PENDAHULUAN
Pontianak menghasilkan 300 ton sampah setiap harinya, di mana sekitar 60-
80%-nya adalah sampah organik. Melihat besarnya sampah organik yang dihasilkan
oleh masyarakat, terlihat potensi untuk mengolah sampah organik menjadi pupuk
organik demi kelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu
1
masyarakat diharapkan dapat mengurangi masalah limbah melalui pembuatan pupuk
kompos skala rumah tangga .
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan pupuk kompos skala rumah tangga antara lain
:
1.3 Manfaat
Manfaat dari pembuatan pupuk kompos skala rumah tangga antara lain :
2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Sampah terdiri dari dua bagian, yaitu bagian organik dan anorganik. Rata-rata
persentase bahan organik sampah mencapai ±80%, sehingga pengomposan
merupakan alternatif penanganan yang sesuai. Kompos sangat berpotensi untuk
dikembangkan mengingat semakin tingginya jumlah sampah organik yang dibuang
ke tempat pembuangan akhir dan menyebabkan terjadinya polusi bau dan lepasnya
gas metana ke udara. DKI Jakarta menghasilkan 6000 ton sampah setiap harinya, di
mana sekitar 65%-nya adalah sampah organik. Dan dari jumlah tersebut, 1400 ton
dihasilkan oleh seluruh pasar yang ada di Jakarta, di mana 95%-nya adalah sampah
organik. Melihat besarnya sampah organik yang dihasilkan oleh masyarakat, terlihat
potensi untuk mengolah sampah organik menjadi pupuk organik demi kelestarian
lingkungan dan kesejahteraan masyarakat (Rohendi, 2005). Pada dasarnya semua
bahan-bahan organik padat dapat dikomposkan, misalnya: limbah organik rumah
tangga, sampah-sampah organik pasar/kota, kertas, kotoran/limbah peternakan,
limbah-limbah pertanian, limbah-limbah agroindustri, limbah pabrik kertas, limbah
3
pabrik gula, limbah pabrik kelapa sawit, dll. Bahan organik yang sulit untuk
dikomposkan antara lain: tulang, tanduk, dan rambut.
Hasil akhir dari pengomposan ini merupakan bahan yang sangat dibutuhkan
untuk kepentingan tanah-tanah pertanian di Indonesia, sebagai upaya untuk
memperbaiki sifat kimia, fisika dan biologi tanah, sehingga produksi tanaman
menjadi lebih tinggi. Kompos yang dihasilkan dari pengomposan sampah dapat
digunakan untuk menguatkan struktur lahan kritis, menggemburkan kembali tanah
pertanian, menggemburkan kembali tanah petamanan, sebagai bahan penutup sampah
di TPA, eklamasi pantai pasca penambangan, dan sebagai media tanaman, serta
mengurangi penggunaan pupuk kimia.
B. Manfaat Kompos
4
meningkat dengan penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini membantu tanaman
untuk menyerap unsur hara dari tanah. Aktivitas mikroba tanah juga d iketahui dapat
membantu tanaman menghadapi serangan penyakit. Tanaman yang dipupuk dengan
kompos juga cenderung lebih baik kualitasnya daripada tanaman yang dipupuk
dengan pupuk kimia, misal: hasil panen lebih tahan disimpan, lebih berat, lebih segar,
dan lebih enak.
Aspek Ekonomi :
1. Menghemat biaya
3. Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya
Aspek Lingkungan :
1. Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah dan pelepasan gas metana
dari sampah organik yang membusuk akibat bakteri metanogen di tempat
pembuangan sampah
5
5. Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen)
Beberapa studi telah dilakukan terkait manfaat kompos bagi tanah dan
pertumbuhan tanaman. Penelitian Abdurohim, 2008, menunjukkan bahwa kompos
memberikan peningkatan kadar Kalium pada tanah lebih tinggi dari pada kalium yang
disediakan pupuk NPK, namun kadar fosfor tidak menunjukkan perbedaan yang
nyata dengan NPK. Hal ini menyebabkan pertumbuhan tanaman yang ditelitinya
ketika itu, caisin (Brassica oleracea), menjadi lebih baik dibandingkan dengan NPK.
6
kondisi ini adalah mikroba Termofilik, yaitu mikroba yang aktif pada suhu tinggi.
Pada saat ini terjadi dekomposisi/penguraian bahan organik yang sangat aktif.
Mikroba-mikroba di dalam kompos dengan menggunakan oksigen akan menguraikan
bahan organik menjadi CO2, uap air dan panas. Setelah sebagian besar bahan telah
terurai, maka suhu akan berangsur-angsur mengalami penurunan. Pada saat ini terjadi
pematangan kompos tingkat lanjut, yaitu pembentukan komplek liat humus. Selama
proses pengomposan akan terjadi penyusutan volume maupun biomassa bahan.
Pengurangan ini dapat mencapai 30 – 40% dari volume/bobot awal bahan.
7
Faktor-faktor yang memperngaruhi proses pengomposan antara lain:
1. Rasio C/N
Rasio C/N yang efektif untuk proses pengomposan berkisar antara 30: 1 hingga 40:1.
Mikroba memecah senyawa C sebagai sumber energi dan menggunakan N untuk
sintesis protein. Pada rasio C/N di antara 30 s/d 40 mikroba mendapatkan cukup C
untuk energi dan N untuk sintesis protein. Apabila rasio C/N terlalu tinggi, mikroba
akan kekurangan N untuk sintesis protein sehingga dekomposisi berjalan
lambat.Umumnya, masalah utama pengomposan adalah pada rasio C/N yang tinggi,
terutama jika bahan utamanya adalah bahan yang mengandung kadar kayu tinggi (sisa
gergajian kayu, ranting, ampas tebu, dsb). Untuk menurunkan rasio C/N diperlukan
perlakuan khusus, misalnya menambahkan mikroorganisme selulotik (Toharisman,
1991) atau dengan menambahkan kotoran hewan karena kotoran hewan mengandung
banyak senyawa nitrogen.
2. Ukuran Partikel
Aktivitas mikroba berada di antara permukaan area dan udara. Permukaan area yang
lebih luas akan meningkatkan kontak antara mikroba dengan bahan dan proses
dekomposisi akan berjalan lebih cepat. Ukuran partikel juga menentukan besarnya
ruang antar bahan (porositas). Untuk meningkatkan luas permukaan dapat dilakukan
dengan memperkecil ukuran partikel bahan tersebut.
3. Aerasi
Pengomposan yang cepat dapat terjadi dalam kondisi yang cukup oksigen(aerob).
Aerasi secara alami akan terjadi pada saat terjadi peningkatan suhu yang
menyebabkan udara hangat keluar dan udara yang lebih dingin masuk ke dalam
tumpukan kompos. Aerasi ditentukan oleh porositas dan kandungan air
bahan(kelembapan). Apabila aerasi terhambat, maka akan terjadi proses anaerob yang
8
akan menghasilkan bau yang tidak sedap. Aerasi dapat ditingkatkan dengan
melakukan pembalikan atau mengalirkan udara di dalam tumpukan kompos.
4. Porositas
6. Temperatur/suhu
Panas dihasilkan dari aktivitas mikroba. Ada hubungan langsung antara peningkatan
suhu dengan konsumsi oksigen. Semakin tinggi temperatur akan semakin banyak
konsumsi oksigen dan akan semakin cepat pula proses dekomposisi. Peningkatan
suhu dapat terjadi dengan cepat pada tumpukan kompos. Temperatur yang berkisar
antara 30 - 60oC menunjukkan aktivitas pengomposan yang cepat. Suhu yang lebih
tinggi dari 60oC akan membunuh sebagian mikroba dan hanya mikroba thermofilik
saja yang akan tetap bertahan hidup. Suhu yang tinggi juga akan membunuh mikroba-
mikroba patogen tanaman dan benih-benih gulma.
9
7. pH
Proses pengomposan dapat terjadi pada kisaran pH yang lebar. pH yang optimum
untuk proses pengomposan berkisar antara 6.5 sampai 7.5. pH kotoran ternak
umumnya berkisar antara 6.8 hingga 7.4. Proses pengomposan sendiri akan
menyebabkan perubahan pada bahan organik dan pH bahan itu sendiri. Sebagai
contoh, proses pelepasan asam, secara temporer atau lokal, akan menyebabkan
penurunan pH (pengasaman), sedangkan produksi amonia dari senyawa-senyawa
yang mengandung nitrogen akan meningkatkan pH pada fase-fase awal
pengomposan. pH kompos yang sudah matang biasanya mendekati netral.
8. Kandungan Hara
Kandungan P dan K juga penting dalam proses pengomposan dan bisanya terdapat di
dalam kompos-kompos dari peternakan. Hara ini akan dimanfaatkan oleh mikroba
selama proses pengomposan.
E. MUTU KOMPOS
10
1. Kompos yang bermutu adalah kompos yang telah terdekomposisi dengan
sempurna serta tidak menimbulkan efek-efek merugikan bagi pertumbuhan tanaman.
b. Tidak larut dalam air, meski sebagian kompos dapat membentuk suspensi,
c. Nisbah C/N sebesar 10 – 20, tergantung dari bahan baku dan derajat
humifikasinya,
f. Tidak berbau.
11
BAB III
METODA PENELITIAN
12
BAB IV
A. DESKRIPSI DATA
Tabel hasil pengamatan kondisi pengomposan limbah rumah tangga setiap satu
minggu sekali.
PENGUJIAN HIPOTESIS
C. PEMBAHASAN
13
Sampah organik terdiri dari bahan-bahan penyusun timbunan dan hewan yang
berasal dari alam atau dihasilkan dari kegiatan pertanian, rumah tangga dll. Sampah
ini dengan mudah diuraikan dalam proses alami. Sampah rumah tangga sebagian
besar merupakan bahan organik. Yang termasuk sampah organik, misalnya sampah
dari sayuran, kulit buah dan daun. Sampah organik tersebut apabila telah mengalami
proses pelapukan karena adanya interaksi mikroorganisme akan menjadi pupuk.
Dalam pembuatan kompos, hal pertama yang dilakukan yaitu persiapan, baik bahan
maupun tempatnya. Bahan-bahan organik yang akan dikomposkan dipotong-potong
atau dicacah agar proses pengomposan berlingsung cepat.
Pada minggu ke nol daun masih tampak segar, berwarna hijau, dan belum
tampak adanya aktivitas mikroorganisme sama sekali. Pada minggu pertama daun
sudah mulai layu, warnanya kecoklatan, dan telah tampak aktivitas mikroorganisme.
Bau khas dikeluarkan pada minggu pertama Pada minggu kedua daun sudah mulai
hancur, bau khas yang dikeluarkan pada minggu pertama sedikit mulai berkurang
pada minggu ini, kelembaban tinggi. Pada minggu ketiga daun sudah hancur,
sehingga bahan kompos sudah bercampur merata dan sudah hancur total, warna
coklat kehitaman, bau kompos sudah hilang, kelembaban turun dari minggu
sebelumnya.
Sampah sayur dan buah adalah bahan utama sebagai pembuatan kompos, di
lakukan proses penghalusan agar mikro organisme mudah dalam penguraian. Daun
kering berfungsi dalam membuat pupuk kompos bertekstur menjadi lebih kering.
Tanah sebagai media. EM4 yang dicampur dengan gula merah berperan sebagai
activator yang sengaja di kembangkan untuk mempercepat penghancuran bahan-
bahan organik
Menurut hasil pengamatan yang telah dilakukan dari praktek pembuatan kompos
didapatkan karakteristik fisik kompos yang telah dibuat :
1. Bau
14
Jika proses pembuatan kompos beralan dengan normal, maka tidak
menghasilkan bau yang menyengat. Walaupun demikian, dalam pembuatan kompos
tidak akan terbebas sama sekali dari adanya bau. Kompos yang sudah matang dapat
diketahui dari baunya yang seperti bau tanah. Berdasarkan hasil pengamatan, kompos
yang dihasilkan sudah tidak berbau sehingga dapat dikatakan kompos sudah matang
2. Warna
3. Tekstur
4. Waktu
15
Secara alami pengomposan akan berlangsung dalam waktu beberapa minggu sampai
2 tahun hingga kompos benar-benar matang.
5. Kelebihan
Kelebihan dalam pembuatan kompos ini adalah bahan yang digunakan mudah
didapat karena menggunakan bahan baku sampah sayur sehingga dapat
memanfaatkan sampah- sampah organik agar dapat diolah menjadi sesuatu yang
berguna bagi lingkungan bahkan sebenarnya dapat menghasilkan keuntungan jika
diproduksi dengan serius.
16
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
· Kompos adalah pupuk organik sebagai hasil dari proses biologi oleh aktivitas
mikroorganisme decomposer ( bakteri dan cacing) dalam menguraikan atau
dekomposisi bahan organik menjadi humus.
17
DOKUMENTASI
18
DAFTAR PUSTAKA
Cahyani, Sri Susanti. 2003. Pengaruh Pemberian Bokashi Terhadap Sifat Fisik
dan Mekanik Tanah serta Pertumbuhan Tanaman Pak Choi (Brassica chinensis L),
sebuah skripsi. Dalam IPB Repository diunduh 12 Juni 2010.
19