BAB II
BENDUNGAN KALOLA
Bendungan Kalola
Bendungan
a. Bendungan Utama
Tipe Bendungan : Urugan Tanah dengan Inti Kedap
Elevasi Dasar Pondasi : + 10.30 m
Elevasi Puncak Bendungan : + 45.30 m
Tinggi bendungan utama : 35.00 m
Lebar puncak : 8.00 m
Panjang puncak : 255,3 m
Kemiringan lereng hulu :1:3
Kemiringan lereng hilir : 1 : 2,3
Jenis Batuan pondasi : Sand Stone
b. Bendungan Pelana
Tipe Bendungan : Urugan Tanah dengan Inti Kedap
Elevasi Dasar Pondasi : + 35,30 m
Elevasi Puncak Bendungan : + 45.30 m
Tinggi dari Pondasi Terendah : 10,00 m
Tinggi bendungan utama : + 35.00 m
Lebar puncak : 8.00 m
Panjang puncak : 77 m
Kemiringan lereng hulu :1:3
Kemiringan lereng hilir : 1 : 2,3
Jenis Batuan pondasi : Sand Stone
Bangunan Pengeluaran
a. Bangunan Pemasukan
Muka Air Operasi Maksimum : +43,00 m
Elevasi Ambang Intake : +27,60 m
b. Terowongan Tekan
Bentuk : Lingkaran
Panjang : 86 m
Pintu Intake
Jenis Pintu : Fixed Wheel Gate
Jumlah : 1 buah
Bentang Bersih : 2,3 m
Tinggi Bersih : 2,3 m
Tekanan Rencana : 15,39 m
Pintu Pengatur
Jenis Pintu : Jet Flow Gate
Jumlah : 2 buah
Diameter : 1,65 m
Tekanan Rencana : 17,67 m
Pipa Pesat
Tipe : Steel Condouit
Jumlah Jalur : 1 jalur
Bendungan Kalola membagi sebagian debit airnya dengan sistem irigasi dari
Bendungan Bila yang berada di Kabupaten Sidenreng Rappang. Bendungan Kalola
dimanfaatkan untuk irigasi dan pembangkit listrik minihidro dengan daya 160 Kilowatt.
Bendungan Kalola dibangun pada tanggal 18 Agustus 1992. Bendungan Kalola terletak
di sungai Kalola yaitu sekitar 10 km dihulu pertemuan antara sungai Bila dan sungai Kalola.
Bendungan tersebut dimanfaatkan untuk pengendali banjir, pariwisata, mikrohidro dan
irigasi. Luas Daerah Irigasi 6.013 ha, dengan rincian berikut ini.
1) Suplesi Irigasi Kalosi : 3.417 ha
2) Suplesi Irigasi Anabanua : 2.393 ha
3) Suplesi Irigasi Kalola : 203 ha
1. Desa Lagading
Desa Lagading merupakan salah satu desa yang menjadi hulu Bendungan Kalola.
Berdasarkan hasil survei, diperoleh data bahwa 70% responden sudah melakukan kegiatan
konservasi air yaitu dengan membuat embung lapangan. Hal ini merupakan salah satu
kegiatan memanen air. Banyak terdapat sawah berada di kawasan sabuk hijau (green belt).
2. Desa Sogi
Berdasarkan hasil survei, diperoleh data bahwa 67% responden belum pernah
melakukan kegiatan konservasi tanah dan air pada kawasan daerah aliran sungai. Terdapat
33 % responden yang pernah terlibat dalam kegiatan konservasi yang berupa kegiatan
penanaman 6000 pohon manga yang dilaksanakan oleh DOISP yang dilaksanakan pada
tahun 2013 dan pernah dilakukan pengihijauan di sekitar atau area Bendungan Kalola.
Selain penanaman mangga, pernah dilakukan penanaman bibit rambutan dan durian.
3. Desa Minangateullue
Berdasarkan hasil survei, diperoleh data bahwa 38% responden belum pernah
terlibat dalam kegiatan konservasi area bendungan atau sungai. Sedangkan 62% pernah
terlibat dalam kegiatan konservasi dengan cara membuat embung lapangan. Berdasarkan
wawancara belum terdapat kegiatan kegiatan terkait lingkungan sungai di Desa
Minangatellue dari pemerintah ataupun LSM terkait.
4. Desa Abbanuange
yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah yang pada akhirnya dapat
meningkatkan pendapatan daerah secara optimal.
Dikarenakan minim nya data terkait jumlah pekerja di bidang pertanian pada tingkat
Kecamatan dan Kabupaten, maka kajian ini tidak dapat menghitung dan membandingkan LQ
untuk pekerja pada sektor pertanian dan non sektor pertanian. Kajian ini kemudia
menggunaka metode LQ ini untuk mengidentifikasi sektor unggulan (basis) dalam suatu
daerah. Analisis LQ ini akan menghitung perbandingan sektor potensial atau basis di
Wilayah Kabupaten Sidrap dan Wajo dengan Provinsi Sulawesi Selatan. Rumus dari analisis
LQ adalah sebagai berikut:
E ij /Ej
LQ i
Ein/En
Keterangan :
Eij : Variabel regional sektor i di Wilayah Kabupaten Sidrap dan Wajo
Ej` : Total variabel regional di Wilayah Kabupaten Sidrap dan Wajo
Ein : Variabel regional sektor i di Provinsi Sulawesi Selatan
En : Total variabel regional di Provinsi Sulawesi Selatan
Kriterianya adalah sebagai berikut:
1. Jika nilai LQ1, maka sektor yang bersangkutan kurang terspesialisasi dibanding
sektor yang sama di tingkat daerah tertentu, sehingga bukan merupakan sektor
unggulan.
2. LQ>1, maka sektor yang bersangkutan lebih terspesialisasi dibanding sektor yang
sama di tingkat daerah tertentu, sehingga merupakan sektor unggulan.
3. LQ=1, maka sektor yang bersangkutan memiliki tingkat spesialisasi yang sama
dengan sektor sejenis di tingkat daerah tertentu, sehingga hanya cukup untuk
melayani kebutuhan daerah sendiri.
PRODUKSI (TON)
Padi padi kacang kacang Ubi ubi
No Kabupaten sawah ladang Jagung Kedelai tanah hijau Kayu jalar
619,6 5, 133,36 11, 20, 10, 3,
1 Wajo 93 128 9 517 676 824 711 295
534,2 1, 58,63 1,
2 Sidrap 90 536 4 181 164 356 609 42
TOTAL di 5,292,1 48, 1,528,41 67, 19, 40, 565, 71,
PROVINSI 52 695 4 192 024 787 958 681
Nilai LQ
Kabupate Jagun Kedela Ubi ubi
n Padi sawah padi ladang g i kacang tanah kacang hijau Kayu jalar
Wajo 1.04 0.75 0.78 1.5 0.31 4.57 0.16 0.41
Sidrap 1.29 0.4 0.49 0.03 0.11 0.11 0.03 0
Tabel 2.5 menunjukan terdapat 7 komoditas tanaman pangan yang di identifikasi Untuk
Kabupaten Wajo. Komoditas tanaman nya adalah padi (sawah dan ladang), jagung, kedelai,
kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, ubi jalar. Jika mengacu pada nilai LQ > 1, maka dari 7
komoditi pangan tersebut, padi, kedelai dan kacang hijau merupakan komoditas paling
unggul di wilayah Kabupaten Wajo. Komoditas yang menjadi basis dari Kabupaten Wajo
adalah komoditas pertanian padi sawah, kedelai da kacang hijau, sehingga komoditas
tersebut dapat diekspor ke wilayah lain. Untuk komoditas kacang hijau memiliki nilai LQ
sebesar 4,57.
Untuk Kabupaten Sidrap, komoditas yang menjadi basis dari Kabupaten Sidrap adalah
komoditas pertanian padi sawah karena memiliki nilai LQ > 1. Untuk komoditas padi sawah
memiliki nilai LQ sebesar 1.29.
1. Desa Lagading
Jumlah penduduk di Desa Lagading berjumlah 1288 jiwa. Jumlah penduduk ini
termasuk jumlah yang besar bagi ukuran suatu desa. Penduduk yang jumlahnya besar akan
menjadi sebuah kekuatan / potensi pembangunan bilamana memiliki kompetensi
sumberdaya manusia. Komposisi perbandingan jumlah laki-laki dengan perempuan adalah
40% : 60 %.
2. Desa Sogi
Desa yang mencakup wilayah seluas 1.124 ha ini didiami oleh penduduk sekitar
1.282 jiwa yang mayoritas mata pencaharian penduduknya adalah bertani. Desa ini masih
didominasi oleh lahan pertanian dan perkebunan yang juga menjadi sumber penghidupan
warga desa Sogi. Perbandingan penduduk laki-laki dengan perempuan adalah 45% : 55%.
Sebesar 32% penduduk dari Desa Sogi memiliki mata pencaharian sebagai petani.
Rata rata masyarakat memiliki lahan pertanian yang berjarak sekitar 0,5 -1 km dari rumah.
Adapun sawah yang dimiliki rata rata merupakan sawah yang telah dimiliki secara turun
temurun. Untuk jumlah anggota keluarga petani di Desa Sogi, dapat di jelaskan pada pie
chart sebagai berikut
Mayoritas jumlah anggota keluarga petani di Desa Sogi ialah sebanyak 3-5 jiwa atau
jika di persentase kan ialah sebesar 44%. Berdasarkan hasil wawancara anggota keluarga
ini yang akan membantu dalam proses penanaman padi hingga panen padi. Anggota
keluarga tersebut yang akan diteruskan untuk melanjutkan mengelola sawah yang dimiliki
keluarga (kepala keluarga). Sementara untuk pendapatan perkapita dari masing masing
keluarga petani merupakan nilai pendapatan keluarga yang dibagi atas jumlah anggota
keluarga, berikut merupakan nilai perkapita keluarga petani di Desa Sogi.
Pada tabel diatas dapat dijelaskan bahwa sekitar 67 % keluarga petani di Desa Sogi
memiliki pendapatan perkapita sebesar 2-4 x dari nilai garis kemiskinan Provinsi Sulawesi
Selatan yaitu Rp.270.601. Sementara terdapat 22% masyarakat petani yang memiliki
pendapatan perkapita < Rp.270.601 atau setara dengan garis kemiskinan yang telah
ditetapkan BPS Provisi Sulawesi selatan.
3. Desa Minangateullue
Desa Minangatellue merupakan salah satu desa di Kecamatan Maniangpajo Kab.
Wajo. Disebut Desa Minangatellue karena di desa inilah tempat bertemunya tiga anak sungai
(tellue artinya tiga, minanga artinya tempet bertemu anak sungai). Desa Minangatellue dihuni
oleh 833 jiwa dengan 218 kepala keluarga serta 90% bermata pencaharian sebagai petani
sawah.
Desa Minangatellue memiliki luas lahan pertanian sebesar 827 ha. Sistem peraiaran
yang digunakan ialah sawah tadah hujan sehingga penanaman padi tergatung pada musim
penguhujan. Seperti Desa Sogi, Adapun sawah yang dimiliki rata rata merupakan sawah
yang telah dimiliki secara turun temurun. Untuk jumlah anggota keluarga petani di Desa
Minangatellue, dapat di jelaskan pada pie chart sebagai berikut
Mayoritas jumlah anggota keluarga petani di Desa Minangatellue ialah sebanyak <
3jiwa atau jika di persentase kan ialah sebesar 43%. Sementara untuk pendapatan perkapita
dari masing masing keluarga petani merupakan nilai pendapatan keluarga yang dibagi atas
jumlah anggota keluarga, berikut merupakan nilai perkapita keluarga petani di Desa
Minangatellue.
4. Desa Abbanuange
Berdasarkan Kecamatan dalam angka Maniang Pajo tahun 2017, jumlah penduduk di
Desa Abbanuange berjumlah 1535 jiwa. Dengan jumlah penduduk laki-laki sebesar 797 jiwa
dan jumlah penduduk perempuan berjumlah 738 jiwa.
Berdasarkan RPJMD Desa Abbanuange, sekitar 115 jiwa penduduk memiliki mata
pencaharian sebagai petani. Untuk jumlah anggota dari keluarga petani di Desa Abbanuange
dapat dijelaskan oleh pie chat sebagai berikut
pendapatan keluarga yang dibagi atas jumlah anggota keluarga, berikut merupakan nilai
perkapita keluarga petani di Desa Abbanuange
Pada tabel diatas dapat dijelaskan bahwa sekitar 71 % keluarga petani di Desa
Abbanuange memiliki pendapatan perkapita sebesar 2-4 x dari nilai garis kemiskinan
Provinsi Sulawesi Selatan yaitu Rp.270.601. Sementara terdapat 29% masyarakat petani
yang memiliki pendapatan perkapita < Rp.270.601 atau setara dengan garis kemiskinan
yang telah ditetapkan BPS Provisi Sulawesi selatan salah satu hal yang mempengaruhi
perhitungan ataupun nilai tersebut ialah jumlah anggota keluarga dan pendapatan yang
diperoleh oleh kepala keluarga tersebut perbulan.
1. Desa Lagading
Kelembagaan merupakan salah satu bentuk Potensi desa. Adanya kelembagaan yang
baik berdampak pada pengelolaan dan pengembangan desa yang baik pula. Potensi
Kelembagaan di Desa Lagading dikelompokkan menjadi dua, yaitu lembaga formal
pemerintahan dan lembaga nonformal dengan pelibatan peran serta masyarakat.adapun
lembaga lembaga yang berpengaruh di Desa Lagading ialah LKMD, BPD,Gapoktan,TPA,
Kelompok Nelayan dan PKK.
a. LKMD
Tugas Lembaga Kemasyarakatan meliputi :
memelihara kerukunan hidup warga masyarakat
membantu menjalankan tugas pelayanan kepada masyarakat yang menjadi
tanggung jawab Pemerintah Desa
menyusun rencana pembangunan secara partisipatif
melaksanakan,mengendalikan,memanfaatkan, memelihara dan
mengembangkan pembangunan secara partisipatif
menggerakkan dan mengembangkan partisipasi, gotong royong dan swadaya
masyarakat
menumbuhkembangkan kondisi dinamis masyarakat dalam rangka
pemberdayaan masyarakat
b. BPD
Dalam sistem pemerintahan desa sekarang ini menempati posisi yang sangat
penting yaitu sebagai pengawas kinerja pemerintahan desa, pada Desa Lagading
BPD termasuk sebagai salah satu kelembagaan yang memiliki pengaruh bagi
kegiatan masyarakat Desa
c. Gabungan Kelompok Tani
Seperti diketahui bahwa tani merupakan salah satu sector utama di Desa Lagading,
terdapat 18 kelompok tani yang berada di Desa Lagading. Gapoktan memiliki
pengaruh besar bagi dalam masyarakat Desa Lagading
d. Kelompok Agama
Salah satu bentuk kegiatan dari kelompok agama ialah melakukan pengajian secara
rutin pada kamis malam. Kegiatan dilakukan pada masing masing kelompok
masyarakat.
e. Kelompok Nelayan
Mata pencaharian utama selain bertani di Desa Lagading ialah nelayan. Hal
tersebut yang meyebabkan kelompok tani juga merupakan kelompok masyarakat
yang memiliki pengaruh dalam kegiatan bermasyarakat di Desa Lagading terdapat
10 kelompok Nelayan
f. PKK
Dari diagram venn diatas dapat dilihat bahwa kelembagaan yang memiliki peranan
terbesar ialah Kelompok Tani. Hal tersebut didasari oleh karena mayoritas masyarakat
bekerja sebagai petani. Berikut merupakan data kelompok tani yang terdapat di Desa
Lagading.
Menurut hasil wawancara, Kelompok tani di Desa Lagading pada dasarnya adalah
organisasi non formal diperdesaan yang ditumbuh kembangkan dari oleh dan untuk petani.
Terkait dengan pengelolaan dari daerah sabuk hijau di Desa Lagading, telah dilakukan
kegiatan kegiatan pengelolaan
2. Desa Sogi
Berdasarkan hasil survei, diketahui bahwa terdapat beberapa lembaga yang memiliki
peranan bagi masyarakat Desa Sogi. Kelembagaan memiliki pengaruh bagi masyarakat
ialah lembaga pemerintah, dan organisasi keagamaan. Organisasi keagamaan yang
terdapat ialah pengajian, Lembaga lain yang memiliki hubungan dengan masyarakat Desa
Sogi adalah BPK, Kelompok Tani, LSM, PKK dan Karang Taruna. Kelompok Tani dianggap
memiliki peranan penting dikarenakan masyarakat mayoritas memiliki pekerjaan sebagai
petani
Pada tahun 2006, Sebanyak 16.500 bibit pohon jati ditanam di desa sogi, Kecamatan
Maniangpajo. Lahan penanaman yang disiapkan seluas 110 Ha. Hal Ini merupakan upaya
Dinas kehutanan dan perkebunan Kabupaten Wajo dalam pembuatan tanaman hutan takyat
dalam rangka perlindungan cacthment area/green belt. Kegagalan dan keberhasilan
tanaman pohon itu, merupakan tanggungjawab kelompok tani yang dipercayakan. Kegiatan
tersebut telah dikerjasamakan dengan tiga kelompok tani di Desa Sogi dan Desa
Minangatellue, Kecamatan Maniangpajo. Yakni Kelompok Tani Pammase Puang, Kelompok
Tani Massiture'E.
Berdasarkan data tersebut, dapat diartikan bahwa kelembagaan desa Sogi telah
terlibat atau berperan dalam mendorong kegiatan pengelolaan DAS. Kelompok tani tersebut
dapat menjadi salah satu lembaga masyarakat penghubung antara LSM/stakeholder terkait
terhadap masyarakat dalam kegiatan kegiatan konservasi bendungan Kalola.
3. Desa Minangatellue
Berdasarkan data yang diperoleh pada RPJMD Desa Minangatellue terdapat lembaga
lembaga yang memiliki pengaruh bagi masyakat Desa, adapun pihak yang paling besar
memberi pengaruh bagi masyarakat ialah pemerintah Desa/dusun. Kelembagaan
Dari gambar di atas dapat dilihat hubungan antar lembaga yang ada di Desa
Minangatellue. Selain itu, dari Diagram Venn dapat dilihat besar pengaruh lembaga-lembaga
tersebut terhadap masyarakat Desa Minangatellue
4. Desa Abbanuange
Berdasarkan data yang diperoleh pada RPJMD Desa Abbanuange terdapat lembaga
lembaga yang memiliki pengaruh bagi masyakat Desa, adapun pihak yang paling besar
Berdasarkan RPJMD Desa Abbanuange, lembaga yang memiliki peranan paling besar
ialah Lembaga pemeritahan Desa. Adapun BPD dan LPMD memiliki keterkaitan terhadap
pemerintah Desa. Selain itu lembaga yang memiliki pengaruh ialah kelompok tani. Terdapat
16 kelompom tani yang terdapat di Desa Abbanuange. Dalam dokumen RPJMD dijelaskan
hubungan antar personal dan hubungan antar lembaga berjalan begitu baik dan harmonis.
Setiap lembaga desa menjalankan tugas dan fungsinya masing masing. Kepala Desa
menjalankan fungsi pengawasan terhadap jalannya roda pemerintahan. Demikian juga
SO (Strength-Opportunity)
Yaitu strategi dengan memanfaatkan kekuatan (S) secara maksimal untuk meraih
peluang (O) sehingga potensi wilayah dapat semakin baik.
ST (Strength-Threat)
Yaitu memanfaatkan kekuatan (S) secara maksimal untuk mengantisipasi atau
menghadapi ancaman (T) dan berusaha maksimal menjadikan ancaman sebagai
peluang di Wilayah Perencanaan
WO (Weakness-Opportunity)
Yaitu strategi meminimalkan kelemahan (W) untuk meraih peluang (O) untuk
menjadikan Wilayah Perencanaan lebih baik.
WT (Weakness-Threat)
Yaitu strategi meminimalkan kelemahan (W) untuk menghindari secara lebih baik
dari ancaman (T).
II - 38
Laporan Sosial Ekonomi
Studi Rencana Induk Konservasi di Hulu Bendungan Kalola dan Salomekko
Faktor Internal Faktor Eksternal
N
Aspek Weaknesses
o Strengths (kekuatan) Opportunity (peluang) Threat (ancaman)
(kelemahan)
kemudian muncul adalah
potensi kerusakan DAS
Bendungan Kalola
menjadi semakin besar,
yang pada dapat
mengganggu
keseimbangan fungsi
hidrologis dan serta
potensial mengganggu
kinerja bendungan akibat
potensi sedimen yang
tinggi (Data Bendungan
Kalola,2018)
2 Ekonomi Adanya sektor sektor Terdapat masyarakat Adanya peluang program Adanya Dampak
unggulan yang memiliki petani yang memiliki pembagian bibit jambu mete dan dari perubahan
nilai lebih dari1 atau pendapatan perkapita di pemberdayaan masyarakat untuk iklim global
diartikan mempunyai bawah garis kemiskinan daerah di Kabupaten Wajo pada terhadap kondisi
pengaruh yang signifikan (hasil analisis tingkat tahun 2018 dalam upaya untuk DAS yaitu
terhadap pertumbuhan pendapatan, 2018) mengoptimalkan produktivitas perubahan iklim
ekonomi daerah yang Masyarakat memiliki jambu mete di kabupaten Wajo dan kondisi curah
pada akhirnya dapat sertifikat tanah di daerah (Hasil wawancara Dinas hujan, hal tersebut
meningkatkan hulu sehingga perlu Perkebunan Kab Wajo,2018) tentu akan
pendapatan daerah adanya kerja sama pihak Adanya potensi pengembangan mempengaruhi
secara optimal. Adapun pemerintah daerah, wisata di sekitar Bendungan hasil pertanian
hasil sektor unggulan di pemerintah pusat dan Kalola (Hasil observasi,2018) atau perkebunan
Kabuapaten Wajo dan perangkat desa jika ingin hal tersebut juga didukung sehingga memberi
Sidrap ialah : padi sawah, melakukan konservasi di RTRW Kabupaten Wajo tahun dampak pada
kedelai, kacang hijau, daerah hulu (hasil 2012-2032, pada pasal 38 perekonomian
durian, pisang, papaya, analisis PKM, 2018) disebutkan bahwa Kawasan (hasil
nagka, kelapa dalam, bendungan Kalola sebagai penelitian/kajian
kelapa hybrid, cengkeh, Kawasan peruntukan pariwisata terkait,2018)
kakao, jambu mete dan buatan
II - 38
Laporan Sosial Ekonomi
Studi Rencana Induk Konservasi di Hulu Bendungan Kalola dan Salomekko
Faktor Internal Faktor Eksternal
N
Aspek Weaknesses
o Strengths (kekuatan) Opportunity (peluang) Threat (ancaman)
(kelemahan)
lada (hasil analisis
LQ,2018)
Bendungan Kalola dapat
dimanfaatkan untuk
perternakan/perdagangan
ikan air tawar diantaranya
mujair dan mas yang rata-
rata hasilnya mencapai
25-50 ton per tahunnya
serta ikan gabus yang
mencapai 10 ton
pertahunnya (hasil
wawancara,2018)
3 Kelembag Adanya kelembagaan Masih kurangnya Telah Terdapat minimal 13 Permasalahan
aan kelompok tani sebagai partisipasi masyarakat komunitas peduli lingkungan sulitnya koordinasi
kelembagaan yang dalam kegiatan kegiatan (LSM/NGO) di Sulawesi Selatan. antara pemerintah
memilki pengaruh besar kelembagaan LSM memiliki fungsi Ikut pusat-daerah
di Desa Sogi, Belum adanya kegiatan melaksanakan, mengawasi, (hasil
minangatellue, dan anggaran untuk memotivasi dan merancang penelitian/kajian
abbanuange dan lagading organisasi kelembagaan. proses dan hasil pembangunan terkait,2018)
(hasil analisis (hasil PKM,2018) secara berkesinambungan (hasil
kelembagaan,2018) Belum terdapat lembaga penelitian/kajian terkait,2018)
yang terkait dengan
pengelolaan lingkungan di
masing masing desa
(data survei,2018)
Pernah terdapat Forum
Komunitas Waduk
Bendungan Kalola di
Desa Sogi, kemudian
komunitas tersebut
II - 38
Laporan Sosial Ekonomi
Studi Rencana Induk Konservasi di Hulu Bendungan Kalola dan Salomekko
Faktor Internal Faktor Eksternal
N
Aspek Weaknesses
o Strengths (kekuatan) Opportunity (peluang) Threat (ancaman)
(kelemahan)
mengadakan penanaman
bibit mangga, namun
kurang berhasil dan forum
komunitas tidak berlanjut
(Data wawancara Desa
Sogi,2018)
Masih belum terdapat
singkronisasi antara
RPJMD Kabupaten
terhadap RPJM Desa
yaitu belum terdapat
turunan program terkait
dengan lingkungan Hidup
(DAS) di dalam
perencanaan Desa Sogi,
Minangatellue dan
Abbanuange (Hasil
analisis
kelembagaan,2018)
II - 38
Laporan Sosial Ekonomi
Studi Rencana Induk Konservasi di Hulu Bendungan Kalola dan Salomekko
II - 50
INTERNAL
Strength Weakness
• Nilai tekanan penduduk terhadap • Belum terdapat
lahan di masing masing desa tidak kegiatan penyusunan
lebih dari nilai 1 RLKT
• Adanya sektor sektor unggulan yang • Adanya lahan pertanian
memiliki nilai lebih dari1 atau di area green belt
diartikan mempunyai pengaruh yang (sabuk hijau)
signifikan terhadap pertumbuhan bendungan kalola
SW
ekonomi daerah seluas +- 260 ha
• Bendungan Kalola dapat • Terdapat masyarakat
dimanfaatkan untuk petani yang memiliki
perternakan/perdagangan ikan air pendapatan perkapita
tawar di bawah garis
• Adanya kelembagaan kelompok tani kemiskinan
sebagai kelembagaan yang memilki • Belum terdapat
pengaruh besar lembaga yang terkait
• Tingginya kepedulian masyarakat dengan pengelolaan
terhadap lingkungan lingkungan
• Pernah terdapat Forum
Komunitas Waduk
Bendungan Kalola di
Desa Sogi, kemudian
komunitas tersebut
OT
mengadakan
penanaman bibit
mangga, namun kurang
berhasil dan forum
komunitas tidak
berlanjut
• Masih belum terdapat
singkronisasi antara
RPJMD Kabupaten
terhadap RPJM Desa
• STRATEGI S-O STRATEGI W-O
Opportunity
INTERNAL
Strength Weakness
• Nilai tekanan penduduk terhadap • Belum terdapat
lahan di masing masing desa tidak kegiatan penyusunan
lebih dari nilai 1 RLKT
• Adanya sektor sektor unggulan yang • Adanya lahan pertanian
memiliki nilai lebih dari1 atau di area green belt
diartikan mempunyai pengaruh yang (sabuk hijau)
signifikan terhadap pertumbuhan bendungan kalola
SW
ekonomi daerah seluas +- 260 ha
• Bendungan Kalola dapat • Terdapat masyarakat
dimanfaatkan untuk petani yang memiliki
perternakan/perdagangan ikan air pendapatan perkapita
tawar di bawah garis
• Adanya kelembagaan kelompok tani kemiskinan
sebagai kelembagaan yang memilki • Belum terdapat
pengaruh besar lembaga yang terkait
• Tingginya kepedulian masyarakat dengan pengelolaan
terhadap lingkungan lingkungan
• Pernah terdapat Forum
Komunitas Waduk
Bendungan Kalola di
Desa Sogi, kemudian
komunitas tersebut
OT
mengadakan
penanaman bibit
mangga, namun kurang
berhasil dan forum
komunitas tidak
berlanjut
• Masih belum terdapat
singkronisasi antara
RPJMD Kabupaten
terhadap RPJM Desa
• STRATEGI S-T STRATEGI W-T
Threat
3. Dimensi sungai perlu dijaga. Salah satunya dengan membangun perkuatan lereng.
4. Perlu ada pemantauan kualitas air secara berkala untuk mengetahui kondisi air di
waduk. Sehingga dapat diketahui efek dari masyarakat yang mandi dan cuci serta
pembuang sampah di sungai-sungai pada hulu waduk.
5. Diusulkan adanya pembangunan MCK terpadu sehingga masyarakat tidak mandi
dan cuci di sungai.
II - 50
Kondisi/
Rencana
No Strategi Tujuan Permasalahan Program Sasaran/Lokasi Penanggungjawab
Kegiatan
Saat Ini
1 Perlindungan KPSA Bumi
& Pelestarian Abbanuangnge
Waduk Lestari di Desa
Belum Abbanuangnge ;
optimalnya KPSA Bumi
BBWS Pompengan
peran Minnangatellue
Mengaktifkan Jeneberang ;
masyarakat Revitalisasi Berdaya di
Terjaganya kepengurusan Pemerintah Desa
setempat. KPSA di area Desa
kelestarian hulu KPSA dan Setempat ;
Kelompok Hulu Waduk Minnangatellue ;
waduk menyusun Pengurus KPSA
Pelestari Kalola KPSA Bumi
program kerja lama ; Kelompok
Sumber Air yang Sogi Sejahtera
Masyarakat
ada tidak di Desa Sogi ; 4.
berjalan KPSA Bumi
Lagading Hijau
di Desa
Lagading
Terjaganya Banyaknya Reboisasi Penanaman Desa Lagading ; Dinas Perkebunan ;
kelestarian hulu masyarakat Tanaman Desa Dinas Pertanian ;
waduk yang membuka Tahunan. Minangatelue; Dinas PSDA
lahan untuk Desa Sogi; Kabupaten Sidrap
pertanian di Desa & Wajo ;
area hulu waduk Abbanuangge Pemerintah
Kecamatan
Maniangpajo dan
Kecamatan
Pituriase ;
Pemerintah Desa ;
Pemilik Lahan
Masyarakat
menggunakan
lahan tidak
Desa Lagading, Bappeda ;
sesuai dengan
Pemantauan Penegakan Desa Pemerintah
Terjaganya peruntukkannya.
dan aturan Abbanuange, Kabupaten ;
kelestarian hulu Sebagai contoh
pengawasan penggunaan Desa Kecamatan ;
waduk adanya
hulu waduk lahan Minangatalue, Pengelola Waduk
pembukaan
Desa Sogi Kalola
lahan pertanian
di area
genangan
Sosialisasi
Masyarakat
Menjaga fungsi masyarakat di
belum BBWS Pompengan
tampungan hulu waduk
memahami efek Jeneberang ; Dinas
waduk sesuai mengenai Sosialisasi Desa Lagading
negatif dari Perikanan ; Dinas
dengan dampak
perikanan Lingkungan Hidup
peruntukannya perikanan pada
(sistem KJT)
waduk
Pembangunan
BBWS Pompengan
Terjaganya pengendali
Jeneberang ;
fungsi waduk sedimen Pembuatan
Area Greenbelt Pemerintah Desa ;
(sedimentasi secara bioengineering
KPSA ; Kelompok
waduk kecil) vegetatif di
Masyarakat
area greenbelt
Sedimentasi
4 lokasi di Desa
Waduk Kalola (5
Lagading ; 8
mm/tahun)
Pembangunan lokasi di Desa
diatas rencana
bangunan Pembuatan Minangatelue ; BBWS Pompengan
(2 mm/tahun)
Menjaga usia pengendali check dam 4 lokasi di Desa Jeneberang
guna waduk sedimen Abbanuangge ;
1 lokasi di Desa
Sogi
Rehab Check BBWS Pompengan
OP checkdam Kampiso 1
Dam Jeneberang
Pembangunan
jalan akses
untuk roda 4
agar Kampiso 1; BBWS Pompengan
masyarakat Kampiso 2; Jeneberang ;
dapat Kampiso 3; Masyarakat
melakukan Kampiso 4 setempat
galian C pada
check dam
eksisting
Agar tidak
Masyarakat
terjadi Adanya Desa Lagading,
didorong untuk
perubahan tata masyarakat Desa
mengurangi
guna lahan yang Penanaman Abbanuange, Dinas Pertanian ;
kegiatan di
yang menggunakan Hidroponik Desa KPSA
hulu waduk
mempengaruhi sistem ladang Minangatalue,
yang merusak
sedimentasi berpindah Desa Sogi
waduk.
waduk
Pengolahan Mencegah/ Dinas Pertanian ;
Pengaturan Pembuatan Desa
tanah berbasis mengurangi Dinas Kehutanan ;
penataan lahan teras Minangatelue
konservasi sedimentasi KPSA
Pengembangan
Kawasan hutan
sebagai
Greenbelt serta Mencegah/ Penanaman Dinas Pertanian ;
Penerapan
menjaga mengurangi pohon di area Area Greenbelt Dinas Kehutanan ;
Agroforesty
ekosistem sedimentasi green belt KPSA
sekitar
kawasan
bendungan
Penyusunan
dan sosialisasi
peraturan
daerah tentang
sempadan
sungai dan
mata air.
Mengusulkan
kepada Menteri
Masyarakat Studi Zonasi
yang
Penetapan masih Pemanfaatan
berwenang Area Hulu BBWS Pompengan
batas area beraktifitas di Waduk dan
untuk Waduk Jeneberang
greenbelt dalam garis Sempadan
merehabilitasi
greenbelt Waduk
lahan hutan
dan di luar
hutan kritis
untuk
merehabilitasi
dengan
vegetatif
maupun
agronomis
Pengarsipan Banyak Pendataan Studi LARAP Area Greenbelt BBWS Pompengan
kembali surat masyarakat ulang area greenbelt Jeneberang
tanah menyatakan kepemilikan Waduk Kalola
masih memiliki lahan di area
surat sah atas greenbelt
kepemilikan
tanah di area
hulu waduk
serta greenbelt
Peningkatan
produksi,
produktivitas
Program Budidaya Keempat desa,
dan mutu Dinas Perikanan ;
pengembangan komoditas ikan dan instansi
sektor Dinas Lingkungan
komoditas ikan mas dan ikan terkait
perikanan di Hidup
tawar gabus bendungan
area Peningkatan
bendungan pendapatan
kalola masyarakat
Program
pengadaan Dinas Pariwisata,
Peningkatan Keempat desa
fasilitas Pengembangan Pemerintah
nilai guna dari dan instansi
pendukung wisata air Kecamatan;
waduk terkait
kegiatan wisata Pemerintah Desa
bendungan
Peningkatan Program
produksi, pengembangan
produktivitas komoditas Penanaman
dan mutu (contoh pohon jambu
tanaman tanaman jambu mete di area Keempat desa,
Peningkatan
tahunan mete) untuk sabuk hijau dan instansi Dinas Pertanian ;
pendapatan
(contoh meningkatan yang terkait Dinas Kehutanan
masyarakat
tanaman jambu hasil dimanfaatkan bendungan
mete) di area masyarakat sebagai lahan
sabuk hijau tani di desa pertanian
bendungan hulu
kalola bendungan
2 Pengawetan Pengawetan air Adanya spillout Pengurangan Pembangunan Desa Lagading, BBWS Pompengan
Air untuk pada pelimpah limpasan sarana tandon Desa Jeneberang ; Dinas
memelihara yang permukaan & untuk air bersih Abbanuange, PSDA Kabupaten
keberadaan menunjukkan pengawetan air di fasilitas Desa Sidrap & Wajo
dan adanya air umum Minangatalue,
Desa Sogi
Dinas PSDA
4 lokasi di Desa Kabupaten Sidrap
Lagading Kec. & Wajo ;
Pembangunan
Pituriase ; 8 Pemerintah
ketersediaan embung
lokasi di Desa Kecamatan
air (swadaya
Minangatelue ; Manangpajo dan
masyarakat)
5 lokasi di Desa Kecamatan
Abbanuangge Pituriase ;
Pemerintah Desa
berlebih saat
BBWS Pompengan
musim hujan
Jeneberang ; Dinas
PSDA Kabupaten
Sidrap & Wajo ;
Terjaganya Area
Pengawetan air Pembangunan Pemerintah
kelestarian hulu pemukiman di
tanah sumur resapan Kecamatan
waduk empat desa
Manangpajo dan
Kecamatan
Pituriase ;
Pemerintah Desa
Pemantauan Pemantauan Dinas Lingkungan
Terjaganya Kondisi air
dan rutin kualitas air Hidup ; Dinas
kualitas air masuk kelas III Waduk Kalola
pengendalian (minimal 6 PSDA Kabupaten
waduk yaitu irigasi
pencemaran air bulan sekali) Sidrap & Wajo
Dinas Lingkungan
Pengelolaan
Hidup ; Dinas
kualitas air & Masyarakat
Desa Lagading, PSDA Kabupaten
3 pengendalian membuang
Pemantauan Pelaksanaan Desa Sidrap & Wajo ;
pencemaran Terjaganya sampah di
dan program 3R & Abbanuange, Pemerintah
air kualitas air sungai dan
pengendalian Pembangunan Desa Kecamatan
waduk mencuci
pencemaran air MCK Umum Minangatalue, Manangpajo dan
pakaian di
Desa Sogi Kecamatan
sungai
Pituriase ;
Pemerintah Desa
Contents
BAB II............................................................................................................................................... 1
BENDUNGAN KALOLA....................................................................................................................1
2.1 Data Teknis............................................................................................................................. 1
2.2 Kondisi Sosial Masyarakat......................................................................................................9
2.3 Analisa Sosial........................................................................................................................ 13
2.3.1 Analisis Kependudukan.........................................................................................................13
2.3.2 Kepedulian Individu............................................................................................................... 14
2.4 Analisa Ekonomi................................................................................................................... 17
2.4.1 Kerangka Teoritis Location Quotient......................................................................................17
2.4.2 Kelebihan dan Keterbatasan Metode (LQ)............................................................................18
2.4.3 Analisis Location Quotient (LQ).............................................................................................18
2.4.4 Jumlah Penduduk dan Tingkat Pendapatan..........................................................................20
2.5 Analisa Kelembagaan........................................................................................................... 28
2.6 Pertemuan Konsultasi Masyarakat (PKM).............................................................................42
2.6.1 Pertemuan Konsultasi Masyarakat (PKM) 1....................................................................43