan membunuh mikroba-mikroba patogen tanaman dan
benih-benih gulma.
G. Suhu

Panas dihasilkan oleh aktivitas mikroba. Ada hubungan langsung antara kenaikan suhu dan konsumsi
oksigen Semakin tinggi suhu, semakin besar konsumsi oksigen dan semakin cepat proses dekomposisi.
Kenaikan suhu dapat terjadi dengan cepat di tumpukan kompos. Suhu berkisar antara 30 sampai 60oC
menunjukkan aktivitas pengomposan yang cepat. Sulu di atas 600€ akan membunuh beberapa
mikroorganisme dan hanya mikroorganisme termofilik yang akan bertahan. Panas yang tinggi juga akan
membunuh patogen tanaman dan benih gulma.

H.pH

Pengomposan dapat terjadi pada rentang pH yang luas. PH optimal untuk pengomposan adalah antara
6.5 dan 7.5. PH tinja umumnya berkisar antara 6,8 hingga 7,4. Proses pengomposan itu sendiri akan
menyebabkan perubahan bahan organik dan pH bahan itu sendiri. Misalnya, pelepasan asam, sementara
atau lokal akan menyebabkan penurunan pH (pengasaman), sedangkan produksi amonia dari senyawa
nitrogen akan meningkatkan pH pada tahap awal proses pengomposan PH kompos matang biasanya
mendekati netral

1. Kandungan Hara Kadar

P dan K juga penting dalam proses pengomposan dan umumnya terdapat pada kotoran ternak. Nutrisi ini
akan digunakan oleh mikroorganisme dalam proses pengomposan.

J. Kandungan Bahan Berbahaya

Beberapa bahan organik mungkin mengandung komponen yang berbahaya bagi kehidupan mikroba.
Logam berat seperti Mg. Cu, Zn, Nikel, Cr adalah bahan dari jenis ini. Logam berat akan terimobilisasi
selama proses pengomposan.

Tabel 2. Kondisi yang optimal untuk mempercepat proses pengomposan (Ryak.1992).K. Lama
pengomposan

Waktu pengomposan tergantung pada karakteristik bahan yang dikomposkan.


metode pengomposan yang digunakan, dan dengan atau tanpa penambahan aktivator pengomposan.
Secara alami, proses pengomposan akan berlangsung selama beberapa minggu hingga 2 tahun hingga
kompos benar-benar matang

2.6 Pemanfaatan Kompos Organik Limbah Rumah Tangga

a. Kompos Sampah Rumah Tangga

Kompos sampah rumah tangga merupakan pupuk organik yang diperoleh dari hasil pelapukan limbah
organik sampah organik hasil perlakuan manusia (rumah tangga). Sampah organic memiliki banyak
kandungan unsur hara yang bermanfaat bagi tanah yang dapat meningkatkan kapasitas penyimpanan air
tanah, memperbaiki struktur tanah dan sebagai sumber unsur hara makro dan mikro. Sampah hasil
rumah tangga tidak dapat langsung digunakan sebagai pupuk.

tanuman, melainkan perlu melewatkan proses pengomposan terlebih dahulu. Beberapa alasan sampah
rumah tangga perlu dikomposkan sebelum dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman, antara lain: 1). Jika
tanah mengandung cukup udara dan air, penguraian bahan organik berlangsung cepat, sehingga
menghambat pertumbuhan tanaman; (2). Dekomposisi bahan segar memberikan sedikit humus dan
nutrisi ke tanah: (3). Struktur bahan organik segar sangat kasar dan kemampuan menyerap air rendah,
sehingga jika direndam langsung akan membuat tanah hancur (4). Pengomposan menggunakan sampah
rumah tangga merupakan salah satu cara untuk menyimpan bahan organik sebelum digunakan sebagai
pupuk. Pupuk organik dari limbah sampah rumah tangga dengan berbagai macam dekomposer dan
bahan campuran lainnya yang telah dihasilkan dilakukan analisis kimia.

b. Pembuatan Pupuk Kompos Organik

Proses pembuatan pupuk kompos organic sisa-sisa sayuran rumah tangga melewati beberapa tahap,
sebagai berikut: 1. Pemilihan bahan sampah rumah tangga

Pilah sampah rumah tangga menjadi 2 golongan, yaitu sampah organic yaitu sampah yang mudah busuk,
mudah terurai dan dapat dikomposkan seperti sayur, sisa makanan, kuit buah dan lain-lain. Sampah
anorganik merupajan jenis sampah yang tidak dapat didaur ulang, sulit hancur dan membutuhkan waktu
lama untuk terurai dengan tanah, seperti plastik, kaleng, kaca, logam dan lain-lain.
2. Proses pengomposan

Setelah melalui proses pemilahan selanjutnya sampah organic masuk ke dalam proses pengomposan.
Sebelum itu bahan organic perlu dicacah agar sampah mudah terurai dan dicampurkan bahan atau
material decomposer dan bahan lainnya seperti pupuk, bekatul atau jika perlu menggunaka EM4.
Masukan bahan organic ke dalam tempat penyimpanan cetakan pengepres yang dapat ditutup rapat
Sampah organic yang dipres akan menyusut crus hingga menjadi kompos Jumlah kompos yang dihasilkan
tergantung pada jenis sampah. Pemindahan

sampah dilakukan secara rutin, setiap 3 hari sekali. Selama inversi berikutnya, volume sampah
secara bertahap berkurang.

Pengelolaan sampah domestik juga dapat dilakukan secara individu atau kelompok masyarakat.
Melalui pengelolaan sampah rumah tangga, mereka menjadi lebih bermanfaat dan membantu
mengurangi volume sampah kota dan mengurangi beban pengelolaan. Tahapan proses
pengomposan adalah sebagai berikut:

a. Menimbang pupuk kandang sebanyak 30 kg kemudian disiramkan ke bahan sampah sebanyak


280-300 kg/4-5 gerobak sampah; Menimbang dedak sebanyak 5 kg kemudian disiramkan ke bahan
sampah sebanyak 280-300 kg/4- 5 gerobak sampah:

1. Mencampurkan tetes sebanyak liter dan melarutkan Aktivator/Dekomposer EM-4 sebanyak 400 ml
atau Promi sebanyak 300 gram ke dalam liter air bersih, diaduk sampai rata, disiramkan pada
sampah yang sudah dipilah dengan kapasitas 280-300 kg/4-5 gerobak sampah, 2. Pencetakan,
sampah diaduk sampai rata baru dicetak pada pencetak yang

telah disediakan sesuai kebutuhan (ukuran cetakan 180 x 120 x 60 cm). kemudian diinjak-injak; 3.
Selanjutnya diberi pipa PVC atau bambu, dan diberi lubang sebagai

rongga udara:

4. Pengukuran suhu dilakukan setiap hari dengan menggunakan thermometer alkohol selama 1-2
menit yang ditancapkan pada sampah yang telah dicetak dengan suhu sesuai ketentuan, hari ke -3
pertama ukuran suhu (< 50 C) tumpukan dibalik dan disiram, hari ke-9 kuran subu (<50 C) tumpukan
dibalik dan disiram, hari ke-13 masuk pematangan kompos ukuran suhu (<50 C) tumpukan dibalik
dan disiram, hari ke-16 masuk pematangan kompos ukuran suhu (<50 C) tumpukan dibalik, hari ke-
19 masuk pematangan kompos ukuran suhu (<50 C) tumpukan dibalik. Proses pematangan sesuai
pelaksanaan di lapangan yaitu 22-28 hari sebagai lanjutan pelaksanaan proses pelapukan dan
pematangan lanjutan dengan ukuran suhu (<50 C/ 55 C), dibalik tanpa disiram: 5. Hari ke-21 sampai
ke-28 pendinginan dilanjutkan dengan penghamparan sampai pupuk benar-benar kering:

6. Setelah sampah kering

dilanjutkan

dengan

pengayakan

untuk

menghasilkan kompos yang halus. 7. Pengemasan menggunakan plastik

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa kompos merupakan teknik mengolah
sampah organik yang biodegradable, yang selain membantu mengurangi produksi sampah juga
memberikan manfaat lain bagi masyarakat khusunya dalam pemanfaatan pupuk kompos dari limbah
rumah tangga, dimana kompos dari sampah organic sisa sayuran rumah tangga memiliki banyak
manfaat dalam aspek lingkungan, tanaman dan ekonomi. Pembuatan kompos dari sampah organic
perlu melalui beberapa tahap mulai dari pemilahan. pencacahan, Penimbangan pupuk kandang,
melarutkan aktivator dekomposer yang akan disiramkan ke sampah, penyiraman deduk dan pupuk
kandang ke sampah, pencetakan, pengayakan, penjemuran dam pengemasan.
DAFTAR PUSTAKA

Damanhuri, E. & Tri, P. 2004. Diktat Kuliah Teknik Lingkungan Pengelolaan Sampah. Departemen
Teknik Lingkungan Institut Teknologi. Bandung. Djuarani N, Kristian & Setiawan, B.D. 2004. Cara
Cepat Membuat Kompos. PT agromedia pustaka. Jakarta,

Download Suplemen Star Tani Pupuk organik dari Limbah Organik Sampah Rumah Tangga. Badan
Litbang Pertanian. (n.d.). Retrieved April 20, 2022, from
https://www.litbang.pertanian.go.id/download/184

Siratul Hati, 281223215. (2018, February 1). Pembuatan pupuk Kompos CAIR dari Limbah rumah
tangga sebagai penunjang Mata Kuliah Ekologi Dan Masalah Lingkungan. Pembuatan Pupuk
Kompos Cair dari Limbah Rumah Tangga sebagai Penunjang Mata Kuliah Ekologi dan Masalah
Lingkungan- Repository of Retrieved April 20, 2022, from htps://repository.ar-
raniry.ac.id/id/eprint/2809

Toharisman, A. 1991. Potensi Dan Pemanfaatan Limbah Industri Gula Sebagai Sumber Bahan
Organik Tanah

Wibisono, S. H. Nugroho, W. A. dkk. (2016). Pengomposan Sampah Organik Pasar Dengan


Pengontrolan Suhu Tetap Dan Suhu Sesuai Fase Pengomposan (Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis
dan Biosistem Vol. 4 No. 2. Ser. 94-102).

Anda mungkin juga menyukai