Anda di halaman 1dari 54

Laporan Evaluasi Sosial dan Ekonomi

Studi Rencana Induk Konservasi di Hulu Bendungan Kalola dan Salomekko

BAB II
BENDUNGAN KALOLA

2.1 Data Teknis


Bendungan Kalola terletak di Desa Kalola, Kecamatan Maniangpajo, Kabupaten Wajo.
Bendungan Kalola terletak di perbatasan Kabupaten Wajo dan Kabupaten Sidenreng
Rappang dengan luas total genangan 1300 hektar, dimana 300 hektar di antaranya berada
di wilayah Kabupaten Sidenreng Rappang. Berdasarkan Permen PUPR No 04 Tahun 2015,
Bendungan Kalola masuk dalam Wilayah Sungai Walanae-Cenranae, yaitu DAS Bila
Walanae dengan luas 7,777 km2. Luas genangan sebesar 1300 Ha dengan perincian 1000
Ha masuk Kab. Wajo dan 300 Ha masuk Kab. Sidrap.
Data catchment area Waduk Kalola sebagai berikut.
Luas catchment area = 122,00 km2
Keliling = 51,26 km
Panjang sungai = 24,62 km
Kemiringan lahan = 0,0046

Gambar 2.1 Peta Administratif Kabupaten Wajo (Lokasi Bendungan Kalola)

PT. WAHANA ADYA


II - 36
Laporan Evaluasi Sosial dan Ekonomi
Studi Rencana Induk Konservasi di Hulu Bendungan Kalola dan Salomekko

Bendungan Kalola

Gambar 2.2 Bendungan Kalola pada WS Walanae Cenranae

Gambar 2.3 Peta Catchment Area Bendungan Kalola

PT. WAHANA ADYA


II - 36
Laporan Evaluasi Sosial dan Ekonomi
Studi Rencana Induk Konservasi di Hulu Bendungan Kalola dan Salomekko

Berikut ini ditampilkan data teknis Bendungan Kalola


Waduk
Daerah Tangkapan Air : 122 km2
Tampungan Total : 70.14 x 106 m3
Tampungan Efektif : 58.17 x 106 m3
Tampungan Mati : 11.98 x 106 m3
EL. Muka air banjir : + 43.00 m
EL. Muka air normal : + 39.50 m
EL. Muka air rendah : + 32.40 m
Luas Genangan MAB : 1900 Ha
Luas Genangan MAN : 1300 Ha
Luas Genangan MAR : 440 Ha

Gambar 2.4 Waduk Kalola

Tabel 2.1 Data Kapasitas Waduk

PT. WAHANA ADYA


II - 36
Laporan Evaluasi Sosial dan Ekonomi
Studi Rencana Induk Konservasi di Hulu Bendungan Kalola dan Salomekko

Gambar 2.5 Kurva Kapasitas Waduk

Bendungan
a. Bendungan Utama
Tipe Bendungan : Urugan Tanah dengan Inti Kedap
Elevasi Dasar Pondasi : + 10.30 m
Elevasi Puncak Bendungan : + 45.30 m
Tinggi bendungan utama : 35.00 m
Lebar puncak : 8.00 m
Panjang puncak : 255,3 m
Kemiringan lereng hulu :1:3
Kemiringan lereng hilir : 1 : 2,3
Jenis Batuan pondasi : Sand Stone

PT. WAHANA ADYA


II - 36
Laporan Evaluasi Sosial dan Ekonomi
Studi Rencana Induk Konservasi di Hulu Bendungan Kalola dan Salomekko

Gambar 2.6 Bendungan Utama

b. Bendungan Pelana
Tipe Bendungan : Urugan Tanah dengan Inti Kedap
Elevasi Dasar Pondasi : + 35,30 m
Elevasi Puncak Bendungan : + 45.30 m
Tinggi dari Pondasi Terendah : 10,00 m
Tinggi bendungan utama : + 35.00 m
Lebar puncak : 8.00 m
Panjang puncak : 77 m
Kemiringan lereng hulu :1:3
Kemiringan lereng hilir : 1 : 2,3
Jenis Batuan pondasi : Sand Stone

PT. WAHANA ADYA


II - 36
Laporan Evaluasi Sosial dan Ekonomi
Studi Rencana Induk Konservasi di Hulu Bendungan Kalola dan Salomekko

Gambar 2.7 Lereng Bendungan Kalola

 Mercu Pelimpah (Spillway)


Tipe : Tapal Kuda
Elevasi Mercu : + 39.50 m
Elevasi Lantai Muka : + 39.00 m
Panjang Mercu : 76.0 m
Panjang saluran pembuang : 64.30 m
Banjir rencana (1000 tahun) : 900 m3/dt

Gambar 2.8 Bangunan Pelimpah

Bangunan Pemecah Energi


Tipe : USBR tipe III
Elevasi Lantai Kolam : + 16.50 m
Panjang Kolam Olak : 60.0 m
Lebar Kolam Olak : 20 m

PT. WAHANA ADYA


II - 36
Laporan Evaluasi Sosial dan Ekonomi
Studi Rencana Induk Konservasi di Hulu Bendungan Kalola dan Salomekko

 Bangunan Pengeluaran
a. Bangunan Pemasukan
Muka Air Operasi Maksimum : +43,00 m
Elevasi Ambang Intake : +27,60 m
b. Terowongan Tekan
Bentuk : Lingkaran
Panjang : 86 m

Gambar 2.9 Bangunan Outlet Irigasi

 Pintu Intake
Jenis Pintu : Fixed Wheel Gate
Jumlah : 1 buah
Bentang Bersih : 2,3 m
Tinggi Bersih : 2,3 m
Tekanan Rencana : 15,39 m

 Pintu Pengatur
Jenis Pintu : Jet Flow Gate
Jumlah : 2 buah
Diameter : 1,65 m
Tekanan Rencana : 17,67 m

Pipa Pesat
Tipe : Steel Condouit
Jumlah Jalur : 1 jalur

PT. WAHANA ADYA


II - 36
Laporan Evaluasi Sosial dan Ekonomi
Studi Rencana Induk Konservasi di Hulu Bendungan Kalola dan Salomekko

Diameter Dalam : 2,8 m – 1,65 m


Panjang : 23,5 m

Bendungan Kalola membagi sebagian debit airnya dengan sistem irigasi dari
Bendungan Bila yang berada di Kabupaten Sidenreng Rappang. Bendungan Kalola
dimanfaatkan untuk irigasi dan pembangkit listrik minihidro dengan daya 160 Kilowatt.
Bendungan Kalola dibangun pada tanggal 18 Agustus 1992. Bendungan Kalola terletak
di sungai Kalola yaitu sekitar 10 km dihulu pertemuan antara sungai Bila dan sungai Kalola.
Bendungan tersebut dimanfaatkan untuk pengendali banjir, pariwisata, mikrohidro dan
irigasi. Luas Daerah Irigasi 6.013 ha, dengan rincian berikut ini.
1) Suplesi Irigasi Kalosi : 3.417 ha
2) Suplesi Irigasi Anabanua : 2.393 ha
3) Suplesi Irigasi Kalola : 203 ha

Gambar 2.10 Denah Bendungan Kalola

2.2 Kondisi Sosial Masyarakat


Masyarakat di sekitar waduk tidak melakukan kegiatan yang bersifat mencemar air.
Kegiatan masyarakat di sekitar waduk umumnya adalah pertanian dan perikanan. Tidak
terdapat pabrik yang membuang limbah ke dalam sungai yang mengalir waduk ataupun
membuang langsung di area genangan. Namun informasi pada saat PKM terdapat
sebagian masyarakat yang membuang sampah di sungai dan mencuci pakaian di sungai.

PT. WAHANA ADYA


II - 36
Laporan Evaluasi Sosial dan Ekonomi
Studi Rencana Induk Konservasi di Hulu Bendungan Kalola dan Salomekko

Masyarakat di daerah hulu bermata pencaharian sebagai petani dan nelayan.


Masyarakat memanfaatkan lahan di sekitar daerah tempat tinggal untuk menanam padi.
Umumnya dalam satu tahun melakukan panen antara 1 atau 2 kali. Untuk kegiatan
perikanan masyarakat menganut metode Keramba Jaring Tangkap. Keramba Jaring
Tancap (KJT) Jaring tancap merupakan jaring kantong berbentuk persegi yang dipasang
pada kerangka bambu atau kayu yang ditancap pada dasar perairan. Pasangan kayu /
bambu ditancap rapat, seperti pagar, atau hanya dipasang di bagian sudut kantong jaring.
Ikan yang dapat dibudidayakan cukup beragam, salah satunya adalah ikan mujair, ikan nila
dan ikan putih. Hasil pertanian serta budidaya ikan tersebut sebagian besar dijual ke
pedagang perantara atau tengkulak, sebagian lainnya dijual secara langsung ke
konsumen.

Gambar 2.11. Diskusi dengan Camat Maniangpajo Kabupaten Wajo

Gambar 2.12. Diskusi dengan penduduk Desa Abbanuangnge Kabupaten Wajo

PT. WAHANA ADYA


II - 36
Laporan Evaluasi Sosial dan Ekonomi
Studi Rencana Induk Konservasi di Hulu Bendungan Kalola dan Salomekko

Gambar 2.13 Diskusi dengan penduduk Desa Sogi Kabupaten Wajo

Gambar 2.14. Diskusi dengan penduduk Desa Minangatellue Kabupaten Wajo

Desa – desa di area hulu Bendungan Kalola memiliki Organisasi Kemasyarakatan


terkait dengan kelestarian bendungan, organisasi tersebut dinamai KPSA (Kelompok
Pelestari Sumber Air). Terdapat 4 KPSA di 4 desa di hulu Bendungan Kalola yaitu:
1. KPSA Bumi Abbanuangnge Lestari di Desa Abbanuangnge
2. KPSA Bumi Minnangatellue Berdaya di Desa Minnangatellue
3. KPSA Bumi Sogi Sejahtera di Desa Sogi
4. KPSA Bumi Lagading Hijau di Desa Lagading
Program yang pernah dilaksanakan antara lain:

PT. WAHANA ADYA


II - 36
Laporan Evaluasi Sosial dan Ekonomi
Studi Rencana Induk Konservasi di Hulu Bendungan Kalola dan Salomekko

1. Penanaman bibit pohon mangga (ditanam di pekarangan rumah yang seharusnya


ditanam di area greenbelt)
2. Pemasangan pipa pipa saluran air
3. Pemasangan tandon untuk tampungan air
Namun kepengurusan dan program yang direncanakan tidak berjalan lagi sejak tahun
2015, sehingga diperlukan evaluasi serta revitalisasi terhadap KPSA tersebut.
Dokumentasi-dokumentasi survey organisasi kemasyarakatan terkait bendungan tersaji
sebagai berikut.

Gambar 2.15. Diskusi dengan Ketua KPSA Bumi Abbanuangnge

Gambar 2.16 Diskusi dengan Ketua KPSA Bumi Minnangatellue

PT. WAHANA ADYA


II - 36
Laporan Evaluasi Sosial dan Ekonomi
Studi Rencana Induk Konservasi di Hulu Bendungan Kalola dan Salomekko

Gambar 2.17. Diskusi dengan Pengurus KPSA Bumi Sogi Sejahtera

Gambar 2.18 Diskusi dengan Pengurus KPSA Bumi Lagading Hijau

2.3 Analisa Sosial


Dalam usaha melestarikan fungsi bendungan agar berkesinambungan dan
berkelanjutan maka salah satu aspek yang memiliki pengaruh ialah aspek sosial.

2.3.1 Analisis Kependudukan


Analisis kependudukan masing masing desa membahas mengenai pertumbuhan
penduduk. Jumlah penduduk selalu mengalami pertumbuhan dari tahun ke tahun. Dilakukan
analisis perhitungan untuk mengetahui laju perhitungan jumlah penduduk yang kedepannya
dapat digunakan untuk prediksi jumlah penduduk yang akan datang di suatu wilayah
perencanaan. Analisis kependudukan meliputi laju pertumbuhan penduduk penduduk dan
analisis kepadatan penduduk.

Tabel 2.2. Nilai Laju Pertumbuhan Penduduk (r)

PT. WAHANA ADYA


II - 36
Laporan Evaluasi Sosial dan Ekonomi
Studi Rencana Induk Konservasi di Hulu Bendungan Kalola dan Salomekko

No Nama Desa Jumlah Jumlah Jumlah Nilai laju


Penduduk tahun Penduduk Penduduk tahun pertumbuhan
2014 tahun 2015 2016 penduduk (r)
Bendungan Kalola
1 Desa Lagading 1018 1055 12288 0,14
2 Desa Sogi 1001 1028 1028 0,19
3 Desa 824 833 833 0,07
Minangatellue
4 Desa Abbanuange 1495 1515 1535 0,01

2.3.2 Kepedulian Individu


Kepedulian individu terhadap lingkungan menyatakan sikap-sikap umum individu
terhadap kualitas lingkungan yang diwujudkan dalam kesediaan diri untuk menyatakan aksi-
aksi yang dapat meningkatkan dan memelihara kualitas lingkungan dalam setiap perilaku
yang berhubungan dengan lingkungan. Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal
Rehabilitasi Lahan Dan Perhutanan Sosial Tentang Pedoman Monitoring Dan Evaluasi
Daerah Aliran Sungai Nomor : P.04/V-Set/2009, Indikator kepedulian individu dalam DAS
dinilai melalui ada/tidaknya kegiatan positif konservasi tanah dan air dan atau RHL
(rehabilitasi hutan dan lahan) yang telah dilakukan oleh masyarakat pada lahannya di DAS
secara mandiri, misalnya pembuatan hutan rakyat / HR, agroforestry / AF, penanaman
menurut kontur, terasering, dan sumur resapan. Klasifikasi ada atau tidaknya kepedulian
individu di DAS dapat dijelaskan pada tabel sebagai berikut

Tabel 2.3 Jumlah Responden yang memiliki Lahan Sawah


No Nama Desa Jumlah Jumlah Jumlah responden
Penduduk (jiwa) petani yang memiliki lahan
sawah
Bendungan Kalola
1 Desa Lagading 1288 354 7
2 Desa Sogi 1028 450 9
3 Desa Minangatellue 833 278 6
4 Desa Abbanuange 1535 115 7
Sumber: Analisis 2018

1. Desa Lagading
Desa Lagading merupakan salah satu desa yang menjadi hulu Bendungan Kalola.
Berdasarkan hasil survei, diperoleh data bahwa 70% responden sudah melakukan kegiatan
konservasi air yaitu dengan membuat embung lapangan. Hal ini merupakan salah satu
kegiatan memanen air. Banyak terdapat sawah berada di kawasan sabuk hijau (green belt).

PT. WAHANA ADYA


II - 36
Laporan Evaluasi Sosial dan Ekonomi
Studi Rencana Induk Konservasi di Hulu Bendungan Kalola dan Salomekko

Berdasarkan hasil wawancara, diketahui bahwa seluruh responden memanfaatkan lahan


yang di area sabuk hijau untuk penanaman padi yang merupakan mata pencaharian dari
para petani tersebut.

Gambar 2.19.Grafik Kepedulian Lingkungan Desa Lagading

2. Desa Sogi
Berdasarkan hasil survei, diperoleh data bahwa 67% responden belum pernah
melakukan kegiatan konservasi tanah dan air pada kawasan daerah aliran sungai. Terdapat
33 % responden yang pernah terlibat dalam kegiatan konservasi yang berupa kegiatan
penanaman 6000 pohon manga yang dilaksanakan oleh DOISP yang dilaksanakan pada
tahun 2013 dan pernah dilakukan pengihijauan di sekitar atau area Bendungan Kalola.
Selain penanaman mangga, pernah dilakukan penanaman bibit rambutan dan durian.

PT. WAHANA ADYA


II - 36
Laporan Evaluasi Sosial dan Ekonomi
Studi Rencana Induk Konservasi di Hulu Bendungan Kalola dan Salomekko

Gambar 2.20 Grafik Kepedulian Lingkungan Desa Sogi

3. Desa Minangateullue
Berdasarkan hasil survei, diperoleh data bahwa 38% responden belum pernah
terlibat dalam kegiatan konservasi area bendungan atau sungai. Sedangkan 62% pernah
terlibat dalam kegiatan konservasi dengan cara membuat embung lapangan. Berdasarkan
wawancara belum terdapat kegiatan kegiatan terkait lingkungan sungai di Desa
Minangatellue dari pemerintah ataupun LSM terkait.

Gambar 2.21.Grafik Kepedulian Lingkungan Desa Minangateullue

4. Desa Abbanuange

PT. WAHANA ADYA


II - 36
Laporan Evaluasi Sosial dan Ekonomi
Studi Rencana Induk Konservasi di Hulu Bendungan Kalola dan Salomekko

Berdasarkan hasil wawancara terdapat 29 % responden yang memiliki kepedulian


individu terhadap daerah sabuk hijau Bendungan Kalola. Kepedulian tersebut ialah dengan
tidak memanfaatkan lahan yang dimiliki di sekitar sabuk hijau Bendungan Kalola untuk
pertanian dikarenakan mengetahui dampak dampak yang akan ditimbulkan seperti
sedimentasi di daerah hilir bendungan.

Gambar 2.22.Grafik Kepedulian Lingkungan Desa Minangateullue

2.4 Analisa Ekonomi

2.4.1 Kerangka Teoritis Location Quotient


Loqation Quotient adalah suatu alat pengembangan ekonomi yang lebih sederhana
dengan segala kelebihan dan keterbatasannya. Teknik LQ merupakan salah satu
pendekatan yang umum digunakan dalam model ekonomi basis sebagai langkah awal untuk
memahami sektor kegiatan yang menjadi pemacu pertumbuhan. LQ mengukur konsentrasi
relatif atau derajat spesialisasi kegiatan ekonomi melalui pendekatan perbandingan.
Teknik LQ banyak digunakan untuk membahas kondisi perekonomian, mengarah
pada identifikasi spesialisasi kegiatan perekonomian atau mengukur konsentrasi relatif
kegiatan ekonomi untuk mendapatkan gambaran dalam penetapan sector unggulan sebagai
leading sector suatu kegiatan ekonomi (industri). Dasar pembahasannya sering difokuskan
pada aspek tenaga kerja dan pendapatan.
Dalam prakteknya penggunaan pendekatan LQ meluas tidak terbatas pada bahasan
ekonomi saja akan tetapi juga dimanfaatkan untuk menentukan sebaran komoditas

PT. WAHANA ADYA


II - 36
Laporan Evaluasi Sosial dan Ekonomi
Studi Rencana Induk Konservasi di Hulu Bendungan Kalola dan Salomekko

melakukan identifikasi wilayah berdasarkan potensinya. Berdasarkan pemahaman terhadap


teori ekonomi basis, teknik LQ relevan digunakan sebagai metoda dalam menentukan
komoditas unggulan khususnya dari sisi penawaran (produksi atau populasi). Untuk
komoditas yang berbasis lahan seperti tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan,
perhitungannya didasarkan pada lahan pertanian (areal tanam atau areal panen), produksi
atau produktivitas. Sedangkan untuk komoditas pertanian yang tidak berbasis lahan seperti
usaha ternak, dasar perhitungannya digunakan jumlah populasi (ekor).

2.4.2 Kelebihan dan Keterbatasan Metode (LQ)


Setiap metode analisis memiliki kelebihan dan keterbatasan demikian halnya dengan
metode LQ. Kelebihan metode LQ dalam mengidentifikasi komoditas unggulan antara lain
penerapannya sederhana, mudah dan tidak memerlukan program pengolahan data yang
rumit. Penyelesaian analisis cukup dengan spread sheet dari Excel atau program Lotus,
bahkan jika datanya tidak terlalu banyak kalkulator pun bisa digunakan. Keterbatasannya
adalah karena demikian sederhananya pendekatan LQ ini, maka yang dituntut adalah
akurasi data. Sebaik apapun hasil olahan LQ tidak akan banyak manfaatnya jika data yang
digunakan tidak valid. Oleh karena itu sebelum memutuskan menggunakan analisis ini maka
validitas data sangat diperlukan. Disamping itu untuk menghindari bisa musiman dan
tahunan diperlukan nilai rata-rata dari data series yang cukup panjang, sebaiknya tidak
kurang dari 5 tahun.
Sementara itu di lapangan, mengumpulkan data yang panjang ini sering mengalami
hambatan. Keterbatasan lainnya dalam deliniasi wilayah kajian. Untuk menetapkan batasan
wilayah yang dikaji dan ruang lingkup aktivitas, acuannya sering tidak jelas. Akibatnya hasil
hitungan LQ terkadang aneh, tidak sama dengan apa yang kita duga. Misalnya suatu
wilayah yang diduga memiliki keunggulan di sektor non pangan, yang muncul malah pangan
dan sebaliknya. Oleh karena itu data yang dijadikan sumber bahasan sebelum digunakan
perlu diklarifikasi terlebih dahulu dengan beberapa sumber data lainnya, sehingga
mendapatkan gambaran tingkat konsistensi data yang mantap dan akurat.

2.4.3 Analisis Location Quotient (LQ)


Metode LQ adalah metode yang digunakan untuk membandingkan porsi lapangan
kerja/jumlah produksi/nilai tambah sektor tertentu di suatu wilayah dibandingkan dengan
porsi lapangan kerja/jumlah produksi/nilai tambah untuk sektor yang sama secara nasional.
Metode LQ dilakukan untuk menganalisis sektor potensial atau basis dalam perekonomian di
suatu daerah. Sektor unggulan yang berkembang dengan baik akan mempunyai pengaruh

PT. WAHANA ADYA


II - 36
Laporan Evaluasi Sosial dan Ekonomi
Studi Rencana Induk Konservasi di Hulu Bendungan Kalola dan Salomekko

yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah yang pada akhirnya dapat
meningkatkan pendapatan daerah secara optimal.
Dikarenakan minim nya data terkait jumlah pekerja di bidang pertanian pada tingkat
Kecamatan dan Kabupaten, maka kajian ini tidak dapat menghitung dan membandingkan LQ
untuk pekerja pada sektor pertanian dan non sektor pertanian. Kajian ini kemudia
menggunaka metode LQ ini untuk mengidentifikasi sektor unggulan (basis) dalam suatu
daerah. Analisis LQ ini akan menghitung perbandingan sektor potensial atau basis di
Wilayah Kabupaten Sidrap dan Wajo dengan Provinsi Sulawesi Selatan. Rumus dari analisis
LQ adalah sebagai berikut:

E ij /Ej
LQ i 
Ein/En

Keterangan :
Eij : Variabel regional sektor i di Wilayah Kabupaten Sidrap dan Wajo
Ej` : Total variabel regional di Wilayah Kabupaten Sidrap dan Wajo
Ein : Variabel regional sektor i di Provinsi Sulawesi Selatan
En : Total variabel regional di Provinsi Sulawesi Selatan
Kriterianya adalah sebagai berikut:
1. Jika nilai LQ1, maka sektor yang bersangkutan kurang terspesialisasi dibanding
sektor yang sama di tingkat daerah tertentu, sehingga bukan merupakan sektor
unggulan.
2. LQ>1, maka sektor yang bersangkutan lebih terspesialisasi dibanding sektor yang
sama di tingkat daerah tertentu, sehingga merupakan sektor unggulan.
3. LQ=1, maka sektor yang bersangkutan memiliki tingkat spesialisasi yang sama
dengan sektor sejenis di tingkat daerah tertentu, sehingga hanya cukup untuk
melayani kebutuhan daerah sendiri.

Tabel 2.4. Produksi Pertanian

PRODUKSI (TON)
Padi padi kacang kacang Ubi ubi
No Kabupaten sawah ladang Jagung Kedelai tanah hijau Kayu jalar
619,6 5, 133,36 11, 20, 10, 3,
1 Wajo 93 128 9 517 676 824 711 295
534,2 1, 58,63 1,
2 Sidrap 90 536 4 181 164 356 609 42
TOTAL di 5,292,1 48, 1,528,41 67, 19, 40, 565, 71,
PROVINSI 52 695 4 192 024 787 958 681

Tabel 2.5. Nilai LQ

PT. WAHANA ADYA


II - 36
Laporan Evaluasi Sosial dan Ekonomi
Studi Rencana Induk Konservasi di Hulu Bendungan Kalola dan Salomekko

Nilai LQ
Kabupate Jagun Kedela Ubi ubi
n Padi sawah padi ladang g i kacang tanah kacang hijau Kayu jalar
Wajo 1.04 0.75 0.78 1.5 0.31 4.57 0.16 0.41
Sidrap 1.29 0.4 0.49 0.03 0.11 0.11 0.03 0

Tabel 2.5 menunjukan terdapat 7 komoditas tanaman pangan yang di identifikasi Untuk
Kabupaten Wajo. Komoditas tanaman nya adalah padi (sawah dan ladang), jagung, kedelai,
kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, ubi jalar. Jika mengacu pada nilai LQ > 1, maka dari 7
komoditi pangan tersebut, padi, kedelai dan kacang hijau merupakan komoditas paling
unggul di wilayah Kabupaten Wajo. Komoditas yang menjadi basis dari Kabupaten Wajo
adalah komoditas pertanian padi sawah, kedelai da kacang hijau, sehingga komoditas
tersebut dapat diekspor ke wilayah lain. Untuk komoditas kacang hijau memiliki nilai LQ
sebesar 4,57.
Untuk Kabupaten Sidrap, komoditas yang menjadi basis dari Kabupaten Sidrap adalah
komoditas pertanian padi sawah karena memiliki nilai LQ > 1. Untuk komoditas padi sawah
memiliki nilai LQ sebesar 1.29.

2.4.4 Jumlah Penduduk dan Tingkat Pendapatan


Tingkat pendapatan (TD) masyarakat/petani di DAS/Sub DAS merupakan tolok ukur
kesejahteraan dan cerminan dari pendapatan keluarga yang diperoleh dari hasil usaha tani
dan hasil dari non-usaha tani serta hasil pemberian dari pihak lain ke keluarga petani (KK/th)
di masing-masing desa yang ada di DAS/Sub DAS.

1. Desa Lagading
Jumlah penduduk di Desa Lagading berjumlah 1288 jiwa. Jumlah penduduk ini
termasuk jumlah yang besar bagi ukuran suatu desa. Penduduk yang jumlahnya besar akan
menjadi sebuah kekuatan / potensi pembangunan bilamana memiliki kompetensi
sumberdaya manusia. Komposisi perbandingan jumlah laki-laki dengan perempuan adalah
40% : 60 %.

PT. WAHANA ADYA


II - 36
Laporan Evaluasi Sosial dan Ekonomi
Studi Rencana Induk Konservasi di Hulu Bendungan Kalola dan Salomekko

Gambar 2.23 Grafik Jumlah Penduduk di Desa Lagading


Sumber : Profil Desa Lagading

Berdasarkan hasil wawancara, untuk masyarakat yang memiliki pekerjaan sebagai


petani, akan mendapatkan hasil setelah masa panen, adapun untuk biaya kebutuhan sehari
hari juga diperoleh dari biaya ternak hewan. Untuk mengetahui nilai pendapatan perkapita
dari keluarga petani, maka perlu diketahui jumlah anggota keluarga petani. Data jumlah
anggota keluarga petani dapat dijelaskan pada chart sebagai berikut.

Gambar 2.24 Grafik Jumlah Anggota Keluarga Petani di Desa Lagading


Sumber : Hasil Analisis 2018

PT. WAHANA ADYA


II - 36
Laporan Evaluasi Sosial dan Ekonomi
Studi Rencana Induk Konservasi di Hulu Bendungan Kalola dan Salomekko

Gambar 2.25. Grafik Pendapatan Keluarga Petani di Desa Lagading


Sumber : Hasil analisis, 2018

2. Desa Sogi
Desa yang mencakup wilayah seluas 1.124 ha ini didiami oleh penduduk sekitar
1.282 jiwa yang mayoritas mata pencaharian penduduknya adalah bertani. Desa ini masih
didominasi oleh lahan pertanian dan perkebunan yang juga menjadi sumber penghidupan
warga desa Sogi. Perbandingan penduduk laki-laki dengan perempuan adalah 45% : 55%.

Gambar 2.26. Jumlah Penduduk di Desa Sogi


Sumber : Hasil Analisis 2018

Sebesar 32% penduduk dari Desa Sogi memiliki mata pencaharian sebagai petani.
Rata rata masyarakat memiliki lahan pertanian yang berjarak sekitar 0,5 -1 km dari rumah.
Adapun sawah yang dimiliki rata rata merupakan sawah yang telah dimiliki secara turun

PT. WAHANA ADYA


II - 36
Laporan Evaluasi Sosial dan Ekonomi
Studi Rencana Induk Konservasi di Hulu Bendungan Kalola dan Salomekko

temurun. Untuk jumlah anggota keluarga petani di Desa Sogi, dapat di jelaskan pada pie
chart sebagai berikut

Gambar 2.27. Grafik Jumlah Anggota Keluarga Petani di Desa Sogi


Sumber : Hasil Analisis 2018

Mayoritas jumlah anggota keluarga petani di Desa Sogi ialah sebanyak 3-5 jiwa atau
jika di persentase kan ialah sebesar 44%. Berdasarkan hasil wawancara anggota keluarga
ini yang akan membantu dalam proses penanaman padi hingga panen padi. Anggota
keluarga tersebut yang akan diteruskan untuk melanjutkan mengelola sawah yang dimiliki
keluarga (kepala keluarga). Sementara untuk pendapatan perkapita dari masing masing
keluarga petani merupakan nilai pendapatan keluarga yang dibagi atas jumlah anggota
keluarga, berikut merupakan nilai perkapita keluarga petani di Desa Sogi.

PT. WAHANA ADYA


II - 36
Laporan Evaluasi Sosial dan Ekonomi
Studi Rencana Induk Konservasi di Hulu Bendungan Kalola dan Salomekko

Gambar 2.28. Grafik Pendapatan Keluarga Petani di Desa Sogi


Sumber : Hasil Analisis 2018

Pada tabel diatas dapat dijelaskan bahwa sekitar 67 % keluarga petani di Desa Sogi
memiliki pendapatan perkapita sebesar 2-4 x dari nilai garis kemiskinan Provinsi Sulawesi
Selatan yaitu Rp.270.601. Sementara terdapat 22% masyarakat petani yang memiliki
pendapatan perkapita < Rp.270.601 atau setara dengan garis kemiskinan yang telah
ditetapkan BPS Provisi Sulawesi selatan.

3. Desa Minangateullue
Desa Minangatellue merupakan salah satu desa di Kecamatan Maniangpajo Kab.
Wajo. Disebut Desa Minangatellue karena di desa inilah tempat bertemunya tiga anak sungai
(tellue artinya tiga, minanga artinya tempet bertemu anak sungai). Desa Minangatellue dihuni
oleh 833 jiwa dengan 218 kepala keluarga serta 90% bermata pencaharian sebagai petani
sawah.

PT. WAHANA ADYA


II - 36
Laporan Evaluasi Sosial dan Ekonomi
Studi Rencana Induk Konservasi di Hulu Bendungan Kalola dan Salomekko

Gambar 2.29. Jumlah Penduduk di Desa Minangatellue


Sumber :Kecamatan Dalam Angka Maniang Pajo 2017

Desa Minangatellue memiliki luas lahan pertanian sebesar 827 ha. Sistem peraiaran
yang digunakan ialah sawah tadah hujan sehingga penanaman padi tergatung pada musim
penguhujan. Seperti Desa Sogi, Adapun sawah yang dimiliki rata rata merupakan sawah
yang telah dimiliki secara turun temurun. Untuk jumlah anggota keluarga petani di Desa
Minangatellue, dapat di jelaskan pada pie chart sebagai berikut

Gambar 2.30 Grafik Jumlah Anggota Keluarga Petani di Desa Minangatellue


Sumber : Hasil Analisis 2018

PT. WAHANA ADYA


II - 36
Laporan Evaluasi Sosial dan Ekonomi
Studi Rencana Induk Konservasi di Hulu Bendungan Kalola dan Salomekko

Mayoritas jumlah anggota keluarga petani di Desa Minangatellue ialah sebanyak <
3jiwa atau jika di persentase kan ialah sebesar 43%. Sementara untuk pendapatan perkapita
dari masing masing keluarga petani merupakan nilai pendapatan keluarga yang dibagi atas
jumlah anggota keluarga, berikut merupakan nilai perkapita keluarga petani di Desa
Minangatellue.

Gambar 2.31 Grafik Pendapatan Keluarga Petani di Desa Minangatellue


Sumber : Hasil Analisis 2018

Berdasarkan hasil wawancara, seluruh responden memiliki nilai pendapatan


perkapita pada rentang nilai Rp. 270.602 hingga 1.352.000. nilai tersebut yang digunakan
untuk konsumsi ataupun pemenuhan kebutuhan sehari hari.

4. Desa Abbanuange
Berdasarkan Kecamatan dalam angka Maniang Pajo tahun 2017, jumlah penduduk di
Desa Abbanuange berjumlah 1535 jiwa. Dengan jumlah penduduk laki-laki sebesar 797 jiwa
dan jumlah penduduk perempuan berjumlah 738 jiwa.

PT. WAHANA ADYA


II - 36
Laporan Evaluasi Sosial dan Ekonomi
Studi Rencana Induk Konservasi di Hulu Bendungan Kalola dan Salomekko

Gambar 2.32. Jumlah Penduduk di Desa Abbanuange


Sumber :Kecamatan Dalam Angka Maniang Pajo 2017

Berdasarkan RPJMD Desa Abbanuange, sekitar 115 jiwa penduduk memiliki mata
pencaharian sebagai petani. Untuk jumlah anggota dari keluarga petani di Desa Abbanuange
dapat dijelaskan oleh pie chat sebagai berikut

Gambar 2.33. Grafik Jumlah Anggota Keluarga Petani di Desa Abbanuange


Sumber : Hasil Analisis,2018

Mayoritas jumlah anggota keluarga petani di Desa Abbanuange ialah sebanyak 3- 5


jiwa anggota keluarga atau sekitar 575 dari keluarga petani di Desa Abbanuange.
Sementara untuk pendapatan perkapita dari masing masing keluarga petani merupakan nilai

PT. WAHANA ADYA


II - 36
Laporan Evaluasi Sosial dan Ekonomi
Studi Rencana Induk Konservasi di Hulu Bendungan Kalola dan Salomekko

pendapatan keluarga yang dibagi atas jumlah anggota keluarga, berikut merupakan nilai
perkapita keluarga petani di Desa Abbanuange

Gambar 2.34 Grafik Pendapatan Keluarga Petani di Desa Abbanuange


Sumber : Hasil Analisis 2018

Pada tabel diatas dapat dijelaskan bahwa sekitar 71 % keluarga petani di Desa
Abbanuange memiliki pendapatan perkapita sebesar 2-4 x dari nilai garis kemiskinan
Provinsi Sulawesi Selatan yaitu Rp.270.601. Sementara terdapat 29% masyarakat petani
yang memiliki pendapatan perkapita < Rp.270.601 atau setara dengan garis kemiskinan
yang telah ditetapkan BPS Provisi Sulawesi selatan salah satu hal yang mempengaruhi
perhitungan ataupun nilai tersebut ialah jumlah anggota keluarga dan pendapatan yang
diperoleh oleh kepala keluarga tersebut perbulan.

2.5 Analisa Kelembagaan


Monitoring dan evaluasi kelembagaan terhadap indikator keberdayaan lembaga lokal /
adat (KLL) dalam kegiatan pengelolaan DAS, dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu:
a. Mengidentifikasi jenis dan keberadaan lembaga-lembaga lokal/adat yang terkait
dalam kegiatan pengelolaan DAS
b. Mengidentifikasi tugas lembaga lokal dan atau jenis kegiatan yang dilakukan terkait
pengelolaan DAS
c. Mengidentifikasi manfaat dan atau permasalahan yang ada pada masing-masing
lembaga lokal/adat

1. Desa Lagading

PT. WAHANA ADYA


II - 36
Laporan Evaluasi Sosial dan Ekonomi
Studi Rencana Induk Konservasi di Hulu Bendungan Kalola dan Salomekko

Kelembagaan merupakan salah satu bentuk Potensi desa. Adanya kelembagaan yang
baik berdampak pada pengelolaan dan pengembangan desa yang baik pula. Potensi
Kelembagaan di Desa Lagading dikelompokkan menjadi dua, yaitu lembaga formal
pemerintahan dan lembaga nonformal dengan pelibatan peran serta masyarakat.adapun
lembaga lembaga yang berpengaruh di Desa Lagading ialah LKMD, BPD,Gapoktan,TPA,
Kelompok Nelayan dan PKK.
a. LKMD
Tugas Lembaga Kemasyarakatan meliputi :
 memelihara kerukunan hidup warga masyarakat
 membantu menjalankan tugas pelayanan kepada masyarakat yang menjadi
tanggung jawab Pemerintah Desa
 menyusun rencana pembangunan secara partisipatif
 melaksanakan,mengendalikan,memanfaatkan, memelihara dan
mengembangkan pembangunan secara partisipatif
 menggerakkan dan mengembangkan partisipasi, gotong royong dan swadaya
masyarakat
 menumbuhkembangkan kondisi dinamis masyarakat dalam rangka
pemberdayaan masyarakat
b. BPD
Dalam sistem pemerintahan desa sekarang ini menempati posisi yang sangat
penting yaitu sebagai pengawas kinerja pemerintahan desa, pada Desa Lagading
BPD termasuk sebagai salah satu kelembagaan yang memiliki pengaruh bagi
kegiatan masyarakat Desa
c. Gabungan Kelompok Tani
Seperti diketahui bahwa tani merupakan salah satu sector utama di Desa Lagading,
terdapat 18 kelompok tani yang berada di Desa Lagading. Gapoktan memiliki
pengaruh besar bagi dalam masyarakat Desa Lagading
d. Kelompok Agama
Salah satu bentuk kegiatan dari kelompok agama ialah melakukan pengajian secara
rutin pada kamis malam. Kegiatan dilakukan pada masing masing kelompok
masyarakat.
e. Kelompok Nelayan
Mata pencaharian utama selain bertani di Desa Lagading ialah nelayan. Hal
tersebut yang meyebabkan kelompok tani juga merupakan kelompok masyarakat
yang memiliki pengaruh dalam kegiatan bermasyarakat di Desa Lagading terdapat
10 kelompok Nelayan
f. PKK

PT. WAHANA ADYA


II - 36
Laporan Evaluasi Sosial dan Ekonomi
Studi Rencana Induk Konservasi di Hulu Bendungan Kalola dan Salomekko

PKK sebagai bentuk kelembagaan dalam kegiatan kesehatan anak dan


pemberdayaan wanita di Desa Lagading. Hal tersebut yang membuat PKK juga
sebagai salah satu kelembagaan yang memiliki pengaruh di Desa Lagading.
Berikut dijelaskan hubungan masayakat terhadap kelembagaan desa dengan diagram
venn.

Gambar 2.35. Bagan Kelembagaan Desa Lagading


Sumber : Hasil Survey 2018

Dari diagram venn diatas dapat dilihat bahwa kelembagaan yang memiliki peranan
terbesar ialah Kelompok Tani. Hal tersebut didasari oleh karena mayoritas masyarakat
bekerja sebagai petani. Berikut merupakan data kelompok tani yang terdapat di Desa
Lagading.

Tabel 2.6 Nama Kelompok Tani di Desa Lagading


No Nama Kelompok Tani Nama Ketua Tahun bentuk
1 Lagading Kaswir 2008
2 Wae Tou Basr -
3 Cekdam Drs Baharudin -
4 Pemuda Makmur Hermanto -

PT. WAHANA ADYA


II - 36
Laporan Evaluasi Sosial dan Ekonomi
Studi Rencana Induk Konservasi di Hulu Bendungan Kalola dan Salomekko

No Nama Kelompok Tani Nama Ketua Tahun bentuk


5 Banga II Beddu Latif -
6 Rijang Laleng Ahmad Saleh -
7 Bulu PareE La Tanjeng -
8 Bulu PareE Bakri G -
9 Rahmat Pasawe 2009
10 Sinar Gading Basri S 2003
11 Banga I Jamal 2008
12 Mandiri Jamaluddin 2008
13 Sipammase-mase Mustamin -
14 Lagading II Baso Singke 2014
15 Bukkanyuara Larapi 2008
16 Lagading I H Launggu 2000
17 Mallolongeng Mustari 2009
18 Banga II Nurdin 2008
Sumber : Data BP3K Kecamatan Pitu Riase 2016

Menurut hasil wawancara, Kelompok tani di Desa Lagading pada dasarnya adalah
organisasi non formal diperdesaan yang ditumbuh kembangkan dari oleh dan untuk petani.
Terkait dengan pengelolaan dari daerah sabuk hijau di Desa Lagading, telah dilakukan
kegiatan kegiatan pengelolaan

2. Desa Sogi
Berdasarkan hasil survei, diketahui bahwa terdapat beberapa lembaga yang memiliki
peranan bagi masyarakat Desa Sogi. Kelembagaan memiliki pengaruh bagi masyarakat
ialah lembaga pemerintah, dan organisasi keagamaan. Organisasi keagamaan yang
terdapat ialah pengajian, Lembaga lain yang memiliki hubungan dengan masyarakat Desa
Sogi adalah BPK, Kelompok Tani, LSM, PKK dan Karang Taruna. Kelompok Tani dianggap
memiliki peranan penting dikarenakan masyarakat mayoritas memiliki pekerjaan sebagai
petani

PT. WAHANA ADYA


II - 36
Laporan Evaluasi Sosial dan Ekonomi
Studi Rencana Induk Konservasi di Hulu Bendungan Kalola dan Salomekko

Gambar 2.36. Bagan Kelembagaan Desa Sogi


Sumber : Hasil Survey 2018

Pada tahun 2006, Sebanyak 16.500 bibit pohon jati ditanam di desa sogi, Kecamatan
Maniangpajo. Lahan penanaman yang disiapkan seluas 110 Ha. Hal Ini merupakan upaya
Dinas kehutanan dan perkebunan Kabupaten Wajo dalam pembuatan tanaman hutan takyat
dalam rangka perlindungan cacthment area/green belt. Kegagalan dan keberhasilan
tanaman pohon itu, merupakan tanggungjawab kelompok tani yang dipercayakan. Kegiatan
tersebut telah dikerjasamakan dengan tiga kelompok tani di Desa Sogi dan Desa
Minangatellue, Kecamatan Maniangpajo. Yakni Kelompok Tani Pammase Puang, Kelompok
Tani Massiture'E.
Berdasarkan data tersebut, dapat diartikan bahwa kelembagaan desa Sogi telah
terlibat atau berperan dalam mendorong kegiatan pengelolaan DAS. Kelompok tani tersebut
dapat menjadi salah satu lembaga masyarakat penghubung antara LSM/stakeholder terkait
terhadap masyarakat dalam kegiatan kegiatan konservasi bendungan Kalola.

3. Desa Minangatellue
Berdasarkan data yang diperoleh pada RPJMD Desa Minangatellue terdapat lembaga
lembaga yang memiliki pengaruh bagi masyakat Desa, adapun pihak yang paling besar
memberi pengaruh bagi masyarakat ialah pemerintah Desa/dusun. Kelembagaan

PT. WAHANA ADYA


II - 36
Laporan Evaluasi Sosial dan Ekonomi
Studi Rencana Induk Konservasi di Hulu Bendungan Kalola dan Salomekko

kelembagaan yang memiliki hubungan di masyarakat Desa Minangatellue ialah sebagai


berikut :
a. LPMD
b. BPD
c. Pemdes
d. PKK
e. Kelompok agama
f. Kelompok tani
g. Karang taruna

Gambar 2.37. Bagan Kelembagaan Desa Minangatellue


Sumber : Hasil Survey 2018

Dari gambar di atas dapat dilihat hubungan antar lembaga yang ada di Desa
Minangatellue. Selain itu, dari Diagram Venn dapat dilihat besar pengaruh lembaga-lembaga
tersebut terhadap masyarakat Desa Minangatellue

4. Desa Abbanuange
Berdasarkan data yang diperoleh pada RPJMD Desa Abbanuange terdapat lembaga
lembaga yang memiliki pengaruh bagi masyakat Desa, adapun pihak yang paling besar

PT. WAHANA ADYA


II - 36
Laporan Evaluasi Sosial dan Ekonomi
Studi Rencana Induk Konservasi di Hulu Bendungan Kalola dan Salomekko

memberi pengaruh bagi masyarakat ialah pemerintah Desa/dusun. Kelembagaan


kelembagaan yang memiliki hubungan di masyarakat Desa Abbanuange ialah sebagai
berikut :
a. LPMD
b. BPD
c. Pemdes
d. PKK
e. Kelompok agama
f. Kelompok tani
g. Masjelis taklim
h. Karang taruna
i. KUD abbanuange

Gambar 2.38. Bagan Kelembagaan Desa Abbanuange


Sumber : Hasil Survey 2018

Berdasarkan RPJMD Desa Abbanuange, lembaga yang memiliki peranan paling besar
ialah Lembaga pemeritahan Desa. Adapun BPD dan LPMD memiliki keterkaitan terhadap
pemerintah Desa. Selain itu lembaga yang memiliki pengaruh ialah kelompok tani. Terdapat
16 kelompom tani yang terdapat di Desa Abbanuange. Dalam dokumen RPJMD dijelaskan
hubungan antar personal dan hubungan antar lembaga berjalan begitu baik dan harmonis.
Setiap lembaga desa menjalankan tugas dan fungsinya masing masing. Kepala Desa
menjalankan fungsi pengawasan terhadap jalannya roda pemerintahan. Demikian juga

PT. WAHANA ADYA


II - 36
Laporan Evaluasi Sosial dan Ekonomi
Studi Rencana Induk Konservasi di Hulu Bendungan Kalola dan Salomekko

dengan LPMD menjalankan menjalankan fungsi sebagai lembaga pemberdayaan. Ketiga


lembaga ini berjalan bersama sama seiring sejalan dalam mengarungi bahtera
pemerintahan. Setiap kegiatan kelembagaan Desa Abbanuange dilaporkan kepada
masyarakat pada forum musyawarah ataupun melalui media yang tersedia seperti papan
informasi dan diumumkan melalui masjid. Belum pernah terdapat kegiatan pengelolaan
seperti kegiatan penghijuan di daerah aliran sungai di Desa Abbanuange baik yang berasal
dari pemerintah ataupun masyarakat. Kondisi tersebut perlu untuk diperhatikan kedepannya
dalah satunya dengan melibatkan kegiatan kegiatan kelembagaan Desa Abbanuange.
Analisis SWOT merupakan salah satu teknik analisis dalam yang digunakan dalam
menginterpretasikan wilayah Perencanaan dimana faktor eksternal dan internal yang ada di
masing masing aspek memegang peran yang sama pentingnya.
1. S (Strength/kekuatan)
Suatu keadaan atau kondisi yang ada/dimiliki di wilayah perencanaan yang
dianggap/ merupakan hal yang sudah baik.
2. W (Weakness/kelemahan/masalah)
Suatu keadaan atau kondisi yang ada dan di wilayah perencanaan dan dianggap
memiliki kelemahan atau masalah
3. O (Opportunity/kesempatan/peluang)
Suatu keadaan atau kondisi yang ada atau yang akan terjadi di dalam/sekitar
wilayah perencanaan yang dianggap berpeluang untuk digunakan bagi
pengembangan potensi.
4. T (Threat/ancaman/hambatan)
Suatu keadaan/kondisi yang ada atau yang akan terjadi di dalam/sekitar wilayah
perencanaan yang dianggap dapat menghambat/mengancam pengembangan
potensi.
Analisis SWOT digunakan untuk dapat menetapkan tujuan secara lebih realistis dan
efisien dan efektif, strategi tersebut disusun denganprinsipnya ialah memanfaatkan kekuatan
dan kesempatan yang ada secara terbuka yang dapat mengatasi ancaman Langkah
Langkah yang diperlukan di dalam analisis SWOT ialah sebagai berikut.
 Memanfaatkan data dan informasi tentang potensi dan masalah yang terdapat pada
pemetaan potensi dan masalah, juga sesuai dengan lokasi dan sektor.
 Menentukan kesempatan dan hambatan dari potensi dan masalah tersebut.
 Memasukan ke dalam matriks Melihat keterkaitan unsur-unsur dalam matriks
Setelah diketahui Indikator faktor internal dan ekternal dari sektor yang terdapat di
Wilayah Perencanaan. Terdapat beberapa alternatif penggunaan yang didasarkan dari
kombinasi masing-masing aspek sebagai berikut:

PT. WAHANA ADYA


II - 36
Laporan Evaluasi Sosial dan Ekonomi
Studi Rencana Induk Konservasi di Hulu Bendungan Kalola dan Salomekko

 SO (Strength-Opportunity)
Yaitu strategi dengan memanfaatkan kekuatan (S) secara maksimal untuk meraih
peluang (O) sehingga potensi wilayah dapat semakin baik.
 ST (Strength-Threat)
Yaitu memanfaatkan kekuatan (S) secara maksimal untuk mengantisipasi atau
menghadapi ancaman (T) dan berusaha maksimal menjadikan ancaman sebagai
peluang di Wilayah Perencanaan
 WO (Weakness-Opportunity)
Yaitu strategi meminimalkan kelemahan (W) untuk meraih peluang (O) untuk
menjadikan Wilayah Perencanaan lebih baik.
 WT (Weakness-Threat)
Yaitu strategi meminimalkan kelemahan (W) untuk menghindari secara lebih baik
dari ancaman (T).

PT. WAHANA ADYA


II - 36
Laporan Sosial Ekonomi
Studi Rencana Induk Konservasi di Hulu Bendungan Kalola dan Salomekko
Tabel 2.7. Faktor internal dan Eksternal Bendungan Kalola
Faktor Internal Faktor Eksternal
N
Aspek Weaknesses
o Strengths (kekuatan) Opportunity (peluang) Threat (ancaman)
(kelemahan)
1 Sosial  Nilai tekanan penduduk  Rendahnya tingkat  Pada tahun 2006, Sebanyak  Apabila perilaku
terhadap lahan di masing keberhasilan RLKT yang 16.500 bibit pohon jati ditanam di sosial masyarakat
masing desa tidak lebih selama ini terjadi, desa sogi, Kecamatan petani di Desa
dari nilai 1 sehingga disebabkan antara lain Maniangpajo. Lahan penanaman Desa Hulu
dapat diartikan belum kurangnya partisipasi yang disiapkan seluas +-110 Ha. bendungan Kalola
terdapat exploitasi lahan masyarakat Hal Ini merupakan upaya Dinas tetap
(Hasil analisis (Penelitian/kajian kehutanan dan perkebunan memanfaatkan
sosial,2018) terkait,2018) Kabupaten Wajo dalam areal sabuk hijau
 Tingginya kepedulian  Belum terdapat kegiatan pembuatan tanaman hutan takyat untuk pertanian
masyarakat empat desa penyusunan rencana dalam rangka perlindungan maka dapat
terhadap lingkungan Rehabilitasi lahan dan cacthment area/green belt (Data memperpendek
dengan kegiatan konversi tanah (RLKT) di hasil wawancara,2018) usia dari
memanen air seperti area sabuk hijau bendungan Kalola
membuat embung bendungan Kalola (hasil ( Hasil
lapangan. (Hasil survey, wawancara,2018) wawancara,2018
2018)  Berdasarkan analisis )
yang dilakukan, terlihat 
bahwa terdapat
kecenderungan konversi
tutupan lahan untuk
fungsi lindung maupun
fungsi pemanfaatan
terbatas berubah menjadi
areal pertanian, Adanya
lahan pertanian di area
green belt (sabuk hijau)
bendungan kalola seluas
+- 260 ha .
Apabila kondisi ini terus
dibiarkan, maka
permasalahan yang

PT. WAHANA ADYA


II - 38

II - 38
Laporan Sosial Ekonomi
Studi Rencana Induk Konservasi di Hulu Bendungan Kalola dan Salomekko
Faktor Internal Faktor Eksternal
N
Aspek Weaknesses
o Strengths (kekuatan) Opportunity (peluang) Threat (ancaman)
(kelemahan)
kemudian muncul adalah
potensi kerusakan DAS
Bendungan Kalola
menjadi semakin besar,
yang pada dapat
mengganggu
keseimbangan fungsi
hidrologis dan serta
potensial mengganggu
kinerja bendungan akibat
potensi sedimen yang
tinggi (Data Bendungan
Kalola,2018)
2 Ekonomi  Adanya sektor sektor  Terdapat masyarakat  Adanya peluang program  Adanya Dampak
unggulan yang memiliki petani yang memiliki pembagian bibit jambu mete dan dari perubahan
nilai lebih dari1 atau pendapatan perkapita di pemberdayaan masyarakat untuk iklim global
diartikan mempunyai bawah garis kemiskinan daerah di Kabupaten Wajo pada terhadap kondisi
pengaruh yang signifikan (hasil analisis tingkat tahun 2018 dalam upaya untuk DAS yaitu
terhadap pertumbuhan pendapatan, 2018) mengoptimalkan produktivitas perubahan iklim
ekonomi daerah yang  Masyarakat memiliki jambu mete di kabupaten Wajo dan kondisi curah
pada akhirnya dapat sertifikat tanah di daerah (Hasil wawancara Dinas hujan, hal tersebut
meningkatkan hulu sehingga perlu Perkebunan Kab Wajo,2018) tentu akan
pendapatan daerah adanya kerja sama pihak  Adanya potensi pengembangan mempengaruhi
secara optimal. Adapun pemerintah daerah, wisata di sekitar Bendungan hasil pertanian
hasil sektor unggulan di pemerintah pusat dan Kalola (Hasil observasi,2018) atau perkebunan
Kabuapaten Wajo dan perangkat desa jika ingin hal tersebut juga didukung sehingga memberi
Sidrap ialah : padi sawah, melakukan konservasi di RTRW Kabupaten Wajo tahun dampak pada
kedelai, kacang hijau, daerah hulu (hasil 2012-2032, pada pasal 38 perekonomian
durian, pisang, papaya, analisis PKM, 2018) disebutkan bahwa Kawasan (hasil
nagka, kelapa dalam, bendungan Kalola sebagai penelitian/kajian
kelapa hybrid, cengkeh, Kawasan peruntukan pariwisata terkait,2018)
kakao, jambu mete dan buatan

PT. WAHANA ADYA


II - 38

II - 38
Laporan Sosial Ekonomi
Studi Rencana Induk Konservasi di Hulu Bendungan Kalola dan Salomekko
Faktor Internal Faktor Eksternal
N
Aspek Weaknesses
o Strengths (kekuatan) Opportunity (peluang) Threat (ancaman)
(kelemahan)
lada (hasil analisis
LQ,2018)
 Bendungan Kalola dapat
dimanfaatkan untuk
perternakan/perdagangan
ikan air tawar diantaranya
mujair dan mas yang rata-
rata hasilnya mencapai
25-50 ton per tahunnya
serta ikan gabus yang
mencapai 10 ton
pertahunnya (hasil
wawancara,2018)
3 Kelembag  Adanya kelembagaan  Masih kurangnya  Telah Terdapat minimal 13  Permasalahan
aan kelompok tani sebagai partisipasi masyarakat komunitas peduli lingkungan sulitnya koordinasi
kelembagaan yang dalam kegiatan kegiatan (LSM/NGO) di Sulawesi Selatan. antara pemerintah
memilki pengaruh besar kelembagaan LSM memiliki fungsi Ikut pusat-daerah
di Desa Sogi,  Belum adanya kegiatan melaksanakan, mengawasi, (hasil
minangatellue, dan anggaran untuk memotivasi dan merancang penelitian/kajian
abbanuange dan lagading organisasi kelembagaan. proses dan hasil pembangunan terkait,2018)
(hasil analisis (hasil PKM,2018) secara berkesinambungan (hasil
kelembagaan,2018)  Belum terdapat lembaga penelitian/kajian terkait,2018)
yang terkait dengan
pengelolaan lingkungan di
masing masing desa
(data survei,2018)
 Pernah terdapat Forum
Komunitas Waduk
Bendungan Kalola di
Desa Sogi, kemudian
komunitas tersebut

PT. WAHANA ADYA


II - 38

II - 38
Laporan Sosial Ekonomi
Studi Rencana Induk Konservasi di Hulu Bendungan Kalola dan Salomekko
Faktor Internal Faktor Eksternal
N
Aspek Weaknesses
o Strengths (kekuatan) Opportunity (peluang) Threat (ancaman)
(kelemahan)
mengadakan penanaman
bibit mangga, namun
kurang berhasil dan forum
komunitas tidak berlanjut
(Data wawancara Desa
Sogi,2018)
 Masih belum terdapat
singkronisasi antara
RPJMD Kabupaten
terhadap RPJM Desa
yaitu belum terdapat
turunan program terkait
dengan lingkungan Hidup
(DAS) di dalam
perencanaan Desa Sogi,
Minangatellue dan
Abbanuange (Hasil
analisis
kelembagaan,2018)

PT. WAHANA ADYA


II - 38

II - 38
Laporan Sosial Ekonomi
Studi Rencana Induk Konservasi di Hulu Bendungan Kalola dan Salomekko

Tabel 2.8. Analisis SWOT untuk Bendungan Kalola

II - 50

PT. WAHANA ADYA


II - 50
Laporan Sosial Ekonomi
Studi Rencana Induk Konservasi di Hulu Bendungan Kalola dan Salomekko

INTERNAL
Strength Weakness
• Nilai tekanan penduduk terhadap • Belum terdapat
lahan di masing masing desa tidak kegiatan penyusunan
lebih dari nilai 1 RLKT
• Adanya sektor sektor unggulan yang • Adanya lahan pertanian
memiliki nilai lebih dari1 atau di area green belt
diartikan mempunyai pengaruh yang (sabuk hijau)
signifikan terhadap pertumbuhan bendungan kalola

SW
ekonomi daerah seluas +- 260 ha
• Bendungan Kalola dapat • Terdapat masyarakat
dimanfaatkan untuk petani yang memiliki
perternakan/perdagangan ikan air pendapatan perkapita
tawar di bawah garis
• Adanya kelembagaan kelompok tani kemiskinan
sebagai kelembagaan yang memilki • Belum terdapat
pengaruh besar lembaga yang terkait
• Tingginya kepedulian masyarakat dengan pengelolaan
terhadap lingkungan lingkungan
• Pernah terdapat Forum
Komunitas Waduk
Bendungan Kalola di
Desa Sogi, kemudian
komunitas tersebut

OT
mengadakan
penanaman bibit
mangga, namun kurang
berhasil dan forum
komunitas tidak
berlanjut
• Masih belum terdapat
singkronisasi antara
RPJMD Kabupaten
terhadap RPJM Desa
• STRATEGI S-O STRATEGI W-O
Opportunity

Terdapat upaya Dinas kehutanan dan


EXTERNAL

perkebunan Kabupaten Wajo dalam • Optimalisasi peran serta • meningkatkan


pembuatan tanaman hutan takyat dalam
Komunitas peduli kepedulian masyarakat
rangka perlindungan cacthment area/green
lingkungan melalui terhadap lingkungan
belt
kelompok tani sebagai dengan dilakukannya
• Adanya peluang program pembagian bibit
kelembagaan yang sosialisasi atau
jambu mete dan pemberdayaan masyarakat memiliki pegaruh besar di penyuluhan terhadap
untuk daerah di Kabupaten Wajo pada desa untuk meningkatkan masyarakat oleh dinas
tahun 2018 peran serta kesadaraan ataupun lembaga terkait
• Adanya potensi pengembangan wisata di masyarakat (melalui di bendungan kalola
sekitar Bendungan Kalola sosialiasi/pelatihan) dalam • alih fungsi lahan area
• Telah Terdapat minimal 13 komunitas peduli memanfaatkan daerah green belt yang selama
lingkungan (LSM/NGO) di Sulawesi aliran sungai/Sabuk hijau ini digunakan sebagai
Selatan. untuk kegiatan lahan pertanian untuk
berkelanjutan (penanaman menjadi lahan tanaman II - 50
tanaman keras) atau tumbuhan untuk
• masyarakat yang bertani mengurangi daya rusak
di area sabuk hijau dapat air terhadap tanah. Hal
menjadi sebagai tersebut untuk
penerima/pengelola bibit menghindari ancaman
bibit jambu mete dari sedimentasi pada
pemerintah dan menanam daerah hilir bendungan
bibit tersebut di area dan kehilangan tanah
lahan yang selama ini oleh erosi.
dipergunakan untuk • Membentuk lembaga
bertani. Perlu juga terkait pengelolaan DAS
dilakukan sosialisasi atau bendungan Kalola/
terlebih dahulu dan menghidupkan kembali
pendampingan agar Forum Komunitas Waduk
terbentuk kondisi yang Bendungan Kalola yang
berkelanjutan sebelumnya telah
• memaksimalkan potensi terbentuk
pengembangan wisata
bendungan kalola dengan
sebagai bentuk lokasi
wisata kuliner/hiburan

PT. WAHANA ADYA


II - 50
Laporan Sosial Ekonomi
Studi Rencana Induk Konservasi di Hulu Bendungan Kalola dan Salomekko

INTERNAL
Strength Weakness
• Nilai tekanan penduduk terhadap • Belum terdapat
lahan di masing masing desa tidak kegiatan penyusunan
lebih dari nilai 1 RLKT
• Adanya sektor sektor unggulan yang • Adanya lahan pertanian
memiliki nilai lebih dari1 atau di area green belt
diartikan mempunyai pengaruh yang (sabuk hijau)
signifikan terhadap pertumbuhan bendungan kalola

SW
ekonomi daerah seluas +- 260 ha
• Bendungan Kalola dapat • Terdapat masyarakat
dimanfaatkan untuk petani yang memiliki
perternakan/perdagangan ikan air pendapatan perkapita
tawar di bawah garis
• Adanya kelembagaan kelompok tani kemiskinan
sebagai kelembagaan yang memilki • Belum terdapat
pengaruh besar lembaga yang terkait
• Tingginya kepedulian masyarakat dengan pengelolaan
terhadap lingkungan lingkungan
• Pernah terdapat Forum
Komunitas Waduk
Bendungan Kalola di
Desa Sogi, kemudian
komunitas tersebut

OT
mengadakan
penanaman bibit
mangga, namun kurang
berhasil dan forum
komunitas tidak
berlanjut
• Masih belum terdapat
singkronisasi antara
RPJMD Kabupaten
terhadap RPJM Desa
• STRATEGI S-T STRATEGI W-T
Threat

Apabila perilaku sosial masyarakat petani di


Desa Desa Hulu bendungan Kalola tetap • Memanfaatkan • Mengatur singkronisasi
memanfaatkan areal sabuk hijau untuk
kelembagaan kelompok program baik rencana
pertanian maka dapat memperpendek usia
tani untuk pada tingkat provinsi ke
dari bendungan Kalola
mensosialisasikan terkait tingkat kabupaten dan
• Adanya Dampak dari perubahan iklim global
pentingnya pengelolaan kemudian tingkat desa
terhadap kondisi DAS lingkungan sehingga melalui musrenbang di
• Permasalahan sulitnya koordinasi antara dapat mengurangi kecamatan
pemerintah pusat-daerah perilaku masyarakat • Membentuk aturan
dalam memanfaatkan seperti peraturan daerah
areal sabuk hijau untuk terkait DAS atau
pertanian maka dapat bendungan kalola dan
memperpendek usia dari memberikan/menerapka
bendungan Kalola n insentif dan disinsentif
kepada masyarakat II - 50
Desa Hulu Bendungan
Kalola
Sumber : Hasil Analisis 2018

2.6 Pertemuan Konsultasi Masyarakat (PKM)


Kegiatan pertemuan konsultasi masyarakat dilakukan untuk mendapatkan masukan
dan saran dari masyarakat maupun instansi terkait. Kegiatan pertemuan konsultasi
masyarakat dilakukan sebanyak 2 kali dengan tahapan sebagai berikut:
1. Kegiatan PKM 1 memiliki tujuan:
 Melakukan sosialisasi bahwa terdapat kegiatan rencana induk konservasi di
hulu waduk Kalola.

PT. WAHANA ADYA


II - 50
Laporan Sosial Ekonomi
Studi Rencana Induk Konservasi di Hulu Bendungan Kalola dan Salomekko

 Memberikan wawasan kepada masyarakat mengenai kegiatan konservasi


sesuai peraturan menteri PUPR mengenai bendungan.
2. Kegiatan PKM 2 memiliki tujuan:
 Melakukan sosialisasi rencana kegiatan konservasi yang akan dilaksanakan
Mendapatkan tanggapan kegiatan tersebut dari instansi terkait.

2.6.0 Pertemuan Konsultasi Masyarakat (PKM) 1


PKM 1 di Bendungan Kalola dilakukan pada hari Kamis tanggal 31 Mei 2018 di Ruang
Pengelola Waduk Kalola. Berdasarkan informasi dan diskusi yang telah dilakukan dapat
disimpulkan beberapa hal, yaitu:
1. Kegiatan DOISP memiliki tujuan yang baik, sebagaimana yang telah berjalan pada
DOISP I. Namun pelaksanaannya perlu dievaluasi, karena masyarakat kesulitan
untuk melanjutkan program tersebut. Sehingga perlu pendampingan. Kegiatan yang
telah dilakukan adalah pembagian bibit mangga dan beberapa tandon memanen
hujan.
2. Perlu ada kejelasan status daerah greenbelt. Karena daerah greenbelt ataupun
sempadan banyak dimanfaatkan oleh masyarakat. Karena memang tanah milik
masyarakat. Apabila memang tidak boleh digunakan perlu dilakukan pembebasan
lahan. Pada saat konstruksi Waduk Kalola hanya melakukan pembebabasan lahan
pada area genangan.
3. Dimensi sungai semakin kecil, hal tersebut merupakan salah satu indikasi terjadinya
sedimentasi. Dimensi yang semakin mengecil terletak di anak-anak sungai Kampiso
(daerah hulu).
4. Saat musim kemarau masyarakat menggunakan air sungai untuk mandi dan cuci.
5. Masyarakat juga membuang sampah di sungai.
6. Masyarakat berharap ada timbal balik apabila melakukan konservasi di hulu waduk. II - 50
Masyarakat berharap ada pembangunan check dam yang bermanfaat untuk
masyarakat.
Menanggapi uraian di atas maka konsultan melakukan usulan tindak lanjut yang akan
dijabarkan pada PKM 2. Beberapa usulan yang disampaikan dan akan dituangkan pada
matriks rencana konservasi adalah:
1. Perlu adanya revitalisasi KPSA yang telah berjalan. Dengan adanya revitalisasi
diharapkan kelompok tersebut dapat berjalan kembali.
2. Akan diusulkan kegiatan pemetaan greenbelt untuk mengetahui status kepemilikan
lahan. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan data yang valid mengenai status lahan.
Selain itu perlu studi lanjutan berupa kajian zonasi pemanfaatan waduk.

PT. WAHANA ADYA


II - 50
Laporan Sosial Ekonomi
Studi Rencana Induk Konservasi di Hulu Bendungan Kalola dan Salomekko

3. Dimensi sungai perlu dijaga. Salah satunya dengan membangun perkuatan lereng.
4. Perlu ada pemantauan kualitas air secara berkala untuk mengetahui kondisi air di
waduk. Sehingga dapat diketahui efek dari masyarakat yang mandi dan cuci serta
pembuang sampah di sungai-sungai pada hulu waduk.
5. Diusulkan adanya pembangunan MCK terpadu sehingga masyarakat tidak mandi
dan cuci di sungai.

2.6.0 Pertemuan Konsultasi Masyarakat (PKM) 2


PKM 2 di Bendungan Kalola dilakukan pada hari Selasa tanggal 28 Agustus 2018 di
Ruang Pengelola Waduk Kalola. Berdasarkan informasi dan diskusi yang telah dilakukan
dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu:
1. Masyarakat dan instansi terkait pada umumnya mendukung kegiatan konservasi
ini. Karena memberikan manfaat pada seluruh masyarakat di sekitar waduk.
2. Masyarakat di tataran desa berharap ada kegiatan sosialisasi secara kontinu di
lokasi kepada masyarakat setempat. Karena masyarakat di setiap desa tidak
semua memahami aturan mengenai sempadan waduk atau greenbelt.
3. Menurut informasi dari Kepala Desa dan Pemuka Masyarakat, penduduk di sekitar
greenbelt menyatakan masih memiliki sertifikat kepemilikan. Sehingga masyarakat
tetap beraktifitas di area greenbelt.
4. Masyarakat yang beraktifitas di area greenbelt tidak memiliki lahan lain untuk
keperluan ekonomi. Sehingga salah satu alternatifnya dilakukan zonasi
pemanfaatan area greenbelt.
5. KPSA tidak berjalan karena tidak ada program dan anggaran. Sehingga perlu
dukungan dari pemerintah untuk kedua hal tersebut.
6. Diperlukan kegiatan OP checkdam yang telah dibangun dan akan dibangun.
II - 50
Kegiatan OP meliputi pengerukan dan rehab.
7. Diperlukan studi khusus yang membehas Kajian Penetapan Sempadan Waduk.
Menanggapi uraian di atas maka konsultan melakukan perbaikan yang akan
dituangkan pada matriks rencana konservasi adalah. Berikut ini adalah uraiannya
1. Tujuan revitalisasi KPSA adalah untuk menunjang kegiatan sosialisasi di tataran
masyarakat desa. Dengan adanya KPSA yang telah aktif dapat membantu
pemerintah untuk sosialisasi aturan-aturan ataupun kegiatan-kegiatan yang
berkaitan dengan konservasi waduk.
2. Akan ada studi mengenai greenbelt Waduk Kalola. Pada kegiatan ini akan
dilakukan kegiatan identifikasi kepemilikan lahan.

PT. WAHANA ADYA


II - 50
Laporan Sosial Ekonomi
Studi Rencana Induk Konservasi di Hulu Bendungan Kalola dan Salomekko

3. Perlu dilakukan kajian Zonasi Pemanfaatan Waduk dan Sempadan Waduk


sekaligus Kajian Sempadan Waduk.
Diusulkan kegiatan OP checkdam. Untuk menunjang kegiatan OP checkdam perlu
dibangun jalan akses. Masyarakat telah menyetujui untuk lahannya digunakan sebagai jalan
akses.

2.7 Rekomendasi Konservasi


Berdasarkan kajian teknis dan kondisi sosial kemasyarakatan, serta hasil dari
Pertemuan Konsultasi Masyarakat (PKM) di Bendungan Kalola, maka rekomendasi-
rekomendasi kegiatan pemberdayaan di Area Hulu Bendungan sebagai berikut, dijabarkan
pada Tabel 2.9

II - 50

PT. WAHANA ADYA


II - 50
Tabel 2.9. Matriks Kegiatan Konservasi di Hulu Bendungan Kalola

Kondisi/
Rencana
No Strategi Tujuan Permasalahan Program Sasaran/Lokasi Penanggungjawab
Kegiatan
Saat Ini
1 Perlindungan KPSA Bumi
& Pelestarian Abbanuangnge
Waduk Lestari di Desa
Belum Abbanuangnge ;
optimalnya KPSA Bumi
BBWS Pompengan
peran Minnangatellue
Mengaktifkan Jeneberang ;
masyarakat Revitalisasi Berdaya di
Terjaganya kepengurusan Pemerintah Desa
setempat. KPSA di area Desa
kelestarian hulu KPSA dan Setempat ;
Kelompok Hulu Waduk Minnangatellue ;
waduk menyusun Pengurus KPSA
Pelestari Kalola KPSA Bumi
program kerja lama ; Kelompok
Sumber Air yang Sogi Sejahtera
Masyarakat
ada tidak di Desa Sogi ; 4.
berjalan KPSA Bumi
Lagading Hijau
di Desa
Lagading
Terjaganya Banyaknya Reboisasi Penanaman Desa Lagading ; Dinas Perkebunan ;
kelestarian hulu masyarakat Tanaman Desa Dinas Pertanian ;
waduk yang membuka Tahunan. Minangatelue; Dinas PSDA
lahan untuk Desa Sogi; Kabupaten Sidrap
pertanian di Desa & Wajo ;
area hulu waduk Abbanuangge Pemerintah
Kecamatan
Maniangpajo dan
Kecamatan
Pituriase ;
Pemerintah Desa ;
Pemilik Lahan
Masyarakat
menggunakan
lahan tidak
Desa Lagading, Bappeda ;
sesuai dengan
Pemantauan Penegakan Desa Pemerintah
Terjaganya peruntukkannya.
dan aturan Abbanuange, Kabupaten ;
kelestarian hulu Sebagai contoh
pengawasan penggunaan Desa Kecamatan ;
waduk adanya
hulu waduk lahan Minangatalue, Pengelola Waduk
pembukaan
Desa Sogi Kalola
lahan pertanian
di area
genangan
Sosialisasi
Masyarakat
Menjaga fungsi masyarakat di
belum BBWS Pompengan
tampungan hulu waduk
memahami efek Jeneberang ; Dinas
waduk sesuai mengenai Sosialisasi Desa Lagading
negatif dari Perikanan ; Dinas
dengan dampak
perikanan Lingkungan Hidup
peruntukannya perikanan pada
(sistem KJT)
waduk
Pembangunan
BBWS Pompengan
Terjaganya pengendali
Jeneberang ;
fungsi waduk sedimen Pembuatan
Area Greenbelt Pemerintah Desa ;
(sedimentasi secara bioengineering
KPSA ; Kelompok
waduk kecil) vegetatif di
Masyarakat
area greenbelt
Sedimentasi
4 lokasi di Desa
Waduk Kalola (5
Lagading ; 8
mm/tahun)
Pembangunan lokasi di Desa
diatas rencana
bangunan Pembuatan Minangatelue ; BBWS Pompengan
(2 mm/tahun)
Menjaga usia pengendali check dam 4 lokasi di Desa Jeneberang
guna waduk sedimen Abbanuangge ;
1 lokasi di Desa
Sogi
Rehab Check BBWS Pompengan
OP checkdam Kampiso 1
Dam Jeneberang
Pembangunan
jalan akses
untuk roda 4
agar Kampiso 1; BBWS Pompengan
masyarakat Kampiso 2; Jeneberang ;
dapat Kampiso 3; Masyarakat
melakukan Kampiso 4 setempat
galian C pada
check dam
eksisting
Agar tidak
Masyarakat
terjadi Adanya Desa Lagading,
didorong untuk
perubahan tata masyarakat Desa
mengurangi
guna lahan yang Penanaman Abbanuange, Dinas Pertanian ;
kegiatan di
yang menggunakan Hidroponik Desa KPSA
hulu waduk
mempengaruhi sistem ladang Minangatalue,
yang merusak
sedimentasi berpindah Desa Sogi
waduk.
waduk
Pengolahan Mencegah/ Dinas Pertanian ;
Pengaturan Pembuatan Desa
tanah berbasis mengurangi Dinas Kehutanan ;
penataan lahan teras Minangatelue
konservasi sedimentasi KPSA
Pengembangan
Kawasan hutan
sebagai
Greenbelt serta Mencegah/ Penanaman Dinas Pertanian ;
Penerapan
menjaga mengurangi pohon di area Area Greenbelt Dinas Kehutanan ;
Agroforesty
ekosistem sedimentasi green belt KPSA
sekitar
kawasan
bendungan
Penyusunan
dan sosialisasi
peraturan
daerah tentang
sempadan
sungai dan
mata air.
Mengusulkan
kepada Menteri
Masyarakat Studi Zonasi
yang
Penetapan masih Pemanfaatan
berwenang Area Hulu BBWS Pompengan
batas area beraktifitas di Waduk dan
untuk Waduk Jeneberang
greenbelt dalam garis Sempadan
merehabilitasi
greenbelt Waduk
lahan hutan
dan di luar
hutan kritis
untuk
merehabilitasi
dengan
vegetatif
maupun
agronomis
Pengarsipan Banyak Pendataan Studi LARAP Area Greenbelt BBWS Pompengan
kembali surat masyarakat ulang area greenbelt Jeneberang
tanah menyatakan kepemilikan Waduk Kalola
masih memiliki lahan di area
surat sah atas greenbelt
kepemilikan
tanah di area
hulu waduk
serta greenbelt
Peningkatan
produksi,
produktivitas
Program Budidaya Keempat desa,
dan mutu Dinas Perikanan ;
pengembangan komoditas ikan dan instansi
sektor Dinas Lingkungan
komoditas ikan mas dan ikan terkait
perikanan di Hidup
tawar gabus bendungan
area Peningkatan
bendungan pendapatan
kalola masyarakat
Program
pengadaan Dinas Pariwisata,
Peningkatan Keempat desa
fasilitas Pengembangan Pemerintah
nilai guna dari dan instansi
pendukung wisata air Kecamatan;
waduk terkait
kegiatan wisata Pemerintah Desa
bendungan
Peningkatan Program
produksi, pengembangan
produktivitas komoditas Penanaman
dan mutu (contoh pohon jambu
tanaman tanaman jambu mete di area Keempat desa,
Peningkatan
tahunan mete) untuk sabuk hijau dan instansi Dinas Pertanian ;
pendapatan
(contoh meningkatan yang terkait Dinas Kehutanan
masyarakat
tanaman jambu hasil dimanfaatkan bendungan
mete) di area masyarakat sebagai lahan
sabuk hijau tani di desa pertanian
bendungan hulu
kalola bendungan
2 Pengawetan Pengawetan air Adanya spillout Pengurangan Pembangunan Desa Lagading, BBWS Pompengan
Air untuk pada pelimpah limpasan sarana tandon Desa Jeneberang ; Dinas
memelihara yang permukaan & untuk air bersih Abbanuange, PSDA Kabupaten
keberadaan menunjukkan pengawetan air di fasilitas Desa Sidrap & Wajo
dan adanya air umum Minangatalue,
Desa Sogi
Dinas PSDA
4 lokasi di Desa Kabupaten Sidrap
Lagading Kec. & Wajo ;
Pembangunan
Pituriase ; 8 Pemerintah
ketersediaan embung
lokasi di Desa Kecamatan
air (swadaya
Minangatelue ; Manangpajo dan
masyarakat)
5 lokasi di Desa Kecamatan
Abbanuangge Pituriase ;
Pemerintah Desa
berlebih saat
BBWS Pompengan
musim hujan
Jeneberang ; Dinas
PSDA Kabupaten
Sidrap & Wajo ;
Terjaganya Area
Pengawetan air Pembangunan Pemerintah
kelestarian hulu pemukiman di
tanah sumur resapan Kecamatan
waduk empat desa
Manangpajo dan
Kecamatan
Pituriase ;
Pemerintah Desa
Pemantauan Pemantauan Dinas Lingkungan
Terjaganya Kondisi air
dan rutin kualitas air Hidup ; Dinas
kualitas air masuk kelas III Waduk Kalola
pengendalian (minimal 6 PSDA Kabupaten
waduk yaitu irigasi
pencemaran air bulan sekali) Sidrap & Wajo
Dinas Lingkungan
Pengelolaan
Hidup ; Dinas
kualitas air & Masyarakat
Desa Lagading, PSDA Kabupaten
3 pengendalian membuang
Pemantauan Pelaksanaan Desa Sidrap & Wajo ;
pencemaran Terjaganya sampah di
dan program 3R & Abbanuange, Pemerintah
air kualitas air sungai dan
pengendalian Pembangunan Desa Kecamatan
waduk mencuci
pencemaran air MCK Umum Minangatalue, Manangpajo dan
pakaian di
Desa Sogi Kecamatan
sungai
Pituriase ;
Pemerintah Desa
Contents
BAB II............................................................................................................................................... 1
BENDUNGAN KALOLA....................................................................................................................1
2.1 Data Teknis............................................................................................................................. 1
2.2 Kondisi Sosial Masyarakat......................................................................................................9
2.3 Analisa Sosial........................................................................................................................ 13
2.3.1 Analisis Kependudukan.........................................................................................................13
2.3.2 Kepedulian Individu............................................................................................................... 14
2.4 Analisa Ekonomi................................................................................................................... 17
2.4.1 Kerangka Teoritis Location Quotient......................................................................................17
2.4.2 Kelebihan dan Keterbatasan Metode (LQ)............................................................................18
2.4.3 Analisis Location Quotient (LQ).............................................................................................18
2.4.4 Jumlah Penduduk dan Tingkat Pendapatan..........................................................................20
2.5 Analisa Kelembagaan........................................................................................................... 28
2.6 Pertemuan Konsultasi Masyarakat (PKM).............................................................................42
2.6.1 Pertemuan Konsultasi Masyarakat (PKM) 1....................................................................43

2.6.2 Pertemuan Konsultasi Masyarakat (PKM) 2....................................................................44

2.7 Rekomendasi Konservasi......................................................................................................45

Gambar 2.1 Peta Administratif Kabupaten Wajo (Lokasi Bendungan Kalola)...........................1

Gambar 2.2 Bendungan Kalola pada WS Walanae Cenranae....................................................2

Gambar 2.3 Peta Catchment Area Bendungan Kalola..................................................................2

Gambar 2.4 Waduk Kalola..................................................................................................................3

Gambar 2.5 Kurva Kapasitas Waduk................................................................................................4

Gambar 2.6 Bendungan Utama.........................................................................................................5

Gambar 2.7 Lereng Bendungan Kalola............................................................................................6

Gambar 2.8 Bangunan Pelimpah......................................................................................................7

Gambar 2.9 Bangunan Outlet Irigasi................................................................................................8

Gambar 2.10 Denah Bendungan Kalola..........................................................................................9

Gambar 2.11. Diskusi dengan Camat Maniangpajo Kabupaten Wajo......................................10


Gambar 2.12. Diskusi dengan penduduk Desa Abbanuangnge Kabupaten Wajo..................10

Gambar 2.13 Diskusi dengan penduduk Desa Sogi Kabupaten Wajo......................................11

Gambar 2.14. Diskusi dengan penduduk Desa Minangatellue Kabupaten Wajo....................11

Gambar 2.15. Diskusi dengan Ketua KPSA Bumi Abbanuangnge............................................12

Gambar 2.16 Diskusi dengan Ketua KPSA Bumi Minnangatellue.............................................12

Gambar 2.17. Diskusi dengan Pengurus KPSA Bumi Sogi Sejahtera......................................13

Gambar 2.18 Diskusi dengan Pengurus KPSA Bumi Lagading Hijau.......................................13

Gambar 2.19.Grafik Kepedulian Lingkungan Desa Lagading....................................................15

Gambar 2.20 Grafik Kepedulian Lingkungan Desa Sogi.............................................................16

Gambar 2.21.Grafik Kepedulian Lingkungan Desa Minangateullue..........................................16

Gambar 2.22.Grafik Kepedulian Lingkungan Desa Minangateullue..........................................17

Gambar 2.23 Grafik Jumlah Penduduk di Desa Lagading..........................................................21

Gambar 2.24 Grafik Jumlah Anggota Keluarga Petani di Desa Lagading................................21

Gambar 2.25. Grafik Pendapatan Keluarga Petani di Desa Lagading......................................22

Gambar 2.26. Jumlah Penduduk di Desa Sogi.............................................................................22

Gambar 2.27. Grafik Jumlah Anggota Keluarga Petani di Desa Sogi.......................................23

Gambar 2.28. Grafik Pendapatan Keluarga Petani di Desa Sogi..............................................24

Gambar 2.29. Jumlah Penduduk di Desa Minangatellue............................................................25

Gambar 2.30 Grafik Jumlah Anggota Keluarga Petani di Desa Minangatellue.......................25

Gambar 2.31 Grafik Pendapatan Keluarga Petani di Desa Minangatellue..............................26

Gambar 2.32. Jumlah Penduduk di Desa Abbanuange..............................................................27

Gambar 2.33. Grafik Jumlah Anggota Keluarga Petani di Desa Abbanuange........................27

Gambar 2.34 Grafik Pendapatan Keluarga Petani di Desa Abbanuange................................28

Gambar 2.35. Bagan Kelembagaan Desa Lagading...................................................................30

Gambar 2.36. Bagan Kelembagaan Desa Sogi............................................................................32


Gambar 2.37. Bagan Kelembagaan Desa Minangatellue...........................................................33

Gambar 2.38. Bagan Kelembagaan Desa Abbanuange.............................................................34

Tabel 2.1 Data Kapasitas Waduk.....................................................................................................3

Tabel 2.2. Nilai Laju Pertumbuhan Penduduk (r)..........................................................................14

Tabel 2.3 Jumlah Responden yang memiliki Lahan Sawah........................................................14

Tabel 2.4. Produksi Pertanian..........................................................................................................19

Tabel 2.5. Nilai LQ..............................................................................................................................20

Tabel 2.6 Nama Kelompok Tani di Desa Lagading.......................................................................31

Tabel 2.7. Faktor internal dan Eksternal Bendungan Kalola.......................................................37

Tabel 2.8. Analisis SWOT untuk Bendungan Kalola....................................................................41

Tabel 2.9. Matriks Kegiatan Konservasi di Hulu Bendungan Kalola.........................................46

Anda mungkin juga menyukai