PENDAHULUAN
1
Bendung Cimenteng bertujuan untuk mengairi daerah irigasi teknis yang
bertujuan meningkatkan tingkat kualitas dan kuantitas produksi usaha tani di
Kabupaten Cianjur khususnya Daerah Irigasi Cimenteng.
Daerah Irigasi Cimenteng berasal dari Bendung Sungai Cibalagung.
Daerah Irigasi ini dilalui oleh daerah Irigasi sebelumnya yaitu Daerah irigasi
Cibalagung dan daerah irigasi yang paling hulu di wilayah 1 ini adalah Daerah
Irigasi Rawa Peuti/Gunung Lanjung. Daerah Irigasi ini berada dibawah
kewenangan Cabang Dinas Pengeloaan Sumber Daya Air dan Pertambangan
(PSDA dan P) Kabupaten Cianjur dan masyarakat setempat yang mempergunakan
air irigasi ini untuk keperluan lahan pertanian mereka untuk meningkatkan
produksi pertanian mereka dengan pengawasan dari Dinas PSDA dan P
Kabupaten Cianjur.
Mahasiswa Jurusan Teknik dan Manajemen Industri Pertanian Universitas
Padjadjaran telah melakukan praktek kerja lapang di Daerah Irigasi Cimenteng
selama kurang lebih 1 bulan, dimana laporan ini dalam bentuk laporan deskripsi
mengenai “Perencanaan Pembagian Air di Daerah Irigasi Cimenteng”.
2
1.3 Tujuan Penulisan Laporan Praktek Kerja Lapang
Tujuan dari penulisan laporan Praktek Kerja Lapang ini adalah untuk
memberi petunjuk dan gambaran tentang bagaimana ketersediaan air pada daerah
irigasi. Laporan ini merupakan catatan kerja selama pelaksanaan praktek kerja
lapang yang merupakan laporan dari data – data sekunder di dinas dan hasil
pemantauan di lapangan yaitu di Daerah Irigasi Cimenteng.
3
1.7 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan Praktek Kerja Lapang dimulai dari tanggal 16 Februari
sampai dengan 27 Maret 2010, waktu praktek disesuaikan dengan jam kerja
Kantor Cabang Dinas PSDA dan P yaitu dari Hari Senin sampai Jumat di mulai
pukul 08.00 sampai dengan pukul 15.00 WIB.
4
BAB II
TINJAUAN UMUM DAERAH IRIGASI CIMENTENG
5
berupa talang yang menyuplai air buangan dari Daerah Irigasi Cibalu, serta
terlihat dari adanya Bendung Benda, Bendung Cidomba, Bendung Cikaro Belah
atau bendung desa lainnya yang menyediakan air untuk menyuplai Daerah Irigasi
Cimenteng.
Berdasarkan hasil penyempurnaan peta skala 1 : 5000, luas fungsional
Daerah Irigasi Cimenteng adalah sebesar 1.534, 30 ha. Selain itu petak tersier ada
yang lebih besar dari 150 ha bahkan mencapai luasan 379 ha, yang mana hal ini
perlu dievaluasi kembali apakah luasnya perlu diperkecil sesuai standar irigasi
sebagai upaya menciptakan sistem operasional yang efektif dan efisien.
6
Gambar 2. Saluran Induk Cimenteng
7
1 Bangunan Bagi/Sadap 1 buah
2 Bangunan Sadap 38 buah
3 Bangunan Jembatan Kendaraan 12 buah
4 Bangunan Jembatan Orang 1 buah
5 Bangunan Suplesi 10 buah
6 Bangunan Talang Tersier 3 buah
7 Bangunan Gorong – Gorong Jalan 3 buah
8 Bangunan Pelimpah Samping 2 buah
9 Bangunan Terjun 1 buah
10 Bangunan Siphon 2 buah
11 Bangunan Ukur 3 buah
8
Daerah Irigasi Cimenteng mengambil air dari Bendung Cimenteng pada
Sungai Cibalagung yang bermata air dari Gunung Geulis, Gunung Balukbuk,
Gunung Gedogan, dan Gunung Lanjung. Di sebelah hulu Bendung Cimenteng
merupakan daerah dataran dan perbukitan mulai dari Desa Pasir Muncang sampai
dengan Desa Legok Kuda. Sepanjang daerah tersebut telah terdapat daerah irigasi
teknis yaitu Daerah Irigasi Cicadas dan Daerah Irigasi Kecil (Daerah Irigasi Desa)
yang luas layanannya berkisar antara 10 ha sampai 50 ha dengan memanfaatkan
mata air dari pegunungan seperti mata air Cibojong, Citundagan, Ciserepong, dan
Pacet yang merupakan mata air Sungai Cibalagung. Mata air yang ada di bagian
hulu perlu mendapat perhatian lebih jauh, karena mata air tersebut merupakan
mata air utama bagi Sungai Cibalagung. Pada saat mata air di bagian hulu disadap
otomatis akan mempengaruhi persediaan air Sungai Cibalagung, demikian juga
apabila air buangan dari sawah bagian atas berpindah ke anak sungai yang bukan
bermuara ke Sungai Cibalagung. Berdasarkan pengamatan, sawah yang ada di
bagian hulu tidak seluruhnya mendapatkan air dari mata air, melainkan ada
beberapa petak yang masih merupakan sawah tadah hujan.
Daerah Irigasi lain yang letaknya berdampingan dengan Daerah Irigasi
Cimenteng adalah Daerah Irigasi Cikaro Belah dan Daerah Irigasi Cibalu. Yang
mempunyai hubungan jaringan dengan Daerah Irigasi Cimenteng adalah Daerah
Irigasi Cibalu karena saat ini menyuplai air melalui bangunan sadap yang
dialirkan melalui talang tersier untuk mengairi petak tersier.
9
• Kabupaten : Daerah Tingkat II Cianjur.
• Propinsi : Jawa Barat.
Batas – batas Daerah Irigasi Cimenteng :
• Sebelah Utara dibatasi oleh Sungai Cibalagung dan Daerah Irigasi Cikaro
Belah.
• Sebelah Selatan dibatasi oleh Daerah Irigasi Cibalu dan Sungai Ciheulang.
• Sebelah Timur dibatasi oleh Kampung Cibalagung , Kampung Rawa Selar
dan Kampung Citalang.
• Sebelah Barat dibatasi oleh Saluran Induk Cimenteng.
10
Dalam suatu daerah irigasi, areal irigasi dapat digolongkan menjadi areal
potensial dan areal fungsional. Areal potensial adalah daerah yang mempunyai
kemungkinan baik untuk dikembangkan, sedangkan areal fungsional adalah
bagian dari areal potensial yang telah memiliki jaringan irigasi yang telah
dikembangkan. Luas areal fungsional adalah sama atau lebih kecil dari areal
potensial.
Berdasarkan buku data Daerah Irigasi Cimenteng, ruas areal potensial
adalah 2.000 ha dan luas areal fungsional adalah 1.636 ha. Sedangkan berdasarkan
hasil penyempurnaan peta skala 1 : 5000, luas areal fungsional adalah 1.534, 30
ha. Data luas areal fungsional Daerah Irigasi Cimenteng dapat dilihat pada
Lampiran 1.
11
tumpukan pasir dan batu. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut pada Bendung
Cimenteng, apakah pembilasan dapat berjalan dengan sempurna dan apakah debit
yang dibutuhkan pada intake sudah bisa dipenuhi. Kondisi saat ini adalah elevasi
dasar pembilas sama dengan elevasi mercu bendung, sehingga bisa dikatakan
bahwa pada Bendung Cimenteng ini tidak ada pembilas.
12
BAB III
URAIAN KEGIATAN
13
4. Giliran Pemberian Air
5. Grafik Keseimbangan Air
Pengolahan data
Selesai
14
3.3.3 Cara Pelaksanaan
Pengukuran curah hujan dapat dilakukan melalui tahapan – tahapan
sebagai berikut ini:
1. Gelas ukur terlebih dahulu disiapkan dalam keadaan kosong untuk
menampung air hujan.
2. Simpan gelas ukur dalam badan alat penakar curah hujan.
3. Setelah seharian disimpan (24 jam), keesokan harinya diperiksa air
hujan yang tertampung dalam gelas ukur di pagi hari sekitar pada
pukul 07.00 WIB.
4. Baca volume curah hujan yang tertampung dalam gelas ukur (dalam
satuan mm).
5. Catat hasilnya untuk dijadikan data curah hujan hari sebelumnya,
seperti terlihat pada Tabel 3 berikut ini.
15
5 32 20 4
6 - 21 -
7 - 22 5
8 15 23 -
9 - 24 7
10 120 25 -
11 - 26 -
12 42 27 -
13 - 28 12
14 - 29 -
15 14 30 -
Jumlah (mm) 237 Jumlah (mm) 147
Jumlah hari Jumlah hari
7 8
hujan (mm/hr) hujan (mm/hr)
Hujan minimum 4 Hujan minimum 4
Hujan Hujan
120 80
maksimum maksimum
Penjelasan:
1. Pencatatan dilakukan jam 07.00 WIB.
2. NO : Nomor Stasiun Hujan.
NA : Nama Stasiun Hujan.
3. Penjumlahan dan perhitungan rata – rata dilakukan oleh Cabang Dinas
PSDA dan P Wiayah I Kabupaten Cianjur.
4. Curah Hujan > 75 mm/hari, segera dilaporkan ke cabang dinas.
5. Perhitungan yang diukur, ditulis pada tanggal pengukuran.
Data curah hujan pada setiap stasiun curah hujan Cabang Dinas
PSDA dan P Wilayah I Kabupaten Cianjur dapat dilihat pada Lampiran 3.
Dibawah ini merupakan data rata – rata curah hujan pada tahun 2004 – 2009 di
setiap stasiun curah hujan Dinas PSDA dan P Wilayah I Kabupaten Cianjur.
Tabel 6. Rata – rata Curah Hujan Di Stasiun Curah Hujan Cianjur Kota
Tahun
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des
2004 -2009
Rata – rata
11.38 11.94 14.9 14.1 12.9 15.75 3.03 6.29 11.9 17.85 17.41 14.31
(mm)
16
Cabang Dinas PSDA dan P Wilayah I Kabupaten Cianjur memiliki 3
stasiun curah hujan, diantaranya:
1. Stasiun Curah Hujan Cipanyusuhan di Kecamatan Sukaluyu.
2. Stasiun Curah Hujan Ciheulang di Kecamatan Karang Tengah.
3. Stasiun Curah Hujan Cianjur Kota di Kecamatan Cianjur.
17
Data debit air yang mengalir pada Sungai Cibalagung Daerah Irigasi
Cimenteng Kabupaten Cianjur pada Bulan Maret 2010 dapat dilihat pada Tabel 7
berikut ini.
18
23 6 410 32 1010 1420
24 5 320 31 900 1270
25 5 320 31 900 1270
26 5 320 31 900 1270
27 5 320 31 900 1270
28 5 320 31 900 1270
29 6 410 33 1059 1469
30 6 410 33 1059 1469
31 6 410 33 1059 1469
Jumlah 21667
Rata-rata ½ bulanan 1354
* Catatan gunakan tabel konversi debit air
Data debit rata – rata setengah bulanan dan debit air andalan selama 10
tahun terakhir di Bendung Cimenteng dapat dilihat pada Lampiran 4.
Daftar tabel ukuran air yang mengalir melalui Bendung Cimenteng dapat
dilihat pada Tabel 8 di bawah ini.
19
Gol Luas Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept
. (Ha) 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
133
2
2 Masa Tanam Pertama Masa Tanam Kedua Masa Tanam Ketiga
Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan dan hasil debit air andalan yang
tersedia untuk pola tanam Daerah Irigasi Cimenteng, cukup mampu untuk
mengairi sawah sepanjang tahun dengan pola tanam padi – padi – palawija.
Selama ini pola tanam yang sudah berjalan di daerah irigasi ini adalah padi – padi
- palawija, dan para petani tetap berusaha untuk menerapkan pola tanam tersebut
secara terus menerus. Jenis tanaman palawija pada umumnya adalah jenis
tanaman kacang kedelai. Diharapkan agar di masa yang akan datang untuk jenis
20
tanaman palawija pada masa tanam ketiga bisa lebih ditingkatkan, dimana petani
bisa menggunakan jenis tanaman palawija lain yang lebih menguntungkan.
Setelah masa tanam palawija, disusul dengan masa pengeringan saluran untuk
jangka waktu 15 hari untuk memungkinkan pemeliharaan saluran dan bangunan
serta menginspeksi jaringan irigasi. Pada daerah irigasi ini, varietas padi ditanam
dengan masa pertumbuhan seluruhnya 4 bulan, termasuk 45 hari dipergunakan
untuk pengolahan tanah dan memindahkan bibit. Musim hujan yang cukup
diperkirakan diperoleh pada pertengahan Bulan Oktober.
Berikut ini hasil analisis selama Praktek Kerja Lapang mengenai luas daerah
irigasi dan satuan kebutuhan air dari setiap masa tanam di Daerah Irigasi
Cimenteng Wilayah 1 Kabupaten Cianjur, pada tahun 2009 yang memiliki luas
sawah irigasi 1.332 ha yang terbagi ke dalam tiga masa tanam.
1. Masa tanam pertama, ditanami padi seluas 1332 ha dimana:
• Satuan kebutuhan air untuk masa pengolahan tanah dimulai Bulan
Oktober yaitu 1,25 L/det, sehingga jumlah kebutuhan air di sawah
1665 L/ha/det.
• Satuan kebutuhan air untuk masa vegetatif padi dimulai Bulan
November – Bulan Januari yaitu 0,725 L/det, sehingga jumlah
kebutuhan air di sawah 966 L/ha/det.
• Satuan kebutuhan air untuk masa generatif Bulan Februari I yaitu 0,3
L/det, sehingga jumlah kebutuhan air di sawah 400 L/ha/det.
2. Masa tanam kedua, ditanami:
• Padi seluas 900 ha dimana:
Satuan kebutuhan air untuk masa pengolahan tanah Bulan
Februari 2 – Bulan Maret I yaitu 1,125 L/det, sehingga jumlah
kebutuhan air di sawah 1012,5 L/ha/det.
Satuan kebutuhan air untuk masa vegetatif padi Bulan
Maret 2 – Bulan Mei yaitu 0,85 L/det, sehingga jumlah
kebutuhan air di sawah 765 L/ha/det.
Satuan kebutuhan air untuk masa generatif Bulan Juni I
yaitu 0,3 L/det, sehingga jumlah kebutuhan air di sawah 270
L/ha/det.
21
• Palawija seluas 432 ha dimana:
Satuan kebutuhan air Bulan Februari 2 – Bulan Juni I yaitu
0,3 L/det, sehingga jumlah kebutuhan air di sawah 130 L/ha/det.
Total jumlah kebutuhan air di sawah pada masa tanam kedua yaitu
1142 L/ha/det.
22
Jumlah bera (daerah tanah kosong yang dibiarkan lahannya setelah masa
tanam kedua) yaitu 432 ha, sehingga dapat mengurangi jumlah produksi padi dan
palawija. (Sumber: Dinas PSDA dan P Kabupaten Cianjur)
23
Penanaman palawija dimulai pada Bulan Juni 1, panen pada Bulan
September 2.
b. Golongan 2
Penanaman padi rendeng (masa tanam pertama) dimulai pada Bulan
Oktober 2, panen pada Bulan Februari 2.
Penanaman padi gadu (masa tanam kedua) dimulai pada Bulan Maret
1, panen pada Bulan Juni 1.
Penanaman palawija dimulai pada Bulan Juni 2, dan panen Bulan
Oktober 1.
c. Golongan 3
Penanaman padi rendeng (masa tanam pertama) dimulai pada Bulan
November 1, panen pada Bulan Maret 1.
Penanaman padi gadu (masa tanam kedua) dimulai pada Bulan Maret
2, panen pada Bulan Juni 2.
Penanaman palawija dimulai pada Bulan Juli 1, dan panen Bulan
Oktober 2.
Kebutuhan debit untuk masing – masing golongan adalah sebagai berikut:
a. Golongan 1
Padi : 0,84 L/det/ha (Oktober 1)
Palawija : 0,29 L/det/ha (Agustus 1)
b. Golongan 2
Padi : 0,74 L/det/ha (Oktober 2)
Palawija : 0,29 L/det/ha (Agustus 2)
c. Golongan 3
Padi : 0,71 L/det/ha (April 2)
Palawija : 0,27 L/det/ha (Agustus 2)
Kebutuhan air minimun di saluran induk untuk masing – masing jenis
tanaman adalah sebagai berikut:
a. Golongan 1
Padi : 0,07 L/det/ha (November 2)
Palawija : 0,10 L/det/ha (Juni 1)
24
b. Golongan 2
Padi : 0,12 L/det/ha (Januari 1)
Palawija : 0,10 L/det/ha (Juni 2)
c. Golongan 3
Padi : 0,01 L/det/ha (Januari 2)
Palawija : 0,09 L/det/ha (Oktober 1)
Penjelasan:
1. Bulan---1 maksudnya pada awal bulan tersebut sampai pertengahan bulan
tersebut.
2. Bulan---2 maksudnya pada awal pertengahan bulan tersebut sampai akhir
bulan tersebut.
25
Cara pembagian air dengan sistem rotasi (giliran) ke petak kuarter yaitu dengan
dibagi ke tiap kelompok mendapatkan keuntungan dimana kehilangan air akan
sedikit, sedimentasi lumpur dan pasir akan rendah.
Jumlah debit yang besar disaluran juga akan mempermudah para petani untuk
mengairi tanaman karena air akan mengalir lebih cepat dan menjangkau areal
yang lebih luas dalam waktu yang lebih pendek. Giliran pemberian air harus
dipertimbangkan apabila debit dalam saluran irigasi menurun dari 50% - 70%
pada jaringan irigasi Cimenteng.
26
Berdasarkan hasil analisis hubungan antara debit air yang tersedia dengan
kebutuhan air yang dikaitkan dengan rencana tanam dengan beberapa alternatif
mulai dari masa tanam padi pertama di Daerah Irigasi Cimenteng, maka debit air
yang tersedia yang dapat memenuhi seluruh kebutuhan air irigasi adalah pada
permulaan penanaman padi pada awal Bulan Oktober. Hal ini dianggap cukup
menguntungkan karena sesuai dengan waktu tanam yang sudah menjadi kebiasaan
di Daerah Irigasi Cimenteng.
Pada Grafik Keseimbangan Air dapat dilihat pada Lampiran 5.
27